You are on page 1of 51

BAB 1

1.1 JENIS GARDU INDUK


Jenis Gardu Induk bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Berdasarkan besaran tegangannya.
2. Berdasarkan pemasangan peralatan.
3. Berdasarkan fungsinya.
4. Berdasarkan isolasi yang digunakan.
5. Bedasarkan sistem rel (busbar).

1. Jenis Gardu Induk Berdasarkan Tegangan


a. Gardu Induk Transmisi
Gardu Induk ini mendapatkan daya dari saluran transmisi, yang kemudian
disalurkan ke daerah beban seperti perkotaan, industri, atau lokasi pengerjaan
proyek.
b. Gardu Induk Distribusi
Merupakan Gardu Induk yang mendapatkan daya dari Gardu Induk Transmisi,
yang kemudian tegangannya diturunkan ke tegangan menengah (20kV, 12kV,
atau 6kV) melalui transformator. Tegangan menengah ini kemudian diturunkan
kembali untuk disalurkan ke jaringan perumahan.
2. Jenis Gardu Induk Berdasarkan Penempatan Peralatan
a. Indoor Substation (Gardu Induk Pasangan Dalam)
Merupakan Gardu Induk yang hampir seluruh peralatannya (switchgear,
busbar, isolator, komponen kontrol, komponen kendali, cubicle, dan lain-lain)
dipasang di dalam ruang tertutup (indoor) kecuali transformator daya, pada
umumnya dipasang di luar gedung.
Gardu Induk ini dibangun untuk kepentingan estetika dengan surrounding,
juga untuk menghindari bahaya yang datang dari lingkungan sekitarnya.

Gardu Induk semacam ini biasa disebut Gas Insutaled Substation (GIS).
GIS merupakan bentuk pengembangan gardu induk, yang pada umumnya
dibangun di daerah perkotaan atau padat pemukiman yang sulit untuk
mendapatkan lahan.
Beberapa keuanggulan GIS dibanding GI konvensional :
Hanya membutuhkan lahan seluas 3.000 meter persegi atau 6 % dari

luas lahan GI konvensional.


Mampu menghasilkan kapasitas daya (power capasity) sebesar 3 x 60

MVA bahkan bisa ditingkatkan sampai dengan 3 x 100 MVA.


Jumlah penyulang keluaran (output feeder) sebanyak 24 penyulang

(feeder) dengan tegangan kerja masing-masing 20 KV.


Bisa dipasang di tengah kota yang padat pemukiman.
Keunggulan dari segi estetika dan arsitektural, karena bangunan bisa

didesain sesuai kondisi disekitarnya.


Gardu Induk kombinasi pasangan luar dan pasangan dalam : Adalah gardu
induk yang komponen switchgear-nya ditempatkan di dalam gedung dan
sebagian komponen switchgear ditempatkan di luar gedung, misalnya
gantry (tie line) dan saluran udara tegangan tinggi (SUTT) sebelum masuk
ke dalam switchgear. Transformator daya juga ditempatkan di luar gedung.

b. Outdoor Substation (Gardu Induk Pasangan Luar)


Kebalikan dari Indoor Substation, Gardu Induk ini merupakan Gardu Induk
yang semua peralatannya dipasang di ruangan terbuka (outdoor), namun pusat
kontrol, sistem proteksi dan alat ukur, serta komponen bantu lainnya tetap
berada dalam ruangan.
Gardu Induk semacam ini biasa disebut dengan gardu induk konvensional.
Sebagian besar gardu induk di Indonesia adalah gardu induk konvensional.
Untuk daerah-daerah yang padat pemukiman dan di kota-kota besar di Pulau
Jawa, sebagian menggunakan gardu induk pasangan dalam, yang disebut Gas
Insulated Substation atau Gas Insulated Switchgear (GIS).
Outdoor Substation lebih murah dalam konstruksinya, namun memerlukan
lahan yang lebih luas.
c. Semi-Underground Substation (Gardu Induk Semi Pasangan Bawah Tanah)

Merupakan Gardu Induk yang sebagian peralatannya dipasang di bawah


permukaan tanah (biasanya transformator daya), dan sebagian lagi dipasang di
atas permukaan tanah.
d. Underground Substation (Gardu Induk Pasangan Bawah Tanah)
Merupakan Gardu Induk yang seluruh peralatannya dipasang dibawah
permukaan tanah, kecuali pendingin. Biasanya Gardu Induk ini dibangun
karena lahan yang tidak memadai.
e. Combined Outdoor Substation (Gardu induk Sebagian Pasangan Luar)
Merupakan Gardu Induk yang sebagian peralatannya dipasang di dalam
ruangan tertutup, dan sebagiannya lagi dipasang di ruangan terbuka dengan
tujuan menyesuaikan terhadap situasi dan kondisi surrounding atau lingkungan
sekitar.
f. Mobile Substation (Gardu Induk Mobil)
Merupakan Gardu Induk yang peralatannya dipasang di atas trailler atau
kendaraan bergerak lainnya sehingga dapat berpindah tempat sesuai dengan
kebutuhan. Biasanya digunakan untuk pemakaian sementara atau keadaan
darurat.
3. Berdasarkan Fungsinya
a. Gardu Induk Penaik Tegangan
Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan tegangan, yaitu
tegangan pembangkit (generator) dinaikkan menjadi tegangan sistem. Gardu
Induk ini berada di lokasi pembangkit tenaga listrik. Karena output voltage
yang dihasilkan pembangkit listrik kecil dan harus disalurkan pada jarak yang
jauh, maka dengan pertimbangan efisiensi, tegangannya dinaikkan menjadi
tegangan ekstra tinggi atau tegangan tinggi.
b. Gardu Induk Penurun Tegangan
Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan tegangan, dari
tegangan tinggi menjadi tegangan tinggi yang lebih rendah dan menengah atau

tegangan distribusi. Gardu Induk terletak di daerah pusat-pusat beban, karena


di gardu induk inilah pelanggan (beban) dilayani.
c. Gardu Induk Pengatur Tegangan
Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh dari pembangkit tenaga
listrik. Karena listrik disalurkan sangat jauh, maka terjadi tegangan jatuh
(voltage drop) transmisi yang cukup besar. Oleh karena diperlukan alat penaik
tegangan, seperti bank capasitor, sehingga tegangan kembali dalam keadaan
normal.
d. Gardu Induk Pengatur Beban
Berfungsi untuk mengatur beban. Pada gardu induk ini terpasang beban
motor, yang pada saat tertentu menjadi pembangkit tenaga listrik, motor
berubah menjadi generator dan suatu saat generator menjadi motor atau
menjadi beban, dengan generator berubah menjadi motor yang memompakan
air kembali ke kolam utama.
e. Gardu Induk Distribusi
Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari tegangan sistem ke
tegangan distribusi. Gardu induk ini terletak di dekat pusat-pusat beban.
4. Jenis Gardu Induk Berdasarkan Isolasi Busbar:
a. Gardu Induk Konvensional
Gardu Induk yang menggunakan isolasi udara antara bagian yang
bertegangan yang satu dengan bagian yang bertegangan lainnya karena
sebagian

besar peralatannya

sebagian kecil di dalam


yang relatif luas.

terpasang di luar gedung (switch yard) dan

gedung (HVcell, dll) dan memerlukan areal tanah

Gambar 1 : Gardu induk konvensional


b. Gardu Induk GIS (Gas Insulated Switchgear)
Suatu gardu induk yang semua peralatan switchgearnya berisolasikan gas
SF-6, baik isolasi antara bagian yang bertegangan dengan bagian lain yang
bertegangan, maupun antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang
tidak bertegangan. karena sebagian besar peralatannya terpasang di dalam
gedung dan dikemas dalam tabung.

Gambar 2 : Gas Insulated Substation (GIS)


5. Gardu Induk Berdasarkan Sistem Rel (Busbar)
Busbar atau rel adalah titik pertemuan/hubungan antara transformator daya,
SUTT/SKTT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga
listrik/daya listrik. Berdasarkan sistem busbar, gardu induk dibagi menjadi:
a. Gardu Induk dengan sistem ring busbar

b. Gardu Induk dengan busbar tunggal / single busbar


c. Gardu Induk dengan busbar ganda / double busbar
d. Gardu Induk dengan satu setengah / one half busbar

1.2 FASILITAS DAN PERALATAN GARDU INDUK


Gardu induk dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan yang diperlukan sesuai
dengan tujuannya dan mempunyai fasilitas untuk operasi dan pemeliharaannya.
1. Transformator Utama
Trafo utama dipakai untuk menurunkan atau menaikkan tegangan. Di pusat
pembangkit ia menaikkan tegangan dan di pusat beban ia menurunkan tegangan. Trafo
yang digunakan adalah trafo tiga fasa karena sangat menguntungkan. Jika
transformator 3-fasa dibandingkan dengan 3 buah transformator 1-fasa yang
kapasitasnya sama, maka ternyata bahwa berat transforemator 3-fasa kira-kira 80 %
dari berat transformator 1-fasa. Transformator 3-fasa juga lebih menguntungkan dalah
hal pondasi, pengawatan (wiring) dan ruang yang diperlukan. Pada sekarang ini
transformator 3-fasalah banyak dipasang. Untuk klas 500 kV, transformator 1-fasa
yang dipakai karena sulitnya pengangkutan. Untuk menanggulangi masalah
pengangkutan dipakai transformator 3-fasa khusus, yang dapat diangkut dalam 1-fasa
dan yang kemudian dihubungkan menjadi 3-fasa di dalam minyak, dengan busingnya
dipasang di tempat.
Hubungan transformator dikenal dengan hubungan bintang-bintang (Y Y),
bintang-segitiag (Y-) atau segitiga bintang (-Y). Untuk mengatur/mengubah
tegangan maka pada transformator dilengkapi dengan Pengubah Tap berbeban, dimana
pada salah satu atau kedua sisi lilitan transformator tadi dibuat tap (penyadap) dan
perbandingan transformasinya diubah oleh pengubah tap berbeban atau dengan
memasang mengatur tegangan berbeban secara seri dan terpisah dari transformator
utama. Keduanya mempunyai mekanisme yang dapat mengubah tap dalam keadaan
transformator berbeban.
2. Alat Pengubah Fasa
Alat pengubah fasa dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran atau
transformatror dengan mengatur daya reaktip, atau untuk menurunkan rugi daya

dengan memperbaiki faktor-daya. Alat tersebut ada yang berputar, ada yang stasioner.
Yang berputar adalah kondensator sinkron dan kondensator asinkron, sedang yang
stasioner adalah kondensator statis dan reaktror shunt. Yang berputar dipakai baik
untuk fasa terdahulu (leading) atau terbelakang (lagging) dan dapat diatur secara
kontinu. Tetapi alat ini sangat mahal dan pemeliharaanya sangat rumit. Alat yang
stasioner sekarang ini banyak dipakai menggantikan alat yang berputar, sebab teknik
pembuatannya telah banyak mengalami kemajuan pesat; tegangannya dapat diatur
tanpa kesulitan dengan menyetel daya reaktip secara bertingkat mengikuti perluasan
system tenaga listrik.
3. Peralatan Penghubung
Saluran transmisi dan distribusi dihubungkan dengan GI. Jadi GI ini merupakan
tempat pemusatan dari tenaga yang dibangkitkan dan interkoneksi dari system
transmisi dan dsistribusi kepada para pelanggan. Saluran transmisi dan distribusi ini
dihubungkan dengan ril (bus) melalui transformator utama; setiap saluran mempunyai
pemutus beban (circuit breaker) dan pemisah (disconnecting switch) pada sisi
keluarnya. Pemutusan beban ini dipakai untuk menghubungkan atau melepaskan
beban. Jika terjadi gangguan pada saluran transmisi atau alat lain, pemutus-beban ini
dipakai untuk memutuskan hubungan secara otomatis. Jika saluran transmisi dan
distribusi, transformator, pemutus beban dan sebagainya mengalami perbaikan atau
pemeriksaan, pemisah dipakai untuk memisahkan untuk memisahkan saluran dan
peralatan tadi. Pemutus beban dan pemisah dinamakan peralatan penghubung
(switchgear).
4. Panel-Hubung dan Trafo Ukur
Panel hubung (meja hubung, switchboard) merupakan pusat syaraf bagi suatu GI.
Pada panel hubung inilah operator dapat mengamati keadaan peralatan, melakukan
operasi peralatan serta pengukuran-pengukuran tegangan, arus dan daya dan
sebagainya, setiap waktu bila dipandang perlu. Bila terjadi gangguan, panel-hubung
itu membuka pemutus beban (secara otomatis) melaui rele pengaman dan memisahkan
bagian yang terganggu. Karena tegangan dan arus tidak dapat diukur langsung pada
sisi tegangan tinggi, maka transformator ukur (instrument) mengubahnya menjadi
tegangan dan arus yang rendah, dan sekaligus memisahkan alat-alat ukur dari sisi
teganagan tinggi.

