You are on page 1of 32

PENGATURAN SUHU TUBUH

Tujuan : Mempelajari kemampuan organisme endoterm (homioterm) dalam


mempertahankan panas tubuhnya.

PENDAHULUAN
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-
elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-
blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi
lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber
panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari
lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung
berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota
invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas
tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm
umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia.
Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima atau yang hilang
ke lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu
konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan
karena kontak dengan suatu benda. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan
udara atau cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet.
Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh,
radiasi sinar matahari. Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang
ditranformasikan dalam bentuk gas.
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai
contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan
perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi
panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara
berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu
menghasilkan panas di dalam sarangnya.
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan
rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit.
Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu
cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam
hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada
beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk
menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh.
Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi.

ALAT DAN BAHAN


Alat dan Bahan :
1. Themometer pengukur suhu tubuh
2. Kapas
3. Alkohol

CARA KERJA
1. Sebelum anda mengukur suhu tubuh, catatlah suhu lingkungan dan waktu pengukuran.
2. Ukurlah suhu tubuh anda dengan menempatkan termometer ke ketiak anda.
3. Sebelum digunakan, termometer dikibas-kibaskan sampai air raksanya mencapai garis
terendah yaitu sekitar 350C. Selain itu bersihkan ujung termometer dengan kapas yang
dibasahi alkohol.
4. Letakkan termometer itu di ketiak anda dan diamkan selama 5 menit.
5. Setelah itu, baca skala termometer yang menunjukkan suhu badan anda dan catat di lembar
data yang telah disediakan (Tabel Pengamatan). Setelah digunakan bersihkan kembali
ujung termometer dengan kapas yang dibasahi alkohol.
6. Ukur pula beberapa suhu tubuh anda setelah melakukan berbagai kegiatan seperti berikut:
a. Ketika bangun tengah malam untuk belajar atau tahajjud atau bangun pagi
b. Ketika akan berangkat tidur
c. Setelah mandi pagi dengan air dingin
d. Setelah anda berolah raga
e. Saat disela anda kuliah di siang hari yang panas
f. Setelah mandi dengan air hangat di malam hari
7. Buatlah grafik dengan suhu tubuh pada sumbu y dan suhu lingkungan pada sumbu x.

Tabel Pengamatan. Hasil pengukuran suhu tubuh.


No. Nama/Probandus Waktu Suhu Tubuh Suhu Catatan
Lingkungan(0C)
Pengamatan ( C)
0

PERTANYAAN
1. Dari manakah tubuh kita memperoleh panas untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap
konstan pada saat udara sangat dingin?
2. Bagaimanakah tubuh anda membuang panas yang berlebihan dari tubuh anda pada saat
cuaca yang terik?
3. Sebut dan jelaskan empat proses fisika yang terlibat saat tubuh memperoleh dan
kehilangan panas.
4. Apa perbedaan antara ektoderm dengan endoderm?.
5. Apa sebenarnya yang terjadi ketika tubuh anda demam?

Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-
elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-
blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi
lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber
panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari
lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung
berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota
invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas
tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm
umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia.
Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima atau yang hilang
ke lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu
konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan
karena kontak dengan suatu benda. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan
udara atau cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet.
Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh,
radiasi sinar matahari. Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang
ditranformasikan dalam bentuk gas.
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai
contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan
perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi
panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara
berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu
menghasilkan panas di dalam sarangnya.
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan
rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit.
Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu
cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam
hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada
beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk
menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh.
Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi.

Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga


komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor,
hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi (Swenson, 1997). Pengaruh
suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan
homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh
bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini
juga disebut hewan berdarah dingin. Dan hewan homoiterm sering disebut hewan
berdarah panas (Duke’s, 1985).
Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor
dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat
melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan
mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal
yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang
waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh
pencernaan air (Swenson, 1997).

Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada
suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan
sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang
menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap
konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia, hewan
yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan
suhu lingkungan sekitarnya (Guyton, 1987).

Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang


diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat
berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi adalah
transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat
dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung
antara dua materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer panas
molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu
yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan
atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu.
Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi
kehilangan panas karena evaporasi (Martini, 1998).

Daftar Pustaka

Duke, NH. 1995. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing: New
York.
Frandson, RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi IV. Gadjah Mada University
Press : Yogyakarta.
Godman, Arthur. 1987. Kamus Sains Bergambar. PT. Gramedia : Jakarta.
Guyton, D.C. 1993. Fisiologi Hewan, edisi 2. EGC. Jakarta.
Martini. 1998. Fundamental of Anatomy and Physiology 4 th ed.. Prentice Hall
International Inc., New Jersey
Swenson, GM. 1997. Dules Physiology or Domestic Animals. Publishing Co. Inc :
USA.
WillamsoElang adalah hewan berdarah panas, mempunyai sayap dan tubuh yang diselubungi
bulu pelepah. Sebagai burung, elang berkembang biak dengan cara bertelur yang mempunyai
cangkang keras di dalam sarang yang dibuatnya. Ia menjaga anaknya sampai mampu terbang.
Elang merupakan hewan pemangsa. Makanan utamanya hewan mamalia kecil seperti tikus,
tupai dan ayam. Terdapat sebagian elang yang menangkap ikan sebagai makanan utama
mereka. Paruh elang tidak bergigi tetapi mempunyai bengkok yang kuat untuk mengoyak
daging mangsa. Burung ini juga mempunyai sepasang kaki yang kuat dan kuku yang tajam
untuk mencengkeram mangsa serta daya penglihatan yang tajam untuk memburu mangsa dari
jarak jauh.
Elang mempunyai sistem pernafasan yang baik dan mampu untuk membekali jumlah oksigen
yang banyak yang diperlukan ketika terbang. Jantung burung elang terdiri dari empat bilik
seperti manusia. Bilik atas dikenal sebagai atrium, sementara bilik bawah dikenali sebagai
ventrikel.
n. G. W. J. A Payne.1993. Pengantar Peternakan Didaerah Tropis. Jakarta.

