Professional Documents
Culture Documents
hampir semua spesies memiliki kandungan protein yang tinggi. Oleh karena itu, bobot kering
sel tunggal memiliki nilai gizi yang tinggi.
Mikroorganisme yang dibiakkan untuk protein sel tunggal dan digunakan sebagai
sumber protein untuk hewan atau pangan harus mendapat perhatian secara khusus.
Mikroorganisme yang cocok antara lain memiliki sifat tidak menyebabkan penyakit terhadap
tanaman, hewan, dan manusia. Selain itu, nilai gizinya baik, dapat digunakan sebagai bahan
pangan atau pakan, tidak mengandung bahan beracun serta biaya produk yang dibutuhkan
rendah. Mikroorganisme yang umum digunakan sebagai protein sel tunggal, antara lain
alga Chlorella, Spirulina, dan Scenedesmus; dari khamir Candida utylis; dari kapang
berfilamen Fusarium gramineaum; maupun dari bakteri.
Protein sel tunggal yang berasal dari kapang berfilamen disebut mikroprotein. Di
Amerika Serikat, mikroprotein telah diproduksi secara komersial bernama quorn. Quorn
dibuat dengan cara menanam kapang ditempat peragian yang berukuran besar. Setelah
membuang air dari tempat peragian, makanan berharga yang tertinggal dicetak menjadi
balok-balok yang mudah dibawa.
Produksi protein sel tunggal sangat bergantung pada perkembangbiakan skala besar
dari mikroorganisme tertentu yang diikuti dengan proses pendewasaan dan pengolahan
menjadi bahan pangan. Ada dua faktor pendukug pengembangbiakan mikroorganisme untuk
protein sel tunggal, yaitu :
a. laju pertumbuhan sangat cepat jika dibandingkan dengan sel tanaman atau sel
hewan dan waktu yang diperlukan untuk penggandaan relatif singkat.
b. berbagai macam substrat yang digunakan bergantung pada
jenis
yang lain.
Keuntungan penggunaan
a. bakteri dapat tumbuh pada berbagai substrat.
b. waktu regenerasi cepat.
c. kandungan protein kasarnya lebihtinggi dibanding mikroorg anisme yang
lain.
2. Gangang
kelemahan
a. Memerlukan suhu yang hangat dan banyak sinar matahari serta
membutuhkan CO2.
b. Dinding selnya tidak dapat dicerna.
kelebihan produksi
a. penerimaan produksi PST oleh ternak lebih baik.
b. kandungan asam nukleat lebih rendah.
c. ukuran sel ganggang lebih besar sehingga lebih mudah dipanen.
3. Kapang dan Khamir
Kelemahan
a. kandungan protein kasar lebih rendah.
b. waktu regenarasi yang lebih lama dibanding bakteri.
keuntungan
a. Penerimaan produksi PST dari kapang dan khamir oleh ternak lebih baik.
b. Kandungan asam nukleat lebih rendah.
c. Ukuran sel kapang dan khamir lebih besar sehingga lebih mudah dipanen
dan konsesntrasinya lebih tinggi.
d. Dapat tumbuh pada substrat dengan pH rendah
Berbagai contoh mikroorganisme dan substrat dalam produksi PST dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel I. Berbagai jenis mikroorganisme dan substrat dalam produksi PST
Mikroorganisme
Substrat
Khamir
Saccharomyces
Molasses
cerevisae(pemecahan hektosa)
Kluyuveramyces
fragilis(pemecahan laktosa)
Candyda lipolyica
bumi
dan hektosa
Geotricum candidum
Cairan sulfit
Karbohidrat dan
komponen lain
Kapang
Aspeigillus fumigates
Triechoderma viride
Fusarium sp
Limbah
Limbah, kertas kayu
Biji-bijian
Mikroorganisme
Substrat
Bakteri
Hyrogenimonas sp
Cellulomonas sp
Methylopilus methylopilus
Actinomyces sp
Theremomonaspora fusca
H2 dan CO2
Selulosa
Metanol, sumber karbon dan
Ganggang
Scedesmus acutus
Spirulina maxima
sumber CO2.
