You are on page 1of 15

MAKALAH KIMIA KLINIK I

CAIRAN PLEURA

Disusun oleh:
Yuliana Sandra Prastiwi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES BANTEN JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TANGERANG
2014

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Sholawat serta salam kita curahkan pada junjungan Nabi besar Muhammad SAW.
Berkat rahmat dan limpahannya, Penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Kimia Klinik tentang Cairan Pleura.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumber
pemikiran kepada pembaca.Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan
kami terima dengan senang hati guna penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga
dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat untuk penyusun maupun pembacanya.

Tangerang, 15 September 2014

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1

Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.....................................................................................................1

1.3

Tujuan.........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1

Anatomi dan Fisiologi Pleura...................................................................................2

2.1.1

Definisi Efusi Pleura..........................................................................................2

2.1.2

Anatomi Pleura...................................................................................................2

2.1.3

Fisiologi Pleura...................................................................................................3

2.2

Etiologi........................................................................................................................3

2.3

Manifestasi Klinis......................................................................................................8

2.4

Patogenesis Efusi Pleura...........................................................................................8

2.5

Komplikasi Klien dengan Efusi Pleura...................................................................9

2.6

Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik.........................................................................10

BAB III PENUTUP................................................................................................................11


A. Kesimpulan..................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura
parientalis. Kedua lapisan ini bersatu didaerah hilus arteri dan mengadakan penetrasi
dengan cabang utama brankus, arteri dan vena bronkialis, serabut saraf. Secara histologis
kedua lapisan ini terdiri dari sel mesotelia, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan
pembuluh getah bening.
Pleura seringkali mengalami patogenesis seperti terjadinya efusi cairan, misalnya
hidrotorak dan pleuritis eksudativa karena infeksi, hemotoraks bila rongga pleura berisi
darah, kilotoraks (cairan limfe), piotoraks atau empiema thoracis bila berisi nanah,
pneumotoraks bila berisi udara.
Penyebab dari kelainan patologi pada rongga pleura bermacam-macam,terutama karena
infeksi tuberkulosis atau non tuberkulosis, keganasan, trauma dan lain-lain.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud Efusi Pleura ?
b. Bagaimana patofisiologi dari Efusi Pleura ?
c. Bagaimana Diagnosis dari Efusi Pleura?
d. Bagaimana pengobatan Efusi Pleura ?
e. Apa saja jenis-jenis penyakit pleura?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari Efusi Pleura
b. Untuk mengetahui patofisiologi dari Efusi Pleura
c. Untuk mengetahui diagnosis dari Efusi Pleura
d. Untuk mengetahui pengobatan dari Efusi Pleura
e. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit efusi pleura

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Pleura
2.1.1 Definisi Efusi Pleura
Efusi Pleura berasal dari dua kata, yaitu efusion yang berarti ektravasasi cairan ke
dalam jaringan atau rongga tubuh, sedangkan pleura yang berarti membran tipis yang
terdiri dari dua lapisan, yaitu pleura viseralis dan pluera perietalis. Sehingga dapat
disimpulkan Efusi Pleura adalah ekstravasasi cairan yang terjadi di antara lapisan
viseralis perietalis. (Sudoyo, 2006)
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penumpukan cairan dalam
rongga pleura. (Imran Sumantri, 2008).
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer
jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa
cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah
atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne,
2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura. (Price C Sylvia, 1995).
2.1.2 Anatomi Pleura
Pleura adalah membrane serosa yang licin, mengkilat, tipis, dan transparan yang
membungkus paru (pulmo). Membran ini terdiri dari 2 lapis:
a. Pleura viseralis: terletak disebelah dalam, langsung menutupi permukaan paru.
b. Pleura parietalis: terletak disebelah luar, berhubungan dengan dinding dada.
Pleura parietal berdasarkan letaknya terbagi atas :
1. Cupula Pleura (Pleura Cervicalis)
Merupakan pleura parietalis yang terletak di atas costa I namun tdk melebihi dr
collum costae nya. Cupula pleura terletak setinggi 1-1,5 inchi di atas 1/3 medial os.
Clavicula.
2. Pleura Parietalis pars Costalis
Pleura yang menghadap ke permukaan dalam costae, cartilage costae, SIC/ ICS,
pinggir corpus vertebrae, dan permukaan belakang os. Sternum.
3. Pleura Parietalis pars Diaphragmatica
Pleura yang menghadap ke diaphragm permukaan thoracal yg dipisakan oleh fascia
endothoracica.
4. Pleura Parietalis pars Mediastinalis (Medialis)

