You are on page 1of 40

LENTUR BALOK

Ir.H.Kartono Hd

Daftar Pustaka
1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
( SNI 03 - 2847 - 2002 )
2 . Laurentius Wahyudi & Syahril A.Rahim
Struktur Beton Bertulang
3. W.C.Wis & Gideon Kusuma
Dasar - dasar Perencanaan Beton Bertulang
4. Edward G. Nawy
Reinforcef Concrete
A Fundamenta Approach
Fifth Editon
5. James G Mac Gregor
Reinforced Concrete
Mechanics and design
Fourth Edition
6. M . Nadim Hassouns & Akthem Al Manaser
Structural Concrete
Theory and Design
Fourtth Edition
7 . SKSNI T - 15 - 1991 - 03
8. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971

Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

Pasal 3.12 Beton : Campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air. dengan atau tanpa bahan
campuran tambahan yang membentuk masa padat
Pasal 3.13 Beton bertulang : Beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan
atau tanpa prategang dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua
material bekerja bersama - sama dalam menahan gaya yang bekerja .
3

Pasal 3.14 Beton normal : Beton yang mempunyai berat satuan 2200 kg / m
3 dan dibuat menggunakan agregat alam yang dipecah atau
2500 kg/m
tanpa dipecah.

sampai

Pasal 3.15 Beton polos : Beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi
kurang dari ketentuan minimum.
Pasal 3.16 Beton pracetak : Elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan
yang dicetak terlebih dulu. sebelum dirakit menj adi tulangan .
Pasal 3,17 Beton prategang : Beton yang telah diberikan tegangan tekan dalam untuk
mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja.
Pasal 3.18 Beton ringan : Beton yang mengandung agregat ringan dan mempunyai
berat satuan yang tidak lebih dari 1900 kg/m

Asumsi dalam perencanaa :


Pasal 12.2.2 Regangan pada tulangan dan beton harus diamsusikan berbanding lurus
dengan j arak dari sumbu netral, kecuali untuk komponen struktur lentur tinggi
dengan rasio tinggi total terhadap bentang bersih yang lebih besar dari 2/5
untuk bentang menerus dan lebih besar dari 4/5 untuk bentang sederhana ,
harus digunakan distribusi regangan non linier
Pasal 12.2.3 Regangan maksimum yang dapat dimanfaatkan pada serat tekan beton
terluar . harus diambil sama dengan 0,003
Pasal 12.2.4 Tegangan pada tulangan yang nilainya lebih kecil dari pada kuat leleh f
harus diambil sebesar E
s dikalikan dengan regangan baj a . Untuk regangan
yang nilainya lebih besar dari regangan leleh yang berhubungan dengan f
tegangan pada tulangan harus diambil sama dengan f

,
y,

Pasal 12.2.5 Dalam perhitungan aksial dan lentur beton bertulang , kuat tarik beton harus
diabaikan, kecuali bila ketentuan pasal 20.4 dipenuhi.
Pasal 12.2.6. Hubungan antara distribusi tegangan tekan beton dan regangan beton boleh
diasumsusikan berbentuk persegi, trapesium , parabola atau bentuk lainnya
yang menghasilkan perkiraan kekuatan yang cukup baik bila dibandingkan
dengan hasil pengujian.
Ketentuan ini dapat dipenuhi oleh suatu distribusi tegangan beton persegi
ekwiv alen yang definisikan sebagai berikut :
Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

Pasal 3.12 Beton : Campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air. dengan atau tanpa bahan
campuran tambahan yang membentuk masa padat
Pasal 3.13 Beton bertulang : Beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan
atau tanpa prategang dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua
material bekerja bersama - sama dalam menahan gaya yang bekerja .
3

Pasal 3.14 Beton normal : Beton yang mempunyai berat satuan 2200 kg / m
3 dan dibuat menggunakan agregat alam yang dipecah atau
2500 kg/m
tanpa dipecah.

sampai

Pasal 3.15 Beton polos : Beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi
kurang dari ketentuan minimum.
Pasal 3.16 Beton pracetak : Elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan
yang dicetak terlebih dulu. sebelum dirakit menj adi tulangan .
Pasal 3,17 Beton prategang : Beton yang telah diberikan tegangan tekan dalam untuk
mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja.
Pasal 3.18 Beton ringan : Beton yang mengandung agregat ringan dan mempunyai
berat satuan yang tidak lebih dari 1900 kg/m

Asumsi dalam perencanaa :


Pasal 12.2.2 Regangan pada tulangan dan beton harus diamsusikan berbanding lurus
dengan j arak dari sumbu netral, kecuali untuk komponen struktur lentur tinggi
dengan rasio tinggi total terhadap bentang bersih yang lebih besar dari 2/5
untuk bentang menerus dan lebih besar dari 4/5 untuk bentang sederhana ,
harus digunakan distribusi regangan non linier
Pasal 12.2.3 Regangan maksimum yang dapat dimanfaatkan pada serat tekan beton
terluar . harus diambil sama dengan 0,003
Pasal 12.2.4 Tegangan pada tulangan yang nilainya lebih kecil dari pada kuat leleh f
harus diambil sebesar E
s dikalikan dengan regangan baj a . Untuk regangan
yang nilainya lebih besar dari regangan leleh yang berhubungan dengan f
tegangan pada tulangan harus diambil sama dengan f

,
y,

Pasal 12.2.5 Dalam perhitungan aksial dan lentur beton bertulang , kuat tarik beton harus
diabaikan, kecuali bila ketentuan pasal 20.4 dipenuhi.
Pasal 12.2.6. Hubungan antara distribusi tegangan tekan beton dan regangan beton boleh
diasumsusikan berbentuk persegi, trapesium , parabola atau bentuk lainnya
yang menghasilkan perkiraan kekuatan yang cukup baik bila dibandingkan
dengan hasil pengujian.
Ketentuan ini dapat dipenuhi oleh suatu distribusi tegangan beton persegi
ekwiv alen yang definisikan sebagai berikut :
Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

Kondisi Keruntuhan Seimbang ( Balance Failure ):

cu = 0, 003

0,85 f'

a
2

ab

cb

M nb

CC

sumbu netral
h

d
A Sb
ds

s = y
Diagram Regangan
Keruntuhan Seimbang
( Balance Failure)

Penampang
balok

TS

fs =f y
Diagram
Tegangan

=A

. fy

Keseimbangan
Gaya

Analisa Penampang Balok Tulangan Tunggal


Dari Regangan pada Kondisi Seimbang :

cu : y = c b : ( d - c
y . c b = cu .d cb (

cu .c b

cu + y ) = cu .d

cb =

cu

0,003

d=

( cu + y )

( 0,003 +

( 0,003 +

cb = (

600 )
600 + f

b.d

600
)
600 + f

.b.a b

0,85.f'
sb

fy
200000

d
y

d
y

--->

C C =T S

T s = A sb . f y

200000

a b = 1 .c b = 1 (
C c = 0,85 . f'

( 0,003 +

fy

0,003

d=

fy

0,003

cb =

b =

a b = 1 .c b
ab
cb =
1

s = y , dan
cu = 0, 003

Akibat beban , pada saat bersamaan terjadi :

.b. 1 .(

A sb =

Ts
fy

0,85.f

c .b.a

fy

600
).d
600 + f
y
b.d.f

b = 0,85.

f' c
. 1 .(
fy

600
)
600 + f

Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

Kondisi Keruntuhan Tekan ( Compression Failure ):

cu = 0, 003

0,85 f'

a
2

c
h

M n

CC

sumbu netral

AS
ds

s < y

Penampang
balok

Diagram
Tegangan

Diagram Regangan
Keruntuhan Tekan
( Compression Failure)

=A

TS

fs <f y

. fs

Keseimbangan
Gaya

Analisa Penampang Balok Tulangan Tunggal

s = y
cu < 0, 003

Akibat beban , pada saat bersamaan terjadi :

a=

, dan

1 .c

= a

Dari Regangan pada Kondisi Keruntuhan Tekan


cu : s = c : ( d - c

)a
1
s =
cu
a
1
(d-

( d - c)
s =
cu
c
( 1 .d - a )
a

fs = s .E s =
C c = 0,85 . f'

cu .E s

.b.a

c .b.a -

0,85.f'

c .a

0,85.f'
600.