5. Alat Pelindung
Alat pelindung (protective device) dalam arti luas, di samping pemutus beban dan
rele pengaman, adalah sebagai berikut :
-

Arreseter mengamankan peralatan GI terhadap tegangan lebih abnormal


yang bersifat kejutan (surja, surge), misalnya kejutan petir dan surja
hubung.

Beberapa peralatan netral sering dipakai di titik netral trafo untuk pengamanan
pada waktu terjadi gangguan tanah. Tahanan pembumian netral dipakai untuk
tegangan-lebih abnormal dan untuk memastikan bekerjanya rele pengaman.
Bila terjadi gangguan (hubung singkat) tanah atau gangguan petir, potensial tanah
dari GI mungkin naik abnormal sehingga menyebabkan arang dan binatang yang ada
di dekatnya, atau menyebabkan rusaknya alat. Untuk menghindari risiko ini,
ditanamlah penghantar pengetanahan dengan tahanan tanah yang diusuhakan sekecil
mungkin. Semua peralatan dan bangunan luar dihubungkan padaperalatan
pembumian tadi.
6. Peralatan Lain-Lain
Disamping peralatan tersebut diatas ada peralatan pembantu (auxiliary), seperti alat
pendingin, alat pencuci isolator, batere, pengisi batere, compressor, sumbner tenaga,
alat peneranagnn dan sebagainya. Dalam operasi GI berhubungan dengan pusat
pembagi beban. Oleh karena itu harus ada pula peralatan komunikasi. Gardu-gardu
yang tua kebanyakan dilengkapi pula dengan peralatan yang diperlukan untuk
pemeliharaan seperti ruang bongkar transformator, fasilitas untuk pemindah
transformator, bengkel dan sebagainya. Sekarang fasilitas-fasilitas demikian sudah
jarang dipasang, sebab keandalan peralatan GI sudah makin baik dan pemeliharaannya
menjadi lebih mudah.
7. Sistem Pendingin
Jika dalam suatu gardu induk dipakai transformator dengan pendinginan air atu
kondensator sinkron dengan pendinginan gas zat air, maka air pendinginnya diambil
dari sungai, air bawah tanah, bak pendingin atau menara pendingin yang dibangun
untuk sirkulasi air pendingin itu. Dalam hal yang terakhir, air bawah tanah atau air

minim kota dipakai untuk penambahan. Air minum kota karena mahal. Jarang dipakai,
kecuali jika cadangan air bawah tanahnya terbatas.
Suhu dan banyaknya air yang diperlukan ditetapkan sebagai standar, di Jepang
suhu air pendingin untuk peralatan ditetapkan tidak lebih dari 250C.

BAB II

2.1 SISTEM HUBUNGAN RANGKAIAN


2.1.1. Ril Tunggal
Ril tunggal (Gbr.1 (a)) adalah sistim ril yang paling sederhana. Karena hanya
memerlukan sedikit peralatan

dan ruang maka dari segi ekonomis sistim ini

sangat menguntungkan. Sistim ini

dipakai

untuk

G.I. skala kecil yang hanya

mempunyai sedikit saluran keluar dan tidak memerlukan pindah-hubungan sistim


tenaga. Namun, jika terjadi gangguan pada ril, isolator pada sisi ril, pemutus

beban dan peralatan di antaranya,

maka pelayanan aliran tenaga listrik akan

terputus sama sekali. Jika dipandang perlu mencegah pemutusan pelayanan total,
maka dipasang pemutus beban dan pemisah bagian (section) seperti pada Gbr. l (b)
dan l (c); komposisi dari sistim tenaga harus disesuaikan seperlunya.

2.1.2 Ril Ganda


Ril ganda terdiri dari dua ril, tiga ril atau empat ril; kedua jenis terakhir ini
tidak lazim dipakai. Gbr.2 menunjukkan ril-rangkap standar, dengan pemutus beban
penghubung ril yang dipasang di antara kedua ril tadi. Sistim ini memerlukan lebih
banyak isolator, ril, bangunan konstruksi baja dan ruang dibandingkan dengan ril
tunggal. Tapi dengan ini pemeriksaan alat dan operasi sistim tenaga menjadi lebih
mudah. Tidak bekerjanya satu ril tidak diikuti dengan tidak bekerjanya transformator
atau saluran transmisi. Di Jepang dipakai saluran transmisi rangkaian rangkap
(double circuit), maka biasanya rangkaian pertama dihubungkan dengan ril A dan
rangkaian kedua dengan ril B, sehingga beban kedua rangkaian itu seimbang.Dengan
cara demikian maka dimungkinkan untuk membatasi pemutusan pelayanan dan
arus hubung-singkat dengan membuka pemutus beban penghubung kedua ril itu
bila gangguan terjadi pada salah satu rangkaian. Juga bila ril A dan ril B dikerjakan
terpisah maka dimungkinkan beroperasinya sistim tenaga yang berlainan.Oleh karena
itu sistim dua ril ini pada umumnya dipakai pada G.I.yang kedudukannya penting
dalam sistim tenaga.

Pada G.I. di mana terdapat pemusatan banyak saluran transmisi dan


dimana diperlukan keandalan yang sangat tinggi, maka dipasanglah pemutus
beban bagian pada setiap ril seperti terlihat pada Gbr. 3. Disini G.I. itu terbagi
menjadi dua bagian yang bekerja terpisah, sehingga akibat-akibat gangguan pada ril
dikurangi. Gbr. 4 menunjukkan ril rangkap ganda) jenis lain. Gbr. 4 (a) adalah apa
yang disebut sistim
1,5-pemutus-beban dan Gbr.4 (b) adalah apa yang disebut sistim 2-pemutus-beban,
sedangkan Gbr. 2 adalah

sistim 1-pemutus-beban

untuk

setiap

rangkaian.

Dibandingkan dengan dua-ril standar (Gbr. 2), pada sistim ini saluran transmisi dan
transformator tidak terhenti selama pemutus-tenaga diperiksa atau diperbaiki. Dan
dalam keadaan gangguan ril, gangguan itu dapat ditiadakan dengan tidak
mempengaruhi komposisi sistim tenaga.Di balik keuntungan-keuntungan tadi, sistim
ini mempunyai kerugian-kerugian bahwa ia memerlukan banyak pemutus-tenaga,

pemisah dan ruang serta sirkit kontrol dan

pengamanannya

menjadi

sangat

kompleks. Oleh karena itu sistim ini sampai sekarang belum dipakai di Jepang.

Gbr. 5 juga menunjukkan sistim dua-ril jenis lain, yang disebut sistim ril
inspeksi (inspection bus) atau sistim ril pindah (transfer bus) atau sistim ril pembantu
(auxiliary bus).

Di sini sebuah ril, yaitu ril inspeksi tadi ditambahkan pada ril

tunggal,sehingga memudahkan

melakukan pemeriksaan (inspeksi) atas ril atau

pemutus-beban, meskipun ia tidak dapat bekerja seperti sistim dua-ril standar.


Sistim ini juga dipakai untuk mengurangi jumlah pemutus-tenaga, jika jumlah
rangkaian yang dihubungkan tidak banyak. Sistim ini dapat diperluas dengan
mudah menjadi sistim dua-ril standar bila kelak jumlah sirkit hubungan menjadi
besar.
2.1.3 Ril Gelang
Gbr.6 adalah sebuah contoh ril gelang. Ril gelang hanya memerlukan ruang
yang kecil dan baik untuk pemutusan sebagian dari pelayanan dan pemeriksaan
pemutus beban. Sistim ini jarang dipakai di Jepang karena mempunyai kerugian
bahwa dari segi operasi sistim tenaga ia tidak begitu leluasa seperti sistim dua-ril.
Lagipula rangkaian kontrol dan pengamanannya menjadi lebih kompleks, dan
kapasitas arus dari alat-alat yang terpasang seri harus lebih besar.

2.1.4 Sistim Tanpa Ril


Akhir-akhir ini, sistim unit (periksa Gbr. 7) dengan menghilangkan ril
mulai banyak

dipakai

karena

adanya

kemajuan

dalam keandalan

meluasnya sistim transmisi bawah tanah di kota-kota,


instalasi karena sukarnya memperoleh tanah.

BAB III

3.1 PERALATAN GARDU INDUK

alat-alat,

dan penyederhanaan

Gardu induk merupakan suatu sistem Instalasi listrik yang terdiri dari beberapa
perlengkapan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik dari jaringan
transmisi ke jaringan distribusi perimer. Perlengkapan peralatan listrik tersebut
antara lain:
1. Busbar atau Rel
Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga, Saluran Udara
TT, Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan
menyalurkan tenaga listrik/daya listrik. Ada beberapa jenis konfigurasi busbar yang
digunakan saat ini, antara lain:
a. Sistem cincin atau ring
Semua rel/busbar yang ada tersambung satu sama lain dan membentuk seperti
ring/cicin.

Gambar 3. Sistem Cincin atau ring


b. Busbar Tunggal atau Single busbar
Semua perlengkapan peralatan listrik dihubungkan hanya pada satu / single
busbar pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk diujung
atau akhir dari suatu transmisi.

Gambar 4. Sistem busbar tunggal atau single busbar


c. Busbar Ganda atau double busbar

Adalah gardu induk yang mempunyai dua / double busbar . Sistem ini sangat
umum, hamper semua gardu induk menggunakan sistem ini karena sangat
efektif untuk mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan.

Gambar 5. Sistem Busbar Ganda atau double Busbar.


d. Busbar satu setengah atau one half busbar
Gardu induk dengan konfigurasi seperti ini mempunyai dua busbar juga sama
seperti pada busbar ganda, tapi konfigurasi busbar seperti ini dipakai pada
Gardu induk Pembangkitan dan gardu induk yang sangat besar, karena sangat
efektif dalam segi operasional dan dapat mengurangi pemadaman beban pada
saat melakukan perubahan sistem. Sistem ini menggunakan 3 buah PMT
didalam satu diagonal yang terpasang secara seri.

Gambar 6. Sistem Busbar satu setengah atau one half busbar.