Karasteristik yang penting dalam seleksi mikroorganisme dalam produksi PST adalah:
kecepatan dan keemampuan tumbuh
mudah dalam pemeliharaan kultur
membutuhkan media yang sederhana
kandungan protein kasar
kualitas gizi yang lain dalam mikroorganisme.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
seleksi
mikroorganisme
dan
substrat
dalam produksi PST banyak sekali. Faktor-faktor tersebut antara lain meliputi :
a. Faktor Nutrisi
Kandungan proten kasar dan asam amino dari mikroorganiosme merupakan
sumbangan nutrisi terbesar. Kandungan lisin dari pst umumnya lebih tinggidari tanaman
sehingga dapat mensuplai kekurangan lisin. Kandungan proteinkasar PST bervariasi
tergantung mikroorganisme yang digunakan seperti terlihat pada tabel.
Tabel 2. Kandungan protein kasar PST dari beberapa mikroorganisme
Tipe Mikroorganisme
Khamir
Bakteri
Ganggang
Kapang
%PK
50-55
50-80
20-80
15-45
Ganggang
bakteri
khamir
kapang
4-6%.
10-16 %.
6-10 % .
2,5-6 %.
Input Substrat
100
O2
200
Ouput Sel
100
Karbohidrat (CHO)
200
67
100
Berdasar tabel di atas, dapat dilihat bahwa untuk menghasilkan masa sel yang sama
(100), Substrat karbohidrat membutuhkan dua kali jumlah substrat hidrokarbon (200)
meskipun fermentasi hidrokarbon membutuhkan oksigen tiga kali dari jumlah yang
dibutuhkan dalam fermentasi karbohidrat. Dalam hal ini secara ekonomi penggunaan
hidrokarbon dianggap lebih hemat.
BAB II
PROTEIN SEL TUNGGAL
2.1 PROTEIN SEL TUNGGAL SECARA UMUM
Protein Sel tunggal adalah istilah yang digunakan untuk protein kasar atau murni yang
berasal dari mikroorganisme bersel satu atau banyak yang sederhana , seperti bakteri, khamir
(yeast) , jamur , ganggang dan protozoa. Protein Sel Tunggal dapat digunakan sebagai
tambahan protein pada pangan , pelengkap protein untuk ternak dan ramuan pangan yang
berfungsi sebagai pembentuk cita rasa .
2.2 SPESIFIK BAHAN BAKU
Pada saat ini dan masa mendatang kebutuhan akan protein semakin meningkat
termasuk kebutuhan protein oleh hewan sebagai pakan ternak. Protein sel tunggal dapat
dibuat dari substrat yang mengandung protein, yang dapat diperoleh dari berbagai macam
bahan limbah pertanian seperti buah, limbah tanaman pertanian, limbah industri pangan.
Sehingga dalam penelitian ini akan dicoba pembuatan Protein Sel Tunggal dari limbah nanas
dengan proses fermentasi menggunakan yeast Saccharomyces cereviceae, hasil Protein Sel
Tunggal yang diperoleh nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai makanan tambahan
pada makanan ternak yang kaya akan protein.
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan protein sel tunggal (PST) adalah
sebagai berikut :
2.2.1 Nanas
Klasifikasi
Divisio
Sub Divisio
Classis
: Monocotyledoneae
Ordo
: Bromeliales
Familia
: Bromeliaceae
Genus
: Ananas
Spesies
: Ananas comosus L.
(Steenis, 2005)
Nanas merupakan salah satu jenis buah- buahan yang banyak dihasilkan di Indonesia,
mempunyai penyebaran yang merata. Dari data statistik, produksi nanas di Indonesia dari
tahun 1997 adalah sebesar 542.856 ton dengan nilai konsumsi 18,31 kg/kapita/tahun. Dengan
meningkatnya produksi nanas, maka limbah nanas yang dihasilkan semakin banyak.
Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah buahnya.
Buah nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan
minuman, seperti selai, buah dalam sirop, bahan baku industri pertanian dan lain- lain. Rasa
buah nanas manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas. Disamping
itu, buah nanas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah nanas mengandung enzim
bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptide),
sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging.