.b.d.
+ 600.

0,85.f'
( 1. 600
.d - =a 0)
a
.d.a - 600.

1 . d 2 = 0

. a 2 + d.a -

0,85.f'
.
600.

+ 4.

a =
0,85.f'

2.

atau

( 1 .d - a )
a. 600

A s = . b.d

a
2

) a
2

1 .d 2

-d +d

0,85.f'
.
600.

+ 4.

>a b

600.

c .a.b ( d -

M n =A s .f s . (d-

1 .d 2 = 0

-d + d

M n = 0,85 f'

( 1 .d - a )
0,003.200000
a

C C =T S
c .b.a = A
s .f s

T s =A s .f s
0,85.f'

2.

0,85.f'
600.

dimana a

dimana , f

= 600 .

( 1 .d - a )
a

= 1.(

600
).d
600 + f
y

<f y
Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

Kondisi Keruntuhan Tarik ( Tension Failure ) :

cu = 0, 003

sumbu netral
h

0,85 f'

a
2

CC

M n

d
AS
ds

s > y
Diagram Regangan
Keruntuhan Tarik
( Tension Failure )

Penampang
balok

TS

fs =f y
Diagram
Tegangan

=A

. fy

Keseimbangan
Gaya

Analisa Penampang Balok Tulangan Tunggal


a=

s > y , dan
cu = 0, 003

Akibat beban , pada saat bersamaan terjadi :

1 .c
a
1

Dari Keseimbangan Gaya pada Kondisi Keruntuhan Tarik :


C c = 0,85 . f'

.b.a

T s =A s .f y

a=

As

0,85.f'

M n
= .fy
b.d 2
Subtitusi :

.d.f

c .b

M n =A s .f y . (dM n = .b.d. f

A s .f y

a =

0,85.f'

c .b

A s = .b.d

b.d

.b.d.f

--->

C C =T S

[ 1-

0,85.f'

y
c

) a
2
1
2

( d1
2

.d.f

. )=

0,85.f'

. . (]

m=

Rn =

.b.d

2 .f

[ 1-

1
2

. . (]

f y
)
0,85.f'

f y

0,85.f'

fy
0,85.f'

M n
b.d 2
Rn =

M n
b.d 2

= .f y .(1 -

1 .m )
2

Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

Rn =

.f y .(1 -

Rn =

.f y -

1 . m. f
2

1 .m )

2
1 2 .f . m
y
2

. 2 - f y . + R n = 0

fy +

1.2 =

1
-4. . m. f
2

fy -

1 . m. f
2

2.

- 2. m. f
m. f

fy - f y

.R n

.R n

2. m . R

0<

< 0

( 1-

fy

m. f

1 -

2. m . R

( 1-

fy
m

1
m

1-

(1-

2. m . R

fy

Note : Perencanaan Tulangan Lentur ,haruslah ;

maksimum

< 0,75

Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

Lagi tentang Keruntuhan Tarik


Kondisi Keruntuhan Tarik ( Tension Failure ):

cu = 0, 003

a
2

sumbu netral
h

0,85 f'

CC

M n

d
AS
d'

s > y
Diagram Regangan
Keruntuhan Tarik
( Tension Failure )

Penampang
balok

TS

fs =f y
Diagram
Tegangan

=A

. fy

Keseimbangan
Gaya

Analisa Penampang Balok Tulangan Tunggal


a=

s > y , dan
cu = 0, 003

Akibat beban , pada saat bersamaan terjadi :

1 .c
a
1

Dari Keseimbangan Gaya pada Kondisi Keruntuhan Tarik :


C c = 0,85 . f'

.b.a
C C =T S

T s =A s .f y
As

a=

--->

a =

A s .f y
0,85.f'

c .b

A s = .b.d

b.d

.b.d.f
0,85.f'

.b
c

M n =A s .f y . (d-

.d.f
0,85.f'

y
c

A s .f y
) = As . fy.(1 d.- 0,59 .
)
2
0,85.f'
.b
c

) - Asa .fy . ( d 2

A s .f y
f' c . b

A s = .b.d
M n = .b.d
Subtitusi :

=
M n = b.d

. b .d. f y
)=
f' c . b

. f y . ( d - 0,59

2 .

.f

2 .fy ( 1 - 0,59 .

. d. f y
f' c

.f y = . f'c

f' c

.f' c ( 1 - 0,59

.b.d

M n
b.d 2 . f' c

. ( 1 - 0,59.

Rumus ini dipakai dalam tabel yang dikeluarkan ITS .

Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

Lagi tentang Keruntuhan Tarik


Kondisi Keruntuhan Tarik ( Tension Failure ):

cu = 0, 003

a
2

sumbu netral
h

0,85 f'

CC

M n

d
AS
d'

s > y
Diagram Regangan
Keruntuhan Tarik
( Tension Failure )

Penampang
balok

TS

fs =f y
Diagram
Tegangan

=A

. fy

Keseimbangan
Gaya

Analisa Penampang Balok Tulangan Tunggal


a=

s > y , dan
cu = 0, 003

Akibat beban , pada saat bersamaan terjadi :

1 .c
a
1

Dari Keseimbangan Gaya pada Kondisi Keruntuhan Tarik :


C c = 0,85 . f'

.b.a

--->

C C =T S

T s =A s .f y

A s .f y

a =

As
b.d

0,85.f'

A s = .b.d

.b.d.f

a=

.T s . ( d - .a ) =1

M u =

M u = .b.d

.f y . (d-

b.d 2

1
2

1
2

.A s .f y .(d-

. b .d.

. )=

0,85.f'

fy
c .b

. . f y ( 1 - 0,588 .

c .b

.b.d

0,85.f'

. )

c .b

.d.f
0,85.f'

y
c

A s .f y

0,85.f'

2 .fy ( 1 -

.b

. f y
1 ) =.
2
0,85f' c

. .b.d

2 .f

y . ( 1-

0,588.

fy
)
f' c

Rumus ini dipakai dalam tabel CUR .

Ir.H.Kartono Hd

f
) y
f' c

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

10

Kemampuan Struktur dalam memikul beban


Syarat dasar untuk desain kekuatan :

Kuat Rencana > Kuat Perlu

. ( Kuat Nominal ) >

Pasal 11.2 : Kuat Perlu


Pasal 11.2.1 : Kuat perlu

U untuk menahan beban mati D , paling tigak harus sama dengan

U = 1,40 ......

Persamaan ( 4 )

Kuat perlu
U untuk menahan beban mati D , beban hidup L dan juga beban
atap A atau beban hujan R, paling tidak harus sama dengan

U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 ( A atau R ) ....

Persamaan ( 5 )

Pasal 11.2.2 : Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan dalam
perencanaa , maka pengaruh kombinasi beban D , L dan W berikut harus
ditinjau untuk menetukan nilai U yang terbesar , yaitu

U = 1,2 D + 1,0 L + 1,6 W + ( A atau R ) ....