2. Ligthning Arrester

Biasa disebut dengan Arrester dan berfungsi sebagai pengaman instalasi


(peralatan listrik pada instalasi Gardu Induk) dari gangguan tegangan lebih akibat
sambaran petir (ligthning Surge) maupun oleh surja hubung ( Switching Surge ).
3. Transformator instrument atau Transformator ukur
Untuk proses pengukuran digardu induk diperlukan tranformator instrumen.
Tranformator instrument ini dibagi atas dua kelompok yaitu:
a. Transformator Tegangan
Adalah trafo satu fasa yang menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan
rendah yang dapat diukur dengan Voltmeter yang berguna untuk indikator, relai dan
alat sinkronisasi.
b. Transformator arus
Digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya ratusan amper lebih yang
mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Jika arus yang mengalir pada tegangan
rendah dan besarnya dibawah 5 amper, maka pengukuran dapat dilakukan secara
langsung sedangkan untuk arus yang mengalir besar, maka harus dilakukan
pengukuran secara tidak langsung dengan menggunakan trafo arus (sebutan untuk
trafo pengukuran arus yang besar). Disamping itu trafo arus berfungsi juga untuk
pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak jauh dan rele proteksi.
c. Transformator Bantu (Auxilliary Transformator)
Trafo yang digunakan untuk membantu beroperasinya secara keseluruhan
gardu induk tersebut. Dan merupakan pasokan utama untuk alat-alat bantu seperti
motor-motor listrik 3 fasa yang digunakan pada motor pompa sirkulasi minyak
trafo beserta motor motor kipas pendingin. Yang paling penting adalah sebagai
pemasok utama sumber tenaga cadangan seperti sumber DC, dimana sumber DC
ini merupakan sumber utama jika terjadi gangguan dan sebagai pasokan tenaga
untuk proteksi sehingga proteksi tetap bekerja walaupun tidak ada pasokan arus
AC.

Transformator bantu sering disebut sebagai trafo pemakaian sendiri sebab


selain fungsi utama diatas, juga digunakan untuk penerangan, sumber untuk sistim
sirkulasi pada ruang baterai, sumber pengggerak mesin pendingin (Air
Conditioner) karena beberapa proteksi yang menggunakan elektronika/digital
diperlukan temperatur ruangan dengan temperatur antara 20C -28C.
Untuk mengopimalkan pembagian sumber tenaga dari transformator bantu
adalah pembagian beban yang masing-masing mempunyai proteksi sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing. Juga diperlukan pembagi sumber DC untuk kesetiap
fungsi dan bay yang menggunakan sumber DC sebagai penggerak utamanya.
Untuk itu disetiap gardu induk tersedia panel distribusi AC dan DC.
4. Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS)
Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan lain atau
instalasi lain yang bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada
rangkaian yang tidak berbeban. Mengenai Sakelar pemisah akan dibahas pada
postingan selanjutnya.

5. Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB)


Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan rangkaian pada saat
berbeban (pada kondisi arus beban normal atau pada saat terjadi arus gangguan).
Pada waktu menghubungkan atau memutus beban, akan terjadi tegangan recovery
yaitu suatu fenomena tegangan lebih dan busur api, oleh karena itu sakelar pemutus
dilengkapi dengan media peredam busur api tersebut, seperti media udara dan gas
SF6.
6. Sakelar Pentanahan
Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah / bumi yang
berfungsi untuk menghilangkan/mentanahkan tegangan induksi pada konduktor
pada saat akan dilakukan perawatan atau pengisolasian suatu sistem. Sakelar
Pentanahan ini dibuka dan ditutup hanya apabila sistem dalam keadaan tidak
bertegangan (PMS dan PMT sudah membuka).

7. Kompensator
Kompensator didalam sistem Penyaluran tenaga Listrik disebut pula alat
pengubah fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran transmisi
atau transformator, dengan mengatur daya reaktif atau dapat pula dipakai untuk
menurunkan rugi daya dengan memperbaiki faktor daya. Alat tersebut ada yang
berputar dan ada yang stationer, yang berputar adalah kondensator sinkron dan
kondensator asinkron, sedangkan yang stationer adalah kondensator statis atau
kapasitor shunt dan reaktor shunt.
8. Peralatan SCADA dan Telekomunikasi
Data yang diterima SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition)
interface dari berbagai masukan (sensor, alat ukur, relay, dan lain lain) baik berupa
data digital dan data analog dan dirubah dalam bentuk data frekwensi tinggi (50
kHz sampai dengan 500 kHz) yang kemudian ditransmisikan bersama tenaga listrik
tegangan tinggi. Data frekwensi tinggi yang dikirimkan tidak bersifat kontinyu
tetapi secara paket per satuan waktu. Dengan kata lain berfungsi sebagai sarana
komunikasi suara dan komunikasi data serta tele proteksi dengan memanfaatkan
penghantarnya dan bukan tegangan yang terdapat pada penghantar tersebut. Oleh
sebab itu bila penghantar tak bertegangan maka Power Line Carrier (PLC) akan
tetap berfungsi asalkan penghantar tersebut tidak terputus. Dengan demikian
diperlukan peralatan yang berfungsi memasukkan dan mengeluarkan sinyal
informasi dari energi listrik di ujung-ujung penghantar.
9. Rele Proteksi dan Papan Alarm (Announciator)
Rele proteksi yaitu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan
suatu peralatan listrik saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi
terjadinya kerusakan peralatan akibat gangguan dan membatasi daerah yang
terganggu sekecil mungkin. Kesemua manfaat tersebut akan memberikan
pelayanan penyaluran tenaga listrik dengan mutu dan keandalan yang tinggi.
Sedangkan papan alarm atau announciator adalah sederetan nama-nama jenis
gangguan yang dilengkapi dengan lampu dan suara sirine pada saat terjadi

gangguan, sehingga memudahkan petugas untuk mengetahui rele proteksi yang


bekerja dan jenis gangguan yang terjadi.

BAB IV

4.1 ISOLASI DALAM GARDU INDUK


4.1.1 Klasifikasi dan Besarnya Tegangan Abnormal
Meskipun tidak ada standar tertentu dari tegangan abnormal yang harus diper
hitungkan dalam merancangkan G.I. secara umum dapat diikhtisarkan adanya
gelom bang petir, tegangan frekwensi rendah, dan surja hubung.
1.

Gelombang sambaran petir


Sambaran langsung yang mengenai ril dan peralatan

yang paling hebat di antara

dalam G.I. adalah

gelombang berjalan lainnya yang datang ke G.I. la

menyebabkan tegangan lebih (overvoltage) sangat tinggi yang tidak mungkin dapat
ditahan oleh isolasi yang ada. Cara yang banyak dipakai untuk mencegah hal ini adalah
dengan memperkuat perlindungan terhadap petir dengan kawat tanah (ground wire)
di atas G.I. dan saluran transmisi di dekatnya.
Sambaran induksi dapat terjadi bila awan petir (thunder

cloud) ada di atas

peralatan
yang berisolasi. Awan ini menginduksikan muatan listrik dalam jumlah besar
dengan polaritas yang berlawanan dengan awan petir itu. Ini menimbulkan
muatan terikat (bound charges). Bila terjadi pelepasan muatan dari awan petir itu,
maka muatan terikat itu kembali bebas dan menjadi gelombang berjalan yang
besarnya tergantung pada keadaan pelepasan itu. Meskipun tegangan induksi itu

berubah-ubah tergantung dari keadaan, kebanyakan besarnya antara 100- 200 kV,
muka gelombangnya (wave front) lebih dari IO s dan ekor gelombang (wave tail) 50
-

100 s. Karena itu sambaran induksi tidak begitu berbahaya

bagi peralatan

tegangan tinggi, meskipun ia merupakan ancaman bagi peralatan distribusi.


Sambaran dekat (nearby stroke) adalah gelombang berjalan yang datang ke
G.I. dari sambaran petir pada saluran transmisi pada titik yang jaraknya hanya
beberapa kilometer dari G.I.; besarnya dibatasi oleh tegangari lompatan dari isolator
saluran itu bila rambatannya
peredaman

sepanjang saluran melalui beberapa tiang. Tetapi

dari kecuraman (steepness) muka gelombang adalah sangat kecil,

sehingga gelombang itu tetap curam, jika jarak rambatan pendek. Pada beberapa
keadaan, harga puncak gelombang mencapai 120 sampai 130% dari BIL dari peralatan
G.I.dan kecuraman muka gelombang mencapai 500 kV/s. Namun, karena ril G.I.
tegangan

tinggi yang besar kapasitansi statiknya mencapai beberapa ribu atau

beberapa puluh ribu pF, maka kecuraman

muka gelombang

sering mengalami

penurunan yang lumayan juga.


Jika perisaian (shielding) dari G.I. dan saluran transmisinya cukup baik,
gelombang tegangan yang mungkin datang ke G.I. itu adalah dari sambaran petir
yang jauh. Gelombang berjalan yang jauh ini mungkin berasal dari sambaran
langsung pada saluran, dari sambaran induksi, dari sambaran dari lompatan balik
(back ftashover) dari tiang atau dari tengah gawang (span).Dalam semua keadaan ini,
gelombang ini berjalan sepanjang saluran dengan kecepatan cahaya (300 m/ s).
Makin pendek ekor gelombang, makin terasa peredaman itu; berubah dengan cara
yang rumit tergantung dari polaritas (lebih besar untuk polaritas positif), harga puncak,
besarnya penghantar, ada nya kawat tanah di atasnya, bentuk gelombang dan
sebagainya. Oleh Foust dan menger dijabarkan rumus empiris sebagai berikut :
Dimana :
e
e0
K

= harga puncak (kV) setelah merambat X km


= tegangan surja asal (kV)
= factor atenuasi ()
= 0,0001 untuk gelombang 20 s
= 0,0002 untuk gelombang 5 s
= 0,004 untuk gelombang terpotong (chopped)
Kecuraman gelombang berjalan dari sambaran petir yang jauh dianggap kira-kira 200
300 kV/ s.
2. Tegangan Abnormal dengan Frekuensi Rendah

Tegangan abnormal dengan frekuensi rendah ini bermacam-macam :


Tegangan akibat effek Ferranti;
Tegangan yang terjadi akibat beban lepas (load rejection);
Penguatan sendiri dari generator;
Kenaikan tegangan dari fasa yang sehat pada waktu ada gangguan1-fasa ke tanah

pada sistem;
Tegangan abnormal karena lepas sinkron;
Tegangan abnormal pada waktu hilang gangguan 1-fasa ke tanah pada sistem
dengan pembumian Petersen, atau pada sistem dengan pembumian Petersen yang
mempunyai saluran transmisi pada satu tiang bersama-sama dengan sistem lain

yang mengalami gangguan 1-fasa ke tanah;


Tegangan abnormal yang disebabkan oleh isolasi harmonis dari rangkaian yang
terganggu atau karena kejenuhan inti transformator, dan sebagainya.

3. Surja Hubung

Mekanisme pokok dari terjadinya surja hubung adalah sebagai berikut :


Peristiwa pukulan kembali (restriking phenomena)di dalam pemutusan arus

kapasitif dari saluran transmisi tanpa beban atau kapasitor tenaga.


Peristiwa terpotongnya arus pembangkitan pada transformator tenaga.
Penutupan kembali dengan cepat (high-speed reclosing).
Pemutusan arus gangguan.
Penutupan yang tak serentak pada saklar pemutus tenaga 3-fasa.

