Professional Documents
Culture Documents
id/artikel_detail-35840-Kep
%20Pencernaan-Askep%20Apendisitis.html
Askep Apendisitis
diposting oleh Nuzulul Zulkarnain Haq pada 19 October 2011
di Kep Pencernaan - Copyright (c) 2015 Nuzulul Zulkarnain Haq. All rights
reserved.
Lihat komentar
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.2 Tujuan umum
Menjelaskan konsep dan proses asuhan keperawatan pada apendisitis.
1.3.2 Tujuan khusus
Mengidentifikasi definisi dari apendisitis
Mengidentifikasi anatomi dan fisiologi apendisitis
Mengidentifikasi etiologi dari apendisitis
Mengidentifikasi patofisiologi dari apendisitis
Mengidentifikasi manifestasi klinis dari apendisitis
Mengidentifikasi proses keperawatan dari apendisitis
1.4 Manfaat
1.4.1
1.4.2
Mahasiswa mampu melakukan proses asuhan keperawatan
pada apendisitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut
pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum
untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang
terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan
oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
(Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi
bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan
saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus
besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking
tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian
usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang
senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim,
Apendisitis, 2007)
2.3 Etiologi
Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetus apendisitis. Sumbatan
pada lumen apendiks merupakan faktor penyebab dari apendisitis akut,
di samping hiperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, timbuan tinja/feces
yang keras (fekalit), tumor apendiks, cacing ascaris, benda asing dalam
tubuh (biji cabai, biji jambu, dll) juga dapat menyebabkan sumbatan.
Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering
ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyebab appendisitis adalah
faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasia jaringan limfoid.
Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri
untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia
sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia
Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada
peradangan usus buntu.(Anonim,2008)
Klasifikas pendisitis
Apendisitis akut
Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks.
Apendisitis akut pada dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya
akan diikuti oleh proses infeksi dari apendiks.
Penyebab obstruksi dapat berupa :
1. Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.
2. Fekalit
3. Benda asing
4. Tumor.
Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang diproduksi
tidak dapat keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan
intra luminer sehingga menyebabkan tekanan intra mukosa juga semakin
tinggi.
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding
apendiks sehingga terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus /
nanah pada dinding apendiks.
Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran
infeksi dari organ lain yang kemudian menyebar secara hematogen ke
apendiks.
Apendisitis kronik
Apendissitis rekurens
Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri
berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan
hasil patologi menunjukan peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila
serangn apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun,
apendisitis tidak perna kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis
dan jaringan parut. Resiko untuk terjadinya serangn lagi sekitar 50
persen. Insidens apendisitis rekurens biasanya dilakukan apendektomi
yang diperiksa secara patologik.
Mukokel Apendiks
Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin
akibat adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa
jaringan fibrosa. Jika isi lumen steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi.
Walaupun jarang,mukokel dapat disebabkan oleh suatu kistadenoma
yang dicurigai bisa menjadi ganas.
Penderita sering datang dengan eluhan ringan berupa rasa tidak enak di
perut kanan bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka
kanan. Suatu saat bila terjadi infeksi, akan timbul tanda apendisitis akut.
Pengobatannya adalah apendiktomi.
Tumor Apendiks
Adenokarsinoma apendiks
Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan kebetulan sewaktu
apendektomi atas indikasi apendisitis akut. Karena bisa metastasis ke
Karsinoid Apendiks
Ini merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang
didiagnosis prabedah,tetapi ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan patologi atas spesimen apendiks dengan diagnosis
prabedah apendisitis akut. Sindrom karsinoid berupa rangsangan
kemerahan (flushing) pada muka, sesak napas karena spasme bronkus,
dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar 6% kasus tumor karsinoid
perut. Sel tumor memproduksi serotonin yang menyebabkan gejala
tersebut di atas.
Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata bisa
memberikan residif dan adanya metastasis sehingga diperlukan opersai
radikal. Bila spesimen patologik apendiks menunjukkan karsinoid dan
pangkal tidak bebas tumor, dilakukan operasi ulang reseksi ileosekal atau
hemikolektomi kanan
2.4 Patofisiologi
Pada umumnya obstruksi pada appendiks ini terjadi karena :
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji bijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk
dll.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
e. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
streptococcus
f. Laki laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan
jaringan limpoid pada masa tersebut.
g. Tergantung pada bentuk appendiks
h. Appendik yang terlalu panjang.
i, Messo appendiks yang pendek.
j. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag
dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan
terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa
mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke
perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut
yaitu nyeri pd titik Mc Burney (titik tengah antara umbilicus dan Krista
iliaka kanan).
Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak usus
buntu itu sendiri terhadap usus besar, Apabila ujung usus buntu
menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya akan sama dengan sensasi
nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila
posisi usus buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan
tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa
nyeri mungkin tidak spesifik. (Anonim, 2008)
Pemeriksaan Diagnosa Penyakit
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
menentukan dan mendiagnosa adanya penyakit radang usus buntu
(Appendicitis). Diantaranya adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiology:
Pemeriksaan fisik.
Inspeksi: akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut
dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).
Palpasi: didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan
bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana
merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.
Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat
tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah (psoas sign)
Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila
pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.
Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih
menunjang lagi adanya radang usus buntu.
Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji Psoas akan positif dan
tanda perangsangan peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan bila
apendiks terletak di rongga pelvis maka Obturator sign akan positif dan
tanda perangsangan peritoneum akan lebih menonjol
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah
kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000
2.6 Penatalaksanaan
Tidak ada penatalaksanaan appendicsitis, sampai pembedahan dapat di
lakukan. Cairan intra vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah
meliputi pengangkatan appendics dalam 24 jam sampai 48 jam awitan
manifestasi. Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi kecil/laparoskop.
Bila operasi dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5%.
Penundaan selalu menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis.
Pembedahan sering ditunda namun karena dianggap sulit dibuat dan
klien sering mencari bantuan medis tapi lambat. Bila terjadi perforasi
klien memerlukan antibiotik dan drainase.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat apendisitis yang taktertangani
yakni:
1. Perforasi dengan pembentukan abses.
2. Peritonitis generalisata
3. Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
STUDY KASUS
Tn. RJ berusia 28th datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri
pada perutnya, nyeri terus bertambah hingga menjalar sampai ke perut
sebelah kanan bawah. Nyeri dirasakan Tn.RJ terus menerus dan
dirasakan 3 hari sebelum ke rumah sakit. Selain nyeri Tn.RJ juga
mengeluh rasa mual dan muntah. Disertai demam tinggi ketika nyeri
dirasakan.
3.2 PENGKAJIAN
3.1.1
Anamnesa
Data demografi
Nama
Tn. RJ
Umur
27 th
Jenis kelamin
Laki-Laki
Status
Kawin
Agama
islam
Suku bangsa
jawa
Pendidikan
Pekerjaan
Sarjana
swasta
Alamat
kenjeran baru 2A
Dx medis
apendisitis
Keluhan utama.
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke
perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin
beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium
dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terus-menerus.
Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan muntah, panas.
Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien
sekarang.
Riwayat penyakit sekarang
3.1.2
Pemeriksaan Fisik.
B1 (Breathing)
: Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
B2 (Blood)
B3 (Brain)
: Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang.
Data psikologis Klien
nampak gelisah.
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
: Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan,
penurunan atau
tidak ada bising usus. Nyeri/kenyamanan nyeri
abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan
terlokalisasi pada titik Mc. Burney. Berat badan sebagai indikator untuk
menentukan pemberian obat. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi
Konstipasi pada awitan awal dan kadang-kadang terjadi diare
B6 (Bone)
: Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi
ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
3.1.2
Pemeriksaan diagnostic
Intervensi
Rasional
Mandiri
Awasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan
mental, meningkatkan nyeri abdomen.
Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptic.
Berikan perawatan paripurna.
Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/drein (bisa
dimasukkan), adanya eritema.
Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat.
Kolaborasi
Ambil contoh drainase bila diindikasikan.
Diagnose keperawatan
bedah
kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Mandiri
Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, berat (skala 0-10). Sakit dan
laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
Kolaborasi
Pertahankan puasa/penghisapan NG pada awal
Berikan analgesic sesuai indikasi
kriteria hasil
penyakit, pengobatan dan
Intervensi
Rasional
Mandiri
Kaji ulang pembatasan aktivitas pascaoperasi
Implementasi
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa
serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk
mencapai hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi
bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan
saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus
besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking
tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian
usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang
senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain:
1
Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya
mual dan muntah.
2
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan tubuh.
3
4
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan
dengan informasi kurang.
5
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
menurun.
6
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang
dirasakan
Divertikula dalam bahasa latinnya (diverticulum) adalah Penonjolan
keluar abnormal berbentuk katong yang terbentuk dari lapisan usus yang
meluas sepanjang defek di lapisan otot, merupakan penonjolan dari
mukosa serta submukosa. Divertikulitis terjadi bila makanan dan bakteri
tertahan di suatu divertikulum yang menghasilkan infeksi dan inflamasi
yang dapat membentuk drainase dan akhirnya menimbulkan perforasi
atau pembentukan abses.
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan yakni:
Nyeri berhubungan dengan diverticulitis
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan komplikasi sekunder
terhadap penyakit divertikuler
1.2 Saran
Daftar Pustaka