Pada hewan yang melakukan fertilisasi secara interna organ reproduksinya dilengkapi dengan
adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari
organisme jantan ke betina. Peranan hewan jantan dalam hal reproduksi terutama adalah
memproduksi sperma dan sejumlah kecil cairan untuk memungkinkan sel sperma meluncur
menuju rahim
System reproduksi jantan terdiri atas :
1. testis
2. epididimis
3. duktus deferens
4. kelenjar aksesori (kelenjar vesikulosa, prostate dan bulbouretralis )
5. uretra
6. penis
Skrotum
Pada semua mamalia yang hidup di laut dan pakidermis (binatang berkulit tebal) testis
mengalami penurunan. Kearah stratum pada unggas, testis tidak mengalami penurunan, tetapi
tetap tinggal disekitar ginjal. Fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis
suatu lingkungan yang memiliki suhu 1 sampai 8 ?C lebih dingin dibandingkan temperature
rongga tubuh. Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh system otot
rangkapyang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan
testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin.
Testis
Gonad indiferen sewaktu embrio dini pada betina berdeferensisi menjadi ovarium, sedangkan
pada jantan menjadi testis. Pada semua spesies testis berkembang didekat ginjal yaitu pada
daerah Krista genitalis primitip pada mamalia, testis mengalami penurunanyang clukup jauh,
pada kebanyakan spesies berakhir pada skrotum. Pada burung, testis tidak mengalami
penurunan, tetap tinggal pada posisi disekitar daerah testis itu berasal. Fungsi testis ada dua
macam:yang menghasilkan hormon seks jantan yaitu androgen dan menghasilkan gamet
jantan disebut sperma.
Sperma dihasilkan ditubulus seminiferus. Tubulus-tubulus tersebut sangat berliku-liku pada
jantan yang lebih tua spermatogonia tumbuh menjadi spermatosit primer, yang setelah
pembelahan meiosis pertama tumbuh menjadi spermatosit sekunder haploid selanjutnya
spermatosit sekunder haploid tumbuh menjadi spermatidyang setelah mengalami sederetan
transpormasi disebut spermiogenesis, kemudian tumbuh ,menjadi sel sperma yang terdiri atas
sebuah kepala sebuah bagian tangah (tubuh) serta sebuah bagian ekor. Fungsi testis lainnya
yang penting adalah sekresi hormon seks jantan. Bukti-bukti yang ada dan yang terbaik
menunjukan bahwa hanya sel leydig yang terdapat pada jaringan interestisial mensekresi
hormone androgen.
Gonade jantan atau testis terdiri atas banyak saluran yang melilit-lilit. Saluran tersebut adalah
tubulus seminiferus, dimana pada tempat tersebut sperma terbentuk. Sel-sel leydig yang
tersebar diantara tubulus semeniferus menghasilkan testosterone dan androgen yang
merupakan hormon seks jantan. Produksi sperma yang normal tidak akan dapat terjadi pada
suhu tubuh sebagian besar mamalia, sehingga testis manusia dan mamalia lain dipertahankan
berada diluar ronnga abdomen tepatnya didalam skrotum, yang merupakan pelipatan dinding
tubuh. Suhu dalam sakrotum adalah sekitar 2?C dibawah suhu rongga abdomen.
Dari tubula seminiferus testis, sperma lewat kedalam saluran mengulir pada epididimis.
Selama perjalanan ini sperma menjadi motil dan mendapatkan kemampuan untuk membuahi.
Selama ejakulasi, sperma didorong dari epididimis melalui vasdeferens berotot. Kedua duktus
ini berawal dari skrotum disekitar dan dibelakang kandung kemih, dimana masing-masing
menyatu dengan duktus dari visikula seminalis, yang membentuk duktus ejakulasi yang
pendek. Duktus ejakulasi itu membuka ke uretra, yaitu saluran yang mengosongkan isi
system ekskresi dan system reproduksi. Uretra terdapat disepanjang penis dan membuka
keluar pada ujung penis.
Kumpulan kelenjar aksesoris (vesikula seminalis, prostate, dan kelenjar bulbo uretralis).
Vesikula seminalis menyumbangkan sekitar 60 % total volume semen. Cairan tersebut
mengandung mukus, gula fruktosa (yang menyediakan sebagian besar energi yang digunakan
oleh sperma), enzim pengkoagulasi, asam askorbat, dan prostaglandin. Kelenjar prostate
adalah kelenjar pensekresi terbesar. Cairan prostat bersifat encer dan seperti susu,
mengandung enzim antikoagulan, sitrat (nutrient bagisperma), dan sedikit asam. Kelenjar
bulbouretralis adalah sepasang kelenjar kecil yang terletak disepanjang uretra, dibawah
prostate. Sebelum ejakulasi kelenjar tersebut mensekresikan mucus bening yang menetralkan
setiap urine asam yang masih tersisa dalam uretra.
Sistem duktus
Sistem duktus pada jantan sebagian besar berasal dari system duktus wolff pada ginjal
mesonefrik. Tubulus mesonefrik berkembang menjadi vasdeferens, duktus mesonefris
menjadi epididimis, sedangkan vasdiperens dan vesikula seminalis dibentuk terakhirdari
evagianasi duktus. Sisa-sisa dari system duktus yang lain (uretra prostatik membranosa dan
kavernosa) berkembang dari sinus urogenitalis seperti halnya dua kelenjar asesoris jantan
yang lain, yaitu kelenjar prostate dan kelenjar cowper (kelenjar bulbo-uretra) vasdeferens
dibungkus oleh lapisan otot yang berkembang baik yaitu lapisan-lapisan otot longitudinal luar
dan dalam dengan lapisan sirkuler diantara keduanya kontraksi lapian otot ini mungkin
merupakan sebagianyang bertanggung jawab pada gerakan sperma yang melalui system
duktus.
Penis
pada manusia penis terdiri atas tiga (pada mamalia domestikasi dan mamalia laboraturium
terdiri atas dua buah) bangunan silinder disebut korpora covernosa penis. Ujung penis yang
disebut dengan glan penis, dilengkapi dengan suatu produk pada korpora kalvernosanya.
Kelenjar-kelenjar asesoris pelengkap
Yang termasuk kelenjar pelengkap adalah sepasang vesikula seminalis, prostate (yang pada
tikus terdiri atas tiga lobi, sedangkan pada mamalia berupa bangunan tunggal), dan sepasang
kelenjar bulbo uretra atau kelenjar cowper. Pada berbagai spesies terdapat variasi yang sangat
berbeda, baik mengenai ukuran relatifnya maupun bentuk anatomi kelenjar-kelenjar
aksesorisnya.
Sel-sel sperma yang ditemukan dalam tubulus semi niverus serta duktus-duktus ekskreterius
bagian proximal tidak dapat bergerak. Sel-sel sperma ini kemudian dapat bergerak dan
mungkin aktif mengadakan metabolisme setelah mengadakan kontak dengan apa yang
disebut dengan plasma semen.
Plasma semen mempunyai dua fungsi utama yaitu: berfungsi sebagai media pelarut dan
sebagai pengaktif bagi sperma yang mula-mula tidak dapat bergerak serta melengkapi sel-sel
dengan substrat yang kaya akan elektrolit (natrium dan kalium klorida), nitrogen, asam sitrat,
fruktosa, asam askorbat, inositol, fosfatase sera ergonin, dan sedikit (trace) vitamin-vitamin
serta enzi-enzim.
1. PISCES
Pada pisces, ketika masih muda sulit di bedakan antara hewan jantan dan betina, baik secara
morfologi maupun anatomi. Organ reproduksi jantan dan betina pada waktu masih muda
memiliki struktur yang sama dan disebut ganoda. Setelah dewasa organ reproduksi jantan
pada ikan, dapat di bedakan organ genitalia masculine tampak berwarna putih susu dengan
permukaan licin berisi spermatozoa.
Testis berjumlah sepasang menggantung pada dinding tengah rongga abdomen oleh
mesorsium. Berbentuk oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang,
berwarna putih dan seringkali berlobus.
Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan suatu
lapisan sel spermatogenik (spermatosit). Sepasang testis pada jantan tersebut akan mulai
membesar pada saat musim memijah dan saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak
melalui vas deferens menuju celah atau lubang urogenital.
Saluran reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus bagian anterior akan
menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut dutus
deferen. Baian posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, lalu dari
sini akan terbentuk kantung sperma. Dutus deferen akan bermuara di kloaka.
Pada Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan system reproduksi menuju kloaka secara
terpisah. Organ kopulatoris merupakan modifikasi sirip anal maupun sirip pelvis. Sirip pelvis
pada elasmoranchi akan termodifikasi menjadi clasper. Pada teleostei sirip anal memanjang
membentuk gonopodium.
2. AMPHIBI
Sistem Genitalia Jantan pada amphibi berupa sepasang testis, vasa eferentina dan cloaca.
Testes berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium (berupa selubung
tipis).testes adalah gonade yang menghasilkan spermatozoa. Di sebelah cranial testes di
temukan adanya corpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen.
Saluran reproduksi. tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa
dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa
spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara).
Vesikula seminalis akan membesar hanya pada saat musim kawin saja.
Vasa aferen merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial
menuju ke bagian kranial ginjal (cranial ren) dan bermuara pada ductus mesonephridicus
(saluran kencing). Di sebelah kaudal mengadakan pelebaran kecil di sebut vesicula seminalis
yang menghasilkan kelenjar untuk kehidupan sperma. Di sini sel kelamin jantan di beri suatu
getah dari dinding vesicular seminalis, akhirnya vesicula seminalis ini bermuara di dalam
cloaka. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal.
Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai. Tidak memiliki organ kopulatoris karena
fertilisasinya terjadi secara eksternal.
3. REPTIL
Pada reptil, organ genitalia masculine terdiri atas testis yang berbentuk oval, relatif kecil,
berwarna keputih-putihan, berjumlah sepasang, terletak di dorsal rongga abdomen yang di
gantung oleh mesorchium. Pada kadal dan ular, salah satu testis terletak lebih ke depan dari
pada yang lain. Testis akan membesar saat musim kawin.
Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran reproduksi, dan saluran ini
akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat testis bergelung membentuk epididimis.
Epididimis sebagai saluran yang sangat berkelok-kelok keluar dari testes di sebelah lateral
testes. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen yang menghubungkan tubulus
seminiferus testis dengan epididimis. Duktus wolf bagian posterior menjadi duktus deferen.
Pada kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu dengan ureter dan memasuki kloaka melalui
satu lubang, yaitu sinus urogenital yang pendek.
Hemipenis merupakan sepasang alat capulatio yang berupa tonjolan di dinding cloaka.
Hemipenis ini jika dalam keadaan istirahat akan melipat masuk ke dalam pangkal cauda
dengan dinding ototnya di bagian luar, kemudian jika akan mengadakan copulatio di
tonjolkan keluar.
Semua reptil selain spenodon memiliki organ kopulatoris, ular dan kadal mempunyai
hemipenis, sedangkan pada buaya penis.
4. AVES
Pada aves sistem genitalia jantan berupa testes, epididimis dan ductus deferens. Testis pada
aves berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya licin, terletak di
sebelah ventral lobus renis bagian paling kranial.alat penggantung testes adalah mesorchium
yang merupakan lipatan dari peritoneum. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah
tempat untuk membuat dan menyimpan spermatozoa.
Burung, yang mempunyai suhu tubuh yang tinggi, memiliki testis di dalam tubuhnya.
Menurut teori para ahli, mereka menggunakan kantong udaranya untuk menjaga suhu optimal
testis, namun pada penelitian berikutnya disebutkan bahwa testis burung berfungsi baik pada
suhu tubuh.
Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan epididimis. Duktus
wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-burung kecil, duktus deferen
bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Di
Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula
yang bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan
epididimis yang kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada
hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka.
Epididimis berjumlah sepasang, berukuran kecil terletak pada sisi dorsal testis, epididimis ini
adalah berupa saluran yang di lewati sperma dan menuju ke ductus deferens.
Ductus deferens berjumlah sepasang. Pada burung muda tampak halus, sedang pada burung
tua nampak berkelok-kelok berjalan ke caudal menyilangi ureter kemudian bermuara pada
urodaeum.
5. MAMALIA
Pada mamalia alat kelamin jantan terdiri atas sepasang testis, saluran deferen, vesikula
seminalis, kelenjar prostata, uretra dan penis. Testis berjumlah sepasang, bentuknya bulat
telur dan di bungkus oleh skrotum, Skortum berbentuk sebuah kantung yang membungkus
testis. Testis tersusun oleh bentukan menyerupai cacing yang disebut epididimis yang
merupakan wadah sperma.
Epidedimis mengeluarkan material yag mampu mempertahankan kehidupan sperma selama
penyimpanan didalam testis. dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albugenia.
Ukuran testis tergantung pada hewannya. Jika testis tidak turun ke skrotum disebut
Cryptorchydism yang menyebabkan sterilitas. Lintasan antara rongga abdomen dan rongga
skrotum disebut saluran inguinal.
Pada mamalia, testis terletak di luar tubuh, dan dihubungkan dengan tubulus spermatikus dan
terletak di dalam skrotum. Ini sesuai dengan fakta bahwa proses spermatogenesis pada
mamalia akan lebih efisien dengan suhu lebih rendah dari suhu tubuh (< 37°C).
Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus berkembang menjadi duktus eferen kemudian akan
menuju epididimis. Epididimis terletak di sekeliling testis. Epididimis anterior (kaput
epididimis) lalu ke arah posteriorkorpuus dan kauds yang berbatasan dengan duktus deferen.
Duktus wolf menjadi epididimis, duktus deferen, dan vesikula seminalis.
Pada monotremata mirip dengan yang terdapat pada kura-kura, sedangkan untuk mamalia
yang lebih tinggi, penis terletak di sebelah anterior skrotum.
Penis adalah organ seksual jantan yang dibungkus oleh kulit yang disebut kalup (prepusium).
Lapisan dalam kalup disuplai dengan kelenjar keringat yang mengeluarkan smegma. Uretra
pada hewan jantan adalah tabung mukoid yang memanjang mulai dari kandung kemih ke
bagian depan penis.
Anatomi manusia (pria)
Testis adalah kelenjar kelamin jantan pada hewan dan manusia. Manusia (pria) mempunyai
dua testis yang dibungkus dengan skrotum.
Pada tubulus spermatikus terdapat otot kremaster yang apabila berkontraksi akan mengangkat
testis mendekat ke tubuh. Bila suhu testis akan diturunkan, otot kremaster akan berelaksasi
dan testis akan menjauhi tubuh. Fenomena ini dikenal dengan refleks kremaster.
Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai spermatogenesis. Ukuran testis
bergantung pada produksi sperma (banyaknya spermatogenesis), cairan intersisial, dan
produksi cairan dari sel Sertoli. Pada umumnya, kedua testis tidak sama besar. Dapat saja
salah satu terletak lebih rendah dari yang lainnya. Hal ini diakibatkan perbedaan struktur
anatomis pembuluh darah pada testis kiri dan kanan.
Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin, yaitu : memproduksi sperma
(spermatozoa) dan memproduksi hormon seks pria seperti testosteron.
Struktur
Testis dibungkus oleh lapisan fibrosa yang disebut tunika albuginea. Di dalam testis terdapat
banyak saluran yang disebut tubulus seminiferus. Tubulus ini dipenuhi oleh lapisan sel
sperma yang sudah atau tengah berkembang.
Spermatozoa (sel benih yang sudah siap untuk diejakulasikan), akan bergerak dari tubulus
menuju rete testis, duktus efferen, dan epididimis. Bila mendapat rangsangan seksual,
spermatozoa dan cairannya (semua disebut air mani) akan dikeluarkan ke luar tubuh melalui
vas deferen dan akhirnya, penis. Di antara tubulus seminiferus terdapat sel khusus yang
disebut sel intersisial Leydig. Sel Leydig memproduksi hormon testosteron.
Sawar darah testis
Molekul besar tidak dapat menembus ke lumen (bagian dalam tubulus) melalui darah, karena
adanya ikatan yang kuat antar sel Sertoli. Fungsi dari sawar darah testis adalah untuk
mencegah reaksi auto-imun. Tubuh dapat membuat antibodi melawan spermanya sendiri,
maka hal ini dicegah dengan sawar. Bila sperma bereaksi dengan antibodi akan menyebabkan
radang testis dan menurunkan kesuburan.
Daftar Pustaka
• Campbell, Neil A. 2002. BIOLOGI JILID III. Jakarta : Erlangga.
• http://tumoutou.net/6_sem2_023/elvia_hernawan.htm
• Nalbandov. A.V.1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Jakarta. UI Press.
• Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: FMIPA UNY.
• Dellmann Dieter .H, & Brown E.M. 1992.BUKU TEKS HISTOLOGI
VETERINER.Jakarta. UI Press.