Besarnya surja hubung ini, menurut hasil pengujian di lapangan dan analisa teoritis,
sangat berubah dengan keadaan rangkaian dari sistemnya, cara pengetanahan titik
netralnya, kemampuan pemutus bebannya dan sebagainya. Besarnya surja ini
dinyatakan oleh suatu factor tegangan lebih:

Dimana :
kft
= factor tegangan lebih fasa- ke tanah.
Kmaks = tegangan maksimum sesudah operasi hubung (switching).
E
= tegangan sistem fasa-ke-fasa sebelum operasi hubung (switching).
4.1.2 Koordinasi Isolasi

Beberapa masalah umum dalam koordinasi isolasi :


Banyaknya Hari Guruh

Salah satu faktor terpenting dalam perencanaan isolasi suatu isolasi G.I. adalah
frekuensi guruh di daerah dimana G.I. itu ada dan dilintasan yang dilalui oleh saluran
transmisinya.
Pada umumnya adanya G.I. di daerah yang banyak hari guruhnya dan saluran
transmisi yang melalui daerah itu, memerlukan usaha penanggulangan terhadap petir
yang cukup dibandingkan dengan daerah yang kurang banyak hari guruhnya.
Usaha Penanggulangan Terhadap Sambaran Petir Langsung
gardu-gardu yang penting dan saluran-saluran di dekatnya harus diamankan
terhadap sambaran langsung dengan mengadakan perlindungan yang cukup dengan
kawat-tanah dan tahanan pengetanahan yang rendah.
Usaha Penanggulangan Terhadap Gelombang Petir Yang Datang Dari Saluran
Penanggulangan terhadap gelombang petir yang memasuki G.I. dari saluran
transmisi dilakukan dengan mengamankan peralatan terhadap tegangan lebih itu dengan
arrester dan dengan memberikan kepada peralatan itu kekuatan isolasi terhadap
tegangan impuls , yang lebih besar dari tingkatan pengamanan arrester.
Jarak Antara Arrester Dan Alat Yang Dilindungi
menempatkan arrester sedekat mungkin dengan alat yang dilindungi.Hubungan
antara tegangan terminal dari alat yang dilindungi dan jarak dari arrester :

Peniadaan Arrester
Pada G.I. dimana tersambung hanya saluran bawah tanah saja dan dimana tegangan

lebih yang berbahaya (termasuk surja hubung) oleh karena itu arrester ditiadakan.
Perlindungan Terhadap Tegangan Pindah
Tegangan pindah (transfer voltage) adalah sejenis tegangan lebih yang dipindahkan
dari lilitan tegangan rendah melalui kapasitansi eketrostatik dan kaitan (coupling)
induksi antara kedua lilitan itu.
a. Tegangan pindah elektrostatik harus diperhatikan terutama bila terdapat
perbandingan tegangan antara lilitan yang lebih besar. cara penanggulangnya
adalah dengan memperlengkapi lilitan tegangan rendah dengan penyerap surja
(surge absorber), yaitu kombinasi parallel dari arrester dan kapasitor.
b. Tegangan pindah elektromagnetis sering menimbulkan persoalan bila jumlah lilitan
kedua gulungannya hampir bersamaan dan tingkatan isolasinya sangat berbeda.
Cara penanggulannganya dengan memperkuat isolasi antar fasa ke fasa pada lilitan
tegangan rendahnya sesuai dengan keperluan.

Perlindungan Isolasi Titik Netral

Transformator dengan titik netral yang tidak ditanahkan atau yang dibumikan
melalui tahanan, mengalami tekanan yang berbahaya pada titik netralnya ketika surja
tegangan datang dari saluran ke trafo itu. Titik netral trafo harus dilengkapi dengan
arrester (atau sela udara) pada titik netralnya, dengan koordinasi yang sesuai dengan
tingkatan isolasinya.

Koordinasi Isolasi Untuk Tegangan Lebih Yang Lain Dari Sambaran Petir
Dalam peninjauan koordinasi isolasi, yang ditinjau tidak hanya harga puncak dari

tegangan impuls, melainkan seluruh tegangannya sebagai fungsi dari waktu (lengkung
V-t), meliputi tegangan impuls, surja hubung, dan tegangan dengan frekwensi rendah.
Gbr. 33 menunjukkan suatu contoh koordinasi isolasi dalam G.l. 230 kV di Amerika
Serikat.Yang pokok dalam koordinasi
dengan

selisih yang cukup

isolasi adalah

mengusahakan

koordinasi

untuk seluruh jangka waktu, sekalipun isolasinya

dikurangi.

Koordinasi Isolasi Dengan Sela Udara


Sela udara (sela batang = rod gap) dapat dipakai dalam koordinasi isolasi untuk

keadaan-keadaan berikut :

a. Pada G.I.-G.I. yang letaknya di daerah-daerah dimana frekuensi petir tidak begitu
tinggi, atau bila banyak saluran selalu terhubung kepada rill sela udara dapat
dipakai sebagai alat pelindungan menggantikan arrester.
b. Untuk membuat kekuatan isolasi antar kutub tetap lebih tinggi daripada kekuatan
isolasi terhadap tanah atau untuk melindungi alat-alat yang tetap terhubung pada
saluran,tetap terpisahkan dari arrester dalam G.I.
c. Pengisolasian lebih dari isolator atau bushing, yang dimaksudkan untuk
penanggulangan terhadap kontaminasi dan sebagainya, sela udara dipakai untuk
koordinasi antara kekuatan isolasi antar kutub dan isolasi terhadap tanah.
d. Tidak memakainya arrester karena ada perbaikan dalam keandalandan karakteristik
arrester.
Dalam pemakaian sela udara, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan untuk
menentukan lokasi dan panjangnya sela udara;
Karakteristik percikannya sangat berubah-ubah tergantung pada keadaan udara dan
polaritas tegangan impuls
Sela udara tidak dapat memutuskan arus susulan dan karena itu tidak kembali
normal dengan sendirinya.
Karakteristik tegangan waktu dari tegangan percikannya berbeda dari arrester dan
dari alat yang dilindungi; tegangan percikannya naik dengan naiknya kecuraman
muka gelombang.
Percikan pada sela udara dapat menimbulkan tegangan osilasi peralihan yang
mungkin dapat meyebabkan tegangan osilasi yang lebih tinggi pada alat ini.

Koordinasi Isolasi dalam Gardu lnduk dalam Daerah yang Tercemar


Saluran udara yang dibangun di daerah yang buruk keadaannya karena tercemar

(contaminated) isolatornya

(seperti daerah-daerah

pantai) kadang-kadang

memerlukan pengisolasian lebih yang cukup besar. Dalam keadaan demikian, tegangan
lompatan batik(back flashover voltage) akan sangat meningkat, sehingga diperkirakan
akan datang gelombang petir yang sangat tinggi ke G.I. itu. Oleh karena itu harga
puncak dari gelombang petir itu perlu ditekan; ini dapat dilakukan dengan memasang
tanduk busur api pada isolator saluran transmisi yang dekat dengan G.I. dengan
panjang sela udara yang sesuai.

Spesifikasi Untuk Arrester

4.1.3. Kekuatan Isolasi Peralatan Dan RIL

1. Kelas Isolasi Dan Kekuatan Isolasi Dari Peralatan


Tegangan ketahanan frekuensi rendah
Tegangan ketahanan impuls
Tegangan ketahanan dasar adalah nilai yang diminta (demanded) dari :
Tegangan ketahanan yang konvensionil utnuk isolasi yang tidak dapat

kembali normal (non Self-restoring) dan


Tegangan ketahanan statistis (kebolehjadian 90%) intik isolasi yang dapat
kembali normal (self restoring)

2. Kekuatan Isolasi Isolator


Penentuan kekuatan isolasinya harus dilakukan dengan mempertimbankan semua
faktor antara lain :
-

Keadaaan kecemaran;
Penting sistem;
Kesukaran pekerjaan pencucian isolator ketika pelayanan terhenti dan ekonomi
yang berhubungan dengan penggunaan isolator yang tahan kecemaran

(contamination proof);
Pencucian dalam keadaan bertegangan (hot-line washing);
Penggunaan isolator tahan-air (seperti campuran gemuk silicon);
Instalasi pasangan dalam
atau kombinasi dari hal-hal diatas.

3. Ruang Bebas Rill


Ruang bebas rill (bus spacing) dari G.I. harus ditentukan kekuatan isolasinya
terhadap tegangan lebih frekuensi rendah, surja hubung dan surja petir sehingga selalu
tidak lebih rendah daripada peralatan gardu. Dengan demikian, tidak mungkin terjadi
lompatan sebelum peralatan mengalaminya. Untuk memenuhi persyaratan ini perlu
diperhatikan beberapa ketentuan yang akan diperinci lebih lanjut :
Jarak isolasi minimum ke tanah adalah jarak minimum penghantar ke tanah atau ke
isolator yang mempunyai potensial yang sama dengan tanah
Jarak isolasi minimum antar fasa adalah jarak minimum antara fasa-fasa atau
isolasi yang mempunyai potensial yang sama dengan fasa-fasa; jarak yang melebihi
harga ini harus tetap ada dalam keadaan operasi bagaimanapun (keadaan udara
apapun) serta ayunan penghantar yang disebabkan oleh angina tau arus hubungsingkat dan sebagainya
Ruang bebas Standar adalah harga-harga standar dalam perencanaan rill dan
ditentukan agar supaya jarak isolasi itu selalu lebih besar dari jarak minimum
dalam

keadaan

yang

bagaimanapun,

dengan

memperhitungkan

diameter

penghantar, ayunan penghantar akibat angin atau arus hubung-singkat, dan


sebagainya.
4. Kekuatan Isolasi Kabel tenaga
Kekuatan isolasi dari kabel yang berminyak untuk tegangan lebih dari 66 kV,
dalam standar Jepang ditentukan sebagai berikut :

Pengujian ketahanan tegangan impuls harus dilakukan pada 110% dari BIL pada
suhu yang sesuai dengan suhu maksimum yang diizinkan pada 120% untuk suhu
normal

Unutk pengujian ketahanan tegangan frekuensi rendah ada dua macam pengujian:
pengujian ketahanan tegangan frekuensi rendah atas kabel di dalam haspelnya
(selama 10 menit) dan pengujian ketahanan tegangan frekuensi rendah untuk waktu
yang lama (6 jam) atas sepotong

BAB V

5.1 SISTEM KONTROL PENGAWASAN & KEAMANAN


5.1.1

Kontrol Pengawasan

1. Pengawasan dan Pencatatan


Tujuan dari pengawasan di dalam G.I. adalah untuk mendapatkan gambaran
keadaan operasi sistim tenaga listrik dan kondisi peralatan agar supaya fluktuasi
abnormal pada sistim dan peralatan dapat diketahui. Oleh karena itu perlu diawasi
tegangan, arus, daya, terbuka atau tertutupnya pemutus beban dan pemisah,
keadaan operasi dan gangguan pada pengatur tegangan dan peralatan lainnya
dalam gardu. Keterangan-keterangan yang penting ini dikumpulkan didalam ruang
kontrol pusat dengan cara pengawasan terpusat (centralized supervision). Tujuan
daripada pencatatan dalam gardu adalah untuk mencatat keadaan operasi dari
sistim dan peralatan, data ini berguna untuk perancangan instalasi, perancangan
pemeliharaan

dan operasi sistim. Data ini dicatat dengan instrumen pencatat

otomatis.
2. Kontrol
Bekerjanya

pemutus

beban

dan

pemisah

dalam

operasi

normal,

bekerjanya bermacam-macam pengatur tegangan dan operasi yang ekonomis dari


transformator, semuanya dikontrol oleh operator berdasarkan pertimbangannya
(judgment) dan jadwal yang ditentukan lebih dulu. Dalam G.I. modern beberapa
daripada pekerjaan di atas juga dikontrol

oleh alat pengontrol otomatis,

supaya bekerjanya cepat dan tanpa mengandung unsur kekhilafan manusia serta
untuk menurunkan biaya operasi.
Pengontrolan tegangan dalam G.I. biasanya diatur sehingga tegangan pada
sisi transmisinya selalu memberi tegangan pada sisi tegangan rendahnya, dengan
harga yang dikehendaki.Tegangan yang dikehendaki sering berubah-ubah
menurut waktunya dalam sehari. Kapasitor shunt dan reaktor shunt mungkin
dioperasikan

