You are on page 1of 9

Asuhan Kebidanan Komunitas Tentang

PROMOSI TABULIN, DONOR DARAH


BERJALAN DAN AMBULANCE DESA,
SUAMI SIAGA, BERPERAN AKTIF DALAM
KEGIATAN SATGAS GSI
ASUHAN KEBIDANAN V
(KEBIDANAN KOMUNITAS)
PROMOSI TABULIN, DONOR DARAH BERJALAN DAN AMBULANCE DESA, SUAMI
SIAGA, BERPERAN AKTIF DALAM KEGIATAN SATGAS GSI

Dosen Pengampu : Cahaya Kasih Lisda Girsang,S.Si.T


Di Susun Oleh :
1. Nolvian (10.007)
2. Sutini (10.008)
3. Siti Maula Nikmatul.M (10.009)
4. Siti Nursaidah (10.010)
5. Eka dewiyanti (09.007)
6. Dwi Retnoningsih (09.022)

AKADEMI KEBIDANAN SOKO TUNGGAL


SEMARANG
2012
TINJAUAN PUSTAKA

Promosi TABULIN, donor darah berjalan dan ambulance desa, suami SIAGA, berperan aktif dalam
kegiatan SATGAS GSI
1. PROMOSI TABULIN
Tabulin adalah tabungan social yang dilakukan oleh calon pengantin, ibu hamil dan ibu yang akan
hamil maupun oleh masyarakat untuk biaya pemeriksaan kehamilan dan persalinan serta
pemeliharaan kesehatan selama nofas. Penyetoran tabulin dilakukan sekali untuk satu masa
kehamilan dan persalinan kedalam rekening tabulin
a.

Langkah-langkah perlu diperhatikan dalam pembiayaan kesehatan.


Pengalokasian / pemanfaatan pembiayaan kesehatan
Identifikasi sumber dana yang sudah ada dan yang akan dikembangkan

Cara pengelolaan dan pembelajaran perlu kejelasan dalam hal mekanisme pengumpulan dana,

kesempatan pengelolaan dan sistem kontrak.


Kesiapan keluarga dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembiayaan kesehatan yang telah
dan akakn dikembangkan.

b. Indikator keberhasilan pembiayaan kesehatan


Dana terhimpun, masyarakat yang berpartisipasi dalam pembiayaan kesehatan masyarakat
Pengalokasian tepat sasaran sesuai berbagai kebutuhan kesehatan (promotif, preventif, koratif,

rehabilitatif)
Pengelolaan dan pemanfaatan tertib, mudah, lancar

Berkesinambungan kegiatan
Tabulin atau tabungan ibu bersalin merupakan bagian dari program yang ada, dimana Ikatan
Bidan Indonesia (IBI) selaku mitra Depkes dan BKKBN turut membina masyarakat untuk sosialisasi
program ini. Selain ituutk biaya melahirkan, Tabulin juga bisa dipakai sebagai penunjang biaya
pasca persalinan.
Sebelum ada desa siaga sudah dimulai dengan tabungan Ibu bersalin (Tabulin). Jadi kita
menerangkan ke Ibu hamil dan keluarganya, meskipun kaya. Justru orang kaya tersebut
memberikan contoh kepada orang-orang yang tidak mampu untuk menabung. Dan Ibu hamil di
berikan buku yang dibawa setiap pemeriksaan.
c. Mekanisme Tabulin
Tabungan itu terbentuk berdasarkan Rw. atau Posyandu. Bila posyandunya empat, maka
tabungannya ada empat didesa itu. Sedankan Dasolin (Dana Sosial / Bersalin) mekanismenya yaitu,
masyarakat yang pasang usia subur juga Ibu yang mempunyai balita dianjurkan menabung, yang

kegunaannya untuk membantu ibu saat hamil lagi.


Adapun manfaat dari tabulin antara lain :
Sebagai tabungan / simpanan itu yang digunakan untuk biaya persalinan atau sesudah persalinan

Ibu dan keluarga tidak merasa terbebani terhadap biaya persalinan.