Pleura yg menghadap ke mediastinum / terletak di bagian medial dan membentuk


bagian lateral dr mediastinum.
Pleura parietalis dan viseralis terdiri atas selapis mesotel (yang memproduksi
cairan), membran basalis, jaringan elastik dan kolagen, pembuluh darah dan limfe.
Membran pleura bersifat semipermiabel. Sejumlah cairan terus menerus merembes
keluar dari pembuluh darah yang melalui pleura parietal. Cairan ini diserap oleh
pembuluh darah pleura viseralis, dialirkan ke pembuluh limfe dan kembali
kedarah.
Diantara kedua lapisan pleura ini terdapat sebuah rongga yg disebut dengan cavum
pleura. Dimana di dalam cavum pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yang
berfungsi agar tdk terjadi gesekan antar pleura ketika proses pernapasan. Rongga
pleura mempunyai ukuran tebal 10-20 mm, berisi sekitar 10 cc cairan jernih yang
tidak bewarna, mengandung protein < 1,5 gr/dl dan 1.500 sel/ml. Sel cairan
pleura didominasi oleh monosit, sejumlah kecil limfosit, makrofag dan sel mesotel.
Sel polimormonuklear dan sel darah merah dijumpai dalam jumlah yang sangat
kecil didalam cairan pleura. Keluar dan masuknya cairan dari dan ke pleura harus
berjalan seimbang agar nilai normal cairan pleura dapat dipertahankan.
2.1.3 Fisiologi Pleura
Fungsi mekanis pleura adalah meneruskan tekanan negatif thoraks kedalam paru-paru,
sehingga paru-paru yang elastis dapat mengembang. Tekanan pleura pada waktu
istirahat (resting pressure) dalam posisi tiduran pada adalah -2 sampai -5 cm H2O;
sedikit bertambah negatif di apex sewaktu posisi berdiri. Sewaktu inspirasi tekanan
negatif meningkat menjadi -25 sampai -35 cm H2O.
Selain fungsi mekanis, rongga pleura steril karena mesothelial bekerja melakukan
fagositosis benda asing dan cairan yang diproduksinya bertindak sebagai lubrikans.
Cairan rongga pleura sangat sedikit, sekitar 0.3 ml/kg, bersifat hipoonkotik dengan
konsentrasi protein 1 g/dl. Gerakan pernapasan dan gravitasi kemungkinan besar ikut
mengatur jumlah produksi dan resorbsi cairan rongga pleura. Resorbsi terjadi terutama
pada pembuluh limfe pleura parietalis, dengan kecepatan 0.1 sampai 0.15 ml/kg/jam.
Bila terjadi gangguan produksi dan reabsorbsi akan mengakibatkan terjadinya pleural
effusion.

2.2 Etiologi
Efusi pleura merupakan proses penyakit primer yang jarang terjadi, tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain.Menurut Brunner & Suddart. 2001,
terjadinya efusi pleura disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
1. Insfeksi
Penyakit-penyakit infeksi yang menyebabkan efusi pleura antara lain:tuberculosis,
pnemonitis, abses paru, abses subfrenik.
Macam-macam penyakit infeksi lain yang dapat menyebabkan efusi pleuraantara lain:
3