Persamaan ( 6 )

Kombinasi beban j uga harus memperhitungkan kemungkinan beban hidap L


yang penuh dan kosong untuk mendaptkan kondisi yang paling berbahaya , yaitu

U = 0,90 + 1,6 W ....

Persamaan ( 7 )

Perlu dicatat bahwa untuk stiap kombinasi beban D,L dan W , kuat perlu U
tidak bole kurang dari persamaa ( 5 )

Pasal 11.3 : Kuat Rencana


Pasal 11.3.2 : Faktor reduksi kekuatan f ditentukan sebagai berikut :
Pasal 11.3.2.1 : Lentur tanpa beban aksial ........... 0,80
Pasal 11.3.2.3 : Geser dan Torsi ...... 0,75

Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

10

Kemampuan Struktur dalam memikul beban


Syarat dasar untuk desain kekuatan :

Kuat Rencana > Kuat Perlu

. ( Kuat Nominal ) >

Pasal 11.2 : Kuat Perlu


Pasal 11.2.1 : Kuat perlu

U untuk menahan beban mati D , paling tigak harus sama dengan

U = 1,40 ......

Persamaan ( 4 )

Kuat perlu
U untuk menahan beban mati D , beban hidup L dan juga beban
atap A atau beban hujan R, paling tidak harus sama dengan

U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 ( A atau R ) ....

Persamaan ( 5 )

Pasal 11.2.2 : Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan dalam
perencanaa , maka pengaruh kombinasi beban D , L dan W berikut harus
ditinjau untuk menetukan nilai U yang terbesar , yaitu

U = 1,2 D + 1,0 L + 1,6 W + ( A atau R ) ....

Persamaan ( 6 )

Kombinasi beban j uga harus memperhitungkan kemungkinan beban hidap L


yang penuh dan kosong untuk mendaptkan kondisi yang paling berbahaya , yaitu

U = 0,90 + 1,6 W ....

Persamaan ( 7 )

Perlu dicatat bahwa untuk stiap kombinasi beban D,L dan W , kuat perlu U
tidak bole kurang dari persamaa ( 5 )

Pasal 11.3 : Kuat Rencana


Pasal 11.3.2 : Faktor reduksi kekuatan f ditentukan sebagai berikut :
Pasal 11.3.2.1 : Lentur tanpa beban aksial ........... 0,80
Pasal 11.3.2.3 : Geser dan Torsi ...... 0,75

Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

Selanjutnya, untuk

>

perlu

11

, maka diperlukan tulangan rangkap

maksimum

=0

Note : Disebut tulangan tunggal , bila

Penulangan tulangan rangkap :


Tulangan Tekan :

M u

- M n ( maksimum tulangan tunggal

A' s =

f y ( d - d' )

Tulangan Tarik :
A s = A s ( maksimum tulangan tunggal

) + A'

Kondisi Keruntuhan Seimbang ( Balance Failure ):

cu = 0, 003

0,85 f'

a
2

d'
A' Sb

Cs
CC

ab

cb
sumbu netral

M nb

d
A Sb
ds

s = y
Diagram Regangan
Keruntuhan Seimbang
( Balance Failure)

Penampang
balok

TS

fs =f y
Diagram
Tegangan

=A

. fy

Keseimbangan
Gaya

Analisa Penampang Balok Tulangan Rangkap


Dari Regangan pada Kondisi Seimbang :

cu : y = c b : ( d - c
y . c b = cu .d cb (

a b = 1 .c b
ab
cb =
1

s = y , dan
cu = 0, 003

Akibat beban , pada saat bersamaan terj adi :


)

cu .c b

cu + y ) = cu .d
cb =

cb = (

cu
( cu + y )

600 )
600 + f

0,003

d=
( 0,003 +

0,003

d=

fy

( 0,003 +
s

fy

200000

d
y

a b = 1 .c b = 1 (

600
)
600 + f

d
y

Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

12

Dari keseimbangan gaya :


C S +C C =T S

C C =T S -C S

C S = A's . f'

C c = 0,85 . f'
.b.a b
c
T s = A sb . f y
0,85 f'

.b.a b = A sb .f y - A s .f s
C

0,85 f'

Dimana :

A' s

' b =

b .f y - ' s .f' s ) b.d

.b.a b = (

b = b.dsb
b.d

A sb =

b .b.d

A' s =

' b .b.d

Dari diagram Regangan :


's : c u = (c

- d' ) : c b

' s . c b = cu ( c b - d' )

f' s =

' s .E s =

f' s =

( 1-

f' s =

( 1-

ab
1 - d'

( c b - d' )
' s =
cu
cb

ab
( 600 + f

cu

ab
1

( a b - 1 .d' )
ab

1 .d'

( a b - 1 .d')
ab

. cu .E s =

. 600

1.

600 . d

. 600 =

f' s =

(
( 600 -

0,85.f'

. 600

. 600

. 600

) <f

d.600
( 600 d'+ f
d

( a b - 1 .d')
ab

b .f y - ' s .f' s ) d

.d

d' ( 600 + f

1-

)
)

ab =

Dimana :

. 0,003.200000

600
600 + f

cu

1 .d'

( 1-

y ) .d'

( a b - 1 .d')
ab

Selanjutnya :
ab = 1

ab =

600
600 + f

( 1 .f y 0,85.f'

( 1 .f y -

)d
y

. f'

0,85.f'

).d

. f'

).d

= 1

600
600 + f

( 1 .f y -

. f'

. 1.

600
600 + f

) =

0,85 f'

c . 1

b = 0,85 .

f' c
fy

)+
y

)d
y

600
600 + f

f' s
fy

f'
b = b + ' s
f' y

Maksimum tulangan

rangkap

< 0,75 (

b )+ '

f' s
f' y
Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

13

Kondisi Keruntuhan Tarik ( Tension Failure ):

cu = 0, 003

b
A' S

a
2

Cs
CC

sumbu netral

0,85 f'

M n

d
AS
ds

s > y
Diagram Regangan
Keruntuhan Tarik
( Tension Failure )

Penampang
balok

T S =A s . fy

fs =f y
Diagram
Tegangan

Keseimbangan
Gaya

Analisa Penampang Balok Tulangan Rangkap


atas dasar asumsi tulangan tekan sudah mencapai regangan lelehnya.

's = y

Dari Keseimbangan Gaya pada Kondisi Keruntuhan Tarik :


C c = 0,85 . f'

c .b.a

C C +C s = T S

C s = A' s . f y

0,85 . f'

T s =A s .f y
M n =

M u
=C

= 0,85 f'

.a .b. ( d - )} + { A' a
2

.{

(( As - A's )

.f y

( . b.d -

'.b.d ) .f

. b . d

0,85.f'

.f y =A s .f y

2 .f

y (1-

( A s - A' s ) . f y
0,85.f'

c .b

( A s - A' s ) . f y

1
2

d-

1
2

d-

0,85.f'

( b. d -

1
2

{ d-

0,85 . f'

1
2

+ [ A' s . f y . ( d - d' )

+ [ A' s . f y . ( d - d' )

'.b.d) . f

c .b

'. b .d

fy ( d - d' )

'

. ( 1 -

'
{ 1-

c .b

). f

0,85.f'

}+ {
c

'
(1- )

d'
d

Subtitusi :

M n =

( A s - A' s ).f y

. f y . ( d - d' )}

( A s - A' s ) . f y
.b
0,85.f'
c .b

.b.d

a =

=f y

) +a Cs . ( d - d' )
2

. (d-

= { 0,85.f'

--->

.b.a + A'

---> f'

. f y . (1-

) . { 1 - . 1 .m. ( 1 2

M n
b.d

2 . f'

=
y

)}+ {

. [ ( 1 -

}
m=
=

( 1- ) } d '

fy
0.85.f'

'

). { 1- . 1
2

. m. ( 1 -

) } + { ( 1 - ) d ' } ]
d

Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

14

Kondisi Keruntuhan Tarik ( Tension Failure ):

cu = 0, 003

b
A' S

a
2

Cs
CC

sumbu netral

0,85 f'

M n

d
AS
ds

s > y
Diagram Regangan
Keruntuhan Tarik
( Tension Failure )

Penampang
balok

=A

TS

fs =f y
Diagram
Tegangan

. fy

Keseimbangan
Gaya

Analisa Penampang Balok Tulangan Rangkap


atas dasar asumsi tulangan tekan sudah mencapai regangan lelehnya.