berdasarkan jadwal yang telah ditentukan lebih dulu menurut

jangka waktu tertentu dalam sehari, tetapi mungkin pula dikerjakan dengan
tangan (manual)

oleh operator untuk

mempertahankan

tegangan yang

dikehendaki.Trafo dengan pengubah tap berbeban biasanya dikontrol secara


otomatis menurut jadwal tertentu atau oleh arus beban agar supaya tegangan
standar dipertahankan pada sisi tegangan rendah. Kadang-kadang dipakai pula
sistim pengontrol daya reaktip otomatis yang terpusat, agar supaya diperoleh
keadaan operasi sistim tenaga yang rasionil dengan memperhatikan tegangan,

pengurangan rugi-rugi. aliran daya yang baik dan kerja effektif dari alat-alat
pengatur.
Pentupan kembali rangkaian secara otomatis (automatic reclosing) dipakai
untuk memulihkan keadaan operasi secara otomatis dalam keadaan gangguan.
Alat penutupan kembali ini dapat menghilangkan gangguan dalam gardu; memilih
rangkaian penerima bila terjadi gangguan total; memasukkan saluran kembali,
sesudah terjadi gangguan pada

saluran tersebut; menukar rangkaian bila

frekwensi jatuh; dan menemukan titik gangguan dengan membuka pemutus


beban, bila terjadi hubung-singkat-tanah yang tetap (permanent).
Bila pemutus beban dari saluran transmisi terbuka secara otomatis, maka
penutupannya kembali dilakukan secara otomatis (ada sinkronisasi untuk
saluran paralel). Bila saluran udara distribusi terbuka secara otomatis, maka ia
akan menutup kembali secara otomatis karena bekerjanya rele penutup kembali.
Jika gangguan masih ada setelah penutupan kembali maka ia akan terbuka lagi.
Bila saluran itu diperlengkapi dengan pembagi bagian otomatis(automatic section
switches), saluran distribusi itu akan menutup kembali, dan pembagi otomatis
itu yang akan memutuskan bagian yang terganggu. Bagian yang terganggu ini
kemudian dapat diketahui dari penunjuk bagian (section indicator).
3. Sistim Kontrol Pengawasan
Kontrol pengawasan (supervisory control) biasa dilakukan oleh 3-4 regu
bergantian, dan setiap regu terdiri dari satu sampai beberapa orang operator. Tugas
kontrol pengawasan biasanya dilakukan secara bergiliran di antara mereka.
Dalam kontrol pengawasan yang tidak terus menerus (intermittent) operator
hanya bertugas mengawasi keadaan operasi pada saat-saat tertentu saja. Karena
sering pada malam hari tidak ada seorang operatorpun di G.I. maka sangat perlu
menyederhanakan

pengawasan,

pencatatan

dan

operasi,

serta

meninjau

kemungkinan pemasangan meter pencatat dan alarm ke tempat Kepala G.I.


(resident engineer), menyederhanakan sistim hubungan rangkaian utama, memakai
alat-alat dengan keandalan yang tinggi dan memakai alat penutup kembali
(recloser) otomatis.
Dalam kontrol pengawasan dari jauh (remote) pengawasan atas beberapa
G.I. dilakukan oleh gardu kontrol pengawasan yang terpusat. Pengawasan dan
kontrol yang terus menerus dilakukan di gardu pusat dan kontrol serta
pengawasan pada

saat-saat tertentu dilakukan oleh pengawas keliling (patrol

engineer) di G.I.-G.I. yang diawasi. Pada sistim kontrol ini, fasilitas rangkaian
transmisi isyarat yang digunakan untuk kontrol pengawasan, dan pengaturan
kendaraan keliling sangat perlu diperhatikan. Karena pentingnya sistim kontrol
pengawasan ini akan diuraikan lebih lanjut.
4. Sistim Kontrol Pengawasan dari Jauh
Sistim ini mengontrol banyak peralatan dan melakukan pengukuran secara
selektip. Semua obyek yang dikontrol dihubungkan dengan pusat pengontrolan
melalui rangkaian penghubung (link circuit). Pengawasan terus menerus dilakukan
melalui rangkaian penghubung yang terpisah (independent). Obyek kontrol
dinamakan stasiun yang dikontrol atau sisi pembantu(subsidiary side) sedang
stasiun yang mengontrol disebut stasiun induk (master station) atau sisi induk
(parent side). Dalam stasiun induk terdapat panel kontrol (control

board)guna

kontrol pengawasan. Pada panel ini terdapat saklar kontrol dan lampu isyarat yang
nomornya berkorespondensi dengan peralatan pada stasiun yang dikontrol, serta
peralatan kontrol pengawasan jauh yang menghubungkan stasiun induk dengan
stasiun pembantu.
Peralatan kontrol

pengawasan

jauh

banyak

macamnya.

Sistim

yang

disederhanakan (simplified) atau yang langsung menghubungkan stasiun yang


mengontrol dan yang dikontrol melalui rangkaian kontrol. Meskipun untuk ini
diperlukan banyak rangkaian isyarat, sistim ini banyak keuntungannya bila jumlah
pokok yang harus diawasi sedikit atau bila lebih murah harganya dibanding dengan
sistim yang lain, karena peralatannya sederhana. Keunggulan sistim ini operasinya
cepat.
Dalam sistim frekwensi (frequency type selection) kontrol dilakukan dengan
mengirimkan berbagai isyarat dengan frekwensi tertentu kepada obyek kontrol
melalui saluran penghubung yang sama.Diujung stasiun yang dikontrol frekwensinya
dibedakan oleh filter sehingga kontrol dapat berlangsung seketika.
Dalam sistim sandi (code type selection) sejumlah sandi bersangkutan
dengan isyarat tertentu. Peralatan yang dikontrol dipilih dengan mengirimkan isyarat
tadi. Salah satu contoh sistim ini tertera pada Gbr. 37.
Dalam sistim sinkron (synchronous type selection) rele yang bersangkutan
pada stasiun induk dan stasiun yang dikontrol bekerja serempak dan kontrolnya
dilakukan dengan menyambung rangkaian penghubungnya. Cara memeriksa
sinkronisasi banyak macamnya, yaitu dengan mengirim isyarat sinkronisasi dari

stasiun induk atau dari stasiun yang dikontrol, dengan mengirim jawaban, dan
sebagainya. Dalam Gbr. 38 ditunjukkan contoh sinkron dua-tingkat dengan sistim
kembali dan pembandingannya (collation). Pada sistim ini perintah pemilihannya
ditetapkan

lebih dahulu; kadang-kadang dipakai cara mengombinasikan perintah

dalam bentuk

matriks atau cara menyingkat waktu kerja,karena perintah yang

kemudian memerlukan waktu lebih lama dalam pemilihannya.


Dalam pemilihan sistim-sistim di atas perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Pentingnya gardu induk dan jenis beban yang terhubung
b. Jumlah bagian (item) yang dikontrol dan jumlah bagian yang menunjuk
(indicated)
c. Jumlah bagian yang harus diukur danjumlah bagian yang harus diawasi secara
d.
e.
f.
g.
h.

kontinu
Jumlah bagian yang berubah secara serentak
Batas waktu kontrol selektip
Waktu penunjukan maksimum
Jarak antara stasiun induk dan stasiun yang dikontrol
Kondisi instalasi rangkaian isyarat.

5. Rele Pengaman
Rele pengaman yang terpasang pada gardu induk, secara umum dapat
dibagi menjadi 5 golongan:
1) Pengamanan saluran transmisi
2) Pengamanan ril.
Di sini, jika rele salah-kerja, pengaruhnya terhadap sistim sangat besar (tidak
seperti pada pengamanan terhadap alat atau saluran).
Cara-cara yang dipakai untuk mencegah salah-kerja adalah sebagai berikut:

Cara differensial tegangan, dengan menaikkan

arus shunt yang mengalir

melalui transformator yang jenuh pada saat gangguan di luar, dan menurunkan
-

arus rangkaian differensial.


Cara menghambat (restraining method) oleh komponen arus searah dan
komponen harmonis, disini kekuatan menghambat oleh komponen arus searah
dan komponen harmonis yang terkandung didalam arus lilitan tegangan rendah
dipakai untuk menahan agar rele tidak bekerja akibat kesalahan transformator
arus; dengan demikian

maka hal ini memperkuat kekuatan penghambat

terhadap gangguan di luar G.I.


Cara perbandingan fasa, jika ada arus gangguan mengalir keluar dari ril maka
dengan membandingkan fasanya dapat dilihat apakah gangguan itu terjadi di luar

atau di dalam daerah yang dilindungi.


Cara komponen gelombang dasar (fundamental-wave component

method);

karena seperti dalam arus rangkaian differensial dari transformator arus,


komponen arus dasarnya sangat besar pada saat terjadi gangguan di ril, maka
dipakai rele yang bekerjanya hanya oleh gelombang dasar, atau rele dengan filter
yang melewatkan gelombang dasar
3) Pengamanan transformator.
Rele differensial perbandingan (ratio) dipakai untuk pengamanan hubungsingkat antar fasa pada transformator. Karena hubungan trafo sisi tegangan tinggi
dan sisi tegangan rendah sering berbeda, sehingga terjadi pergeseran fasa, maka
hubungan rangkaian sekunder dari transformator arusnya harus dibuat sedemikian
sehingga perubahan fasa itu dikompensasikan.
Cara untuk mencegah salah-kerja dalam keadaan gangguan di luar transformator
adalah dengan memberi karakteristik

penghambat

yang sebanding dengan

arusnya, sehingga makin besar arus, makin besar pula arus differensial yang
diperlukan untuk mengerjakan rele. Kekuatan penghambat itu diperoleh dari kedua
gulungan penghambat yang dialiri arus dari kedua transformator arus atau dengan
memberikan sejumlah listrik yang telah disearahkan dari setiap lilitan.
4) Pengamanan Pengatur Tegangan Berbeban
Pengamanan pengatur tenaga yang kecil kapasitasnya, biasanya termasuk
dalam daerah pengamanan rele differensial transformator utamanya. Kelemahan cara
ini adalah bahwa untuk gangguan di dalam pengatur tegangan rele itu kurang peka.

Untuk pengamanan pengatur tegangan yang besar lebih baik dipakai rele
keseimbangan arus (current-balance relay).
5) Pengamanan Pengubah Fasa
Untuk pengamanan kondensator statis dapat digunakan:
Rele beda tegangan; pada kumparan pelepasan dipasang lilitan sekunder, lalu
tegangan antara blok di setiap fasa dibandingkan, dan beda tegangan yang
timbul pada waktu gangguan pada elemen kondensator dideteksi oleh rele

tegangan.
Rele beda arus; disini gangguan dideteksi dengan membandingkan arus antara

fasa yang satu dengan yang lain.


Rele tekanan(pressure relay); rele ini mendeteksi perubahan tekanan yang
mendadak

di dalam tangki kondensator. Untuk mencegah salah-kerja akibat

variasi tekanan

yang biasa, cara yang dipakai adalah dengan mendeteksi

pemuaian yang abnormal dari minyak di dalam tangki.


