You are on page 1of 15

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

BRONKOPNEMONIA

Disusun Oleh: KELOMPOK VII


Beatriks Pongpalita, S.Kep
Natalia Asso, S.Kep
Petrus Yulianto, S.Kep
Yunita Lipan, S.Kep
Yulius Nawipa, S.Kep

TAHAP PROFESI NERS ANGKATAN VI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
`2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkopneumonia adalah peradangan akut pada paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus. Masalah yang sering muncul pada klien dengan Boncopnemonia adalah
tidak efektifnya bersihan jalan napas, resiko tinggi terhadap infeksi, kurang pengetahuan,
intolerasnsi aktivitas, tidak efektifnya pola napas. Jika broncopnemonia terlambat
didiagnosa atau terapi awal yang tidak memadai pada broncopnemonia dapat
menimbulka empisema, rusaknya jalan napas, bronkitis, maka diperlukan asuhan
keperawatan secara menyeluruh yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Untuk itu, berdasarkan uraian diatas, kami merasa perlu membahas dan menelaah
lebih dalam mengenai penyakit broncopneumonia untuk dapat mengetahui bagaimana
melakukan asuhan keperawatan pada pasien bronkopnemonia dengan pendekatan proses
keperawatan yang benar.
B. Rumusan Masalah
Dalam kasus ini di temukan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang di maksud dengan Bronkopneumonia?
2. Apa saja etiologi Bronkopneumonia?
3. Bagaimana patofisiologi Bronkopneumonia?
4. Bagaimana pathways dari Bronkopneumonia?
5. Apa manifestasi klinik dari Bronkopneumonia?
6. Apa komplikasi yang ditimbulkan oleh Bronkopneumonia?
7. Bagaimana penatalaksanaan Bronkopneumonia?
8. Bagaimana fokus keperawatan pasien dengan Bronkopneumonia?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien
dengan penyakit broncopneumonia.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk memahami tentang penyakit Broncopneumonia yang terjadi pada anak.

b. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak Broncopneumonia dengan


aplikasi NANDA NIC NOC.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut Betz.C ( 2002 ), Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim
paru. Sedangkan menurut Suriadi ( 2001 ), pneumonia adalah peradangan alveoli atau
pada parenchim paru yang terjadi pada anak. Pneumonia adalah suatu peradangan paru
yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda

asing (IKA, 2001). Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan
paru terutama alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak anak.
Bronkopneumonia adalah peradangan pada diding bronkus kecil disertai atelektasis
daerah percabangannya.
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru dan bronkiolus, virus
(influenza), jamur candida albican/aspirasi karena makanan/benda asing. (Dra Suryana
1999).
Bronkopneumonia adalah merupakan suatu peradangan pada paru-paru yang dapat
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
(kapita selekta edisi ke-2 1982).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru yang lebih menyebar
sifatnya dan melibatkan cabang tengkorak dalam paru-paru itu sendiri yang membawa
udara ke sel-sel yang sangat halus (alveoli) dari paru-paru itu sendiri. (Suddarths and
brunner 2001).
Bronkopneumonia adalah infiltrat yang tersebar pada kedua belahan paru. Dimulai
pada bronkiolus terminalis , yang menjadi tersumbat oleh eksudat mukopurulent yang
disebut juga lobular pneumonia.
Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran
berbercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas
ke parenkim paru (Brunner dan Suddarth, 2001). Bronchopneomonia adalah penyebaran
daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan
juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 2006: 805).

B. Etiologi
Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun
sebagai penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini. Sebenarnya pada diri manusia
sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia sedang timbulnya setelah ada
faktor- faktor prsesipitasi yang dapat menyebabkan timbulnya.
1. Bakteri
Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus
pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.
2. Virus

Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan oleh
virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang
merupakan sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung.
4. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada pasien
yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.
C. Patofisiologi
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, mikroplasma, jamur dan aspirasi
makanan yang melalui inhalasi droplet akan teraspirasi masuk ke saluran nafas atas
kemudian masuk ke saluran nafas bagian bawah dan selanjutnya akan menginfeksi
jaringan interstisial parenkim paru. Dengan daya tahan tubuh yang menurun, terjadilah
infeksi pada traktus respiratorius atau jalan nafas. Adanya infeksi jalan nafas akan timbul
reaksi jaringan berupa edema alveolar dan pembentukan eksudat. Hal tersebut akan
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke bronkioli, alveoli dan paru-paru.
Terjadinya proliferasi mengakibatkan sumbatan dan daya konsolidasi pada jalan nafas
sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 menjadi terhambat dan terjadilah gangguan
ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan
terjadi peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi
yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler
atau hipoventilasi yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal tersebut
menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas
yaitu membuang CO2 sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun
dan terjadilah gangguan difusi dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana
oksigenasi ke jaringan tidak memadai. Jika gangguan ventilasi, difusi dan perfusi tidak
segera ditanggulangi akan menyebabkan hipoksemia dan hipoksia yang akan
menimbulkan beberapa manifestasi klinis.
D. Pathway

E. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain cyanosis, nafas cuping
hidung, takikardia, dipsnea, gelisah, stridor, retraksi otot dada dan sesak, dimana tanda
dan gejala tersebut dapat menimbulkan masalah kerusakan pertukaran gas dan pola nafas
tak efektif. Tanda dan gejala lain yang timbul adalah kelemahan, keletihan, kelelahan
yang akan menimbulkan masalah intoleransi aktifitas. Jika kuman terbawa bersama
makanan akan masuk ke lambung dan terjadi peningkatan asam lambung, hal inilah yang
menyebabkan mual, muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh, selain itu bisa juga terjadi demam dan berkeringat yang
dapat menimbulkan masalah risiko kekurangan volume cairan dan hipertermia. Batuk
dan pilek merupakan reaksi tubuh akibat adanya infeksi traktus respiratori yang akan

menimbulkan masalah bersihan jalan nafas tak efektif. Masalah risiko penularan infeksi
juga dapat terjadi jika kuman sudah masuk ke dalam alveoli dan bronkiolus. Dengan
timbulnya tanda dan gejala dan disertai dengan kurangnya pemahaman orangtua
sehingga keluarga bertanya-tanya tentang penyakit pasien, maka timbullah masalah
kecemasan orangtua.
F. Komplikasi
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang. Terjadi apabila
penumpukan sekret akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi.
Penumpukan sekret ini akan menyebabkan obstruksi bronchus intrinsik. Obstruksi ini
akan menyebabkan atelektasis obstruksi dimana terjadi penyumbatan saluran udara
yang menghambat masuknya udara ke dalam alveolus.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. Ini disebabkan apabila terjadi
penyebaran virus hemofilus influenza melalui hematogen ke sistem saraf sentral.
Penyebaran juga bisa dimulai saat terjadi infeksi saluran pernapasan.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien bronkopneumonia adalah
1. Menjaga kelancaran pernapasan
2. Kebutuhan istirahat
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan
4. Mengontrol suhu tubuh
5. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
Sementara Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah:
1. Pemberian antiotik sesuai program
2. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk transpor muskusilier

5. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit


H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Fokus Pengkajian
Usia bronkopneumoni sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak sering terjadi pada
anak berusia dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi berusia
kurang dari 2 bulan, tetapi pada usia dewasa juga masih sering mengalami
bronkopneumonia.
b. Keluhan Utama : sesak nafas
c. Riwayat Penyakit
1) Pneumonia Virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk renitis (alergi) dan
batuk, serta suhu badan lebih rendah daripada pneumonia bakteri.
2) Pneumonia Stafilokokus (bakteri)
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan akut atau bawah dalam beberapa hari
hingga seminggu, kondisi suhu tubuh tinggi, batuk mengalami kesulitan
pernapasan.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas riwayat penyakit fertusis
yaitu penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap panjang dan lama
yang disertai wheezing (pada Bronchopneumonia).
e. Pengkajian Fisik
1) Aktivitas/istirahat.
Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak bisa tidur.
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya gagal jantung kronik.
Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.
3) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Tanda : Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor
buruk, penampilan kaheksia (mal nutrisi).
4) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influensa).
Tanda : Perubahan mental (bingung somnolen).
5) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada meningkat saat batuk, mialgia, atralgia.
Tanda : Melindungi area yang sakit.
6) Pernafasan
Gejala : Riwayat PPOM, takipnea, dipsnea, pernafasan dangkal, pelebaran
nasal.