a. Pleuritis karena Virus dan mikoplasmaEfusi pleura karena virus atau mikoplasma
agak jarang. Bila terjadi jumlahnya pun tidak banyak dan kejadiannya hanya
selintas saja. Jenis- jenis virusnya adalah : Echo virus, Coxsackie virus,
Chlamidia, Rickettsia,dan mikoplasma. Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi
leukosit antara100-6000 per cc.
b. Pleuritis karena bakteri Piogenik
Permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal dari jaringan
parenkim paru dan menjalar secara hematogen, dan jarang yang melalui penetrasi
diafragma, dinding dada atau esophagus.
c. Pleuritis Tuberkulosa
Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang bersifat eksudat.Penyakit
kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberkulosis paru melaluifokus subpleura
yang robek atau melalui aliran getah bening.Cairan efusi yang biasanya serous,
kadang-kadang bisa juga hemoragis.Jumlah leukosit antara 500-2000 per cc.
mula-mula yang dominan adalahsel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfost.
d. Pleura karena Fungi
Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaraninfeksi fungi
dari jaringan paru. Jenis fungi penyebab pleuritis adalah : aktinomikosis,
koksidioidomikosis, aspergillus, kriptokokus,histoplasmosis, blastomikosis, dll.
Patogenesis timbulnya efusi pleuraadalah karena reaksi hipersensitivitas lambat
terhadap organisme fungi.
e. Pleuritis karena parasit
Parasit yang dapat menginfeksi ke dalam rongga pleura hanyalah amoeba.Bentuk
tropozoit datang dari parenkim hati menembus diafragma terus ke parenkim paru
dan rongga pleura.
2. Non Insfeksi
Sedangkan penyakit non infeksi yang dapat menyebabkan efusi pleura antaralain: Ca
paru, Ca pleura (primer dan sekunder), Ca mediastinum, tumor ovarium, bendungan
jantung (gagal jantung), perikarditis konstruktifa, gagalhati, gagal ginjal.
Adapun penyakit non infeksi lain yang dapat menyebabkan efusi pleura antaralain:
a. Efusi pleura karena gangguan sirkulasi
1. Gangguan Kardiovaskuler
Payah jantung (decompensatio cordis) adalah penyebab terbanyak timbulnya
efusi pleura. Penyebab lainnya dalah perikarditiskonstriktiva dan sindrom vena
kava superior.
2. Emboli Pulmonal
Efusi pleura dapat terjadi pada sisi paru yang terkena emboli pulmonal.Keadaan
ini dapat disertai infark paru ataupun tanpa infark. Embolimenyebabkan turunnya
aliran darah arteri pulmonalis, sehingga terjadiiskemia maupun kerusakan
parenkim paru danmemberikan peradangan dengan efusi yang berdarah (warna
merah).
3. Hipoalbumia
Efusi pleura juga terdapat pada keadaan hipoalbuminemia sepertisindrom nefrotik,
malabsorbsi atau keadaan lain dengan asites sertaanasarka. Efusi terjadi karena
4

rendahnya tekana osmotic protein cairan pleura dibandingkan dengan tekana


osmotic darah. Efusi yang terjadikebanyakan bilateral dan cairan bersifat
transudat.
b. Efusi fleura karena plasma
Neoplasma primer ataupun sekunder (metastasis) dapat menyerang pleura
danumumnya menyebabkan efusi pleura. Keluhan yang paling banyak
ditemukanadalah sesak nafas dan nyeri dada. Gejala lain adalah adanya cairan
yangselalu berakumulasi kembali dengan cepat walaupun dilakukan
torakosentesis berkali-kali.
Terdapat beberapa teori tentang timbulnya efusi pleura pada neoplasma,yakni :

Menumpuknya sel2 tumor akan meningkatnya permeabelitas fleura terhadap


air dan protein
Adanya masa tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran pembuluh darah
vena dan getah bening,sehingga ronggafleura gagal memindahkan cairan dan
protein
Adanya tumor membuawat infeksi lebih mudah terjadi dan selanjutnya
timbul hipoproteimia