Reproduksi hewan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah
dirapikan, tolong hapus pesan ini.
Artikel ini tidak memiliki referensi sumber sehingga isinya tidak bisa
diverifikasi.
Bantulah memperbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak.
Artikel yang tidak dapat diverifikasikan dapat dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus.
Reproduksi hewan dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu secara Vegetatif dan
Generatif. Perkembangbiakan Vegetatifterjadi tanpa peleburan Sel Kelamin Jantan dan
Betina. Perkembangbiakan Vegetatif biasanya terjadi pada hewan tingkat redah atau tidak
bertulang bekakang (Avertebrata). Perkembangbiakan generatif umumnya terjadi pada
Hewan tingkat tinggi ata hewan betulang belakang (Vertebrata). Perkembangbiakan tersebut
melibatkan alat kelamin jantan dan alat betina dan ditandai oleh adanya peristiwa pembuahan
(Fertilisasi).
[sunting] Reproduksi Vegetatif Pada Hewan
Reproduksi vegetatif pada hewan umumnya terjadi pada avertebrata dan tidak melibatkan
alat reproduksi. Ada 3 cara perkembang biakan pada hewan secara Vegetatif yaitu:
• Pertunasan
• Pembelahan Sel
• Flagmentasi
[sunting] Reproduksi Generatif Pada Hewan
Kebanyakan Organisme mempunyai perbedaan yang nyata antara individu jantan dan
individus betina. Alat reproduksi hewan pada dasarnya terdiri ata sel kelamin dan alat
kelamin.
[sunting] Lihat pulaReproduksi Generatif Pada Mamalia
Biologi Kelas 2 > Sistem Reproduksi
102
< Sebelum Sesudah >

