You are on page 1of 7

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN FISIK PADA MASA BAYI

Sebelum membahas mengenai perkembangan pada masa bayi kita harus paham
apa itu psikologi perkembangan (Developmental Psychology).
Psikologi perkembangan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari
perkembangan dan perubahan aspek kejiwaan manusia sejak dilahirkan sampai
dengan mati. Satu cabang dari psikologi yang ditujukan untuk memahami semua
perubahan yang terkait dengan pertambahan usia yang dialami oleh manusia
sepanjang rentang kehidupannya. Dikatakan "Cabang dari ilmu psikologi", karena
psikologi memiliki berbagai cabang lain yang mempelajari tentang manusia. Satu
bidang dari psikologi yang fokus pada perkembangan sepanjang rentang
kehidupan.
Development (Perkembangan) adalah perubahan di dalam perilaku yang
berhubungan dengan pertambahan usia, dan perubahan yang terjadi kurang lebih
dapat diprediksi
Ex: Seorang anak yang sejak kecil diperlakukan sebagai "mama's boy", maka
dapat diprediksi ketika telah menikah akan memperlakukan istrinya sebagai
pengganti sang "mama".
Kali ini penulis akan membahas mengenai perkembangan yang dialami manusia
pada masa bayi. Namun sebelum membahas itu kami akan menjelaskan hal-hal
yang terjadi pada bayi.
Refleks
Bayi memiliki sifat refleks untuk mengatur gerakan-gerakan bayi yang baru lahir.
Sifat refleks ini adalah otomatis dan berada diluar kendali bayi yang baru lahir
tersebut. Sifat-sifat refleks itu meliputi:
Refleks mengisap; terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis mengisap
benda yang ditempatkan di mulut mereka.
Refleks mencari; terjadi ketika bayi itu disentuh pipinya maka ia akan
memalingkan kepala ke arah benda yang menyentuhnya.
Refleks moro; adalah suatu respon tiba-tiba pada bayi yang baru lahir akibat suara
atau gerakan yang mengejutkannya. Bayi tersebut akan melengkungkan

punggungnya, melemparkan kepalanya ke belakang dan merentangkan lengan dan


kakinya.
Refleks menggenggam; yang terjadi ketika sesuatu menyentuh telapak tangan
bayi. Bayi merespon dengan cara menggenggam kuat[1].
BB (Berat Badan)
Ketika lahir, berat normal bayi berkisar antara 2,5 kg-4 kg. Berat lahir ini
dipengaruhi kesehatan ibu dan janin. Waktu usia kehamilan 6 bulan, sebetulnya
tubuh bayi sudah lengkap secara keseluruhan, tapi beratnya masih sekitar 1 kg.
Antara usia kehamilan 6-9 bulan bobotnya bertambah bertambah 1-3 kg, hingga
begitu lahir beratnya sudah bertambah sebanyak pertambahan pada tiga bulan
terakhir kehamilan itu.
Jadi, 3 bulan terakhir masa kehamilan tersebut menentukan berat lahir bayi. Maka
itu, saran Eva, pada 3 bulan terakhir kehamilan, ibu harus memperhatikan
konsumsi makanannya. Apalagi pada 3 bulan terakhir tersebut, nafsu makan ibu
juga cenderung meningkat. Sebab, jika ibu mengkonsumsi makanan yang
berlebihan, bayi yang dilahirkannya pun akan besar. Tentunya ini akan
menyulitkan ibu untuk persalinan normal. Sebaiknya, bila usia kehamilan sudah
6 bulan ke atas, ibu mengatur makanannya sesuai dengan gizi seimbang termasuk
banyak makan sayur dan buah-buahan segar.
Eva juga mewanti-wanti agar kaum ibu jangan salah kaprah menafsirkan bahwa
karena hamil ia harus makan untuk dua orang alias dua porsi. Hal ini tak benar.
Kebutuhan wanita dewasa sehari-harinya itu, kan, 2.000 kalori. Jadi, bukan
berarti saat hamil harus digandakan. Yang benar, ibu hamil perlu tambahan kalori
sebanyak 300 kalori. Jadi, yang dibutuhkan sebetulnya hanya 2.300 kalori.
Berat lahir akan mempengaruhi BB anak selanjutnya. Jadi, kalau bayinya kecil,
nantinya pun akan kecil, dan sebaliknya. Umumnya, kenaikan BB di bulan
pertama kira-kira 1-1,5 kg. Bulan kedua kenaikannya antara 3/4-1 kg. Bulan
ketiga naik antara 1/2-3/4 kg. Makin bertambah usianya, kenaikan BB tak terlalu
besar. Biasanya berat bayi setelah usia 4-5 bulan akan jadi dua kali berat lahir.
Usia setahun jadi 3 kali berat lahir. Jadi, kalau berat bayi lahir 4 kg, usia 4-5 bulan
mencapai 8 kg, dan usia setahun jadi 12 kg. Walaupun perkiraan itu bukan harga
mati, karena tak semua bayi dengan berat lahir 4 kg akan berukuran 12 kg saat

