Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Tuberkulosis Paru (TB Paru)
merupakan penyakit menular yang kronis
di mana pada tahun 1993 oleh WHO
dinyatakan
sebagai
Global
Emergency karena di seluruh dunia
terjadi peningkatan baik dari jumlah
maupun keseriusannya, dengan makin
banyaknya kasus yang telah resisten
terhadap satu atau beberapa macam obat.
Di samping itu penyakit ini juga di sebut
sebagai penyakit Re Emerging karena
di beberapa negara yang dahulunya
sudah hampir terberantas, sekarang ini
telah terjadi peningkatan jumlah kasus
dengan sangat bermakna.(1)
Dewasa ini sepertiga penduduk
dunia telah terinfeksi tuberkulosis, ada
sekitar 8 juta penderita baru TB di
seluruh dunia setahunnya dan hampir 3
juta orang yang meninggal setiap
tahunnya akibat penyakit ini. Paling
sedikit satu orang akan terinfeksi TB
setiap detik dan setiap 10 detik akan ada
satu orang yang mati akibat TB di dunia.
TB membunuh hampir dari satu juta
wanita setahunnya, angka ini lebih tinggi
dari kematian wanita akibat proses
kehamilan dan persalinan dan TB
membunuh
100.000
anak
setiap
tahunnya. Sampai saat ini tidak ada satu
Negara pun di dunia ini yang telah bebas
tuberculosis.(2)
Dalam data WHO, Indonesia
merupakan penyumbang kasus TB
terbesar ke tiga di dunia setelah India dan
Cina. WHO memperkirakan bahwa di
Indonesia setiap tahunnya terjadi 175
kematian akibat TB dan terdapat 583.000
penderita baru TB setiap tahunnya. Tiga
perempatnya dari kasus TB ini
menyerang kelompok usia produktif (1549 tahun) yang merupakan sumber daya
10
manusia
yang
penting
dalam
pembangunan bangsa, separuhnya tidak
terdiagnosis dan baru sebagian yang
tercangkup
dalam
program
pemberantasan TB yang dilaksanakan
pemerintah.(1,3)
Berdasarkan
Survey
Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992 dan
1995 menunjukkan bahwa TB adalah
penyebab
kematian
utama
pada
perempuan dan laki-laki usia produktif.
Pada tahun 1992 penyakit TB menduduki
peringkat ketiga dan pada tahun 1995
merupakan penyakit kedua penyebab
kematian pada penduduk kelompok usia
15 hingga 34 tahun. Pada kelompok usia
35-44 tahun juga menunjukkan hal yang
sama yaitu peringkat pertama pada tahun
1992 dan peringkat kedua pada tahun
1995.(4) Dari Survey Prevalensi TB yang
dilaksanakan di Sumatera Barat tahun
1984 di dapat angka 5,3 per 1000
penduduk
(1-18
per
penduduk).
Sedangkan Survey yang sama pada tahun
1995 angka ini turun menjadi 2,28 per
1000 penduduk (0,5-10 per 1000
penduduk).(1) Untuk Kota Padang
berdasarkan laporan tahunan dari Dinas
Kesehatan
Kota
Padang,
jumlah
penderita baru TB Paru 354 orang pada
tahun 2000 dan pada tahun 2001
berjumlah 446 orang. Di Kecamatan
Pauh berdasarkan Laporan Tahunan
Puskesmas Pauh pada tahun 2001
didapatkan jumlah penderita TB Paru
aktif (baru dan lama) sebanyak 100
orang yang tersebar dalam 10 kelurahan,
di mana Kelurahan Pisang merupakan
daerah dengan penderita TB Paru
terbanyak yaitu 18%.
Salah
satu
cara
mengatasi
peningkatan prevalensi TB Paru adalah
dengan
melaksanakan
program
11
N
1 + N (d2)
Dimana :
N= Besar Populasi.
n = Besar Sampel.
d= Penyimpangan
populasi (0,05).
terhadap
Kriteria Inklusi
Semua ibu rumah tangga di
Kelurahan Pisang Kecamatan
Pauh yang telah ditetapkan
sebagai sampel.
12
Kriteria Eksklusi
1. Tidak berada di tempat saat
dikunjungi.
2. Sukar berkomunikasi (bisu, tuli dan
gangguan jiwa).
3. Tidak bersedia diwawancarai.
Analisa Situasi
Secara geografis Kelurahan Pisang
yang berada di wilayah Kecamatan Pauh,
mempunyai luas wilayah 3,99 km2.
Berbatasan dengan Kelurahan Binuang
Kampung Dalam di sebelah Utara,
Kelurahan Piai Tangah di sebelah Timur,
Kelurahan Lubuk Parak Karakah di
sebelah Selatan dan Kelurahan Pasar
Ambacang di sebelah Barat.
Sampai tahun 2001, tercatat jumlah
penduduk Kelurahan Pisang sebanyak
5.304 orang dengan kepadatan penduduk
1.518 orang/km2 dan secara administratif
di bagi dalam 6 RW dan 14 RT.