Pada vertebrata yang hidup di air melakukan fertilisasi di luar tubuh (fertilisasi
eksternal).
Contoh : ikan dan katak.
Yang hidup di darat melakukan pembuahan di dalam tubuh (fertilisasi internal).
Pada mammalia jantan, alat kelaminnya disebut penis pada reptil seperti cecak dan
kadal menggunakan hemipenis (penis palsu), sedang pada bangsa burung misalnya :
bebek, untuk menyalurkan sperma menggunakan ujung kloaka.
Pada hewan yang melakukan fertilisasi internal dikenal adanya 3 macam perkembangan
embrio
1. Ovipar/bertelur :
....Bila embrio berkembang di dalam telur.
....Misalnya : pada jenis-jenis burung dan ikan.
2. Ovovivipar/bertelur dan beranak :
....Bila embrio berkembang di dalam telur yang diinkubasi dalam tubuh ....dengan
sumber nutrisi berasal dari telur.
....Misalnya : pada beberapa jenis ikan hiu.
3. Vivipar/beranak :
....Bila embrio tumbuh dan berkembang di dalam uterus dan mendapat ....nutrisi dari
induknya melalui plasenya.
....Misalnya : pada beberapa jenis mammalia.
Pada umumnya mammalia melahirkan anaknya (vivipar) dan kemudian menyusui
anaknya sampai anaknya mandiri. Beberapa perkecualian, misalnya : pada hewan paruh
bebek (Platypus), bertelur, setelah menetas anaknya baru disusui. Pada hewan
berkantung (Marsupialia), contoh : kanguru, anaknya lahir muda (amat prematur)
kemudian merayap masuk, kantung induknya, mencari putting susu, kemudian menyusu
dalam kantung sampai mandiri.
1. Alat Reproduksi Mammalia Jantan

Contoh : pada manusia.


Yang berkaitan dengan produksi sperma terdiri dari sepasang kelenjar kelamin yang
disebut testis yang disimpan dalam kantung disebut skrotum/kantung pelir. Di
dalam testis terdapat saluransaluran halus yang disebut tubulus seminiferus yang
merupakan tempat pembentukan spermatozoa. Untuk keluar tubuh spermatozoa
melewati saluran epididimis. Saluran ini kemudian melebar menjadi vas deferens
yang bermuara pada uretra. Palo pertemuan uretra dengan vas deferens terdapat
kelenjar prostat dan di sebelah belakangnya terdapat kelenjar cowper. Kedua
kelenjar tersebut berfungsi menghasilkan sekret untuk memberi nutrisi dan
mempermudah gerakan spermatozoa.
2. Alat Reproduksi Mammalia Betina

Contoh : pada manusia.


