Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Talasemia merupakan penyakit kelainan darah yang secara genetik
diturunkan. Talasemia menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius
di dunia khususnya di negara-negara mediterania, Malaysia, Thailand, dan
Indonesia. Penyakit ini terjadi akibat kelainan sintesis hemoglobin dimana
terjadi pengurangan produksi satu atau lebih rantai globin yang
menyebabkan ketidakseimbangan produksi rantai globin. Anak yang
menderita Talasemia memperlihatkan kondisi yang baik saat lahir tetapi
akan menunjukkan keadaan anemia yang terjadi terus menerus sehingga
mengakibatkan
berkurangnya
kadar
hemoglobin.
Kondisi
ini
Talasemia, dimana mereka merasa sedih, kecewa, putus asa, stress, depresi
dan cemas terhadap kesehatan dan masa depan penderita selanjutnya.
Menindaklanjuti kedua kondisi ini, perlu dilakukan penilaian kualitas
hidup terhadap anak penderita Talasemia maupun anggota keluarga
penderita untuk menentukan tindakan yang mendukung perbaikan kualitas
hidup anak penderita Talasemia.
Oleh karena itu pada makalah ini kami akan membahas mengenai
asuhan keperawatan pada anak dengan Thalasemia.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan
gangguan Thalasemia?
C. Tujuan
Tujun Umum
Diharapkan mampu melakukan Asuhan keperawatan pada anak dengan
Thalasemia
Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan thalasemia
2. Dapat menentukan masalah
3. Dapat melakukan perencanaan untuk pasien Thalasemia
4. Dapat melakukan implementasi pada pasien dengan Thalasemia
5. Dapat mengevaluasi perkembangan pasien dengan Thalasemia
BAB II
TALASEMIA
A. Pengertian
Thalassemia adalah sekelompok kelainan autosomal resesif
diwariskan, ditandai dengan tingkat gangguan sintesis rantai hemoglobin.
Gangguan seumur hidup ini diklasifikasikan sebagai alpha-atau beta-, yang
menurut rantai globin sintesis hemoglobin terganggu, dan sebagian besar atau
kecil,
tergantung
pada
berapa
banyak
gen
yang
rusak.
Artinya, thalassemia mayor mengacu pada pewarisan gen resesif dari kedua
orang tua dan thalassemia minor mengacu pada pewarisan gen resesif dari
hanya satu orangtua. Dari semua thalassemia, beta-thalassemia lebih umum
dan menyajikan masalah kesehatan yang paling signifikan untuk anak-anak.
(Kline, 2010)
B. Etiologi
Thalasemia diturunkan berdasarkan hokum mendel, resesif atau kodominan
C. Klasifikasi
Thalasemia dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis rantai
hemoglobin yang mengalami gangguan menjadi thalasemia alfa dan beta.
Sedangkan
berdasarkan
jumlah
gen
yang
mengalami
gangguan,
Pertumbuhan
dan
perkembangan
sangat
terlambat.
kadar
hemoglobin.
Karena
peningkatan
jaringan
gangguan
perdarahan,
yang
bisa
disebabkan
oleh
akibat penimbunan zat besi, sama dengan pasien yang cukup mendapat
transfuse tapi kurang kelasi.
Gangguan pertumbuhan pada thalasemia beta juga bisa timbul pada
pasien yang cukup transfuse maupun bahan kelasi.
Perubahan hematologi
Pertama kali datang biasanya Hb berkisar 2-8 g/dL. Eritrosit terlihat
hipokromik dengan berbagai bentuk dan ukuran, beberapa makrosit
yang hipokromik, mikrosit dan fragmentosit. Didapatkan basophilic
stippling dan eritrosit berinti selalu Nampak di darah tepi, setelah
splenoktomi sel-sel ini muncul dalam jumlah yang lebih banyak.
Hitung retikulosit hanya sedikit meningkat, jumlah leukosit dan
trombosit masih normal, kecuali bila didapatkan hipersplenisme.
Pemeriksaan sumsum tulang memperlihatkan peningkatan system
eritroid dengan banyak inklusi di perlusor eritrosit, yang lebih Nampak
dengan pengecatan metil-violet yang bisa memperlihtakan endapan
alpha globin.
Kadar HbF dan HbA2 pada thalasemia betha kadar HbF berkisar
20->90%. Kadar HbA2 biasanya normal dan tidak memiliki ariti
diagnosis.