's = y

Dari Keseimbangan Gaya pada Kondisi Keruntuhan Tarik :


C c = 0,85 . f'

.b.a

C C +C s = T S

C s = A' s . f y

0,85 . f'

M n =

M u
=C

c.

= 0,85 f'

.a .b. ( d - )} + { A' a
2

.b.d -

'b.d ) . f
'

.{

d - 0,59

). b . d

.f y .

b.d

2 . f'c

. b.d -

0,85.f'

c .b

( 1-

) . { 1 - 0,59 .

[ A' s . f y . ( d - d' )

]
f' c . b

'. b.d ) f

'

1 - 0,59

}
).f y

f' c

'. b . d . f

. b .d

y . ( d - d' )

'

.f y . ( 1 -

.f y = . f'c

f' c
=

.b

f' c . b

) . { 1 - 0,59

. f' c . ( 1 -

0,85.f'

.f y

( A s - A' s ) . f y

1
2

d(

'

M n

( A s - A' s ).f y

.f y =A s .f y

.( 1 -

Subtitusi :

M n = b.d

=f y

. f y . ( d - d' )}

( A s - A' s ) . f y
.b
0,85.f'
.b
c

. ( 1-

a =

) + aCs . ( d - d' )
2

(d-

= { 0,85.f'

.b.a + A'

T s =A s .f y

--->

---> f'

( 1-

) . f'

f' c

. ( 1-

} +

[ b.d

. f' c . ( 1 -

)d'
d

) } + { ( 1 - ) d ' } ]
d

Rumus ini dipakai dalam tabel yang dikeluarkan ITS .


Ir.H.Kartono Hd

d'
)
d

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

15

Kondisi Keruntuhan Tarik ( Tension Failure ):

cu = 0, 003

b
A' S

a
2

Cs
CC

sumbu netral

0,85 f'

M n

d
AS
ds

s > y
Diagram Regangan
Keruntuhan Tarik
( Tension Failure )

Penampang
balok

T S =A s . fy

fs =f y
Diagram
Tegangan

Keseimbangan
Gaya

Analisa Penampang Balok Tulangan Rangkap


atas dasar asumsi tulangan tekan sudah mencapai regangan lelehnya.

's = y

Dari Keseimbangan Gaya pada Kondisi Keruntuhan Tarik :


C c = 0,85 . f'

c .b.a

C C +C s = T S

C s = A' s . f y

0,85 . f'

T s =A s .f y

C c . (d-

M U =

.{ 0,85.f'

--->

.f y =A s .f y
s

1 . c ---> a = 0,85 .c ---->

a=
M u =

.b.a + A'
c

.a .b. ( d - 0,425.c )} + { A'


( A s - A' s ) . f y .b
0,85.f'
.b
c

( d - 0,425 . c

.(

.0,85 f'

. (( As - A's )

.f y

. ( . b.d -

'.b.d ) .f

.b.d

2 .f

(1-

.b.d

2 .f

( 1-

d - 0,425.c

'
{ 1 ) { 1-

+ [ A' s . f y . ( d - d' )

+ [ A' s . f y . ( d - d' )

0,425 . c
d
0,425 .

=f y

( A s - A' s ).f y
0,85.f'

c .b

. f y . ( d - d' )}

( d - 0,425 . c

1
2

a = 0,425.c

a
) + Cs . ( d - d' )
2
c

a =

---> f'

'
(1- )

}+ {
c
}+
d

'. b .d

(1-

]
.

fy ( d - d' )
d'
d

d'
d

= 0,5
=

.b.d

2 .f

M u
b.d 2

( 1-

0,50 )

0,5 . f y

1-

( 1-

0,425 .

0,425 .

c
d

}+ {

c
d

0,50 ( 1 -

1-

d'
d

d'
)
d

Rumus ini dipakai dalam tabel CUR .


Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

16

PENENTUAN SYARAT TULANGAN TEKAN SUDAH LELEH


Dari Keseimbangan Gaya
C S +C C =T S

C C = T S -C S
C S = A's . f'

C c = 0,85 . f'
c .b.a
T s =A s .f y
0,85 f'

.b.a

= A s .f y - A s .f s
( A s - A' s ) f y
0,85 . f'
c .b

a=
Dari diagram Regangan :
's : c u = (c

- d'

): c

( c - d' )
' s = cu
c

( a - 1 .d')

( a - 1 .d')

's =

0,003 . a - 0,003 .

. 0,003

>

1 . d'

>

a. f y
Es

0,003 . a -

fy

>

cu

Es
fy
Es
a. f y
Es

>

1 . d'

0,003.
0,003

>

( 0,003 a

600

>
a=

fy

1 . d'

1 . d'

ES

( 600 - fy )
( A s - A' s ) f y
0,85 . f'
c .b

. b .d -

'. b . d ) f

600

>
> 0,85. f'

( 600 - fy )
c

.b .

1 . d'

600
.
( 600 - fy )

Syarat tulangan tekan sudah leleh


(

- ' ) >0,85 . .

belum leleh

Note : Bila tulangan tekan

f' s =

's . E

fy

1 .

600
( 600 - fy )

d'
d

, berlaku :
M n = 0,85 . f'

Dimana :

f' c

(a -

1 . d')
a
a=

.b . a . ( d -

) + A' a
2

0,003 . 200000 =

(a -

. f' s ( d - d ' )

1 . d')
a

. 600

A s .f y - A' s .f' s
0,85 . f'
c .b
Ir.H.Kartono Hd

1 . d'

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002


Beban merata

17

Balok terbuat dari beton


bertulang , sepanjang 9 m
Menerima :
Beban mati termasuk berat
sendiri balok sebesar 13 kN/m'
Beban hidup terbagi rata ,
sebesar 8 kN/m'

80 CM

f' c = 25 Mpa
f' y = 400 Mpa

40 CM

Jawab :

Rencanakan penulangan balok pada


potongan di tengah - tengah bentang

d=h-d

= 800 - 65 = 735 mm

Batasan ratio tulangan

aksimum

minimum

4.f y
1,4

>

minimum

25

f' c

>

f' c
. 1 .(
fy

0,85.

b = 0,75 .

< 0,75

600
)
600 + f

= 0,75 .0,85 .

diambil

1,4
400

600
600 + 400

25
400

= 0,02

= 0,0031

4.400

fy

0,85 .

minimum

= 0,0035

= 0,0035

Menghitung beban :
Beban ultimit = 1,2 DL + 1,6 LL = 1,2 .13 + 1,6 . 8 = 28,40 kN/m'
Menghitung besar moment :
1
8

Besar moment di tengah-tengah bentang = . 28,40 . 9


Kuat perlu = M
M n
b.d 2

Rn =
m=

perlu

perlu

A s perlu

0,85.f'

=
c

1
m

1
18,824

6
2

400
0,85.25

= 1,663 Mpa

= 18,824

1-

1-

5 D 19

2. m . R

(1-

= 287,55 kNm

= 359,44 KNm

359,44 .10
400.735

fy

287,55
0,8

fy
(1-

2. 18,824 .