Selama ini masyarakat Indonesia memanfaatkan nanas terbatas pada daging buahnya
saja atau sebatas tanaman konsumsi saja, sementara kulit dibuang tidak dimanfaatkan atau
diolah lebih lanjut karena struktur fisik kulitnya yang kasar dan keras.
Untuk itu limbah nanas ini perlu dimanfaatkan lebih lanjut. Limbah nanas banyak
mengandung sukrosa, glukosa dan nutrisi-nutrisi lainnya, limbah nanas tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai sumber karbon pada proses fermentasi yang dapat menghasilkan
Protein Sel Tunggal.
2.2.2 Saccharomyces cerevisiae
Klasifikasi
Kingdom
: fungi
Filum
: Ascomycota
Class
: Saccharomycetes
Ordo
: Saccharomycetales
Famili
: Saccharomycetaceae
Genus
: Saccharomyces
Species
: Saccharomyces cereviceae
lonjong, memanjang
Tumbuhan buah nanas terdiri dari bagian utama meliputi : akar, batang, daun, bunga,
buah, dan tunas-tunas. Buah nanas mengandung gizi yang cukup tinggi seperti terlihat pada
table 1 berikut :
Dari Tabel 1 diatas , buah nanas yang dapat dimakan hanya 53 % sehingga ada 47 %
yang dibuang sebagai limbah, limbah nanas banyak mengandung sukrosa , glukosa dan
nutrisi-nutrisi lainnya sehingga limbah nanas tersebut sangat potensial dimanfaatkan sebagai
substrat (sumber karbon) untuk produksi Protein Sel Tunggal.
BAB III
METODOLOGI
3.1 BAHAN DAN ALAT
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah nanas yang sesuai bagi
setiap proses fermentasi sehingga menghasilkan media fermentasi yang baik. Limbah nanas
ini diperoleh dari pasar tradisional Demangan kemudian dianalisis dan didapatkan kadar
glukosa 4,94 % dan kadar protein 0,9075 %. Yeast Saccharomyches cerevisiae dibeli dari
Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta. Dalam penelitian ini juga menggunakan
bahan tambahan seperti NaOH , Gula pasir, Aquadest, Asam asetat, Kalium Hidrophosfat,
Ammonium sulfat
Peralatan yang digunakan untuk penelitian fermentasi Protein Sel Tunggal dari limbah
nanas adalah Shaking Incubator, Autoklaf, Erlenmeyer 500 ml, Alumunium foil,
Spektrofotometer, Conway, Panci stainless steel, Water Bath, Blender.
3.2 METODE PENELITIAN
Proses fermentasi pembuatan Protein Sel Tunggal dari limbah nanas dibagi menjadi 3
tahap:
Tahap pertama proses fermentasi Protein Sel Tunggal dari limbah nanas yaitu tahap
persiapan bahan , pada tahap ini limbah nanas dicuci hingga bersih. Kemudian limbah nanas
yang sudah dicuci bersih di blender hingga halus, lalu disaring. Cairan hasil penyaringan
kemudian dipanaskan sampai mendidih kemudian didinginkan. Cairan yang didinginkan ini
yang disebut sebagai media.
Tahap kedua, pembuatan strater. Pembuatan strater ini dengan sukrosa sebanyak 22,4
gram yang dilarutkan dalam 100 ml aquades. pH larutan diatur sampai 5 lalu ditambah
nutrisi berupa (NH4 )2SO4 dan KH2PO4 lalu larutan dipanaskan untuk sterelisasi sampai
waktunya 1 jam dan kemudian didinginkan , setelah dingin dimasukkan yeast Saccharomyces
Cereviceae kemudian difermentasi dengan cara dishaking selama 2 hari.