c. efusi fleura karena sebab lain


1. Efusi pleura dapat terjadi karena trauma yaitu trauma tumpul,laserasi, luka
tusuk pada dada, rupture esophagus karena muntah hebatatau karena
pemakaian alat waktu tindakan esofagoskopi.
2. UremiaSalah satu gejala penyakit uremia lanjut adalah poliserositis yang
terdiridari efusi pleura, efusi perikard dan efusi peritoneal (asites).
Mekanisme penumpukan cairan ini belum diketahui betul, tetapi diketahui
dengantimbulnya eksudat terdapat peningkatan permeabilitas jaringan
pleura, perikard atau peritoneum. Sebagian besar efusi pleura karena
uremia tidak memberikan gejala yang jelas seperti sesak nafas, sakit dada,
atau batuk.
3. MiksedemaEfusi pleura dan efusi perikard dapat terjadi sebagai bagian
miksedema.Efusi dapat terjadi tersendiri maupun secara bersama-sama.
Cairan bersifateksudat dan mengandung protein dengan konsentrasi tinggi.
4. LimfedemaLimfedema secara kronik dapat terjadi pada tungkai, muka,
tangan danefusi pleura yang berulang pada satu atau kedua paru. Pada
beberapa pasien terdapat juga kuku jari yang berwarna kekuningkuningan.
5. Reaksi hipersensitif terhadap obatPengobatan dengan nitrofurantoin,
metisergid, praktolol kadang-kadangmemberikan reaksi/perubahan
terhadap paru-paru dan pleura beruparadang dan dan kemudian juga akan
menimbulkan efusi pleura.
6. Efusi pleura idiopatik Pada beberapa efusi pleura, walaupun telah
dilakukan prosedur diagnosticsecara berulang-ulang (pemeriksaan
radiologis, analisis cairan, biopsy pleura), kadang-kadang masih belum
5

bisa didapatkan diagnostic yang pasti. Keadaan ini dapat digolongkan


daloam efusi pleura idiopatik.(Asril Bahar, 2001)
d. efusi fleura karena intra abdominal, Efusi pleura dapat terjadi secara steril
karena reaksi infeksi dan peradangan yang terdapat di bawah diafragma,
seperti pankreatitis, pseudokista pancreas atau eksaserbasi akut pankreatitis
kronik, absesginjal, abses hati, abses limpa, dll. Biasanya efusi terjadi pada
pleura kiritapi dapat juga bilateral. Mekanismenya adalah karena
berpindahnyacairan yang kaya dengan enzim pancreas ke rongga pleura
melalui salurangetah bening. Efusi disini bersifat eksudat serosa, tetapi
kadang-kadang juga dapat hemoragik. Efusi pleura juga sering terjadi setelah
48-72 jam pasca operasi abdomen seperti splenektomi, operasi terhadap
obstruksiintestinal atau pascaoperasi atelektasis.
1. Sindrosis Hati
Efusi pleura dapat terjadi pada pasien sirosis hati. Kebanyakan efusi
pleura timbul bersamaan dengan asites. Secara khas terdapat
kesamaanantara cairan asites dengan cairan pleura, karena terdapat
hubungnanfungsional antara rongga pleura dan rongga abdomen melalui
salurangetah bening atau celah jaringan otot diafragma.
2. Sindrom meig
Tahun 1937 Meig dan Cass menemukan penyakit tumor pada ovarium
(jinak atau ganas) disertai asites dan efusi pleura. Patogenesisterjadinya
efusi pleura masih belum diketahui betul. Bila tumor ovarium tersebut
dioperasi, efusi pleura dan asitesnya pun segerahilang. Adanya massa di
rongga pelvis disertai asites dan eksudatcairan pleura sering dikira sebagai
neoplasma dan metastasisnya.
3. Dealisis peritoneal
Efusi pleura dapat terjadi selama dan sesudah dilakukannya dialysis
peritoneal. Efusi terjadi pada salah satu paru maupun
bilateral.Perpindahan cairan dialisat dari rongga peritoneal ke rongga
pleuraterjadi melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan
samanyakomposisi antara cairan pleura dengan cairan dialisat.