usia setahun. Tapi masih disebut normal bila plus-minusnya 2 kg. Misal,
beratnya hanya 10 kg, jelas Eva. Untuk kenaikan berat badan ini, tambahnya, ada
kurva normal yang menentukan berat anak apakah termasuk kurang, normal atau
berlebih.
Faktor yang mempengaruhi BB anak antara lain asupan makanan yang baik,
terutama dari ASI selama 6 bulan pertama. Bukan itu saja. Faktor penyakit bisa
menyebabkan pertumbuhan BB anak tak maksimal. Penyakit yang bisa dijumpai
pada usia bayi adalah penyakit jantung bawaan. Jantung itu penting sekali untuk
mengalirkan darah yang membawa zat-zat makanan. Kalau jantungnya bocor,
darah bersih dan kotor akan bercampur, dengan demikian tubuh pun akan
kekurangan oksigen yang menyebabkan gangguan pertumbuhan. Penyakit
jantung bawaan pun berpengaruh pada daya isap bayi yang tak baik, dengan
demikian asupan makannya pun berkurang. Selain itu, penyakit diare juga dapat
mengganggu pertumbuhan. Kalau dalam seharinya bisa 15 kali BAB, tentu
makanan yang masuk hanya sekadar lewat, tak ada yang diserap tubuh. Demikian
pula penyakit batuk-batuk atau kelainan paru-paru bawaan juga bisa menyebabkan
pertumbuhan anak tak maksimal. Bukankah penyakit ini akan menimbulkan sesak
nafas hingga menyebabkan daya isap bayi juga tak kuat? Berarti pemasukan
makannya pun kurang. Hal ini akan berpengaruh pada metabolismenya, membuat
BB anak pun jadi tak optimal atau kurus.
TB (Tinggi Badan)
Menurut Eva, pertumbuhan TB bayi juga dipengaruhi asupan makanan. Bila
asupannya kurang, anak pun akan jadi kurus dan pendek. Selain juga akan
menganggu perkembangan otaknya. Berbeda dengan orang dewasa, yang bila
asupan makanannya kurang, mungkin hanya mempengaruhi BB-nya, sementara
tingginya tidak jadi berkurang atau pendek, karena pertumbuhannya sudah selesai.
Umumnya bayi baru lahir memiliki tinggi antara 45 cm-52 cm. Pertumbuhan TB
anak cepat sekali. Usia setahun, misal, tingginya akan 1 1/2 kali panjang lahir, dan
usia 4 tahun 2 kali panjang lahir. Jadi, semisal panjang lahirnya 50 cm, saat usia
setahun tingginya 75 cm dan usia 4 tahun 100 cm. Jika makanannya kurang, TBnya pun tak mencapai 75 cm di usia setahun. Selain faktor makanan, TB juga
dipengaruhi faktor genetik. Jadi, kalau TB-nya kurang, perlu dilihat pula