Umumnya masyarakat di sini menempati
rumah dengan jarak antara satu rumah
dengan rumah lain saling berdekatan.
Sebagian besar penduduk berpendidikan
rendah*.
Sumber Data
Data sekunder : Di peroleh dari
Puskesmas Pauh dan Kantor Kelurahan
Pisang.
Data Primer : Di dapat melalui
wawancara
langsung
dengan
menggunakan
daftar
pertanyaan
kuesioner.
Instrumen Penelitian
Alat
yang
digunakan
dalam
pengumpulan data primer adalah
kuesioner. Data dikumpulkan melalui
wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner.
13
Karakteristik Responden
KARAKTERISTIK UM UR
60-69 tahun
10%
20-29 tahun
22%
50-59 tahun
13%
40-49 tahun
25%
30-39 tahun
30%
PENDIDIKAN
Tinggi
45%
Rendah
55%
PENDIDIKAN
Tinggi
45%
Rendah
55%
PENDAPATAN
Tidak Miskin
53%
Miskin
47%
Grafik. 4.1.
Distribusi
Frekuensi
berdasarkan
Sumber
Mengenai Penyakit Paru.
Responden
Informasi
14
SUMBER INFORMASI
SIKAP
Lain-lain (orang
sekitar)
23%
Negatif
11%
Televisi/Radio
41%
Petugas
Kesehatan
19%
Arisan/PKK
5%
Positif
39%
Jumlah
50%
Grafik. 4.4.
Majalah/Koran
12%
Grafik. 4.2.
Distribusi
Frekuensi
Tindakan
Responden terhadap Pencegahan TB
Paru.
TINDAKAN
Baik
19%
Jumlah
50%
Kurang
31%
PENGETAHUAN
Grafik. 4.5.
Baik
18%
Jumlah
50%
Kurang
32%
Grafik. 4.3.
Responden
Informasi
SIKAP
Televisi/RadioJumlah
50%
41%
Positif
39%
Petugas Kesehatan
19% 2003
Majalah Kedokteran Andalas Vol.27. No. 1. Januari Juni
Arisan/PKK Majalah/Koran
12%
5%
Negatif
11%
15
Grafik. 4.4.
Grafik. 4.2.
Distribusi
Frekuensi
Tindakan
Responden terhadap Pencegahan TB
Paru.
TINDAKAN
Baik
19%
Jumlah
50%
Kurang
31%
PENGETAHUAN
Baik
18%
Grafik. 4.5.
Jumlah
50%
Kurang
32%
Grafik. 4.3.
Pengeta
huan
N
Baik
Kurang
Jumlah
p< 0,05 x2= 9,93
Rendah
%
28,83
71,17
100
47
106
163
Total
Tinggi
df=1
N
61
73
134
%
45,52
54,48
100
N
108
189
297
%
36,36
63.64
100
16
Pengetahuan
Baik
N
%
71
65,74
37
34,26
108
100
x2 =56,75
df = 1
Total
Kurang
N
41
148
189
%
21,70
78,30
100
N
112
185
297
%
37,71
62,29
100
Baik
N
90
18
108
x2 =2,40
Total
Kurang
%
83,33
16,67
100
df = 1
N
143
46
189
%
75,66
24,24
100
N
233
64
297
%
78,45
21,55
100
tindakan
pencegahan
penyakit
tuberkulosis paru.
Dari tabel 4.3 Terlihat bahwa sikap
yang positif lebih tinggi didapatkan pada
responden yang berpengetahuan baik
dibandingkan dengan responden yang
berpengetahuan kurang (83,33% :
75,66%). Dengan uji statistik, tidak
17
Positif
N
89
144
233
x2 =0,1
Total
Negatif
%
38,19
61,81
100
df=1
N
23
41
64
%
35,94
64,06
100
N
112
185
297
%
37,71
62,29
100
Ahli
psikologi
sosial
Newcomb
menyatakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak.
Jadi ibu-ibu yang telah mendapatkan
informasi tentang penyakit TB Paru
(penyebabnya,
pencegahannya
dan
sebagainya) akan berpikir dan berusaha
supaya anggota keluarganya tidak
terkena TB Paru, sehigga ibu tersebut
berniat akan melakukan pencegahan
terhadap penyakit TB Paru.(7)
Sebagian besar tindakan ibu-ibu
rumah tangga di Kelurahan Pisang dalam
kaitannya dengan upaya pencegahan
penyakit tuberkulosis paru masih kurang
(62,29%) dan hanya 37,71% yang
memiliki tindakan baik. Kurangnya
tindakan ibu-ibu rumah tangga di
Kelurahan
Pisang
dalam
upaya
pencegahan
penyakit
TB
Paru
berhubungan dengan pengetahuan dan
sikap mereka terhadap penyakit TB Paru.