1,663

400

= 0,00433 <
>

. b . d = 0,00433 . 400 . 735 = 1274 mm


Dipasang 5 D 19 = 5 . 283 = 1415 mm

Teoritis

maks

minimum

= 0,02
= 0,0035

> 1274 mm

(O K)

Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002


Penulangan :

18

2 D 19
2 D 12
80 CM

d baru

Sengkang D 10

= 800 - 59,50 = 740,50 mm

2 D 12
5 D 19

1
40 + 10 + .19 = 59,50 mm
2

40 CM

400 - 2.40 - 2.10 - 5 . 19


4

Kontrol jarak bersih antar tulangan :

= 51,25 mm > 25 mm ( OK )

Kontrol kemampuan mikul beban atas dasar tulangan tunggal :

a =

A s .f y
0,85.f'

M n =A s .f y . (d-

1415.400

c .b

) a
2

= 1415 .400

( 740,50 -

M n
b.d 2 . f' c

Ref : Tabel ITS ;

= 66,588 mm

0,85.25.400

) = 40066,588
kNm > kuat perlu = 359 kNm ( 0K )
2

. ( 1 - 0,59.

tulangan terpasang

=
M n=

. ( 1 - 0,59.

) . b.d

2 .f'

Ref : Tabel C.U.R :

.f y
f' c

A s terpasang
b. d baru

= 0,00476 . 400

u
2

M n=

). 400.740,50

1415
400 . 740,50

2 .25 =

. . f y ( 1 - 0,588 .

M U

= .. f y .( 1 - 0,59 .

400
25

399 kNm > 359 kNm ( OK)

fy
)
f' c

= 0,00476

= 0,07616

25

= 0,07616 . ( 1 - 0,59. 0,07616 ) .400.740,50

b.d

M n = 0,00476 . 400 . ( 1 - 0,588 . 0,00476 .

fy
) . b.d
f' c

= 399 kNm > 359 kNm ( OK )

Ir.H.Kartono Hd

19

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002


Balok terbuat dari beton bertulang
Menerima beban :
M u = 450 kNm
f' c = 30 Mpa

60 CM

f' y = 400 Mpa


Rencanakan penulangan balok atas dasar
tulangan rangkap .

30 CM

Jawab :

d=h-d

= 600 - 75 = 525 mm

Batasan ratio tulangan

b =

f' c
. 1 .(
fy

0,85.

600
)
600 + f

600
600 + 400

0,85 . 30
400

= 0,85 .

= 0,0325

maksimum

Dengan tujuan untuk mendapatkan tulangan rangkap ,maka besar

f' c

>

minimum

b = 0,35 . 0,325 = 0,0114

< 0,35

aksimum

1,4

M n
b.d 2
fy

m=

0,85.f'

perlu

perlu

450
0,8

1
m

1
15,686

= 6,803 Mpa

= 15,686

1-

2. m . R

( 1-

1-

A s ( maksimum tulangan tunggal )

a=

= 562,50 KNm

400
0,85.30

=
c

fy
2. 15,686.6,803

(1-

400

)
)

0,85.f'

M n ( maksimumtulangan tunggal )

. fy
c .b

1796 . 400

= 0,85.30.300

= 0,02021 >

maks

> minimum
2

= 0,0114.300.525 = 1796 mm

A s ( maksimum tulangan tunggal )

= 0,0035

minimum

= 0,0035

562,50.10
300.525

diambil

1,4
400

= 0,00342

4.400

fy

Kuat perlu = M
Rn =

30

4.f y

>

minimum

diambil = 0,35

= 0,0114
= 0,0035

--> maka diperlukan tulangan tekan

= 93,91 mm

= T s . ( d - a ) = 1796 .4001 ( 525 - . 93,91 ) = 343 kNm


2

1
2
Ir.H.Kartono Hd

20

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002


M u
Tulangan tekan :

- M n ( Maksimum tulangan tunggal )

A' s =

f y ( d - d' )

( 563 - 343) .10


400. ( 525 - 75 )

3 D 25 = 3. 490 = 1470 mm
Tulangan tarik = A

= A S ( maksimum tulangan tunggal )

+ A'

= 1100 mm

> 1100 mm

= 1796 + 1100 = 2896 mm


2

8 D 25 = 8 .490 = 3920 mm

> 2936 mm

( OK)

Melakukan analisa kemampuan balok mikul moment atas dasar tulangan rangkap :
1
40 + 10 + .25 = 62,50mm
2

3 D 25

Sengkang D 10
60 CM

2 D 12
8 D 25

30 CM

40 + 10 + 25 + .30 = 90 mm
300 - 2.40 - 2.10 - 4 .25
3

Kontrol jarak bersih antar tulangan :

A' s = 3 . D 25 = 3. 490 = 1470 mm


s

= b . d s
'=

A' s
b.d

= 33 mm > 25 mm ( OK )

A s = 8 . D 25 = 8. 490 = 3920 mm

d= h-d

1
2

= 600 - 90 = 510 mm
3920
300.510

0,02562

1470
300.510

0,00961

- ' = 0,02562 - 0,00961 = 0,01601


Syarat tulangan tekan sudah leleh
(

- ' ) >0,85 . .

f' c
fy

1 .

600
( 600 - fy )

d'
d

0,85.

. 0,8530.
400

600
= 0,01992
600 - 400

62,50
510

0,01601 < 0,01992 ----> tulangan tekan belum leleh

Ir.H.Kartono Hd

( OK)

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

belum leleh

Bila tulangan tekan

, berlaku :
M n = 0,85 . f'

Dimana :

's .E

a=

A s .f y - A' s .f' s
0,85 . f'
.b
c

.b . a . ( d -

1 . d')

(a -

f' s =

3920 .400

- 1470 .

a - 0,85.62,50
a

. f' s ( d - d ' )

( a - 1 . d' )

0,003 . 200000 =

a
=

) + A' a
2

. 600

f' s

0,85 .30. 300


7650 a - 1568000 + 1470 f'

f' s =

21

s = 0

--->

Persamaan ( 1 )

600
a.f' s - 600 a + 31875 = 0 ---> Persamaan ( 2)
2

a x Persamaan ( 1 ) = 7650. a
1470 x Persamaan ( 2 ) = 1470 a.f'

- 1568000.a + 1470 a.f'

7650 a

135,03
0,85

+ 4.7650.46856250

2 . 7650

= 135,03 mm

. 0,003 = 0,00182

158,86

's . E

+ 686000 + 686000

= 158,86 mm

' s = c - d ' . cu = 158,86 - 62,50


f' s =

(-)

- 686000. a - 46856250 = 0

a=
c=

c = 0

- 882000.a + 46856250 = 0
s

= 0,00182. 200000 = 364 Mpa

Pemeriksaan maksimum tulangan yang disyaratkan :

perlu

< 0,75 (

b )+ '

f' s
f' y

364
400

= 0,75.0,0325 + 0,00961

= 0,0331

0,01601 < 0,0331 ( OK )

Pemeriksaan kekuatan :
A s .f y - A

a=

M n = C c ( d - ) + Ca
2
= 0,85. 30 .300. 135,02 ( 510 -

0,85. f'c . b

( d - d ' ) = 0,85.f'

f'

3920 . 400 - 1470 . 364

= 135,02 mm

0,85.30.300
c . b . a(d -

) + A'

a
2

. f' s .( d - d')

135,02
) + 1470. 364 . ( 510 - 62,50 ) = 696 kNm > 562,50 kNm ( OK)
2

Ir.H.Kartono Hd

GESER

Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 0 - 2847 - 2002

22

Geser :

Tipikal tumpuan yang menunjukan tempat Geser Berfaktor ( V


untuk dipakai dasar menghitung sengkang

VU

VU

VU

VU

(V U

- V

C
C

),

Bagian Geser yang dipikul sengkang


Bagian Geser yang dipikul beton
1
2

Bagian Geser yang tidak perlu sengkang


Bidang gaya lintang akibat beban terbagi rata

Ir.H.Kartono Hd

23

Ref SNI - 0 - 2847 - 2002


Kriteria Desain untuk Geser
1. a. Ketahui Penampang Geser Kritis
b. Hitung gaya geser berfaktor , V

, pada jarak sejauh d dari muka tumpuan.