6) Pengamanan Alat-Alat Pembantu dan Transformator Tegangan
Untuk

pengamanan

transformator pemakaian

sendiri dengan

sistim

pengetanahan netral tidak effektif dipakai rele arus lebih untuk gangguan hubungsingkat, dan rele tegangan lebih untuk gangguan 1-fasa ke tanah.
Untuk pengamanan motor tegangan rendah sering dipakai saklar dengan
penjatuhan oleh arus lebih yang mempunyai karakteristik kerja penundaan waktu.
Juga banyak dipakai rele beban-lebih termis dan rele tegangan tak-seimbang.
Keadaan abnormal pada transformator tegangan terjadi bila ada hubungsingkat pada lilitan, kawat terputus atau pengamanan lumer terputus. Semuanya ini
menyebabkan salah-kerja atau gagal-kerjanya rele yang mempunyai elemen tegangan
dan pengatur tegangan. Oleh karena itu, untuk mencegah salah-kerja rangkaian
rele perlu dicegah bekerjanya bila terjadi keadaan tidak normal di atas. Keadaan
abnormal itu dapat dideteksi dengan melihat perbedaan antara tegangan sekunder
dari dua transformator tegangan yang dihubungkan pada ril yang sama, dengan
menggunakan rele keseimbangan tegangan atau rele beda tegangan.
5.2 FASILITAS LAINNYA
1. Sistim Pendinginan
1.1 Cara Pendinginan

Jika dalam suatu gardu induk dipakai transformator dengan pendinginan air atau
kondensator

sinkron dengan pendinginan gas zat air, maka air pendinginnya

diambil dari sungai, air bawah-tanah, bak pendingin, atau menara pendingin yang
dibangun untuk sirkulasi air pendingin itu. Dalam ha] yang terakhir, air bawahtanah atau air minum kota dipakai untuk penambahan. Air minum kota, karena
mahal, jarang dipakai, kecuali jika cadangan air bawah-tanahnya terbatas. Di kotakota besar dimana harga tanah sangat mahal, pemakaian bak pendingin sangat tidak
ekonomis; karena itu untuk G.I. darijenis

pasangan-dalam

atau bawah-tanah,

dibangun menara pendingin di atas atap untuk sirkulasi air pendingin.Suatu contoh
diagram sistematik tentang pendinginan diperlihatkan pada Gbr. 46.

1.2 Suhu dan Banyaknya Air yang Diperlukan


Sebagai standar, di Jepang suhu air pendingin untuk peralatan ditetapkan tidak
lebih dari 25C. Jika dipakai air sungai atau air bawah-tanah, maka hampir tidak ada
persoalan, tetapi jika dipakai bak pendingin atau menara pendingin perlu diberikan
perhatian

khusus, karena

dalam musim panas

(atau di daerah

tropis seperti

Indonesia) air mencapai sekitar 30 - 35C dan hampir tidak pernah kurang dari
25C. Bila semua tenaga panas dari alat yang didinginkan diserap seluruhnya oleh
air, maka banyaknya air pendingin yang diperlukan adalah :

1.3 Alat-Alat Pendingin


Ada 4 jenis menara pendingin, yaitu menara semburan (spray), menara aliran
udara alamiah (natural
pendingin

draft), menara

pendingin

aliran udara paksaan (forced draft). Menara

atmosfir, dan menara


semburan tidak terisi

apa-apa

di dalamnya. Air panas yang terpancar

penguapan

dari atas didinginkan

oleh

atau perpindahan panas ke udara yang tertarik ke atas dengan

sendirinya (natural) atau yang sengaja dihembus dari bawah (forced). Meskipun
cara ini telah dipakai untuk kondensator sinkron dengan pendinginan zat air, tetapi
akhir-akhir ini tidak sering lagi digunakan karena sudah digantikan oleh cara
pendinginan

dengan menara

dengan bahan

pengisi di dalamnya. Pada

cara

pendinginan aliran udara alamiah air yang jatuh dari atas didinginkan oleh effek
cerobong (chimney effect) yang terjadi karena menara itu terisi dan dindingnya
diperpanjang beberapa meter.Pendinginan atmosfir hampir sama dengan cara kedua
yaitu dengan membuat lobang-lobang ventilasi. Airnya didinginkan oleh aliran
udara (angin) alamiah. Pada pendinginan

aliran udara paksaan dipakai bahan

pengisi; air panas jatuh dari atas dan didinginkan oleh udara yang dihembus ke
atas dengan mesin.
2. Pengetanahan dan Perisaian
2.1 Pengetanahan
Cara pembumian dikelasifikasikan menurut fungsinya sebagai berikut:
a. Cara pengetanahan terpisah; ini digunakan untuk mengetanahkan arus yang
sangat besar dari sambaran petir di arrester dan sebagainya.
b. Cara dengan ril pengetanahan; ini digunakan untuk mengetanahkan peralatan
untuk pemeliharaan dan mengetanahkan titik netral trafo.
c. Cara pembumian gabungan;jika dalam pengetanahan terpisah tidak dapat
diperoleh tahanan pembumian yang cukup rendah, maka pengetanahannya
dihubungkan dengan ril pengetanahan.
Cara perhitungan tahanan pembumian adalah sebagai berikut:
di mana

R
L
r
p
(b) n batang

= tahanan pengetanahan dari batang pengetanahan (Ohm)


= panjang batang (cm)
= radius batang (cm)
= tahanan spesifik dari tanah (Ohm-cm)
pengetanahan:

Kapasitas arus untuk kawat tembaga ditentukan oleh persamaan :

2.2 Perisaian
Tujuan dari perisaian (shielding) gardu adalah pertama-tama melindungi ril dan
peralatan

terhadap

sambaran petir langsung, disamping sebagai pelindung

elektrostatik dan elektromagnetis. Kemungkinan sambaran petir langsung ditentukan


oleh posisi G.I. dan keadaan daerahnya. Pada umumnya kemungkinan sambaran petir
langsung pada G.I. lebih kecil daripada saluran transmisi. Karena tegangan abnormal
yang timbul akibat sambaran petir langsung itu melebihi kemampuan pengamanan
arrester, sehingga peralatan tidak dapat diamankan secara sempurna, maka G.I. itu
harus dilindungi sepenuhnya oleh batang penangkal petir (lightning rod) atau kawat
tanah udara (overhead ground wire). Demikian pula saluran transmisi sampai
kira-kira 3 km dari gardu juga harus dilindungi dengan kawat tanah udara sehingga
sambaran

petir langsung kepadanya di dekat G.I.dapat dihindarkan.Dari dua cara

perisaian di atas pada umumnya yang dipakai adalah perisaian dengan kawat
udara.
3. Peralatan Lain-Lain
3.1 Alat Pencuci Isolator
Gardu-gardu

di daerah

dengan pengotoran

udara

(air pollution)

perlu

diperlengkapi dengan alat untuk mencuci isolator dengan air agar supaya keadaan
kontaminasinya dapat dikontrol di bawah harga tertentu. Ada 2 cara pencucian:

pencucian berhenti (stop washing) dan pencucian bertegangan (hot-line washing).


Cara yang dipilih tergan tung dari pentingnya G.I. dan keadaan setempat. Alat
pencuci berhenti dipasang pada tempat yang cocok dalam G.I. dan dipakai pula
sebagai pemadam kebakaran.

Alat pencuci bertegangan

(fixed) ada yang dapat dipindah-pindah, Pencucian


diyakini

bahwa

keadaan

kontaminasi

ada jenis yang tetap

harus

dilakukan

setelah

isolator melebihi harga batas tertentu.

Air pencuci perlu bertahanan jenis tinggi (lebih dari 5 kilo-Ohm-cm).


3.2 Penerangan
Penerangan minimum yang diperlukan dispesifikasikan di dalam standar
teknik (engineering standards).Dalam kamar kontrol penerangan tidak langsung lebih
disukai, untuk menghindari pantulan oleh meter-meter dan sebagainya. Untuk
penerangan di luar, perlu dipasang lampu-lampu untuk memungkinkan dilakukannya
pekerjaan waktu gelap.
3.3 Alat Pemadam Kebakaran
G.I. harus mempunyai alat pemadam kebakaran yang memenuhi ketentuanketentuan yang berlaku untuk mencegah meluasnya api ke alat-alat di sekitarnya.
Khususnya untuk penyimpanan minyak isolasi melebihi jumlah tertentu,di Jepang
harus diikuti peraturan

pemerintah

tentang cara perlakuan

berbahaya.
3.4 Ventilator
Pada umumnya ventilasi diperlukan

bahan-bahan yang

untuk gedung di mana orang tinggal

atau alat-alat terpasang. Untuk G.I. pasangan-dalam ventilasi harus mendapatkan


perhatian sepenuhnya. Maksud ventilasi adalah untuk mempertahankan

suhu di

sekitar alat-alat di bawah suhu standard, untuk mengontrol suhu ruangan dan
menyaring debu di kamar kontrol dan kamar rele, serta untuk membuang ke luar
gas beracun, seperti, di kamar batere.
3.5 Fasilitas Tambahan
Pintu, dinding, pagar, jalan untuk pengangkutan
fasilitas pembuangan

air diperlukan

dan pemeliharaan serta

dalam G.l. Pekarangan

G.I. sebaiknya

dilapisi dengan batu kerikil untuk mengurangi tegangan kontak dan tegangan
langkah, mencegah masuknya ular, merembesnya air, dan membuat pemandangan
Iebih baik. Di sekitar alat yang memakai minyak isolasi, seperti trafo, harus
disediakan ruang yang cukup untuk batu kerikil supaya dapat dihisap minyak yang
mengalir ke luar akibat gangguan pada alat tersebut.

BAB VI

6.1 KONSTRUKSI GARDU INDUK


1. Perancangan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan adalah :
a. Kecenderungan kenaikan kapasitas dalam sistim meliputi jumlah trafo, jumlah
rangkaian cabang yang harus dibangun pada

tahap

permulaan dan berapa

kapasitas tambahan yang harus disediakan untuk perluasan yang akan datang.
Perbandingan ekonomis tentang mana yang lebih baik, apakah memasang pemutus
beban yang kecil dulu untuk kemudian diganti dengan yang lebih besar, atau
sekaligus memasang yang besar sejak permulaan,

tergantung

dari perkiraan

kecepatan naiknya kapasitas sistim.


b. Sifat G.l.; dalam hal ini ditentukan apakah akan dipakai sistim ril tunggal
ataukah sistim ril ganda; ini tergantung pula dari sifat dan pentingnya G.l.
c. Kwalitas tenaga yang harus diberikan; jangkauan (range) penyetelan tegangan ril
dan besar daya reaktif yang harus dikompensasikan atau dibangkitkan sudah
harus masuk dalam rencana. Dari ini semua dapat ditentukan jangkauan
jenjang (tap) dari trafo, perlunya lilitan tersier dan kapasitasnya untuk
menyediakan daya reaktif dan kapasitas
penyediaan

oleh

sistim

Pemilihan cara pengaturan

transmisi

alat pengubah

fasa. Keandalan

masing-masing harus diketahui pula.

hubung-putus (switching arrangement)

tergantung

dari dapat tidaknya tenaga diambil dari G.J. lain atau saluran transmisi lain, atau
perlu tidaknya

menyediakan

sistim ril ganda, apabila aliran terhenti karena

gangguan atau karena pemutusan yang disengaja. Juga alat-alat pengaman harus
direncanakan sesuai dengan keandalan yang diperlukan.
d. Keadaan setempat; jenis gardu induk ditentukan oleh letaknya: di tengah atau di
luar kota. Dalam keadaan tertentu perlu diusahakan langkah-langkah untuk
mengatasi

persoalan

suara

berisik

di G.l.

Dalam

perancangan

harus

diperhatikan pula keindahan kota.


2. Detail Rancangan
Detail yang barns ditentukan dalam perancangan adalah:
a. Kapasitas G.I. dan jumlah trafo.
b. Tegangan ril.
c. Banyaknya saluran transmisi.
d. Jangkauan penyetelan tegangan ril dan kapasitas dari alat pengubah fasa
e. Jenis G.I.
f. Lokasi G.I. dan luasnya.
g. Hubungan rangkaian utama.
3. Perencanaan
3.1 Rencana Dasar
Dalam rencana dasar (basic design) hal-hal berikut harus ditetapkan lebih dulu
sebelum dimulai rencana detail:
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)

Hubungan rangkaian utama.