Tanda : Sputum (merah muda, purulen), perkusi (pekak diatas area yang
konsolidasi), fremitus (traktil dan vocal bertahap meningkat dengan
konsolidasi), bunyi nafas (menurun atau tidak ada), warna (pucat atau cyanosis
bibir/kuku).
7) Keamanan
Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, demam.
Tanda : Berkeringat, menggigil, gemetar, kemerahan.
8) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat penyakit ISPA.
Tanda : Gelisah, bertanya-tanya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya scret mucus
b. Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan
akumulasi eksudat
c. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, proses
inflamasi
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan
pemasukan b.d faktor biologis.
e. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake
dan tachipnea.
3. Rencana Keperawatan
No
1

Diagnosa
Tujuan (NOC)
Bersihan
jalan Setelah dilakukan
nafas tidak efektif askep jam
b/d

banyaknya Status respirasi:

scret mucus

terjadi
kepatenan jalan
nafas dg

Intervensi (NIC)
Airway manajemenn
1. Bebaskan jalan nafas dengan posisi
leher ekstensi jika memungkinkan.
2. Posisikan

pasien

untuk

memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien secara actual atau

KH:

potensial untuk membebaskan jalan

Pasien tidak

nafas.

merasa tercekik

4. Pasang ET jika memeungkinkan

,tidak sesak

5. Lakukan

nafas, auskultasi

fisioterapi

dada

jika

memungkinkan

suara paru

6. Keluarkan lendir dengan suction

bersih,irama

7. Asukultasi suara nafas

nafas , frekuensi

8. Lakukan suction melalui ET

nafas dalam

9. Atur

posisi

untuk

mengurangi

rentang normal,

dyspnea

tanda vital dbn.

10. Monitor

respirasi

dan

status

oksigen jika memungkinkan


11. berikan bronkodilator jika perlu
Airway Suction
1. Tentukan kebutuhan suction melalui
oral atau tracheal
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suction
3. Informasikan pada keluarga tentang
suction
4. Masukan selang jalan afas melalui
hidung untuk memudahkan suction
5. Bila menggunakan oksigen tinggi
(100% O2) gunakan ventilator atau
rescution manual.
6. Gunakan peralatan steril, sekali
pakai untuk melakukan prosedur
tracheal suction.
7. Monitor status O2 pasien dan status
hemodinamik sebelum, selama, san
sesudah suction.
8. Suction

oropharing

setelah

dilakukan suction trachea.


9. Bersihkan daerah atau area stoma
trachea setelah dilakukan suction
trachea.
10. Hentikan tracheal suction dan
berikan O2 jika pasien bradicardia.
11. Catat type dan jumlah sekresi
dengan segera

Gangguan

Setelah dilakukan

Manajemen asam basa

petukaran gas

askep jam

Aktivitas :

berhubungan

ventilasi dan

1. Pertahankan kepatenan akses IV

dengan

pertukaran gas

2. Pertahankan kepatenan jalan nafas

meningkatnya

efektif dengan

3. Pantau kadar eletrolit

sekresi dan

KH:

4. Pantau pola nafas

akumulasi eksudat

Keseimbangan

5. Sediakan terapi oksigen

elektrolit

dan Terapi Oksigen

asam basa, Nadi Aktivitas :


dalam batas yang 1. Bersihkan secret mulut dan trakea
diharapkan, Irama 2. Jaga kepatenan jalan napas
jantung
batas

dalam 3. Sediakan peralatan oksigen, sistim


yang humadifikasi

diharapkan

4. Pantau aliran oksigen


5. Pantau posisi peralatan yang
menyalurkan oksigen pada pasien
6. Monitor aliran oksigen dalam liter
7. Monitor posisi pemasangan alat
oksigen