2 . Priksa , apakah :
2
V c+
3

< [ (

VU

Dimana V

( f'

adalah V

).b
U

) ]

.d

pada penampang kritis

Bila kondisi ini tak terpenuhi, besarkan penampang

3. Tentukan besar V

untuk komponen struktur yang hanya dibebani oleh geser dan lentur :
1( f'
6

VC =

Sedangkan besar V

VC=2

1+

).b

.d

untuk komponen struktur yang dibebani oleh tekan aksial :


NU
14.Ag

1
( f'
6

)
NU

V U

> V C

.d

, maka harus dipasang tulangan geser sehingga terpenuhi :

<

VU
dimana :

).b

dinyatakan dalam Mpa

14.Ag
4 . Bila

VS =
VS =

(V C +V S )

A V .f y.d
S

untuk sengkang v ertikal

A V .f y.d
S

5 . Jarak sengkang maksimum = S

( sin

+ cos

untuk sengkang miring

maksimum

a. Untuk :

b. Untuk :

6 . Jarak sengkang minimum = S

V S

< 13(

V S

>

V S

<

) f' . cbw.d

1 (

3
2 (

d
2
600 mm

<
<

) f' . cbw.d

<
<

) f' . cbw.d

d
4
300 mm

minimum

Av =

b w .S
3.f ys

S minimum

3.f ys . A v
bw
Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 0 - 2847 - 2002

24

Balok beton bertulang , panjang dari as kolom ke as


kolom , 9 meter , terjepit pada kolom yang berukuran
2
400 x 800 mm
9m
1
16

1
16

h balok

= 800 mm

b balok

= 400 mm

Menerima :
Beban mati termasuk berat sendiri balok = 45 kN/m'
Beban hidup
= 15 kN/m'

1
11

Mutu beton

= f'

Mutu tulangan = f'

Tentukan pemulangan gesernya :

= 25 Mpa
= 400 Mpa

Jawab :
d = 800 - 65 = 735 mm
Menentukan beban berfaktor :
q u = 1,2 D

+ 1,6 L

= 1,2 . 45 + 1,6 . 15 = 78 kN

Besar gaya geser pada as kolom : V


Menentukan besar V

= 0,5 . 78 . 9 = 351 kN

pada penampang sejauh d dari muka tumpuan ( V

Ud

):

9m

V Ud =

V Ud
V Ud

Vn=

3,365 m

4500 - 400 - 735


4500
V ud

.351 kN = 262,47 kN

= 262,47
0,75

= 349,96 kN

4,10 m
Menentukan kemampuan beton tanpa tulangan geser dalam mikul geser :
VC =

1
6

= 1
6

f' c . b .d
w

25

. 400.735 = 245 kN

Cek, kemampuan penampang dalam mikul geser


Vn

< V c +V

1
6

f' c . b .d
w

2
3

f' c . b .d
w

5
6

f' c . b .d
w

5
6

25

. 400.735 = 1225 kN

349,96 kN < 1225 kN


Jadi penampang memenuhi syarat untuk mikul geser, sehingga tidak perlu diperbesar penampangnya

Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

25

Menentukan kemampuan beton tanpa tulangan geser dalam mikul geser :


VC =

1
6

= 1
6

f' c . b .d
w

V ud

Vn =

. 400.735 = 245 kN

25

= 262,47
0,75

= 349,96 kN

-------> Jadi diperlukan tulangan geser

V s , yakni gaya geser yang dipikul tulangan geser :

Menentukan besar

V s = V n - V C = 349,96 - 245 = 104,96 kN


Menentukan jarak sengkang :

Dicoba dipasang sengkang v ertikal dua kaki

10 dengan luas penampang 78,50 mm


2

A v = 2. 78,50 = 157 mm
f ys = 240 Mpa
A V .f y .d
S

VS =

A V .f ys .d
VS

S=

< 3

Vs = 104,96 kN
Jadi j arak sengkang maksimum ( S

f' c . b .d
w
d=
2

<

maksimum

1
3

157 . 240. 735

104960

25

= 264 mm

. 400.735 = 490 kN

735
= 367,50 mm
2

< 600 mm
Jarak sengkang minimum ( S

minimum

b w .S

Av =

S =

3.f y s

A v .3.f ys
bw

157.3.240

= 377 mm

400

10 - 100 mm

Dipasang sengkang
Menentukan tulangan lentur :
d=h-d

= 800 - 65 = 735 mm

Batasan ratio tulangan

aksimum

minimum

minimum

< 0,75

>
>

25

f' c

4.f y
1,4
fy

f' c
. 1 .(
fy

0,85.

b = 0,75 .

= 0,75 .0,85 .
y

0,85 .

25
400

600
600 + 400

= 0,0031

4.400
1,4
400

600
)
600 + f

diambil

minimum

= 0,0035

= 0,0035
Ir.H.Kartono Hd

= 0,02

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

26

Menentukan tulangan lentur :


Menghitung besar moment :
Besar moment di tengah-tengah bentang = +
Besar moment di tumpuan = -

1
11

. 78 . 9
1
16

. 78 . 9

= + 574,36 kNm

= - 394,88 kNm

Menentukan tulangan di tengah bentang ( tulangan lapangan )


Kuat perlu = M
M n
b.d 2
fy

Rn =
m=

0,85.f'

perlu

perlu

A s perlu

= 3,322 Mpa

400
0,85.25

=
c

= 18,824

1-

1
18,824

= 717,95 KNm

717,95 .10
400.735

1
m

574,36
0,8

2. m . R

(1-

1-

2. 18,824 .

(1-

fy

3,322

400

= 0,00908 <

maks

> minimum

. b . d = 0,00908 . 400 . 735 = 2670 mm

= 0,02
= 0,0035

Dipasang : 6 D 25 = 6 . 490 = 2940 mm

> 2670 mm

(O K)
6 D 25

d' = 40 + 10 + .25 = 62,50 mm1


2

Penulangan :
2 D 25
2 D 12
80 CM

Teoritis

Sengkang D 10

2 D 12
6 D 25

d s = 40 + 10 + .25 = 62,50 1mm


2

40 CM

400 - 2.40 - 2.10 - 6 .25


5

Kontrol jarak bersih antar tulangan :


d baru

= 800 - 62,50 = 737,50 mm

= 30 mm > 25 mm ( OK )

Kontrol kemampuan mikul beban atas dasar tulangan tunggal :


a =

M n =A s .f y . (d-

A s .f y
0,85.f'
) a
2

.b
c

=
= 2940 .400

2940 .400
0,85.25.400
( 737,50 -

= 138,35 mm
138,35kNm > kuat perlu = 717,95 KNm ( 0K )
) = 785,95
2
Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

27

Menentukan tulangan tumpuan.