2. DONOR DARAH BERJALAN
Donor darah berjalan adalah donor yang dilakukan tiap hari. Donor darah berjalan ini adalah
program PMI untuk memenuhi pasokan darah d PMI karena PMI sering mengalami kekurangan
pasokan darah sedangkan yang membutuhkan donor darah sangat banyak.
a.

Manfaat Donor Darah


Selain segi sosial dan derma yang dapat dijadikan dorongan mengapa kita perlu mendonorkan darah
secara rutin, terdapat beberapa manfaat medis dari donor darah secara teratur. Donor darah
terutama baik bagi mereka yang memiliki kandungan besi dalam darah berlebihan karena besi yang
berlebih cenderung akan menumpuk pada berbagai organ vital seperti jantung, liver, ginjal dan
mengganggu fungsinya (hemokromatosis). Selain itu, beberapa penelitian medis, walaupun belum
sempurna dijelaskan secara medis, mengemukakan bahwa donor darah rutin akan membantu
kelancaran aliran darah (sistem kardiovaskular).

b. Syarat Donor Darah (yang tertera di vitamin penambah darah) :


1) Berbadan sehat
2)
3)

Berusia 17-65 tahun


Berat badan > 45 kg

4)
5)

Tidak sedang menderita penyakit


Wanita : tidak edang hamil dan menyusui

6)

Jarak waktu donor darah min 3 bulan


Syarat tambahan yang tidak tertulis dan kita harus tahu

1) Kandungan hemoglobin dalam darah > 12,5 (CMIIW)


2) Spesial buat wanita, tidak sedang haid dan jarak setelah haid dengan waktu donor darah sebaiknya 1
minggu.
c.

Yang boleh mendonorkan darah


Prinsipnya semua manusia sehat (terutama dewasa) boleh untuk mendonorkan darahnya.
Orang yang sudah lanjut usia boleh mendonorkan darah, dengan catatan mereka tidak
memiliki penyakit serius (penyakit jantung, ginjal, dehidrasi-anemia). Pendonor lansia pasca donor
sebaiknya berbaring sekurang-kurangnya 15 menit terlebih dahulu jangan langsung berdiri dan
berjalan. Hal ini dikarenakan respon sistem otonom dalam kontrol tekanan darah seringkali
terganggu pada usia lanjut sehingga mudah terjadi hipotensi orthostatic (tekanan darah anjlok tibatiba karena perubahan postur tubuh dari berbaring ke tegak/semi tegak).

Ibu hamil masih boleh mendonorkan darahnya dengan beberapa perhatian misalnya :
relatif lebih aman jika sedang hamil di tengah-tengah bulan (bukan hamil muda maupun tua)
kondisi fisik ibu maupun si janin harus fit; tidak ada permasalahan dengan kehamilannya

mengingat anemia umum sering dijumpai pada ibu hamil, maka pemeriksaan kadar Hb dan

Hematokrit perlu dilakukan sebelumnya.

Pada ibu yang hamil tua, posisi selama berbaring mendonorkan darahnya sebaiknya diatur
sedemikian rupa yaitu dalam posisi setengah duduk atau berbaring miring kiri. Posisi terlentang
dapat mengurangi aliran darah ke janin karena pembuluh darah dalam perut tertekan oleh rahim
yang besar dan jatuh ke belakang.
d. Tips dan Trik buat yang mau donor darah
Pastikan perut terisi sebelum donor (sarapan dulu)
Malam hari sebelum donor, tidur cukup

Buat yang tekanan darah agak rendah,olahraga ringan sebelum donor.


Tekanan darah normal 120/80. Tekanan darah 100-110 / 70-80 biasanya masi diperbolehkan donor.