Pada manusia terdapat sepasang kelenjar kelamin yaitu ovarium yang berfungsi
menghasilkan sel telur. Dalam ovarium terdapat folikel Grad yang akan berkembang
menjadi sel telur (ovum). Ovarium dihubungkan dengan uterus (rahim) oleh suatu
saluran yang disebut tabung fallopii (Tuba fallopii). Uterus merupakan saluran
berongga yang lebih besar dengan bagian ujungnya bersatu membentuk saluran
sempit yaitu va

istem Pencernaan Pada Hewan


Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada
tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan
invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara
fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat
pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel.
1. Sistem Pencernaan Pada Hewan Invertebrata
Sistem pencernaan pada hewan invertebrata umumnya dilakukan secara intrasel, seperti
pada protozoa, porifera, dan Coelenterata.
Pencernaan dilakukan dalam alat khusus berupa vakuola makanan, sel koanosit dan rongga
gastrovaskuler. Selanjutnya, pada cacing parasit seperti pada cacing pita, alat pencernaannya
belum sempurna dan tidak memiliki mulut dan anus. pencernaan dilakukan dengan cara
absorbs langsung melalui kulit.

a. Sistem Pencernaan Makanan Pada Cacing Tanah


gambar:Pencernaan cacing.jpg

Sistem pencernaan makanan pada cacing tanah sudah sempurna. Cacing tanah memiliki alat-
alat pencernaan mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus. Proses pencernaan
dibantu oleh enzim - enzim
yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara ekstrasel. Makanan cacing tanah berupa daun-
daunan serta sampah organik yang sudah lapuk. Cacing tanah dapat mencerna senyawa
organik tersebut menjadi molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa
pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus.
b. Sistem Pencernaan Pada Serangga

gambar:Pencernaanbelalang.jpg

Sebagaimana pada cacing tanah, serangga memiliki sistem pencernaan makanan yang
sudah sempurna, mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus sampai anus.
Pencernaan pada serangga dilakukan secara ekstrasel.
2. Sistem Pencernaan Pada Hewan vertebrata
Organ pencernaan pada hewan vertebrata meliputi saluran pencernaan (tractus digestivus)
dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria
a. Sistem Pencernaan Pada Ikan
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga
mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada
dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak
menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring
yang terdapat di daerah sekitar insang.

gambar:pencernaan ikan .jpg

Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui
makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung,
lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis
ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan.
Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama
besarnya. Usus bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar yang
berukuran besal, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan dan
mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian
yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam
kantung empedu untuk membanfu proses pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk
bulat, berwarna kehijauary terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada
lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila
diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali,
fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim – enzim pencernaan dan hormon insulin.
b. Sistem Pencernaan Pada Amfibi

gambar:pencernaan katak.jpg

Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hampir sama dengan ikan, meliputi saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. salah satu binatang
amphibi adalah katak. Makanan katak berupa hewan-hewan kecil (serangga). Secara berturut-
turut saluran pencernaan pada katak meliputi:
1. rongga mulut: terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk
menangkap mangsa,
2. esofagus; berupa saluran pendek,
3. ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila terisi makanan
menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esofagus
dan lubang keluar menuju usus,
4. intestinum (usus): dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi:
duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
5. Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloata, dan
6. kloaka: merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran
reproduksi, dan urine.
Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna merah
kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi
mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan.
pankreas berwarna
Kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum). pankreas
berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum.
c. Sistem Pencernaan Pada Reptil

gambar:pencernaan reptil.jpg

Sebagaimana pada ikan dan amfibi, sistem pencernaan makanan pada reptil meliputi saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. Reptil umumnya karnivora (pemakan daging). Secara
berturut-turut saluran pencernaan pada reptil meliputi:
1) rongga mulut: bagian rongga mulut disokong oleh rahang atas dan bawah, masing-masing
memiliki deretan gigi yang berbentuk kerucut, gigi
menempel pada gusi dan sedikit melengkung ke arah rongga mulut. Pada rongga mulut juga
terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua,
2) esofagus (kerongkongan),
3) ventrikulus(lambung),
4) intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas. Hati pada
reptilia memiliki dua lobus (gelambirf dan berwarna
kemerahan. Kantung empedu terletak pada tepi sebelah kanan hati.
Pankreas berada di antara lambung dan duodenum, berbentuk pipih kekuning-kuningan.

