Professional Documents
Culture Documents
BRONKOPNEMONIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkopneumonia adalah peradangan akut pada paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus. Masalah yang sering muncul pada klien dengan Boncopnemonia adalah
tidak efektifnya bersihan jalan napas, resiko tinggi terhadap infeksi, kurang pengetahuan,
intolerasnsi aktivitas, tidak efektifnya pola napas. Jika broncopnemonia terlambat
didiagnosa atau terapi awal yang tidak memadai pada broncopnemonia dapat
menimbulka empisema, rusaknya jalan napas, bronkitis, maka diperlukan asuhan
keperawatan secara menyeluruh yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Untuk itu, berdasarkan uraian diatas, kami merasa perlu membahas dan menelaah
lebih dalam mengenai penyakit broncopneumonia untuk dapat mengetahui bagaimana
melakukan asuhan keperawatan pada pasien bronkopnemonia dengan pendekatan proses
keperawatan yang benar.
B. Rumusan Masalah
Dalam kasus ini di temukan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang di maksud dengan Bronkopneumonia?
2. Apa saja etiologi Bronkopneumonia?
3. Bagaimana patofisiologi Bronkopneumonia?
4. Bagaimana pathways dari Bronkopneumonia?
5. Apa manifestasi klinik dari Bronkopneumonia?
6. Apa komplikasi yang ditimbulkan oleh Bronkopneumonia?
7. Bagaimana penatalaksanaan Bronkopneumonia?
8. Bagaimana fokus keperawatan pasien dengan Bronkopneumonia?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien
dengan penyakit broncopneumonia.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk memahami tentang penyakit Broncopneumonia yang terjadi pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut Betz.C ( 2002 ), Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim
paru. Sedangkan menurut Suriadi ( 2001 ), pneumonia adalah peradangan alveoli atau
pada parenchim paru yang terjadi pada anak. Pneumonia adalah suatu peradangan paru
yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing (IKA, 2001). Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan
paru terutama alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak anak.
Bronkopneumonia adalah peradangan pada diding bronkus kecil disertai atelektasis
daerah percabangannya.
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru dan bronkiolus, virus
(influenza), jamur candida albican/aspirasi karena makanan/benda asing. (Dra Suryana
1999).
Bronkopneumonia adalah merupakan suatu peradangan pada paru-paru yang dapat
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
(kapita selekta edisi ke-2 1982).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru yang lebih menyebar
sifatnya dan melibatkan cabang tengkorak dalam paru-paru itu sendiri yang membawa
udara ke sel-sel yang sangat halus (alveoli) dari paru-paru itu sendiri. (Suddarths and
brunner 2001).
Bronkopneumonia adalah infiltrat yang tersebar pada kedua belahan paru. Dimulai
pada bronkiolus terminalis , yang menjadi tersumbat oleh eksudat mukopurulent yang
disebut juga lobular pneumonia.
Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran
berbercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas
ke parenkim paru (Brunner dan Suddarth, 2001). Bronchopneomonia adalah penyebaran
daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan
juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 2006: 805).
B. Etiologi
Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun
sebagai penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini. Sebenarnya pada diri manusia
sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia sedang timbulnya setelah ada
faktor- faktor prsesipitasi yang dapat menyebabkan timbulnya.
1. Bakteri
Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus
pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.
2. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan oleh
virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang
merupakan sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung.
4. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada pasien
yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.
C. Patofisiologi
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, mikroplasma, jamur dan aspirasi
makanan yang melalui inhalasi droplet akan teraspirasi masuk ke saluran nafas atas
kemudian masuk ke saluran nafas bagian bawah dan selanjutnya akan menginfeksi
jaringan interstisial parenkim paru. Dengan daya tahan tubuh yang menurun, terjadilah
infeksi pada traktus respiratorius atau jalan nafas. Adanya infeksi jalan nafas akan timbul
reaksi jaringan berupa edema alveolar dan pembentukan eksudat. Hal tersebut akan
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke bronkioli, alveoli dan paru-paru.
Terjadinya proliferasi mengakibatkan sumbatan dan daya konsolidasi pada jalan nafas
sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 menjadi terhambat dan terjadilah gangguan
ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan
terjadi peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi
yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler
atau hipoventilasi yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal tersebut
menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas
yaitu membuang CO2 sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun
dan terjadilah gangguan difusi dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana
oksigenasi ke jaringan tidak memadai. Jika gangguan ventilasi, difusi dan perfusi tidak
segera ditanggulangi akan menyebabkan hipoksemia dan hipoksia yang akan
menimbulkan beberapa manifestasi klinis.