Berdasarkan jenis cairan yang terbetuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat dan
eksudat.
a.
Transudat
Efusi pleura transudatif terjadi kalau faktor sistemik yang mempengaruhi
pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan. Transudat ini
disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindroma nefrotik,
asites (oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena cava superior, tumor, sindroma
meig, hipoalbumenia, dialysis peritoneal, Hidrothoraks hepatik.
b.
Eksudat
6

Efusi pleura eksudatif terjadi jika faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan dan
penyerapan cairan pleura mengalami perubahan.
Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia dan sebagainya, tumor, ifark paru,
radiasi, penyakit kolagen.
Tabel Perbedaan cairan transudat dan eksudat
Kriteria

Transudat

Eksudat

Warna

Kuning pucat, dan jernih

Bekuan

Jernih, keruh, purulen,


dan hemoragik
-/+

Berat Jenis

<1018

>1018

Leukosit

< 1000/ul

Bervariasi >1000/ul

Eritrosit

Sedikit

Biasanya banyak

Hitung Jenis

MN (limfosit/mesotel)

Terutama PMN

Protein Total

< 50 % serum

LDH

< 60 % serum

> 60 % serum

Glukosa

- plasma

-/< plasma

Fibrinogen

0.3-4 %

4-6 % atau lebih

Amylase

>50% serum

Bakteri

-/+

> 50 % serum

Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi dua yaitu
a. Unilateral
Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit
penyebabnya
b. Bilateral
Effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit dibawah ini : Kegagalan
jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus
systemic, tumor dan tuberkolosis.
2.3 Manifestasi Klinis
Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan oleh penyakit dasar.Pneumonia
akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis,sementara efusi
malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusiakan menentukan
keparahan gejala. Efusi yang luas akan menyebabkan sesak napas.
2.4 Patogenesis Efusi Pleura
Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 10-20 cc. Cairan di rongga pleura
jumlahnya tetap karena ada keseimbangan antara produksi oleh pleura parientalis dan
absorbsi oleh pleura viceralis. Keadaan ini dapat dipertahankankarena adanya
7

keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura parientalis sebesar 9cmH2O dan


tekanan koloid osmotic pleura viceralis.
Menurut Hood Alsagaff dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Penyakit
Dalam,keadaan normal pada cavum pleura dipertahankan oleh:
1. Tekanan hidrostatik pleura parientalis 9 cm H2O
2. Tekanan osmotik pleura viceralis 10 cm H2O
3. Produksi cairan 0,1 ml/kgBB/hari
Secara garis besar akumulasi cairan pleura disebabkan karena dua hal yaitu:
1. Pembentukan cairan pleura berlebihHal ini dapat terjadi karena peningkatan:
permeabilitas kapiler (keradangan,neoplasma), tekanan hidrostatis di pembuluh
darah ke jantung / vena pulmonalis ( kegagalan jantung kiri ), tekanan negatif
intrapleura(atelektasis ).
Ada tiga faktor yang mempertahankan tekanan negatif paru yang normal
ini.Pertama, jaringan elastis paru memberikan kontinu yang cenderung menarik
paru-paru menjauh dari rangka thoraks.
Faktor utama kedua dalam mempertahankan tekanan negatif intra pleuramenurut
Sylvia Anderson Price dalam bukunya Patofisiologi adalah kekuatanosmotic yang
terdapat di seluruh membran pleura.
Faktor ketiga yang mendukung tekanan negatif intrapleura adalah kekuatan pompa
limfatik. Sejumlah kecil protein secara normal memasuki ruang pleuratetapi akan
dikeluarkan oleh sistem limfatik dalam pleura parietalis. Ketigafaktor ini kemudian,
mengatur dan mempertahankan tekanan negatif intra pleura normal.
2. Penurunan kemampuan absorbsi sistem limfatik Hal ini disebabkan karena beberapa
hal antara lain: obstruksi stomata,gangguan kontraksi saluran limfe, infiltrasi pada
kelenjar getah bening, peningkatan tekanan vena sentral tempat masuknya saluran
limfe dan tekananosmotic koloid yang menurun dalam darah, misalnya pada
hipoalbuminemi.Sistem limfatik punya kemampuan absorbsi sampai dengan 20 kali
jumlahcairan yang terbentuk.
Eksudat pleura lebih pekat, tidak terlalu jernih, dan agak menggumpal. Cairan
pleura jenis ini biasanya terjadi karena rusaknya dinding kapiler melalui proses
suatu penyakit, seperti pneumonia atau TBC, atau karena adanya percampuran
dengan drainase limfatik, atau dengan neoplasma. Bila efusicepat permulaanya,
banyak leukosit terbentuk, dimana pada umumnya limfatik akan mendominasi.
Efusi pleura tanpa peradangan menghasilkan cairan serous yang jernih, pucat,
berwarna jerami, dan tidak menggumpal, cairan ini merupakan transudat., biasanya
terjadi pada penyakit yang dapat mengurangi tekanan osmotic darahatau retensi Na,
kebanyakan ditemukan pada pasien yang menderitaoedemumum sekunder terhadap
penyakit yang melibatkan jantung, ginjal, atau hati.
2.5 Komplikasi Klien dengan Efusi Pleura
1. Fibrotoraks

Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan
ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan
hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya.
Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan
membrane-membran pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh
penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam
jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai
kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi
pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan
paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
4. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada
sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan
kolaps paru.

2.6 Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik


1. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan efusi pleura akan ditemukan:
Inspeksi : pencembungan hemithorax yang sakit, ICS melebar,pergerakan
pernapasan menurun pada sisi sakit mediastinum terdorong ke arah kontra lateral
Palpasi : sesuai dengan inspeksi premitus raba menurun
Perkusi : perkusi yang pekak, garis elolis damoisseaux
Auskultasi : suara napas yang menurun bahkan menghilang
2. Diagnostik
Diagnostik kadang2 dapat di tegakkan secara anamnesis dan pemeriksaanfisik saja.
Tapi kadang-kadang sulit juga, sehingga perlu pemeriksaan tambahansinar tembus
dada. Untuk diagnosis yang pasti perlu dilakukan tindakantorakosentesis dan pada
beberapa kasus dilakukan juga biopsy pleura.
Sinar tembus dadaPermukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan
membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih
tinggi daripada bagian medial.
TorakosentesisAspirasi cairan pleura (torakosentesis) berguna sebagai sarana
untuk diagnostic maupun terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya dilakukan pada
penderita dengan posisi duduk.
Untuk diagnostic caiaran pleura dilakukan pemeriksaan:
a. Warna cairan
Biasanya cairan pleura berwarna agak kekuning-kuningan ( serous-xanthochrome). Bila agak kemerah-merahan,ini dapat terjadi pada trauma, infark paru,
keganasan, adanya kebocoran aneurisma aorta.
b. Biokimia
Secara biokimia efusi fleura terbagi atas transudat dan eksudat.

10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pleura terletak dibagian terluar dari paru-paru dan mengelilingi paru. Pleuradisusun
oleh jaringan ikat fibrosa yang didalamnya terdapat banyak kapiler limfadan kapiler
darah serta serat saraf kecil. Pleura disusun juga oleh sel-sel (terutamafibroblast dan
makrofag).
Ada 2 macam pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis. Pleura
parietalismelapisi toraks atau rongga dada sedangkan pleura viseralis melapisi paruparu.Kedua pleura ini bersatu pada hilus paru. Dalam beberapa hal terdapat
perbedaanantara kedua pleura ini yaitu pleura viseralis bagian permukaan luarnya
terdiri dariselapis sel mesotelial yang tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 m). Diantara
celah-celah sel ini terdapat beberapa sel limfosit. Di bawah sel-sel mesotelia ini
terdapatendopleura yang berisi fibrosit dan histiosit. Seterusnya dibawah ini
(dinamakanlapisan tengah) terdapat jaringan kolagen dan serat-serat elastik.

11

DAFTAR PUSTAKA

http://nylaroisa.blogspot.com/2014/01/makalah-efusi-pleura.html
http://xomanqony.blogspot.com/2012/06/makalah-efusi-fleura.html
http://gunkgegsintha.blogspot.com/2012/03/efusi-pleura.html

12

You might also like