E. Patofisiologi
Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb-A dengan dua
polipeptida rantai alpa dan dua rantai beta.Pada beta thalasemia yaitu tidak
adanya atau kurangnya rantai beta dalam molekul hemoglobin yang mana
ada gangguan kemampuan eritrosit membawa oksigen. Ada suatu
komponsator yang meningkat dalam rantai alpa, tetapi rantai beta
memproduksi secara terus menerus sehingga menghasilkan hemoglobin
defective.
Ketidakseimbangan
polipeptida
ini
memudahkan
Patofisiologi
F. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Darah tepi lengkap
1. Hemoglobin
2. Sediaan apus darah tepi (mikrositer, hipokrom, anisositosis, poikilositosis,
sel eritrosit muda/normoblas, fragmentosit, sel target)
3. Indeks eritrosit
Tidak
ditemukannya
HbA
dan
Menggunakan
elektroforesis
3. HbA2 kuantitatif
4. HbF
Menggunakan
cellulose acetase
alkali
denaturasi
modifikasi betke
5. HbH badan inklusi
(retikulosit)
6. Metode HPLC (Beta short variant Biorad) : Analisis kualitatif dan
kuantitatif
G. Penatalaksanaan Medis
1. Transfusi darah
Prinsipnya
Fraktur tulang
2. Medikamentosa
-
Asam folat :
2x1 mg/hari
Vitamin E :
200 IU/Hari
Vitamin C :
tahun dan 100 mg pada anak 10 tahun, tidak melebihi tidak melebihi
200mg/hari) dan hanya diberikan saat pemakaian deferioksamin
(DFO), tidak dipakai pada pasien dengan gangguan fungsi jantung
3. Kala besi
Dimulai bila
-
60-100 mg/kgBB/hari
10
6. Jika tidak ada syiringe pump dapat diberikan bersama NaCl 0,9 500ml
melalui infuse (selama 8-12 jam)
7. Jika kesediaan deferoksiamin terbatas
kelasi
besi
dapat
berupa
dalam
bentuk
Pemantauan
1. Sebelum transfuse :
Setiap bulan
11
sejak
masih
bayi.
Terutama
untuk
thalasemia
mayor,
12
a. Lemah dan kurang bergairah, tidak selincah anak lain yang seusia.
b. Kepala dan bentuk muka
Anak yang belum mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk
khas, yaitu kepala membesar dan muka mongoloid (hidung pesek
tanpa pangkal hidung), jarak mata lebar, tulang dahi terlihat lebar.
c. Mata dan konjungtiva pucat dan kekuningan
d. Mulut dan bibir terlihat kehitaman
e. Dada : Pada inspeksi terlihat dada kiri menonjol karena adanya
pembesaran jantung dan disebabkan oleh anemia kronik.
f. Perut : Terlihat pucat, dipalpasi ada pembesaran limpa dan hati
(hepatospek nomegali)
g. Pertumbuhan fisiknya lebih kecil daripada normal sesuai usia, BB
di bawah normal
h. Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas
tidak tercapai dengan baik. Misal tidak tumbuh rambut ketiak,
pubis ataupun kumis bahkan mungkin anak tidak dapat mencapai
tapa odolense karena adanya anemia kronik.
i. Kulit : Warna kulit pucat kekuningan, jika anak telah sering
mendapat transfusi warna kulit akan menjadi kelabu seperti besi.
Hal ini terjadi karena adanya penumpukan zat besi dalam jaringan
kulit (hemosiderosis).
2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2
kejaringan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
3. Nyeri b.d pembesaran limfa, hati
4. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas, penurunan Hb
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
antara suplai O2 dan kebutuhan
13
Rasional
data
menyebabkan
stress
pemberian
beristirahat
pengganggu
dan
tidur
tanpa
meningkatkan
seluler,
metabolism
menyebabkan
hipoksia
jaringan
2. Latihan ROM pasif dan isometric
meningkatkan
mobilisasi
tanpa
sel
sehingga
menyebabkan
hipoksia
jaringan.
membuat
pembuluh
darah
semakin berkontriksi
4. Anak membutuhkan istirahat serta
tiduryang cukup selama fase akut
penyakit
14
Diagnosa keperawatan :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Kriteria Evaluasi :
1. Menunjukkan peningkatan berat badan/ BB stabil.
2. Tidak ada malnutrisi.
Intervensi :
1. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan
yang disukai.
2. Observasi dan catat masukan makanan
pasien.
3. Timbang BB tiap hari.
4. Beri makanan sedikit tapi sering.
5. Observasi dan catat kejadian
mual,
Diagnosa Keperawatan :
Nyeri b.d pembesaran limfa, hati
Kriteria Evaluasi :
Anak tidak menunjukan tanda nyeri ditandai dengan ekspresi nyeri berkurang, periode tidur
nyenyak dan ekspresi wajah relaks
Intervensi
Rasional
nafsu
makan
ketika
berkurang
disentuh
dan
mendengkur
2. Beri obat analgesic dan narkotik sesuai
sulit
ditangani.