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain cyanosis, nafas cuping
hidung, takikardia, dipsnea, gelisah, stridor, retraksi otot dada dan sesak, dimana tanda
dan gejala tersebut dapat menimbulkan masalah kerusakan pertukaran gas dan pola nafas
tak efektif. Tanda dan gejala lain yang timbul adalah kelemahan, keletihan, kelelahan
yang akan menimbulkan masalah intoleransi aktifitas. Jika kuman terbawa bersama
makanan akan masuk ke lambung dan terjadi peningkatan asam lambung, hal inilah yang
menyebabkan mual, muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh, selain itu bisa juga terjadi demam dan berkeringat yang
dapat menimbulkan masalah risiko kekurangan volume cairan dan hipertermia. Batuk
dan pilek merupakan reaksi tubuh akibat adanya infeksi traktus respiratori yang akan
menimbulkan masalah bersihan jalan nafas tak efektif. Masalah risiko penularan infeksi
juga dapat terjadi jika kuman sudah masuk ke dalam alveoli dan bronkiolus. Dengan
timbulnya tanda dan gejala dan disertai dengan kurangnya pemahaman orangtua
sehingga keluarga bertanya-tanya tentang penyakit pasien, maka timbullah masalah
kecemasan orangtua.
F. Komplikasi
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang. Terjadi apabila
penumpukan sekret akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi.
Penumpukan sekret ini akan menyebabkan obstruksi bronchus intrinsik. Obstruksi ini
akan menyebabkan atelektasis obstruksi dimana terjadi penyumbatan saluran udara
yang menghambat masuknya udara ke dalam alveolus.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. Ini disebabkan apabila terjadi
penyebaran virus hemofilus influenza melalui hematogen ke sistem saraf sentral.
Penyebaran juga bisa dimulai saat terjadi infeksi saluran pernapasan.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien bronkopneumonia adalah
1. Menjaga kelancaran pernapasan
2. Kebutuhan istirahat
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan
4. Mengontrol suhu tubuh
5. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
Sementara Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah:
1. Pemberian antiotik sesuai program
2. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk transpor muskusilier
Tanda : Sputum (merah muda, purulen), perkusi (pekak diatas area yang
konsolidasi), fremitus (traktil dan vocal bertahap meningkat dengan
konsolidasi), bunyi nafas (menurun atau tidak ada), warna (pucat atau cyanosis
bibir/kuku).
7) Keamanan
Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, demam.
Tanda : Berkeringat, menggigil, gemetar, kemerahan.
8) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat penyakit ISPA.
Tanda : Gelisah, bertanya-tanya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya scret mucus
b. Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan
akumulasi eksudat
c. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, proses
inflamasi
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan
pemasukan b.d faktor biologis.
e. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake
dan tachipnea.
3. Rencana Keperawatan
No
1
Diagnosa
Tujuan (NOC)
Bersihan
jalan Setelah dilakukan
nafas tidak efektif askep jam
b/d
scret mucus
terjadi
kepatenan jalan
nafas dg
Intervensi (NIC)
Airway manajemenn
1. Bebaskan jalan nafas dengan posisi
leher ekstensi jika memungkinkan.
2. Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien secara actual atau
KH:
Pasien tidak
nafas.
merasa tercekik
,tidak sesak
5. Lakukan
nafas, auskultasi
fisioterapi
dada
jika
memungkinkan
suara paru
bersih,irama
nafas , frekuensi
nafas dalam
9. Atur
posisi
untuk
mengurangi
rentang normal,
dyspnea
10. Monitor
respirasi
dan
status
oropharing
setelah
Gangguan
Setelah dilakukan
petukaran gas
askep jam
Aktivitas :
berhubungan
ventilasi dan
dengan
pertukaran gas
meningkatnya
efektif dengan
sekresi dan
KH:
akumulasi eksudat
Keseimbangan
elektrolit
diharapkan
Setelah dilakukan
efektif
Aktivitas :
berhubungan
dengan penurunan
dengan criteria
memaksimalkan ventilasi
ekspansi paru,
hasil : Kepatenan
proses inflamasi
jalan napas,
dengan kebutuhan
frekuensi napas
dalam batas
menggunakan penghisapan
normal, irama
napas teratur,
keluaran sputum
efektif
tidak adanya
Bantuan Ventilasi
suara napas
Aktivitas :
tamabahan
Managemen nutrisi
askep jam
kebutuhan tubuh
terjadi
b/d ketidak
peningkatan
makanan kesukaannya
mampuan
status nutrisi dg
pemasukan b.d
KH:
faktor biologis.
Mengkonsumsi
nutrisi yang
adekuat.
yang dibutuhkan
Identifikasi
Manajemen cairan
volume
Aktivitas :
berhubungan
dengan
tidak terjadi
demam, kekurangan
dan tachipnea.
dengan criteria
hasil :
5. Monitor TTV
Hidrasi,
6. Berikan terapi IV
mata
kuliah
keperawatan
anak
di
program
S1
Keperawatan.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dari salah dan
kekhilafan, untuk itu penulis mengharapakan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun.
DAFTAR PUSTAKA
http://nissa-uchil.blogspot.com/2015/02/askep-bronkopneumonia.html
http://barryvanilow.blogspot.com/p/asuhan-keperawatan-bronkopneumonia.html
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35508-Kep%20Respirasi-Askep
%20Bronkopneumonia.html#popup