bagaimana genetiknya atau tinggi badan orang tuanya. Apakah ayah atau ibunya
tinggi atau pendek.
Ketika badan meninggi, tulang-tulang ikut bertambah panjang, terutama tulangtulang panjang, seperti tulang tangan atas-bawah dan tungkai atas-bawah. Dengan
bertambah usia, tulang yang masih rawan atau yang berada di ujung-ujung tulang
panjang itulah yang akan terus bertumbuh. Faktor yang berperan pada percepatan
pertumbuhan tulang ini adalah makanan yang mengandung kalsium. Jika
kalsiumnya cukup, tentu pertumbuhan tulangnya juga bagus, kecuali anak-anak
dengan kelainan bawaan, seperti penyakit ricket (rachitis) atau kurang vitamin D,
hingga tulang-tulangnya akan tetap pendek.
Lingkar Kepala
Lingkar kepala berkaitan dengan pertumbuhan otak. Pada bayi baru lahir, ukuran
kepalanya umumnya kecil karenasutura-sutura-nya (sambungan tulang kepalanya)
belum menyatu atau belum terikat. Nah, dengan bertambah usia, tulang-tulang
rawan yang masih belum terikat itu akan meregang karena pertumbuhan otak,
hingga ukuran lingkar kepala bayi pun bertambah besar. Sampai usia 5 tahun,
tulang-tulang rawan itu akan jadi tulang tetap. Jika tulang kepala tak berkembang,
otak yang berada di dalamnya tak punya ruang untuk berkembang. Akibatnya,
otak akan terjepit dan membuat ia mengalami kejang-kejang. Kepala yang kecil
inilah yang dinamakan mikrosefalus.
Umumnya lingkar kepala bayi baru lahir berkisar antara 35 cm dengan standar
deviasi atau plus minus 2 cm. Bila ukurannya kecil, bisa diduga ada kelainan,
hingga harus dilakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui apakah pertumbuhan
otaknya tak sempurna atau tak normal. Tapi jangan pula terpaku pada anggapan
kalau anak memiliki kepala yang lebih besar akan pintar dan kalau kepala lebih
kecil akan bodoh. Sebab, yang harus dilihat bukan hanya lingkar kepala saja, tapi
juga kedalaman korteks otak. Ada juga yang otaknya kecil, tapi sulkus-nya
(lekukannya) dalam-dalam. Jadi, kalau korteks-nya diukur sebetulnya luas. Otak
manusia dibagi dua bagian. Bagian dalam dinamakan medula, dan bagian luarnya
dinamakan korteks. Pada manusia, korteks lebih tebal dibanding medula. Nah,
pada binatang justru sebaliknya. Karena itu memori manusia lebih besar dari
binatang. Manusia bisa bicara, menulis, membaca, dan sebagainya.

Kerasnya Otot
Asupan makanan yang masuk juga menentukan tonus otot bayi. Ada, kan, bayi
yang otot-ototnya tampak lembek, tapi ada juga yang agak keras atau padat.
Biasanya bayi yang diberi ASI, tonus ototnya lebih baik dibanding yang mendapat
susu botol. Selain itu, kalau diukur otot lingkar lengan atasnya akan lebih besar.
Dengan otot lingkar lengan atasnya lebih besar berarti ada ketebalan lemak di
bawah kulitnya, kan? Pengukuran lingkar lengan atas ini dilakukan untuk melihat
status gizi anak dan biasanya dikerjakan oleh ahli gizi. Memang, pengukuran
lingkar lengan atas ini jarang sekali dilakukan untuk pemeriksaan, kecuali untuk
tujuan penelitian.
Di usia bayi, kekerasan dan kekuatan ototnya tergantung pula pada latihan.
Biasanya otot-otot yang terlatih adalah otot mulut karena dia mengisap ASI, selain
juga otot leher, tangan, dan kaki. Kalau ototnya kuat atau keras, maka
perkembangan motorik kasarnya pun akan lebih cepat.
Di usia 2 bulan biasanya bayi bisa mengangkat lehernya. Pada usia 3-4 bulan
mengangkat tegak lehernya 90 derajat. Sekitar usia 4-5 bulan sudah bisa
tengkurap dan membalik-balikan badannya. Kemudian, sekitar usia 6-7 bulan
sudah duduk sendiri. Usia 8-9 bulan berdiri, dan 9-12 bulan berjalan.
Begitupun dengan perkembangan motorik halusnya. Bayi usia 0-12 bulan
perkembangan motorik halusnya antara lain; dapat menjangkau, menggenggam
dan memasukkan benda ke dalam mulut. Mengenai benda dengan menggunakan
jempol dan satu jari. Memindahkan benda dari tangannya. Menjatuhkan benda
mainan dan memunggutnya kembali.
Semua perkembangan di atas tergantung kekuatan ototnya. Bila ototnya lemah
maka akan mengganggu perkembangan motorik kasar dan halusnya tersebut.
Perkembangan motorik
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang
mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak.Semakin matangnya perkembangan
system syaraf otak yang mengatur otot m,emungkinkan berkembangnya
kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi
menjadi dua:

1. Keterampilan motorik kasar meliputi kegiatan otot-otot besar seperti


menggerakkan lengan dan berjalan.
2. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi meliputi gerakangerakan menyesuaikan secara lebih halus, seperti ketangakasan jari[2].
Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak
melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya
bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk
melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut,
anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang
menarik baginya.
Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan
sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan
baru tersebut merupakan hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system
syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak
yang memotivasinya untuk bergerak dan juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun
berhubungan dengan aspek psikologis anak.
Namun secara ringkas perkembangan bayi dapat digolongkan dalam dua fase.

DAFTAR PUSTAKA
http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/06/psikologi-perkembangan-fisik-padamasa.html

You might also like