Pola nafas tak

Setelah dilakukan

Manajemen Jalan Napas

efektif

askep jam jam

Aktivitas :

berhubungan

pola napas efektif

1. Posisikan pasien untuk

dengan penurunan

dengan criteria

memaksimalkan ventilasi

ekspansi paru,

hasil : Kepatenan

2. Identifikasi kebutuhan pasien akan

proses inflamasi

jalan napas,

insersi jalan napas actual/potensial

demam tidak ada,

3. Lakukan fisioterapi dada, sesuai

sesak tidak ada,

dengan kebutuhan

frekuensi napas

4. Bersihkan secret dengan

dalam batas

menggunakan penghisapan

normal, irama

5. Dukung untuk bernapas pelan,

napas teratur,

dalam, berbalik dan batuk

keluaran sputum

6. Instruksikan bagaimana cara batuk

dari jalan napas,

efektif

tidak adanya

Bantuan Ventilasi

suara napas

Aktivitas :

tamabahan

1. Jaga kepatenan jalan napas


2. Berikan posisi yang mengurangi
dyspnea
3. Bantu perubahan posisi dengan
sering
4. Pantau kelemahan oto pernapasan
5. Mulai dan jaga oksigen tambahan
6. Bersihkan mulut,hidung dan sekret
trakea
7. Observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi

Ketidakseimbangan setelah dilakukan

Managemen nutrisi

nutrisi kurang dari

askep jam

1. Kaji pola makan klien

kebutuhan tubuh

terjadi

2. Kaji kebiasaan makan klien dan

b/d ketidak

peningkatan

makanan kesukaannya

mampuan

status nutrisi dg

3. Anjurkan pada keluarga untuk

pemasukan b.d

KH:

meningkatkan intake nutrisi dan cairan

faktor biologis.

Mengkonsumsi

4. kelaborasi dengan ahli gizi tentang

nutrisi yang

kebutuhan kalori dan tipe makanan

adekuat.

yang dibutuhkan

Identifikasi

5. tingkatkan intake protein, zat besi

kebutuhan nutrisi. dan vit c

6. monitor intake nutrisi dan kalori


7. Monitor pemberian masukan cairan
lewat parenteral.
Nutritional terapi
1. kaji kebutuhan untuk pemasangan
NGT
2. berikan makanan melalui NGT k/p
3. berikan lingkungan yang nyaman
dan tenang untuk mendukung makan
monitor penurunan dan peningkatan
BB
4. monitor intake kalori dan gizi

Risiko kekurangan setelah dilakukan

Manajemen cairan

volume

Aktivitas :

cairan askep jam

berhubungan
dengan

tidak terjadi

demam, kekurangan

1. Timbang BB tiap hari


2. Hitung haluaran

menurunnya intake volume cairan

3. Pertahankan intake yang adekuat

dan tachipnea.

dengan criteria

4. Monitor status hidrasi

hasil :

5. Monitor TTV

Hidrasi,

6. Berikan terapi IV

Membran mucus Terapi Intra vena


yang basah, Nafas Aktifitas :
pendek

tidak 1. Atur pemberian IV sesuai resp dan


ditemukan, Mata pantau hasilnya
cekung

tidak 2. Pantau jumlah tetes dan tempat


ditemukan, Bunyi infuse IV
napas

tambahan 3. Periksa IV secara teratur


tidak ditemukan
4. Pantau TTV
5. Catat intake dan output
6. Pantau tanda dan gejala yang

berhungan dengan infusion flebitis


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama alveoli
atau parenkim yang sering menyerang pada anak anak. Penyebab Broncopneumonia
adalah bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan
antara lain cyanosis, nafas cuping hidung, takikardia, dipsnea, gelisah, stridor, retraksi
otot dada dan sesak. Komplikasi dapat muncul jika terjadi penyebaran infeksi seperti
meningitis, otitis media, perikarditis, bronkiektasis,empisema dan lain-lain.
B. Saran
Penulis mengharapakan makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
memberikan asuhan keperawatan dan dijadikan sebagai tambahan sumber bahan kuliah
pada

mata

kuliah

keperawatan

anak

di

program

S1

Keperawatan.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dari salah dan
kekhilafan, untuk itu penulis mengharapakan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun.

DAFTAR PUSTAKA
http://nissa-uchil.blogspot.com/2015/02/askep-bronkopneumonia.html
http://barryvanilow.blogspot.com/p/asuhan-keperawatan-bronkopneumonia.html
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35508-Kep%20Respirasi-Askep
%20Bronkopneumonia.html#popup

You might also like