d. Sistem Pencernaan Pada Burung


gambar:Pencernaan burung.jpg

Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan.
Saluran pencernaan pada burung terdiri atas:
1) paruh: merupakan modifikasi dari gigi,
2) rongga mulut: terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut
dan tanduk,
3) faring: berupa saluran pendek, esofagus: pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini
disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan
cepat,
4) lambung terdiri atas:
- Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding
ototnya tipis.
- Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal. Pada burung
pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang berguna
untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai " hen’s teeth”,
6) intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka.
Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada burung
merpati tidak terdapat kantung empedu.
e. Sistem Pencernaan pada Hewan Mamah Biak (Ruminansia)
Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau
disebut sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan
makanan pada hewan ini lebih panjang dan kompleks. Makanan hewan ini
banyak mengandung selulosa yang sulit dicerna oleh hewan pada umumnya
sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan sistem pencernaan hewan
lain.
Perbedaan sistem pencernaan makanan pada hewan ruminansia, tampak
pada struktur gigi, yaitu terdapat geraham belakang (molar) yang besar,
berfungsi untuk mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Di samping itu,
pada hewan ruminansia terdapat modifikasi lambung yang dibedakan
menjadi 4 bagian, yaitu: rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum
(perut kitab), dan abomasum (perut masam).
Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan
alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retlkulum 5%, omasum 7-8%, dan
abomasums 7-8'/o.Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat
otot spingter berkontraksi. Abomasum merupakan lambung yang
sesungguhnya pada hewan ruminansia. Sistem Pencernaan Pada Hewan
Diarsipkan di bawah: Sistem Pencernaan — gurungeblog @ 3:02 am
Tags: hewan, Sistem Pencernaan
Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi
rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan
invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara
fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat
pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel.
1. Sistem Pencernaan Pada Hewan Invertebrata
Sistem pencernaan pada hewan invertebrata umumnya dilakukan secara intrasel, seperti pada
protozoa, porifera, dan Coelenterata.
Pencernaan dilakukan dalam alat khusus berupa vakuola makanan, sel koanosit dan rongga
gastrovaskuler. Selanjutnya, pada cacing parasit seperti pada cacing pita, alat pencernaannya
belum sempurna dan tidak memiliki mulut dan anus. pencernaan dilakukan dengan cara
absorbs langsung melalui kulit.
a. Sistem Pencernaan Makanan Pada Cacing Tanah
cacing
yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara ekstrasel. Makanan cacing tanah berupa daun-
daunan serta sampah organik yang sudah lapuk. Cacing tanah dapat mencerna senyawa
organik tersebut menjadi molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa
pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus.
b. Sistem Pencernaan Pada Serangga
Sebagaimana pada cacing tanah, serangga memiliki sistem pencernaan makanan yang sudah
sempurna, mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus sampai anus.Pencernaan pada
serangga dilakukan secara ekstrasel.
2. Sistem Pencernaan Pada Hewan vertebrata
Organ pencernaan pada hewan vertebrata meliputi saluran pencernaan (tractus digestivus)
dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria
a. Sistem Pencernaan Pada Ikan
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga
mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada
dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak
menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring
yang terdapat di daerah sekitar insang.
Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui
makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung,
lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis
ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan.
Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama
besarnya. Usus bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar yang
berukuran besal, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan dan
mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian
yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam
kantung empedu untuk membanfu proses pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk
bulat, berwarna kehijauary terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada
lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila
diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali,
fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim – enzim pencernaan dan hormon insulin.
b. Sistem Pencernaan Pada Amfibi
Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hampir sama dengan ikan, meliputi saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. salah satu binatang
amphibi adalah katak. Makanan katak berupa hewan-hewan kecil (serangga). Secara berturut-
turut saluran pencernaan pada katak meliputi:
1. rongga mulut: terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk
menangkap mangsa,
2. esofagus; berupa saluran pendek,
3. ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila terisi makanan
menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esofagus
dan lubang keluar menuju usus,
4. intestinum (usus): dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi:
duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
5. Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloata, dan
6. kloaka: merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran
reproduksi, dan urine.
Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna merah
kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi
mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan.
pankreas berwarna
Kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum). pankreas
berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum.
c. Sistem Pencernaan Pada Reptil
Sebagaimana pada ikan dan amfibi, sistem pencernaan makanan pada reptil meliputi saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. Reptil umumnya karnivora (pemakan daging). Secara
berturut-turut saluran pencernaan pada reptil meliputi:
1) rongga mulut: bagian rongga mulut disokong oleh rahang atas dan bawah, masing-masing
memiliki deretan gigi yang berbentuk kerucut, gigi
menempel pada gusi dan sedikit melengkung ke arah rongga mulut. Pada rongga mulut juga
terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua,
2) esofagus (kerongkongan),
3) ventrikulus(lambung),
4) intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas. Hati pada
reptilia memiliki dua lobus (gelambirf dan berwarna
kemerahan. Kantung empedu terletak pada tepi sebelah kanan hati.
Pankreas berada di antara lambung dan duodenum, berbentuk pipih kekuning-kuningan.
d. Sistem Pencernaan Pada Burung
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan.
Saluran pencernaan pada burung terdiri atas:
1) paruh: merupakan modifikasi dari gigi,
2) rongga mulut: terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut
dan tanduk,
3) faring: berupa saluran pendek, esofagus: pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini
disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan
cepat,
4) lambung terdiri atas:
- Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding
ototnya tipis.
- Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal. Pada burung
pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang berguna
untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai ” hen’s teeth”,
6) intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka.
Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada burung
merpati tidak terdapat kantung empedu.
e. Sistem Pencernaan pada Hewan Mamah Biak (Ruminansia)
Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut sebagai
hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan makanan pada hewan ini lebih
panjang dan kompleks. Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang sulit dicerna
oleh hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan sistem
pencernaan hewan lain.
Perbedaan sistem pencernaan makanan pada hewan ruminansia, tampak pada struktur gigi,
yaitu terdapat geraham belakang (molar) yang besar, berfungsi untuk mengunyah rerumputan
yang sulit dicerna. Di samping itu, pada hewan ruminansia terdapat modifikasi lambung yang
dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu: rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum
(perut kitab), dan abomasum (perut masam).
Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas
rumen 80%, retlkulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasums 7-8′/o.Pembagian ini terlihat dari
bentuk gentingan pada saat otot spingter berkontraksi. Abomasum merupakan lambung yang
sesungguhnya pada hewan ruminansia.
Hewan herbivora, seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung
seperti halnya pada sapi untuk fermentasi selulosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang
dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banvak mengandung bakteri. proses
fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi dilambung. Akibatnya,
kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena pencernaan selulosa hanya terjadi satu
kali, yaitu pada sekum. Sedangkan pada sapi, proses pencernaan terjadi dua kali, yaitu pada
lambung dan sekum keduanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.
Adanya bakteri selulotik pada lambung hewan memamah biak merupakan bentuk simbiosis
mutualisme yang dapat menghasilkan vitamin B serta asam amino. Di samping itu, bakteri ini
dapat ,menghasilkan gas metan (CH4), sehingga dapat dipakai dalam pembuatan biogas
sebagai sumber energi altematif.
Sistem pencernaan makanan pada cacing tanah sudah sempurna. Cacing tanah memiliki alat-
alat pencernaan mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus. Proses pencernaan
dibantu oleh enzim – enzim

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan


untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan
energi cahaya. Fotosintesis juga dapat di artikan proses penyusunan atau
pembentukan dengan menggunakan energi cahaya atau foton. Sumber
energi cahaya alami adalah matahari yang memiliki spektrum cahaya
infra merah (tidak kelihatan), merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila,
ungu dan ultra ungu (tidak kelihatan).
Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan
dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi
kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian
besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang
menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut
sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi
karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari [[CO2]] diikat
(difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain
yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui
kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.
C. FOTOSINTESIS
gambar:fotosin.gif

Suatu ciri hidup yang hanya dimiliki oleh tumbuhan hijau adalah kemampuan dalam
mengggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organic serta diasimilasi
dalam tubuh tumbuhan. Oleh karena proses pengubahan itu memerlukan energy cahaya,
maka asimilasi zat karbon disebut fotosintesis. Atau secara lengkap pengertian fotosintesis
atau asimilasi karbon ialah proses pengubahan zat – zat anorganik H2O dan CO2 oleh
klorofil menjadi zat organic karbohidrat dengan bantuan cahaya.
Peristiwa fotosintesis dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi kimia sebagai berikut:
Cahaya
6 CO2 + 6 H2O ------------- C6H12O6 + 6 O2
Klorofil
Kloroplas sebagai bahan dasar fotosintesis memiliki energi dari sinar matahari disimpan
lalu diubah menjadi molekul dan glukosa. Didalam mitokondria energy yang telah diubah
menjadi glukosa dibongkar kembali untuk digunakan bagi keperluan proses – proses dalam
sel.
Kloroplas dibungkus oleh dua lapisan (membrane) , lapisan dalam berupa suatu membrane
yang kompleks , pada membrane ini terdapat beberapa lapisan kantung yang rata , disebut
grana. Zat warna klorofil dan molekul – molekul yang membantu penangkapan sinar
matahari berada sisalam grana.didalam seluruh grana terdapat larutan protein yang disebut
stroma.
TAHAPAN – TAHAPAN FOTOSINTESIS
Proses fotosintesis yang terjadi di kloroplas melalui dua tahap reaksi, yaitu reaksi terang
dan reaksi gelap.
1. Reaksi terang
Terjadi bila terdapat sinar, misalkan sinar matahari. Selama tahap ini klorofil didalam
membrane gana menyerap sinar merah dan nila yang bergelombang panjang pada spectrum
sinar.
Energy yang ditangkap oleh klorofil digunakan untuk memecah molekul air. Pemecahan ini
disebut fotolisis. Fotolisis mengakibatkan molekul air pecah menjadi hydrogen dan oksigen.
Reaksi fotolisis dapat ditulis dengan persamaan:
2 H2O 2 H2 + O2
H2 yang terlepas ditampung oleh koenzim NADP. Dalam hal ini, NADP bertindak
sebagai akseptor H2, bentuknya berubah menjadi NADPH2 dan O2tetap dalam keadaan bebas.
NADP (Nikotinamida Adenin Dinukleotida Fosfat) merupakan koenzim yang penting
peranannya dalam kegiatan oksidasi reduksi dan banyak terdapat dalam sel hidup. Selama
proses tersebut dihasilkan ATP.
2. Reaksi gelap
Blackman (1905) adalah seorang ahli membuktikan bahwa reduksi dari CO2 ke CHO
berlangsung tanpa sinar. Sehingga reaksi gelap disebut pula sebagai reaksi blackman atau
reduksi CO.
Bila reaksi terang (Hill) dan reaksi gelap (blackman) digabung maka reaksinya sebagai
berikut:
Hill:
2 H2O 2 NADP H2 + O2
Balckman:
CO2 + 2 NADP H2 + O2 2 NADP + H2 + CO + O + H2 + O2