Dokter
dengan
cara
sendi
yang
Diagnosa Keperawatan :
Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas, penurunan Hb
Kriteria Evaluasi :
Anak tidak menunjukan tanda-tanda infeksi yang ditandai oleh suhu tubuh kurang dari 37,80C,
tidak ada batuk dan hitung sel darah putih
Intervensi
1. Isolasi anak dari seluruh sumber
infeksi yang diketahui
2. Pantau suhu tubuh anak setiap 4 jam
3. Periksa catatan imunisasi anak dan beri
vaksin sesuai program
4. Beri obat antibiotic sesuai program
5. Sediakan diet tinggi-kalori, tinggi-
Rasional
1. Anak ini rentan terhadap infeksi karena
ketidakmampuan
limpa
untuk
suhu
mengindikasikan
dengan
16
thalasemia
mengalami
kerentanan
pneumococcus
dan
terhadap
haemophilus
vaksin
polisakarida
infeksi;
dokter
dapat
tinggi
protein
pertumbuhan
perkembangan
yang
serta
seharusnya.
memastikan
bahwa
ia
akan
Diagnosa Keperawatan :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai O2 dan
kebutuhan
Kriteria Evaluasi :
Menunjukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi, misalnya nadi, pernapasan dan TD
masih dalam rentang normal pasien (TD normal anak : systole : 80-100 mmHg, diastole : 60
mmHg)
Intervensi
17
tanda-tanda
vital
selama
dan
sesudah aktivitas.
3. Catat respon terhadap tingkat aktivitas.
4. Berikan lingkungan yang tenang.
5. Pertahankan
tirah
baring
jika
diindikasikan.
6. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan
pantau terhadap pusing.
7. Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan
untuk meningkatkan istirahat.
8. Pilih periode istirahat dengan periode
aktivitas.
9. Beri bantuan dalam beraktivitas bila
diperlukan.
10. Rencanakan kemajuan aktivitas dengan
pasien,
tingkatkan
toleransi.
11. Gerakan teknik
aktivitas
sesuai
penghematan
energi,
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan tumbuh kembang b.d pengendapan besi pada kelenjar tiroid
Kriteria Evaluasi :
Klien tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan, pertumbuhan dan
perkembangan klien sesuai dengan usia
Intervensi
1. Lakukan observasi tumbuh kembang anak
sesuai dengan usia
18
menilai
pertumbuhan
dan
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan citra tubuh b.d perubahan warna kulit
Kriteria Evaluasi :
Klien tidak memiliki citra negatif terhadap dirinya sendiri
Intervensi :
1. Dorong pasien untuk mengekspresikan
perasaan khususnya mengenai pikiran,
perasaan,pandangandirinya.
2. Catat perilaku menarik diri, peningkatan
ketergantungan, manipulasi atau tidak
terlibatpadaperawatan.
3. Pertahankan pendekatan positif selama
aktivitasperawatan.
4. Libatkan keluarga/ orang terdekat dalam
memberikanmotivasikepadaklien
Diagnosa keperawatan :
Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan dampak penyakit anak terhadap fungsi
keluarga
Kriteria Evaluasi :
Keluarga akan dapat mengatasi dan mengendalikan stress.
Intervensi
19
orang
tua
untuk
terhadap
krisis
akibat
keuangan
social)untuk
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Thalassemia adalah sekelompok kelainan autosomal resesif
diwariskan, ditandai dengan tingkat gangguan sintesis rantai
hemoglobin, dengan etiologi factor genetika atau herediter,
klasifikasi dari thalaesemia sendiri terbagi menjadi 3 bagian,
dengan berbagai manifestasi yang timbul, penatalaksanaan medis
dapat berupa transfuse seldarah merah, Asuhan keperawatan
dilakukan secara komperhensif dari mulai pengkajian sampai
evaluasi.
B. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Sunadi Skp Rita Yulian, Skp. 2001. Asuhan Keperawatan pada anak.
Jakarta.; CV. Sagung seto.
2. Ngastiyah. 2003. Perawatan anak sakit. Edisi 2. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran; EGC.
3. Wong, D. I., Hockenberry, M., Wilson, D., & Schwart. P. (2008). Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik (edisi 6). Jakarta: EGC
4. Kathleen morgan speer. 2007. Rencana asuhan keperawatan pediatric.
Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC
21