Tahap ketiga, Fermetasi. Media fermentasi dimasukkan ke dalam Erlenmeyer lalu
ditambah nutrisi (NH4)2SO4 dan KH2PO4 lalu larutan divariasikan pH nya kemudian
disterelisasi dengan dipanaskan selama 1 jam setelah itu didinginkan , larutan ditambah
starter dan difermentasikan selama 2 hari. Setelah 2 hari larutan dianalisis kadar proteinnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 PENGARUH PH MEDIUM FERMENTASI TERHADAP KADAR PROTEIN
PRODUK
Volume media
: 450 ml
Kadar glukosa
: 4,94 %
Volume starter
: 50 ml
Suhu
: 30 oC
Berat nutrisi
: 0,5 gram
Waktu Fermentasi
: 2 hari
Tabel 1 Pengaruh pH terhadap kadar protein produk.
No
pH
Kadar Protein
0,9468
3,5
0,967
1,5176
4,5
2,4773
1,8975
5,5
1,2468
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
2.5
3.5
4.5
5.5
Nutrisi (g)
1,0640
0,4
1,7540
0,8
2,3515
1,2
2,0150
1,6
1,5963
2,0
1,3540
12
10
8
6
4
2
0
0
10
12
Gambar 2. Grafik Hubungan Jumlah nutrisi (g) terhadap kadar protein (%)
Dari Tabel 2 dan Gambar 2 terlihat bahwa semakin banyak nutrisi yang ditambahkan
sampai 1,2 g maka diperoleh kadar protein yang semakin besar hal ini karena yeast dalam
pertumbuhannya memerlukan nutrisi , tetapi setelah penambahan 1,2 g diperoleh kadar
protein semakin menurun hal ini karena penambahan nutrisi yang berlebih dapat menghambat
pertumbuhan yeast.
4.3 PENGARUH WAKTU FERMENTASI TERHADAP KADAR PROTEIN PRODUK
pH = 4,5
Berat Nutrisi = 0,8 gram
Tabel 3. Pengaruh Waktu Fermentasi terhadap Kadar protein produk.
No
Waktu (jam)
Kadar Protein(%)
1,264
12
1,3217
18
1,5486
24
1,7584
30
2,0585
36
2,0852
42
2,1563
48
2,4245
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0
10
15
20
25
30
35
40
BAB V
KESIMPULAN
Limbah buah
mengandung sukrosa, glukosa dan nutrisi-nutrisi lainnya, limbah nanas tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai sumber karbon pada proses fermentasi yang dapat menghasilkan
Protein Sel Tunggal. Pada proses fermentasi untuk mendapatkan Protein Sel tunggal dari
limbah nanas menggunakan yeast Saccharomyces cereviceae. Dimana penggunaan yeast
Saccharomyces cereviceae memiliki keuntungan antara lain toleran terhadap lingkungan yang
lebih asam dengan pH antara 3,5 sampai 5,5 mempunyai suhu pertumbuhan 25oC 30 oC.
Keuntungan lain yeast mempunyai diameter sel sekitar 0,0005 cm, dengan diameter sebesar
ini yeast mudah dipisahkan dengan cara sentrifugal, tanpa memerlukan tahap penggumpalan.
Pada fermentasi Protein Sel Tunggal dari limbah buah nanas kondisi terbaik
fermentasi pada pH 4,5 kadar protein yang dihasilkan sebesar 2,4773% dengan penambahan
nutrisi 0,8 gram dengan kadar protein sebesar 2,3515 % selama 2 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Cooney,C.L., 1981, Growth of Microorganism in Biotechnology, Verlag, Chemie,
Weinheim
Fardiaz, S., 1993. Mikrobiologi Pangan, PAU Pangan dan Gizi, Universitas Gajah
Mada,Yogyakarta.
Frazier, W.C, Westhoff, D.C, 1979. Food Microbiology , ed.3 , Mc.Graw Hill Publishing
Co.Ltd., New Delhi
Rahayu, E. S., Retno I. Tyas, U. Enis H., Nur C., 1993, Bahan Pangan Hasil Fermentasi,
Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta. Sudarmadji, Kasmidjo, 1989, Mikrobiologi
Pangan PAU Pangan dan Gizi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Tannenbaun, S.R., 1971, Single Cell Protein , Food for Future , Jurnal Fod Technology
http://eprints.uns.ac.id/6036/1/138901008201010111.pdf/13-Juni-2015