Penggabungan :
2 H2O + CO CH2O + H2O + O2
Bila baris terakhir ini dikalikan 6 , maka kita akan memperoleh:
12 H2O + 6 CO2 (CH2O)6 + 6 H2 + 6 O2
'

' B. Andrew dan Melvin Calvin (1950) dari universitas kalifornia mengemukakan
fiksasi CO2pada proses foto sintesis / asimilasi C. siklus asimilasi C dalam organism
fotoautotrof dapat digambarkan sbb:

Reaksi gelap merupakan penyusutan CO2 oleh H2 yang dibawa oleh NADP tersebut.
Dalam peristiwa ini , penyusutan CO2 tidak membutuhkan sinar , sehingga reaksi tersebut
dinamakan reaksi gelap. otosintesis dikenal sebagai suatu proses sintesis makanan yang
dimiliki oleh tumbuhan hijau dan beberapa mikroorganisme fotosintetik. Organisme yang
mampu mensintesis makanannya sendiri disebut sebagai organisme autrotof. Autotrof dalam
rantai makanan menduduki sebagai produsen.
Pada prinsinya komponen yang dibutuhkan dalam reaksi fotosintesis adalah CO2 yang
berasal dari udara dan H2O yang diserap dari dalam tanah. Selain itu sesuai dengan namanya,
foto “cahaya” reaksi ini membutuhkan cahaya matari sebagai energi dalam pembuatan atau
sintesis produk (senyawa gula dan oksigen).
Menurut Stone (2004), reaksi fotosintesis dapat diartikan bahwa enam molekul
karobondioksida dan enam molekul air bereaksi dengan bantuan energi cahaya matahari
untuk dirubah menjadi satu molekul glukosa dan enam molekul oksigen. Glukosa adalah
molekul yang dibentuk sebagai hasil dari proses fotosintesis yang di dalamnya tersimpan
hasil konversi energi cahaya matahari dalam bentuk ikatan-ikatan kimia penyusun molekul
tersebut. Glukosa merupakan senyawa karbon yang nantinya digunakan bersama elemen-
elemen lain di dalam sel untuk membentuk senyawa kimia lain yang sangat penting bagi
organisme tersebut, seperti DNA, protein, gula dan lemak. Selain itu, organisme dapat
memanfaatkan energi kimia yang tersimpan dalam ikatan kimia di antara atom-atom
penyusun glukosa sebagai sumber energi dalam proses-proses di dalam tubuh.
Reaksi Fotosintesis (sumber : Stone, 2004)

Struktur Kloroplas (sumber : http://micro.magnet.fsu.edu/cells/chloroplasts/)


Seperti organisme lainnya, tanaman tersusun atas sel-sel sebagai unit dasar penyusun
kehidupan tanaman. Sel-sel tanaman mengandung struktur yang disebut kloroplas
(Chloroplast) yang merupakan tempat terjadinya fotosintesis. Kloroplas adalah organel
khusus yang dimiliki oleh tanaman, berbentuk oval dan mengandung klorofil (chlorophyll)
yang dikenal dengan zat hijau daun. Seluruh bagian tumbuhan yang merupakan struktur
berwarna hijau, termasuk batang dan buah memiliki kloroplas dalam setiap sel penyusunnya.
Namun secara umum aktifitas fotosintesis terjadi di dalam daun. Michael W. Davidson dalam
websitenya menyatakan bahwa kepadatan kloroplas di permukaan daun suatu tanaman rata-
rata sekitar satu setengah juta per milimeter persegi.
Kloroplas memiliki struktur membran ganda, yaitu membran luar (outer membrane) dan
membran dalam (inner membrane) yang dipisahkan olek ruang intermembran. membran
dalam kloroplas mengalami modifikasi struktur yang disebut dengan tilakoid (thylakoid) dan
selanjutnya tumpukan tilakoid disebut grana. Matrik yang ada di dalam kloroplas merupakan
struktur gel yang disebut dengan stroma (Stone, 2004).
Fotosintesis memiliki dua macam reaksi, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Selama reaksi
terang, klorofil bersama dengan pigmen-pigmen lain di dalam kloroplas menyerap energi
cahaya matahari dan mengkonversinya menjadi energi kimia yang disimpan dalam ikatan
kimia penyusun glukosa. Energi yang diserap merupakan energi kaya elektron yang nantinya
akan terlibat dalam serangkaian rantai reaksi yang disebut transpot elektron. Menurut Stone
(2004), air melalui reaksi terang akan dipecah (fotolisis) menjadi proton, elektron dan O2.
Proton dan elektron yang dihasilkan dari pemecahan ini bergabung dengan senyawa aseptor
elektron NADP+ (nicotinamide adenosine dinucleotide phosphate) membentuk NADPH.
Beberapa proton bergerak melalui membran kloroplas , dan energi yang dibentuk berupa
ATP (Adenosine triphospat). NADPH dan ATP adalah komponen yang masuk ke dalam
reaksi gelap (siklus Calvin), yang merubah molekul Co2 menjadi molekul gula berantai
karobon tiga. energi kimia hasil konversi dari energi cahaya matahari tersimpan dalam
senyawa karbon tersebut
Bab II
Pembahasan
1. Pengertian Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis
bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya.
Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis.
Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga
berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme
yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai
fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis
karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi.
Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui
kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.