Kuat perlu = M

M n
b.d 2
fy

Rn =
m=

0,85.f'

394,88
0,8

493,60 .10
400.735

= 2,284 Mpa

400
0,85.25

=
c

1
m

= 493,60 KNm

= 18,824
2. m . R

perlu

perlu

1
18,824

. b . d = 0,00606 . 400 . 735 = 1782 mm

A s perlu

1-

( 1-

1-

2. 18,824 .

(1-

fy

2,284

400

= 0,00606 <

maks

> minimum

= 0,02
= 0,0035

4 D 25
2

Dipasang : 4 D 25 = 4. 490 = 1960 mm

> 1782 mm

( O K)

Teoritis
Penulangan :

d' = 40 + 10 + .25 = 62,50 mm1


2

4 D 25
2 D 12
80 CM

10

Sengkang

2 D 12
2 D 25

1
d s = 40 + 10 + .25 = 62,50 mm
2

40 CM

400 - 2.40 - 2.10 - 4 .25


3

Kontrol jarak bersih antar tulangan :


d baru

= 800 - 62,50 = 737,50 mm

= 66,67 mm > 25 mm ( OK )

Kontrol kemampuan mikul beban atas dasar tulangan tunggal :

a =

M n =A s .f y . (d-

) a
2

A s .f y
0,85.f'
= 1960 .400

.b
c

1960 .400
0,85.25.400
( 737,50 -

= 92,24 mm

92,24kNm > kuat perlu = 493,60 KNm ( 0K )


) = 542,04
2
Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 0 - 2847 - 2002

2250 mm

28

2250 mm

II

4 D 25

2 D 25

4 D 25

II

2 D 12
2 D 12

2 D 25

2 D 25

6 D 25

II

10 - 100 mm
1600 mm

10 - 150 mm
5000 mm

1600 mm

4 D 25

2 D 25
2 D 12

80 CM

II
10 - 100 mm

Sengkang

2 D 12

10 - 100

2 D 12

Sengkang

2 D 12
80 CM

2 D 25
40 CM

6 D 25
40 CM

Potongan I - I

Potongan II - II

Penulangan Balok

muka kolom

sengkang pertama

<

50 mm

Note : Sengkang pertama , harus dipasang


maksimum sejauh 50 mm dari muka kolom

Ir.H.Kartono Hd

10 - 150

Ref SNI - 0 - 2847 - 2002

29

Balok T
Balok yang di cor bersamaan dengan platnya, sehingga merupakan
satu kesatuan yang tak terpisahkan ( monolit )
Kemonolitan balok dan pelat tersebut, dimanfaatkan untuk menambah
luasan penampang yang tertekan sebagai akibat moment positip.
bE

bE
hf

hf

Ln

bw

bw

Balok Tepi ( L )

Balok Tengah ( T )

Lebar efektif balok L :

Lebar efektif balok T :

b E < b w + 6h
bE <
bE <

b E < b w + 16 h

b w + . L1
2
b w + . 1L
12

bE <

1
b w + L
2

bE <

1
L
4

f
n

dimana :
L n = bentang bersih antar balok
L = bentang balok
bE
hf

hf >

1
b
2

bE <

4b

bw
Balok tunggal

Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 0 - 2847 - 2002

30

Sumbu netral jatuh dalam badan balok :


bE
hf

A2

A1

0,85 f'

A2

bE
A2

A1

A2

bw

bE
c

1 a
2

C W = 0,85.f'

sf

Tf

bw

c .a.b

C f = 0,85.f'

. a. b

(d- ) a
2

M nf = C f ( d -

hf
) = 0,85
. f'
2

M nf = T f ( d -

h
) = Af
2

atau
M nw = T w ( d - ) = Aa
2

.( b E - b w ) .h f

T f = A sf . f y .

T W = A sw . f y

M nw = C w ( d - ) =a0,85 . f'
2

Cf
M nf

Tw

hf

A2

M nw

sw

bw

0,85 f'

A2

CW

hf

A2

bw

bw

bE

A2

A2

A1

bw

A2

bE

bE

c .(b

-b w ) .h f (d-

hf
)
2

atau
sw

. fy(d -

bE

0,85 f'

hf

a
2

1 a
2

0,85 f'

CW

sf

hf
2

0,85 f'

Cf

M nf

M nw

Tw

bw

. fy ( d -

TS

Tf

Analisa Penampang Balok T ( Asli )

M n = M nw + M nf = 0,85 . f'c . a . bw ( d -

) + 0,85 . f'

M n = M nw + M nf = A sw . fy. ( d -

a
)+A
2

a
2

.(b

-b w ).h

atau
sf

. fy ( d -

hf
)
2

Ir.H.Kartono Hd

Cf
CW

.(d-

hf
2

1 a
2

M n

Ref SNI - 0 - 2847 - 2002


Sumbu netral jatuh dalam flens
bE

0,85 f'
a

hf

1 a
2

CC
M n
TS

bw
Analisa Penampang Balok T ( Palsu )
Bila a

<

h f , maka termasuk balok persesegi dengan lebar b

M n = 0,85 . f

'c

. a. b

(d-

a
2

atau
M n = A sw . fy. ( d -

a
2

Ir.H.Kartono Hd

31

Ref SNI - 0 - 2847 - 2002

32

Sebuah balok terjepit pada kedua ujungnya

Untuk perhitungan tulangan


geser , lihat Soal halaman 24
9m

h balok

= 800 mm

b balok

= 400 mm

Tebal pelat lantai 18 cm


Bentang bersih antar balok = 4 meter
Menerima :
Beban mati termasuk berat sendiri balok = 45 kN/m'
Beban hidup = 15 kN/m'

Penampang Balok

1
16

1
16

Mutu beton = f'

1
11

= 25 Mpa

Mutu tulangan = f

Tentukan penulangan balok tersebut

Mutu tulangan = f

= 400 Mpa
ys

= 240 Mpa

Jawab :
d = 800 - 65 = 735 mm
Menentukan beban berfaktor :
q u = 1,2 D
L + 1,6 L

= 1,2 . 45 + 1,6 . 15 = 78 kN

Menghitung besar moment :


Besar moment di tengah-tengah bentang = +
Besar moment di tumpuan = Menentukan b

b E < b w + 16 h
bE <

b w +

bE <

1
L=
4

1
16

. 78 . 9

= + 574,36 kNm

= - 394,88 kNm

:
= 400 + 16.180 = 3280 mm

L1
2

1
11

. 78 . 9

= 400 +

1 mm
.4000 = 2400
2

Jadi b

= 2250 mm

. 9000 =12250 mm
4

Untuk mengetahui balok tersebut, balok T palsu atau T asli , maka diambil besarnya a = h
Bila nanti besarnya M

n atas dasar a = h

sebaliknya bila ternyata M


M n ( a = hf

= 0,85 . f

n atas dasar a = hf

'c . a . b

ternyata

>M
<M

n perlu

a
E ( d - ) =2 0,85 . 25 . 180 . 2250 ( 735 -

n perlu

, maka balok tersebut adalah balok T palsu ;


, maka balok termasuk balok T asli

) = 5551 kNm

2250 mm

180
2
> Mn Perlu

574,36
0,80

= 717,95 kNm

Jadi balok termasuk T palsu

180 mm
800 mm

Note

: Untuk penentuan tulangan,


dihitung sebagai balok
persegi dengan lebar b

400 mm
Ir.H.Kartono Hd

33

Ref SNI - 0 - 2847 - 2002


Menentukan tulangan lentur :

d=h-d

Batasan ratio tulangan

aksimum

minimum

>

minimum

>

25

f' c

4.f y
1,4

fy

f' c
. 1 .(
fy

0,85.

b = 0,75 .