Sistim pemakaian sendiri.
Kapasitas pembawa arus dari ril-rilnya.
Kapasitas pemutusan dari pemutus beban.
Jenis penghantar ril: ril tegang (strain bus) atau ril kaku (rigid bus)
Tahanan pengetanahan yang diperlukan.
Keadaan udara, ialah suhu maksimum dan minimum, ketinggian terhadap

permukaan laut, kecepatan angin, pengaruh kontaminasi


(h) Persyaratan dari lingkungan misalnya(suara) berisik terdengar(audible noise),
(suara) berisik terhadap radio dan televisi (radio and TV noise).
(i) Sistim kontrol dan pengamanan dari saluran transmisi dan alat-alat.
3.2 Rencana Detail
Pada saat rencana dasar mendekati penyelesaian, rencana detail dimulai; demikian
juga pemilihan

tempat,

pembelian

tanah,

pengukuran

tahanan

tanah,

pengukuran tanah dan studi pondasi. Rencana detail memuat hal-hal sebagai berikut:

(a) Specifikasi alat-alat yang akan dibeli.


(b) Lembar-lembar studi perencanaan (design study sheets), yang terdiri dari
kebijaksanaan (policy) perencanaan, laporan survey, data perbandingan dari berbagai
gagasan perencanaan, perhitungan perencanaan dan alasan-alasan pemilihan alat.
4. Luasnya Tanah dan Tata-Ruang Peralatan
4.1 Luasnya Tanah
Luas tanah yang diperlukan untuk berbagai kelas gardu induk pasanganluar secara kasar ditunjukkan dalam Tabel 16.

4.2 Tata Peralatan dan Gedung


Hal-hal yang harus diperhatikan sebagai berikut:
a. Jika mungkin, gedung utama harus dibangun di tengah dan menghadap ke
Selatan untuk menghemat kabel kontrol dan untuk memudahkan
sehari-hari.
b. Susunan peralatan yang teratur dan tata ruang keseluruhan

yang

Dengan sistim hubungan yang sama pada setiap hubungan

operasi

sederhana,

ke ril, akan

memudahkan operasi dan pemeliharaan gardu pula.


c. Ruang untuk rencana perluasan yang akan datang, pengangkutan alat-alat
inspeksi dan pemeliharaan, harus pula diperhatikan.
d. Pemutus beban dari trafo saluran cabang dan pemutus beban penghubung ril
(bus-tie breaker) disusun sedemikian sehingga aliran arus pada keadaan operasi
normal adalah seimbang. Aliran daya yang besar yang hanya melewati suatu
bagian ril harus dihindari.
e. Panel-panel pembantu dan kompresor udara untuk peralatan hubung harus
ditempatkan didekat alat yang memerlukannya. Tanki

minyak

dan

gudang

penyimpanan minyak diatur tempatnya sehingga kalau terjadi kebakaran


apinya tidak akan menjalar ke alat lain.
4.2 Pemilihan Lokasi

Bila rencana dasar telah mendekati penyelesaian, pemilihan lokasi dimulai.


Pada tahap ini hal-hal berikut harus diperhatikan:
a. Hubungan geografis dengan daerah asuhan konsumen.
b. Mudahnya saluran transmisi masuk.
c. Harga tanah.
d. Mudahnya pengerjaan tanah.
e. Keadaan lingkungan; bila letaknya dekat dengan daerah tempat tinggal harus
diselidiki perlu atau tidaknya dilakukan usaha untuk mencegah berisik dan
pengaruh terhadap radio dan T.V., serta perlu tidaknya diperhatikan segi
keindahan untuk menyelaraskan dengan keindahan kota.
f. Jalan untuk pengangkutan alat-alat berat; alat yang akan menimbulkan
persoalan karena beratnya adalah transformator dan kondensator sinkron. Jika
pengangkutan trafo menjadi persoalan, salah satu cara penyelesaiannya adalah
dengan menghimpun

(assembling) trafo itu ditempat pembangunan. Tetapi

cara ini tidak dianjurkan karena soal keandalannya.


g. Persoalan pembuangan air dan tingginya banjir; jika letak G.I. dekat dengan
sungai, cara pengeringan (pembuangan) air harus dipikirkan lebih dulu dengan
memperhatikan

catatan

meteorologis

tentang

banjir

masa lalu atau

keterangan yang diperoleh dari rakyat yang telah lama tinggal di daerah itu.
Jika ternyata tanah harus dinaikkan agak banyak, maka hal ini menjadi tidak
ekonomis.
h. Air untuk pembangunan dan air pendingin; selama pembangunan diperlukan
air untuk pekerjaan semen (beton) dan untuk keperluan hidup pekerjapekerjanya.
4.3 Gedung dan Fasilitas Pembantu
1. Gedung Utama
Gedung utama dari G.I. pasangan-luar

untuk tegangan kurang dari 77 kV

kebanyakan terdiri dari gedung satu lantai, sedang untuk tegangan lebih dari I IO
kV, biasanya gedung dua lantai (bertingkat).

Untuk

G.I. pasangan-dalam,

biasanya

untuk

menurunkan

dipakai

gedung yang lebih tinggi

biaya

pembangunan dan luas tanah, meskipun hal ini juga tergantung dari besarnya
2. Ruang Kontrol dan Ruang Rele
Untuk ruang kontrol dan ruang rele harus diperhatikan hal-hal berikut:
a. Jendela harus dibuat selebar mungkin untuk memperoleh pandangan

yang

jelas ke pekarangan. Kacanya harus cukup kuat supaya tidak pecah oleh angin
kencang.

b. Harus dipertimbangkan juga untuk menutupnya rapat-rapat terhadap berisik


peralatan, khususnya dari trafo.
c. Seyogianya dipakai penerangan tak langsung atau setengah tak langsung. Jika
terjadi pantulan cahaya pada kaca-kaca instrumen, pantulan

itu akan

menyebabkan sukarnya pembacaan. Gangguan semacam ini harus dihindari.


Caranya adalah dengan memilih jenis dan posisi lampu dengan hati-hati,
d. Dalam kamar di mana dipasang rele pengaman yang peka, dianjurkan untuk
memakai alat pendingin udara (air conditioning).
e. Jika kabel kontrol masuk dari luar dengan lebih dulu disambungkan pada
papan terminal di dalam kamar penata kabel (biasanya di bawah lantai), dan
setelah itu baru dihubungkan ke panel kontrol dan panel rele (di atas lantai),
maka hal ini akan memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaannya.
3. Ruang Transformator dan Ruang Peralatan Pembant
Untuk ruang trafo perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:

Pada G.I. pasangan-dalam satu unit atau beberapa unit harus dipisahkan oleh
dinding atau pintu tahan api. Jika dipakai trafo dengan pendinginan minyak yang
dipaksakan (forced oil-cooled transformer), radiatornya

ditempatkan

di luar

gedung sehingga ruang gedung dapat dihemat.


Jika sirkulasi udara secara alamiah sukar terjadi, perlu dipasang kipas angin

untuk mencegah naiknya suhu ruangan melebihi suhu nominal.


Pipa pembuang minyak yang berguna pada saat ada gangguan harus mem
buang minyak ke luar gedung. Jika buangan minyak itu membahayakan
gedung di sekitarnya, harus disediakan tanki pengumpul minyak itu.
Untuk ruang batere perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Ruang ini tidak boleh terkena sinar matahari langsung, lembab atau bergetar.
Karena batere mengeluarkan gas, ventilasi dan pengeringannya memerlukan
perhatian khusus.
Cat anti-asam harus dipakai pada dinding, bagian-bagian logam dan kerangka
landasan, serta lantainya harus diberi lapisan aspal.
Tempat penyimpanan air sulingan (distilled) dan asam belerang cair harus
diperhatikan.
Jika kapasitas batere besar, maka susunannya
tingkat untuk menghemat luas lantai.

harus dibuat dua atau tiga

4.

Gedung-Gedung Pembantu
Di gardu induk, kira-kira 3 - 7 m2 dari gedung utama dipakai untuk gudang.

Di G.I. yang besar, ada kalanya dibangun gudang yang terpisah untuk menyimpan
material dan onderdil

(spare parts). Rumah

tinggal karyawan

harus diadakan

sehingga pekerja malam dapat beristirahat dengan baik; tempatnya harus dipilih
sehingga tidak terganggu oleh suara berisik dari trafo.
Pada G.I. yang kecil ada kalanya kompresor diletakkan di dalam gedung utama,
meskipun sebaiknya dibangun

ruang yang terpisah

karena

menimbulkan

suara

berisik. Tanki udara utamanya tidak boleh kena sinar matahari langsung. Untuk
mencegah kerusakan isolator oleh debu, pekarangan gardu harus dilapisi dengan
batu kerikil atau rumput. Belokan jalan-jalan tidak boleh terlalu tajam untuk
mempermudah pengangkutan trafo. Untuk maksud keamanan, sebaiknya dibangun
dinding di sekeliling G.J. yang dekat dengan kota, atau pagar untuk G.I. lainnya.

4.4 Bangunan Baja Pasangan-Luar


1. Kelasifikasi
Kelasifikasi bangunan luar menurut bahan yang dipakai adalah bahan baja,
kolom beton dan kolom kayu
2. Syarat-Syarat Perencanaan :

3. Besar Kolom dan Belandar

4. Perhitungan Tegangan
Ada dua cara perhitungan tegangan (stress): yang satu dengan menganggap
hubungan antara kolom dan belandar sebagai struktur pasak (pin structure), yang
lain disebut cara Rahmen, yaitu dengan menganggapnya sebagai hubungan yang
tunggal.
5. Pemasangan Peralatan dan Penarikan Kabel Atas-Tanah
Pemasangan peralatan dalam gardu induk harus dilakukan dengan

secermat-

cermatnya, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Agar jadwal dapat ditepati, semua bahan dan alat-alat kerja (tools) harus

diperiksa dan dipersiapkan sebaik-baiknya.


Instalasi dan penyetelan peralatan baru dilakukan sesudah konstruksi dan cara

penanganannya dipelajari dengan baik.


Semua peralatan listrik harus ditangani dengan hati-hati karena biasanya terdiri

dari bagian-bagian yang mudah pecah (isolator).


Jenis dan jumlah bagian-bagian logam dari isolator dan kabel harus diperiksa
baik-baik agar tidak terjadi kekeliruan pemasangan karena rupanya sering sama,

meskipun ukuran, kekuatan dan tempat pemasangannya berbeda.


Pemindahan peralatan yang besar atau panjang perlu dilakukan dengan hati-hati

agar tidak mengenai bagian-bagian gardu yang bertegangan.


Bushing dan pelat-pelat terminal tidak boleh dikenakan beban lebih.
Tempat pemotongan kawat penghantar harus dipilih sebaik-baiknya dan kelem

(jig) dipasang setepat-tepatnya (di tempat kawat yang ditekan).


Dalam pengerjaan kabel atas-tanah konstruksi penopang tidak boleh dibebani

tegangan (stress) yang berlebihan.


Untuk mencegah terjadinya kekeliruan pada instalasi atau sambungan kabel
kontrol (control cables) harus dipasang tanda-tanda dengan huruf (tag)guna
menunjukkan tempat-tempat yang harus dihubungkan.

Kabel-kabel kontrol tidak boleh dikenakan tegangan (stress) yang berlebihan.