2. Proses Fotosintesis
Hingga sekarang fotosintesis masih terus dipelajari karena masih ada sejumlah tahap yang
belum bisa dijelaskan, meskipun sudah sangat banyak yang diketahui tentang proses vital ini.
Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu pengetahuan alam
utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri.
Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Namun secara
umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini. Di
organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian stroma. Pada
dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang
(karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan
karbon dioksida).
Reaksi terang
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini
memerlukan molekul air. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai
antena.
Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer)
dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer). Cahaya hijau ini
akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun
berwarna hijau. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang cahaya
dengan panjang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih
banyak energi.
Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada pusat-
pusat reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi
atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil
yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I
700 nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis, seperti
dua baterai dalam senter yang bekerja saling memperkuat.
Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II,
membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor elektron.
Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan
pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau
kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada tumbuhan dan alga, kekurangan
elektron ini dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan
ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen.
Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon dioksida.
Pendapat ini pertama kali diungkapkan oleh C.B. van Neil yang mempelajari bakteri
fotosintetik pada tahun 1930-an. Bakteri fotosintetik, selain sianobakteri, menggunakan tidak
menghasilkan oksigen karena menggunakan ionisasi sulfida atau hidrogen.
Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I,
melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya
mereduksi NADP menjadi NADPH.
Reaksi gelap
ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai proses
biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang mengikat
karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula seperti glukosa).
Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga
dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa cahaya).
3. Tempat Terjadinya Fotosintesis
Fotosintesis pada tumbuhan
Tumbuhan bersifat autotrof. Autotrof artinya dapat mensintesis makanan langsung. dari
senyawa anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan
gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini
berasal dari fotosintesis. Perhatikan persamaan reaksi yang menghasilkan glukosa berikut ini:
12H2O + 6CO2 + cahaya ? C6H12O6 (glukosa) + 6O2 + 6H2O
Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat
pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi seluler yang
terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi
seluler berkebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa
lain akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi
kimia.
Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah
yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut
kloroplas. klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Meskipun
seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian
besar energi dihasilkan di daun. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang
mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati
lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya
sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin
yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun
penguapan air yang berlebihan.
Fotosintesis pada alga dan bakteri
Alga terdiri dari alga multiseluler seperti ganggang hingga alga mikroskopik yang hanya
terdiri dari satu sel. Meskipun alga tidak memiliki struktur sekompleks tumbuhan darat,
fotosintesis pada keduanya terjadi dengan cara yang sama. Hanya saja karena alga memiliki
berbagai jenis pigmen dalam kloroplasnya, maka panjang gelombang cahaya yang diserapnya
pun lebih bervariasi. Semua alga menghasilkan oksigen dan kebanyakan bersifat autotrof.
Hanya sebagian kecil saja yang bersifat heterotrof yang berarti bergantung pada materi yang
dihasilkan oleh organisme lain.
4. Hasil Fotosintesis
Hasil dari fotosintesis adalah glukosa dan oksigen. Hasil fotosintesis biasanya juga (disebut
fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu.
5. Hal – Hal yang Mempengaruhi Fotosintesis
Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis:
1. Intensitas cahaya
Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.
2. Konsentrasi karbon dioksida
Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapt digunakan
tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
3. Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu
optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu
hingga batas toleransi enzim.
4. Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan
karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
5. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar
fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.
6. Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang
berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan
berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
2 )Transpirasi yaitu proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui
stomata, kutikula maupun lenti sel. Perlakuan pemberian Bentonit ternyata mampu
meningkatkan laju fotosintesis seiring denganAkar
Akar pada tumbuhan
merupakan bagian paling bawah yang umumnya di dalam tanah
dan dengan fungsi tertentu.
Tidak semua tanaman memiliki akar,
tumbuhan tingkat rendah tidak memiliki akar (lumut, jamur, alga).
77777777777777777777777777777
fungsi akar
Akar pada tumbuhan memiliki fungsi umum untuk :
A. Menguatkan batang tanaman
B. Menegakkan tanaman
C. Menyerap air dan garam mineral baik dari pupuk atau dari tanah.
Fungsi khusus akar adalah sebagai akar napas, kar banir, akar gantung, akar tiang, akar
panjat, akar hisap
sifat-sifat akar
Sifat akar adalah :
i. Tersusun oleh jaringan hidup yang terus tumbuh
ii. Tidak dijumpai buku-buku atau ruas
iii. Berwarna pucat dan tidak berklorofil
Bagian-bagian akar
Akar terbagi menjadi bagian ujung akar, batang akar dan pangkal akar. Pada batang akar
terdapa daerah pembelahan dan pemanjangan. Ujung akar dilindungi oleh jaringan meristem
yaitu kaliptra atau tudung akar, berfungsi untuk melindungi pada saat akar menemabus tanah.
Struktur akar
Akar tersusun oleh jaringan epidermis, kortek, endodrermis dan stele (silinder pusat).
Epidermis merupakan lapisan pada akar yang paling luar, tersusun oleh selapis sel hidup
dengan dingding tipis.
Korteks, merupakan lapisan pertama akar yang tersusun oleh jaringan parenkim dengan sel-
sel yang relative besar, sehingga banyak ruang untuk meyimpan cadangan amkanan, air atau
udara
Endodermis, merupakan lapisan yang terdapat antara korteks dan silinder pusat. Bagian
tersebut terdiri dari selapis sel yangberfungsi sebagai pengatur masuknya air dan garam
mineral ke pembuluh kayu (xilem). Keempat sel endodermis yang tegak lurus dengan silinder
pusat mengalami penebalan zat gabus, sehingga air tidak masuk langsung ke silinder pusat,
akan tetapi menuju plasma sel endodermis yang bersifat semipermeabel. Air yang terdapat di
endodermis diteruskan ke silinder pusat melalui sel peresap (sel penerus), sel peresap ini
berhadapan dengan pembuluh kayu, sehingga perjalanan air menuju stele menjadi cepat.
Silinder pusat, merupakan jaaringan yqngterletak disebelah dalam endodermis. Didalamnya
terddapat jaringan pengangkut.
Sistem perakaran
Sistem perakaran pada tumbuahn meliputi dua jenis, akar tunggang dan akar serabut. Sistem
akar tunggang terdapat pada tumbuhan dikotil dan tumbuhan biji terbuka, sedangkan akar
serabut pada tumbuhan monokotil.
semakin tingginya kadar Bentonit.

gambar:Sistem pencernaan ruminansia.jpg


Hewan herbivora, seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung
seperti halnya pada sapi untuk fermentasi selulosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang
dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banvak mengandung bakteri. proses
fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi dilambung. Akibatnya,
kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena pencernaan selulosa hanya terjadi satu
kali, yaitu pada sekum. Sedangkan pada sapi, proses pencernaan terjadi dua kali, yaitu pada
lambung dan sekum keduanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.
Adanya bakteri selulotik pada lambung hewan memamah biak merupakan bentuk
simbiosis mutualisme yang dapat menghasilkan vitamin B serta asam amino. Di samping itu,
bakteri ini dapat ,menghasilkan gas metan (CH4), sehingga dapat dipakai dalam pembuatan
biogas sebagai sumber energi altematif.

You might also like