< 0,75

= 800 - 65 = 735 mm

600
)
600 + f

= 0,0031

diambil

4.400
1,4
400

= 0,75 .0,85 .

0,85 .

600
600 + 400

25
400

= 0,02

= 0,0035

minimum

= 0,0035

Menentukan tulangan di tengah bentang ( tulangan lapangan )


Kuat perlu = M

M n
=
b E .d 2

Rn =

fy

m=

574,36
0,8

1
m

perlu

perlu

1
18,824

A s perlu

= 0,590 Mpa

400
0,85.25

717,95 .10
2250 .735
=

0,85.f'

= 717,95 KNm

= 18,824

1-

2. m . R

(1-

1-

7 D 25
n

fy
2. 18,824 .

( 1-

Teoritis

0,590

= 0,001496 <

. b E . d = 0,0035. 2250 . 735 = 5788 mm

minimum

400

Penulangan :

> 3299 mm

d baru

Kontrol kemampuan mikul beban atas dasar tulangan tunggal :

) a
2

= 3430 . 400

5 . 490 . 62,50 + 2 . 490 . 117,50


7 . 490

3430 . 400
0,85.25.2250
( 721,786 -

= 78,214 mm

= 800 - 78,214 = 721,786 mm

400 - 2.40 - 2.10 - 5 .25


4

Kontrol j arak bersih antar tulangan :

M n =A s .f y . (d-

(OK)

ds=

40 CM

.b
c E

2 D 12

7 D 25

0,85.f'

= 0,0035

2 D 12

Sengkang D 10

A s .f y

minimum

= 0,02

d' = 40 + 10 + .25 = 62,50 mm1


2

2 D 25

80 CM

a =

maks

Didapat tulangan yang cukup besar .

Selanjutnya. dicoba memanfaatkan apa yang tercantum dalam SNI 03 - 2647 - 2002 pasal 12.5.3,
yang menyebutkan bahwa sebagai alternatif , atas komponen struktur yang besar dan masif , luas
tulangan yang diperlukan pada setiap penampang positif atau negatif , paling sedikit harus
sepertiga lebih besar dari yang diperlukan dalam analisis
4
A s perlu
= a lternatif
. b E . d = . 0,001496 . 2250 . 735 = 3299 mm
3
Dipasang : 7 D 25 = 7 . 490 = 3430 mm

<

= 43,75 mm > 25 mm ( OK )

= 28,70 mm
) = 970,6028,70
kNm > kuat perlu = 717,95 kNm ( 0K )
2
Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 0 - 2847 - 2002

34

Menentukan tulangan tumpuan.


Kuat perlu = M

M n
b.d 2
fy

Rn =
m=

0,85.f'

394,88
0,8

493,80 .10
400.735

= 2,284 Mpa

400
0,85.25

=
c

1
m

= 493,80 KNm

= 18,824
2. m . R

perlu

perlu

1
18,824

. b . d = 0,00606 . 400 . 735 = 1782 mm

A s perlu

1-

(1-

1-

( 1-

fy
2. 18,824 .

2,284

400

>

= 0,00606 <

= 0,02

maks

= 0,0035

minimum

Dipasang : 4 D 25 = 4 .490 = 1960 mm

> 1782 mm

( O K)
4 D 25

Teoritis

Penulangan :
1 mm
40 + 10 + .125 = 62,50
2

4 D 25
2 D 12

Sengkang

10

2 D 12
2 D 25

80 CM

40 CM

400 - 2.40 - 2.10 - 4.25


3

Kontrol jarak bersih antar tulangan :


d baru

= 66,67 mm > 25 mm ( OK )

= 800 - 62,50 = 737,50 mm

Kontrol kemampuan mikul beban atas dasar tulangan tunggal :

a =

M n =A s .f y . (d-

) a
2

A s .f y
0,85.f'

= 1960 .400

.b
c

( 737,50 -

1960 .400
0,85.25.400

= 92,24 mm

92,24kNm > kuat perlu = 493,60 kNm ( 0K )


) = 542,04
2
Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 0 - 2847 - 2002

2250 mm

35

2250 mm

II

4 D 25

2 D 25

4 D 25

II

2 D 12
2 D 12

2 D 25

2 D 25

7 D 25

II
10 - 100 mm

1600 mm

II

10 - 150 mm
5000 mm

1600 mm

4 D 25

2 D 25
2 D 12

80 CM

10 - 100 mm

10

Sengkang

2 D 12

2 D 12
80 CM

Sengkang

10

2 D 12

2 D 25

7 D 25

40 CM

40 CM

Potongan I - I

Potongan II - II

Penulangan Balok

muka kolom

sengkang pertama

<

50 mm

Note : Sengkang pertama , harus dipasang


maksimum sejauh 50 mm dari muka kolom

Ir.H.Kartono Hd

Ref SNI - 0 - 2847 - 2002

36

Sebuah balok tberbentuk T


2250 mm

h balok
b balok

180 mm

= 800 mm
= 400 mm

b e ffektif balo

800 mm

= 2250 mm

Tebal flenz 180 mm


Mutu beton = f'
400 mm

= 25 Mpa

Mutu tulangan = f'

= 400 Mpa

Menerima :
Moment akibat beban mati termasuk berat sendiri balok = 3600 kNm
Moment akibat beban hidup = 700 kNm
Tentukan penulangan balok tersebut
Jawab :
d = 800 - 65 = 735 mm
Menghitung besar moment ultimit :
M u = 1,2 M

+ 1,6 M

= 1,2 . 3600 + 1,6 . 700 = 5440 kNm

Untuk mengetahui balok tersebut, balok T palsu atau T asli , maka diambil besarnya a = h
Bila nanti besarnya M

n atas dasar a = h

sebaliknya bila ternyata M

ternyata

'c . a . b

>M
<M

n atas dasar a = hf

) = 0,85 . f

M n ( a = hf

n perlu

a
E ( d - ) =2 0,85 . 25 . 180 . 2250 ( 735 -

n perlu

, maka balok tersebut adalah balok T palsu ;


, maka balok termasuk balok T asli
180
2

) = 5551 kNm

< Mn

5440
0,80

Perlu

Jadi balok tersebut merupakan balok T asli


Menghitung tulangan
M nf = 0,85. f'
C f = 0,85.f'

.(b

c .( b E

- b W ). h f . ( d - b w ) .h f

0,85.f'

0,85.f'

c .( b E

fy

- b w ) .h f

180
2

) = 4564 kNm

C f =T f

T f = A sf . f y .

A sf =

hf
) = 0,85.25. ( 2250 - 400 ) .180 ( 735 2

.( b E - b w ) .h f = A sf . f y

0,85.25. ( 2250 - 400 ) .180


400

= 17690 mm

Ir.H.Kartono Hd

= 6800 kNm

Ref SNI - 03 - 2847 - 2002

M nw = M n perlu

- M nf = 6800 - 5551 = 1249 kNm

Kuat perlu = M

nw

M nw
=
b E .d 2

Rn =

fy

m=

0,85.f'
perlu

perlu

A sw =

400
0,85.25

m inimum

= 1,284 Mpa

2250 .735
=

1
18,824

= 1561 KNm
6

1561 .10

1
m

1249
0,8

= 18,824

1-

2. m . R

( 1-

1-

fy
(1-

2. 18,824 .

)
1,284

= 0,00331 <

maks = 0,02
< minimum
= 0,0035

. b E . d = 0,0035. 2250 . 735 = 5788 mm

A s = A sw + A sf = 5788 + 17690 = 23478 mm

400

Ir.H.Kartono Hd

37

You might also like