Sarung (sheath) kabel sebaiknya ditanahkan pada kedua ujungnya

6. Jadwal
Oleh karena datangnya peralatan-peralatan utama (transformator, pemutus beban,
panel distribusi, dsb.) sejak dipesan cukup lama, maka jadwal pembangunan gardu
induk dimulai sejak spesifikasinya ditetapkan.
7. Pengujian
Pengujian-pengujian utama yang perlu dilakukan pada gardu induk adalah sebagai
berikut:
Pengujian ketahanan pada transformator: Pengujian ini dilakukan sesudah tahanan
isolasi transformator diukur dengan Megger.Tegangan diterapkan berangsur-angsur,
dengan menggunakan transformator

penguji, kapasitor sinkron atau generator

dari pusat listrik yang berdekatan. Cara lain adalah dengan menggunakan tahanan
air.
Pengujian kenaikan suhu pada transformator: Salah satu cara adalah dengan
membebani

transformator dengan beban sebenarnya dari jaringan yang

berdekatan. Bila beban jaringan tidak cukup besar, maka kondisi beban penuh
dapat dicapai atau ditirukan dengan mematikan radiator dan menghitung kenaikan
suhu pada beban penuh.
Pengujian pemutus beban: Sesudah dipasang dan disetel, pemutus beban diuji
untuk

mengetahui

apakah

karakteristik pemutusannya masih sama dengan

keadaan waktu diuji (acceptance test) di pabrik atau tidak. Yang diuji sekarang
adalah waktu membuka (opening time), waktu menutup (making time) serta
perbedaan waktu membuka dan menutup pada ketiga fasanya. .
Pengujian panel kontrol dan rele: Untuk ini ada dua jenis pengujian, yakni
pengujian sendiri-sendiri dan pengujian keseluruhan (individual dan overall test).
Pada pengujian sendiri-sendiri, karakteristik dari setiap instrumen yang terpasang,
saklar-saklar dan rele, diuji. Untuk

pengujian

rele digunakan

penguji rele

jinjingan (portable relay tester). Pada pengujian keseluruhan, rangkaian kontrol


dan rangkaian pelindung diperiksa urutan kerjanya. Kesalahan sambungan,
misalnya antara rele dan gulungan kerja (tripping coil) dari pemutus beban,
diperbaiki.

Pengujian tahanan pembumian: Untuk ini digunakan instrumen khusus tetapi


yang juga dipakai untuk mengukur resistivitas tanah dan elektroda pembumian
yang sederhana. Karena jaringan pembumian sebuah gardu induk sama luasnya
dengan luas gardu itu sendiri, maka elektroda pembantunya tidak boleh diletakkan
terlalu dekat kepada gardu, supaya nilai tahanan yang diukur tidak terlalu
rendah.

BAB VII

7.1 OPERASI DAN PEMELIHARAAN GARDU INDUK


1. Operasi Gardu Induk
1.1 Cara Operasi
Operasi gardu

induk menyangkut supervisi, pencatatan, kontrol dan

penyetelan kondisi operasi dari semua peralatan, demikian pula patroli harian,
perbaikan kecil dan tindakan-tindakan darurat waktu ada gangguan..

Untuk memungkinkan tercapainya tujuan operasi perlu disusun pedoman


operasi (operating manual) yang harus ditaati oleh setiap pekerja (operator)
gardu. Pedoman ini berisi pokok-pokok berikut:
Umum: antara lain menyangkut tujuan, peraturan umum dan riwayat
operasi. Peraturan

umum menyinggung masalah pembacaan instrumen,

pengertian dan penaatan terhadap

peraturan, kemajuan teknik, pengadaan

tempat kerja yang memadai, pengamanan pertama, dan sebagainya.


Tugas-tugas operasi: menyangkut organisasi, pencatatan data operasi,
peralatan yang ada, kontrol terhadap peralatan, operasi peralatan, operasi
dalam keadaan tidak normal, patroli, inspeksi, perbaikan, dan sebagainya.
Peraturan lain: antara lain mengenai cara pencegahan bahaya kebakaran dan
peralatan yang diperlukan serta penempatannya dalam gardu, pertolongan
pertama, pencegahan pencurian, cara merubah buku petunjuk,dan sebagainya.
Gambar-gambar, tabel-tabel dan formulir-formulir: antara lain mengenai
diagram sistim

tenaga listrik,

sistim pipa minyak, sistim udara tekan,

lintasan patroli, buku harian, formulir patroli dan inspeksi, dan sebagainya.
1.2 Kontrol Peralatan dan Hubungan dengan Pusat Pembagi Beban
Untuk menghindarkan terjadinya kesalahan operasi dan kontrol peralatan perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Instruksi-instruksi kontrol

sipenerima instruksi; demikian pula tujuan dan hasilnya.


Kecuali untuk tugas-tugas kontrol yang sederhana atau bersifat darurat,

setiap kali harus ditegaskan

kembali oleh

prosedurnya harus diteliti lebih dahulu. Pelaksanaan kontrol yang sebenarnya


dilakukan

sesuai dengan lembar kontrol ini. Lembar ini memuat kontrol

pemutus beban dan isolator, perubahan transformator tegangan, penguncian


(locking) rele pengaman,

kontrol

katup

(valve)

udara

tekan, dan

sebagainya.
Sebaiknya tugas kontrol dilakukan oleh dua orang, seorang sebagai pelaksana

dan seorang lagi sebagai pemberi perintah dan pengawas.


Sebelum dilakukan operasi peralatan semua lampu pilot (pilot lamp)
dan instrumen yang bersangkutan ditegaskan posisinya. Hal ini diulangi lagi

sesudah operasi dijalankan.


Semua instruksi dari pusat pembagian

beban, gangguan-gangguan

yang

terjadi dan penanggulangannya, kondisi operasi, situasi kerja, dan hal-hal yang

dipandang perlu ditulis dalam buku harian, serta dilaporkan kepada


petugas giliran berikutnya serta petugas-petugas lain yang bersangkutan.
1.3 Pencatatan
Semua keadaan sistim dan peralatan

dalam

gardu

harus

dicatat

perubahannya untuk kepentingan perancangan peralatan dan pemeliharaannya,


perancangan operasi sistim serta penyelidikan gangguan. Perubahan yang kontinu
dicatat dengan osiloskop otomatis dan pencatat gangguan otomatis. Hal-hal yang
dicatat dan frekwensi pencatatannya tergantung dari kondisi peralatan dan cara
pencatatannya.
1.4 Operasi dalam Keadaan Tidak Normal
Bila peralatan dalam gardu mengalami beban lebih karena ada gangguan,
maka perlu diadakan

tindakan

pencegahan dalam waktu sesingkat mungkin.

Gangguan perlu segera dilaporkan

kepada petugas yang bertanggung-jawab.

Karena hal ini sering terjadi, kapasitas beban-lebih dari setiap peralatan perlu
dipelajari dan dijelaskan dalam buku petunjuk kerja.
2. Pemeliharaan dan Penanggulangan Gangguan pada Gardu Induk
2.1 Gangguan Listrik dan Pencegahannya
Tugas pemeliharaan terperinci sebagai berikut :
Patroli harian, inspeksi dan perbaikan: Selama beroperasi, peralatan diperiksa
oleh indera manusia dan instrumen-instrumen pengukur. Pembersihan dan
perbaikan kecil dapat juga dilakukan selama operasi. Jadwal patroli, peralatan
yang harus diperiksa dan diperbaiki, ditentukan lebih dahulu serta dicatat
dalam formulir-formulir
perbaikan

ditetapkan

yang disediakan. Jumlah patroli, inspeksi dan


berdasarkan

konstruksi

gardu,

lamanya

bertugas,kondisi kerjanya, dan sebagainya. Untuk gardu-gardu yang beroperasi


dengan tiga regu bergilir (shift) biasanya frekwensi patroli adalah 1- 3 kali
sehari.
Inspeksi tetap (regular) dan perbaikan: Selain peralatan yang dapat diperiksa
setiap hari (dan bila perlu diperbaiki), ada sekelompok peralatan

lain

yang harus diperiksa secara teratur (tetap, regular).


Inspeksi khusus dan perbaikan: Inspeksi khusus dan perbaikan dilaksanakan
bila kelihatan adanya ketidaknormalan pada inspeksi biasa, bila peralatan
terlalu sering digunakan dan bila ada gangguan yang serius pada peralatan
yang sama jenisnya.

2.2 Gangguan Listrik dan Penanggulangannya


Bila diperkirakan bahwa gangguan terjadi dalam lingkungan gardu, maka
gangguan itu harus segera diatasi dan dilaporkan pada pusat pembagian beban.
Bagian yang bertugas melakukan perbaikan mengusahakan agar peralatan
yang rusak segera dapat diperbaiki serta mengurangi pengaruh gangguan dengan
menyediakan pekerja dan bahan yang diperlukan, gardu induk mobil, dan
sebagainya.
3. Tindakan-Tindakan Pengamanan dalam Gardu
3.1. Tindakan Pengamanan Manusia
Cara-cara membuat kondisi kerja aman adalah sebagai berikut:
a. Mengadakan

daftar-check

pekerjaan:

Daftar

ini memuat

detail

persiapan (termasuk pengamanannya) dan pelaksanaan kerja satu-per-satu,


prosedurnya, standar penilaian keamanannya, perhatian khusus yang harus
diberikan, dan sebagainya.
b. Membuat konstruksi penopang yang diperlukan dan jaring pengaman
untuk mencegah kontak dengan bagian-bagian yang bertegangan.
c. Memasang tanda-tanda larangan masuk, bahaya, dan sebagainya.
d. Memberi tanda-tanda pengaman ditempat kerja berupa tali, papan
pemberitahuan, bendera, dan sebagainya.
e. Menggunakan peralatan pengaman, misalnya,

topi

pengaman,

ikat

pinggang pengaman, sarung tangan karet, sepatu karet, dan sebagainya.


f. Menegaskan pembagian tanggung jawab antara pekerjaan operasi dan
pemeliharaan: sebelum pekerjaan (perbaikan) dimulai, prosedur pengamanan
menjadi tanggung jawab petugas operasi, yang kemudian menyerahkannya
kepada petugas pemeliharaan.
Kepada para pekerja perlu diberikan pendidikan dan latihan keamanan yang
mendalam sebagai berikut:

Latihan

dalam industri (Training Within Industry, disingkat TWI).


Kuliah-kuliah tentang keamanan.
Pertunjukan film, slides dan siaran radio dan televisi tentang keamanan.
Pendidikan lima menit: Disebut juga Tool Box Meeting (TBM),

keamanan:

Biasanya diberikan

dalam bentuk latihan kerja

berupa demonstrasi kerja sebelum pekerjaan dimulai.

Cara kerja standar yang aman: Sebelum pekerjaan

yang baru dimulai,

pekerjaan itu dianalisa lebih dahulu, dan cara kerja yang aman, tepat serta

effisien ditetapkan.
Kampanye tanpa-kecelakaan.
Patroli keamanan

3.2 Tindakan Pengamanan untuk Saluran Bertegangan


Untuk keamanan para pekerja telah dibuat perkakas khusus untuk pekerjaan
saluran bertegangan. Dalam gardu induk yang dapat dilakukan adalah:
Pekerjaan

pada

saluran

atau

rangkaian

by-pass

(melepas

dan

menyambungnya).
Melepas dan menyambung peralatan pada rangkaian yang bertegangan.
Membersihkan
saluran
bertegangan
dengan
udara,
misalnya
membersihkan isolator

dengan pembersih vakum (vacuum cleaner) atau

udara bertekanan tinggi.


Meminyaki (pelumas) bagian peralatan yang bertegangan.
Mencuci isolator, bushing, dan lain-lain, dengan menyemprotnya dengan
air.
Mengukur suhu saluran yang bertegangan.
Mengecat bagian peralatan yang bertegangan.
Mencari isolator saluran bertegangan yang rusak

TUGAS MATA KULIAH


TRANSMISI DAYA ARUS BOLAK-BALIK

GARDU INDUK

DISUSUN OLEH :
HILDA MEGA MARCELLA
(03111004003)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014

You might also like