You are on page 1of 9

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA NY.

D
DENGAN MASALAH TIDAK MENGGUNAKAN
KONTRASEPSI KB PIL DI DUSUN VII
DESA LIMAU MANIS KEC. TANJUNG MORAWA
KABUPATEN DELI SERDANG

Tanggal 26 Januari 2015 - 04 Februari 2015

Oleh :
SUNNY
NPM : 12.299

AKADEMI KEBIDANAN MITRA HUSADA


MEDAN
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Peningkatan penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul
diseluruh dunia meliputi didalamnya ukuran struktur dan distribusi penduduk
berumah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi serta kepadatan penduduk,
struktur umur dan kualitas penduduk. (Melani, 2010)
Pertumbuhan penduduk di Indonesia cukup tinggi, keadaan ini merupakan
suatu masalah. Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah penduduk Indonesia pada
tahun 2010 mencapai 237.641.326 jiwa. (Surakarta, Kompas.com)
Upaya untuk mengatasi masalah kependudukan tersebut dilakukan oleh banyak
pihak. Pihak tersebut terdiri atas Instansi, Departemen dan Lembaga masyarakat yang
dilakukan dengan cara menurunkan tingkat fertiusasi menurut TFR ( Totoal Fertility
Rate) antara lain dengan KB Nasional. (Melani, 2010).
Program Keluarga Berencana yang kita kenal seperti sekarang ini, merupakan
buah perjuangan yang cukup lama, yang dilakukan tokoh-tokoh atau pelopor dibidang
itu, baik didalam maupun diluar negeri. Upaya keluarga berencana mula-mula timbul
atas prakarsa kelompok orang-orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan
ibu, yaitu pada awal abad XIX di Inggris. (Niken, 2010).
Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran, dalam hubungan dengan umur suami istri serta
menentukan jumlah anakan dalam keluarga. (Serutun, 2008).
World Health Oraznization (WHO) memperkirakan ada 500.000 kematian ibu
melahirkan di seluruh dunia setiap tahunnya. Adapun 99% terjadi dinegara
berkembang. Berdasarkan angka tersebut diperkirakan hampir satu orang ibu setiap
menit meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Hasil Survey Demografi dari
Kesehatan Indonesia Departemen Kesehatan (SDKI DepKes), menunjukkan bahwa

angka kematian ibu di Indonesia secara nasional adalah sebesar 3090 per 100.000
kelahiran hidup. (Ronald, 2010).
Angka kematian ibu merupakan indikator keberhasilan pembangunan pada
sektor kesehatan. Angka kematian ibu mengacu pada jumlah kematian ibu mulai dari
masa

kehamilan,

persalinan

dan

nifas.

Berdasarkan

laporan

dari

profil

Kabupaten/Kota angka kematian ibu yang dilaporkan si Sumatera Utara hanya 123
per 100.000 kelahiran hidup. Namun, ini belum bisa menggambarkan angka kematian
ibu yang sebenarnya. Dipopulasikan berdasarkan estimasi bahwa angka kematian ibu
di Sumatera Utara tahun 2008 adalah 290/100.000 kelahiran hidup. (Candra, 2010).
Pelayanan KB dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Jika semua
perempuan mempunyai akses terhadap kontrasepsinya yang aman dan efektif,
diperkirakan kematian ibu menurun hingga 30%. (Yani, 2010)
Sedangkan di Indonesia dua pertiga (66.07%) perempuan

menikah

menggunakan kontrasepsi modern, untuk pil 13%. (Yuni, 2010).


Dari hasil survey di Dusun VII Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung
Morawa, Kabupaten Deli Serdang banyak ditemukan masyarakat yang tidak
menggunakan KB Implant. Karena mengacu pada kesejahteraan Ibu, maka saya
mengambil dan mengangkat masalah Kurangnya Pengetahuan Ibu Pus Tentang
Alat Kontrasepsi Implant Pada Satu Keluarga Untuk Dijadikan Keluarga
Binaan di Dusun VII Desa Limau Manis Kecamatan Tj. Morawa, Kabupaten
Deli Serdang.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebai berikut.
Bagiaman Pengetahuan Pus Tentang Alat Kontrasepsi Implant Pada Ny. D di Dusun
VII Desa Limau Manis Kecamatan Tj. Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mendapat jambatan langsung masalah keluarga,


kebutuhan kesehatan dan dapat mengimplementasiukan dalam asuhan
komunikasi komunitas pada tingkat keluarga binaan.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian kepada keluarga binaan
dengan pendekatan sistematis
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah diagnosa dan kebutuhan
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah potensial
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan kebutuhan untuk penanganan
segera.
e. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan yang akan dilakukan
f. Mahasiswa mampu melakukan rencana yang telah ditetapkan
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi pelaksanaan yang telah dilakukan
1.4. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup Kebidanan Komunitas yang berada di Dusun VII Desa
Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa adalah seperti berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pus
Ibu Hamil
Ibu Bersalin
Ibu Nifas
Bayi
Balita
Menopause
Lansia
Metode : Secara langsung diberikan asuhan kebidanan melalui :

a. Konseling
b. Wawancara
c. Observasi
1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah wawasan bagi Mahasiswa Akademi Kebidanan Mitra Husada
Medan.
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai Penambah wawasan untuk menerapkan ilmu yang telah didaptkan pada
perkuliahan kepada masyarakat
1.5.1. Secara Praktis
a. Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan

Supaya membatu petugas pelayanan kesehatan untuk menemukan masalah


yang ada di Dusun VII Limau Manis
b. Bagi Masyarakat
Berkurangnya masalah yang timbul pada masyarakat dengan memberikan
konseling kepada keluarga yang akan dibina
c. Bagi Institusi
Untuk menambah wawasan bagi Mahasiswa Akademi Kebidanan Mitra
Husada Medan

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.Konsep Keluarga
2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan unit/satuan masyarakat yang kecil atau yang
terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam
masyarakat. Keluarga biasanya terdiri dari suami, istri dan juga anakanak yang selalu menjaga rasa aman dan ketentraman dalam
menghadapi segala suka duka hidup dalam eratnya arti ikatan umur
2.1.2

hidup bersama
Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga dalam peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
masyarakat
a) Fungsi Biologi
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
b) Fungsi Psikologis
a. Memberikan rasa sayang dan rasa nyaman
b. Memberikan pendidikan diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
c) Fungsi Sosialisasi
a. Membentuk norma dan tingkah laku
b. Meneruskan identitas keluarga
d) Fungsi Ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga

b. Mengatur penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi


kebutuhan keluarga
c. Menolong untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang
akan datang, misalnya. Untuk pendidikan anak, jaminan hari
tua dan sebagiannya
e) Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk kehidupan dan masa depannya
yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orangtua
b. Menyekolahkan anak untuk memberikan ketarampilan dan
membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikannya.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2.1.3

Alasan Keluarga yang Dijadikan Keluarga Binaan


a) Struktur Dalam Sifat Keluarga
1. Petrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sederajat dalam beberapa generasi, dimana hubungan
itu disusun melalui garis ayah.
2. Metrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sederajat dalam beberapa generasi, dimana hubungan
itu disusun melalui garis ibu.
3. Petrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga suami
4. Metrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga istri
5. Keluarga Havenar adalah hubungan suami istri sebagai dasar
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
b) Sifat Keluarga
1. Reorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
2. Ada Keterbatasan
Setiap anggota memiliki keterbatasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya masing-masing

3. Ada Perbedaan dan Kekhususan


Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsi
masing-masing

dalam

melakukan

kegiatan

dalam

kehidupannya sehari-hari.
a. Kebiasaan tidur
b. Kebiasaan makan
c. Waktu senggang atau liburan
c) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keluarga
1. Faktor Sosial dan Budaya Ekonomi
a. Penghasilan dan pengeluaran
b. Pekerjaan, tempat kerja, penghasilan
c. Sumber penghasilan
2. Faktor Lingkungan
a. Pekarangan rumah
b. Tempat penyimpanan makanan
c. Kesediaan air
d. Tempat pembuangan kotoran
2.1.4 Tahapan-Tahapan Kehidupan Keluarga
Tahap
1 : Tahap pertama adalah bahwa dari keluarga proindustri yang memiliki karakteristik yang kita telah
jelaskan sebelumnya

ini adalah keluarga yang

merupakan unit produksi dengan semua anggota


Tahap

keluarga bekerjsama.
2 : Dengan revolusi industri, pabrik menjadi tempat kerja
dan anggota keluarga menjadi penerima upah, bukan
wiraswasta produsen. Selama abad ke-19 kemiskinan
meluas

dikalangan keluarga kelas pekerja dan

pengangguran
didorong

meningkat.

untuk

Ini

anggota

keluarga

memperluas

jaringan

keluarga

terdekan dalam upaya untuk mendapatkan dukungan


dan keamanan.
Ikatan yang sangat kuat antara perempuan (Ibu dan
anak perempuan yang sudah menikah) dan hubungan
suami istri melemah sebagai akibat dari laki-laki
menghabiskan waktu luang jauh dari rumah. Ini tahap

kedua dari evoluasi keluarga berlangsung sampai awak


Tahap

abad kedua puluh.


3 : Tahap ketiga ditandai dengan munculnya apa yang
muda dan Wilmout disebut simetris keluarga. Karena
ada penurunan pengangguran dan peningkatan upah
rill.

Jaringan

kekerabatan

kehilangan

beberapa

pentingnya dan langsung atau keluarga inti sudah


dipisahkan dari keluarga. Strandart hidupnya lebih
tinggi dan suami menemukan lebih banyak instensif
untuk mengembangkan ruang rumah berpusat seperti
menonton televisi. Hal ini membantu dalam meperkuat
Tahap

ikatan atara suami dan istri.


4 : Tahap keempat ditandai adalah satu hipotesis dalam
arti bahwa itu bukanlah sebuah panggung yang muda
dan Wilmout telah mengamati topik satu yang mereka
telah prediksi, Young dan Willmaat telah mangajukan
teori tersebut. Prinsip defusi Stratified, teori ini
menyatakan bahwa perubahan datang dari orang-orang
yang berada dipuncak tanggal sosial dan secara
beratahap diapatsai oleh orang-orang dibagian bawah
atas dasar teori ini. Mereka telah mempelajari
kehidupan keluarga yang dipimpin oleh 190 direktur
mengelola dan menyimpulkan bahwa dimasa depan,
keluarga dikelas sosial lainnya akan mengadopsikan
gaya hidup keluarga mereka. Hal ini menyiratkan
bahwa tahap keempat akan ditandai dengan pekerjaan
berpusat individu. Luang waktu yang dihabiskan
diluar rumah dan istri merawat rumah dan anak-anak.

2.1.5
2.2.

You might also like