Hubungan antara tingkat pendidikan
ibu rumah tangga dengan pengetahuan
tentang penyakit tuberkulosis paru
terlihat bahwa tingkat pengetahuan yang
tinggi lebih banyak didapatkan pada ibu
rumah tangga dengan tingkat pendidikan
tinggi di banding dengan yang tingkat
pendidikannya rendah. (45,52% :
28,83%). Dengan uji statistik ternyata
didapatkan perbedaan yang bermakna
antara ibu rumah tangga dengan tingkat
pendidikan tinggi dengan yang tingkat
pendidikan
rendah
tentang
pengetahuannya mengenai penyakit TB
Paru.
Pengetahuan
seseorang
di
pengaruhi oleh pengalaman, pendidikan
dan informasi yang diberikan. Dari segi
tingkat pendidikan, seseorang dengan
tingkat pendidikan yang tinggi akan
memiliki pengetahuan yang lebih banyak
dibandingkan yang berpendidikan rendah
18
19
3.
4.
5.
6.
Terdapat
perbedaan
yang
bermakna antara tingkat pendidikan
ibu-ibu dalam hal pengetahuan
tentang TB Paru.
Terdapat
perbedaan
yang
bermakna
antara
tingkat
pengetahuan ibu-ibu dalam hal
tindakan pencegahan penyakit TB
Paru.
Terdapat perbedaan yang tidak
bermakna
antara
tingkat
pengetahuan ibu-ibu dalam hal sikap
terhadap penyakit TB Paru.
Terdapat perbedaan yang tidak
bermakna antara sikap ibu-ibu dalam
hal tindakan pencegahan penyakit
TB Paru.
SARAN
1.
Diharapkan
kepada
petugas
kesehatan untuk dapat memberikan
penyuluhan yang lebih intensif dan
khusus mengenai penyakit TB Paru,
cara
penularan
dan
cara
pencegahannya kepada masyarakat
Kelurahan
Pisang.
Penyuluhan
hendaknya diberikan tidak hanya
secara perorangan kepada penderita
tapi juga kepada kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan.
2.
Dibentuknya kelompok peduli
TB Paru yang anggotanya berasal
dari
masyarakat,
di
mana
sebelumnya diberikan pelatihan
yang intensif dari petugas kesehatan
atau instansi yang terkait.
KEPUSTAKAAN
1.
Dinas
Kesehatan
dan
kesejahteraan Sosial Propinsi Sumatera
Barat. Situasi Penyakit Tuberkulosis
di Propinsi Sumatera Barat, Padang,
2002 Disajikan pada acara Simposium
Permasalahan dan
Tuberkulosis paru.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Penatalaksanaan
Tjandra
Y,
Aditama.
Tuberkulosis Masa Kini dan Masa
Datang, Padang, 2002. Disajikan pada
acara Simposium Permasalahan dan
Penatalaksanaan Tuberkulosis paru.
NR, Nastiti. Tuberkulosis.
Dalam Buku Imunisasi Indonesia. Edisi
I, Ed Ranuh IGN, Soenyitno H,
Hadinedoro
SRS,
dkk.
Satgass
Imunisasi-IDAI, Jakarta. 2001.
SKRT
1995.
Balai
Penelitian dan Pengembangan Depkes
RI.
Rasjid R, Mangunnegoro
H. Berbagai Permasaalahan dalam
Penyakit Tuberkulosis Paru. Dalam
Yunus F, dkk (ed). Pulmonologi Klinik
FKUI. Jakarta, 1992.
Anadani EP, dkk. Laporan
Pengabdian,
Pemberdayaan
Komponen
Masyarakat
melalui
Pembentukan Kelompok Peduli TB
Paru dalam Menurunkan Morbiditas
dan Mortalitas TB Paru pada
Masyarakat
Desa
Pincuran
Sungsang, Kecamatan VII Koto Sei
Sarik, Padang Pariaman. Laporan
Penelitian FKUA< Padang, 2001.
20
9.
Depkes,
Pedoman
Epidemiologi Tuberkulosis Paru.
Depkes RI. Jakarta, 1993.
10.
Bahar A.
Tuberkulosis
Paru. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam
Edisi II. Ed : Soeparman, FKUI,
Jakarta. 1991 : 715-27.
11.
12.
Depkes.
Pedoman
Pemberantasan Tuberkulosis Paru.
Depkes RI. Jakarta 1993.
13.
Staf
pengajar
Ilmu
Kesehatan Anak FKUI. Tuberkulosis
pada Anak. Dalam : Buku Kuliah Ilmu
kesehatan Anak 2. Ed : Reseptio Hasan,
Husein Alatas. FKUI, Jakarta 1985.
SoekidjoN.
Metodologi
Penelitian kesehatan. Rineka Cipta :
Jakarta, 1993.
16.
Chandra B.
Statistik
Kesehatan.
Jakarta,1995.
Pengantar
EGC
;