Professional Documents
Culture Documents
Pasien anak memerlukan diagnosis dalam keadaan darurat dan tidak dapat bersikap
kooperatif dikarenakan tidak bersikap dewasa atau kecacatan mental ataupun fisik
2 Ketika keamanan dari pasien, dokter gigi, staff kesehatan maupun orang tua dapat
terancam jika tidak dilakukan restraint
3 Untuk mengurangi gerakan yang tidak diinginkan pada pasien yang disedasi
4 Pada saat sedasi dan pembiusan total tidak dapat dilakukan atau mendapatkan izin dari
orangtua pasien anak
2.
3.
4.
restraint yang memastikan bahwa prosedur tersebut telah diaplikasikan dengan benar dan
memastikan integritas kulit dan status neurovaskular pasien tetap dalam keadaan yang baik
PENGGUNAAN TEKNIK PENGENDALIAN FISIK (RESTRAINT)
Penggunaan teknik restraint pada anak, dalam penatalaksanaannnya harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1. Mendapatkan izin dari orangtua disertai adanya dokumen yang menjelaskan kepada
orangtua pasien anak mengapa pengendalian fisik (restraint) dibutuhkan dalam
perawatan.
2. Tidak dilakukan pada anak yang kooperatif.
3. Biasa dilakukan pada anak usia 3 tahun atau lebih kecil dari 3 tahun yang belum
mempunyai kemampuan berkomunikasi yang memadai.
4. Adalah teknik yang digunakan sebagai upaya terakhir jika cara-cara lain tidak mempan.
5. Teknik ini tidak digunakan sebagai hukuman.
6. Ketika perawatan sedang dilakukan, bicarakan dengan pelan ke telinga si anak, dan
jelaskan jika si anak bertindak kooperatif, segala pengendalian fisik akan dilepaskan.
7. Ketika si anak sudah tenang, pelepasan teknik restraint diikuti dengan pemberian katakata pujian/ hadiah.
8. Teknik restraint ini sebaiknya jangan digunakan pada anak yang takut, bagi anak seperti
ini, desensitiasi atau metode-metode lain akan lebih tepat.
JENIS-JENIS RESTRAINT
1. Pengendalian fisik (physical restraint) dengan menggunakan alat.
Pengendalian fisik dengan menggunakan alat merupakan bentuk pengendalian dengan
menggunakan bantuan alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan kepala pasien maupun
menahan gerakan rahang dan mulut pasien.Berikut adalah alat bantu untuk menahan gerakan
tubuh dan kepala pasien:
a. Sheet and ties
Penggunaan selimut untuk membungkus tubuh pasien supaya
tidak bergerak dengan cara melingkarkan selimut ke seluruh
tubuh pasien dan menahan selimutnya dengan perekat atau
mengikatnya dengan tali.
b. Restraint Jaket
Restraint jaket digunakan pada anak dengan tali diikat dibelakang
tempat tidur sehingga anak tidak dapat membukanya. Pita panjang
diikatkan ke bagian bawah tempat tidur, menjaga anak tetap di dalam
tempat tidur. Restrain jaket berguna sebagai alat mempertahankan anak
pada posisi horizontal yang diinginkan.
c. Papoose board
Papoose board merupakan alat yang biasa
digunakan untuk menahan gerak anak saat
melakukan perawatan gigi. Cara penggunaannya
adalah anak ditidurkan dalam posisi terlentang di
atas papan datar dan bagian atas tubuh, tengah
tubuh dan kaki anak diikat dengan menggunakan
tali kain yang besar. Pengendalian dengan
menggunakan papoose board dapat diaplikasikan dengan cepat untuk mencegah anak
berontak dan menolak perawatan.Tujuan utama dari penggunaan alat ini adalah untuk
menjaga supaya pasien anak tidak terluka saat mendapatkan perawatan.
d. Restraint Mumi atau Bedong
Selimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan salah satu ujungnya dilipat ke
tengah. Bayi diletakkan di atas selimut tersebut dengan bahu berada di lipatan dan kaki ke
arah sudut yang berlawanan.Lengan kanan bayi lurus kebawah rapat dengan tubuh, sisi
kanan selimut ditarik ke tengah melintasi bahu kanan anak dan dada diselipkan dibawah
sisi tubuh bagian kiri. Lengan kiri anak diletakkan lurus rapat dengan tubuh anak, dan sisi
kiri selimut dikencangkan melintang bahu dan dada dikunci dibawah tubuh anak bagian
kanan. Sudut bagian bawah dilipat dan ditarik kearah tubuh dan diselipkan atau
dikencangkan dengan pin pengaman.
e. Pedi-wrap
Pedi-wrap merupakan sejenis perban kain yang dilingkarkan pada
leher sampai pergelangan kaki pasien anak untuk menstabilkan tubuh
anak serta menahan gerakan tubuh anak. Pedi-wrap mempunyai berbagai variasi ukuran
sesuai dengan kebutuhan.
Alat bantu untuk menahan gerakan mulut dan rahang pasien
a. Molt Mouth Prop
Molt mouth prop merupakan salah satu alat yang paling
penting dalam melakukan perawatan gigi. Alat ini
biasanya digunakan dalam anestesi umum untuk
mencegah supaya mulut tidak tertutup saat perawatan dilakukan. Alat ini juga sangat
cocok dalam penanganan pasien yang tidak bisa membuka mulut dalam jangka waktu
lama karena suatu keterbatasan.
Penggunaan molt mouth prop harus memperhatikan posisi rahang pasien saat pasien
membuka mulutnya, supaya tidak terjadi dislokasi temporomandibular. Sebagai
tambahan, dokter gigi harus memindahkan molt mouth prop dari mulut pasien setiap
sepuluh hingga lima belas menit agar rahang dan mulut pasien dapat beristirahat.
b. Molt Mouth Gags
Molt mouth gags juga merupakan salah satu alat bantu yang dapat
digunakan untuk menahan mulut pasien.
c. Tongue Blades
Tongue blades merupakan alat bantu yang digunakan untuk
menahan lidah pasien supaya tidak mengganggu proses
perawatan.
2. Pengendalian fisik (physical restraint) tanpa bantuan alat (dengan bantuan orang
lain)
Pengendalian fisik tanpa bantuan alat merupakan bentuk pengendalian fisik tanpa
menggunakan bantuan alat, pengendalian bentuk ini merupakan bentuk pengendalian yang
menggunakan bantuan perawat maupun bantuan orang tua atau pihak keluarga pasien.
a. Pengendalian fisik dengan bantuan tenaga kesehatan.