Rileks waktu jarum suntik akan disuntikkan

e. Tips untuk pendonor darah pertama


Jika belum pernah donor, biasanya setelah donor agak pusing. Bahkan bisa jadi pingsan.
Kalo terasa pusing pada waktu donor (darah masih mengalir), segera bilang ke petugas. Setelah
donor dipaksakan istirahat sebentar di tempat donor.
Jangan berjalan dulu. Duduk secara perlahan. Pada wanita, sebaiknya dicari saat donor
darah yang tidak bersamaan dengan saat menstruasi. Hal ini untuk mengurangi lebih banyak lagi
kehilangan darah dan anemia.
3. AMBULANCE DESA

a. Pengertian
Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong dan saling peduli sesama warga

desa dalam sistem rujukan dari desa ke unit rujukan kesehatan yang berbentuk alat transportasi.
Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk mengantarkan warga yang
membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat pelayanan kesehatan.

d. Tujuan
Tujuan umum.
Mempercepat penurunan AKI karena hamil, nifas dan melahirkan.
Tujuan khusus.
Mempercepat pelayanan kegawat daruratan masa1ah kesehatan, bencana serta kesiapsiagaan
mengatasi masalah kesehatan yang terjadi atau mungkin terjadi.
e.

Sasaran
Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perubahan prilaku individu dan keluarga yang
dapat menciptakan iklim yang kondusif terhadap perubahan prilaku tersebut. Semua individu dan
keluarga yang tanggap dan peduli terhadap permasalahan kesehatan dalam hal ini kesiapsiagaan
memenuhi sarana transportasi sebagai ambulan desa.

f.

Kriteria

1) Kendaraan yang bermesin yang sesuai standart (mobil sehat)

2) Mobil pribadi, perusahaan, pemerintah pengusaha .


3) ONLINE (siap pakai)

g. Indikator Proses Pembentukan Ambulan Desa


1) Ada forum kesehatan desa yang aktif
2) Gerakan bersama atau gotong royong oleh masyarakat dalam upaya mencegah dan mengatasi
masalah kesehatan. bencana serta kegawat daruratan kesehatan dengan pengendalian faktor
resikonya.
3) UKBM berkualitas
4) Pengamatan dan pemantauan masalah kesehatan.
5) Penurunan kasus masalah kesehatan, bencana atau kegawat daruratan kesehatan.

4. SUAMI SIAGA
a. Definisi
Siap, suami hendaknya waspada dan bertindak atau mengantisipasi jika melihat tanda bahaya

kehamilan.
Antar, suami hendaknya merencanakan angkutan dan menyediakan donor darah jika diperlukan.
Jaga, suami hendaknya mendampingi istri selama proses dan selesai persalinan.
Suami Siaga:
Dalam konsep suami siaga, seorang suami dengan istri yang sedang hamil diharapkan siap
mewaspadai setiap risiko kehamilan yang muncul, menjaga agar istri tidak melakukan hal-hal yang
mengganggu kesehatan dan kehamilannya, serta segera mengantar ke rujukan terdekat bila ada
tanda-tanda komplikasi kehamilan.
5. BERPERAN AKTIF DALAM SATGAS GSI
a. Pengertian
Gerakan sayang Ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas perempuan
utamanya melalui percepatan penurunan angka kematian ibu yang dilaksanakan bersama-sama oleh
pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia dengan
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian dalam upaya integrative dan sinergis.
GSI didukung pula oleh Aliansi Pita Putih (White Ribbon Alliance) yaitu suatu aliansi yang
ditujukan untuk mengenang semua wanita yang meninggal karena kehamilan dan melahirkan. Pita
putih merupakan symbol kepedulian terhadap keselamatan ibu yang menyatukan individu,
organisasi dan masyarakat yang bekerjasama untuk mengupayakan kehamilan dan persalinan yang
aman bagi setiap wanita.
GSI diharapkan dapat menggerakkan masyarakat untuk aktif terlibat dalam kegiatan seperti
membuat tabulin, pemetaan bumil dn donor darah serta ambulan desa. Untuk mendukung GSI,
dikembangkan juga program suami SIAGA dimana suami sudah menyiapkan biaya pemeriksaan dan

persalinan, siap mengantar istri ke tempat pemeriksaan dan tempt persalinan serta siap menjaga
dan menunggui saat istri melahirkan.
3 (tiga) unsur pokok :
Pertama
: Gerakan Sayang Ibu merupakan gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat
bersama dengan pemerintah.
Kedua : Gerakan Sayang Ibu mempunyai tujuan untuk peningkatan dan perbaikan kualitas hidup
perempuan sebagai sumber daya manusia.
Ketiga : Gerakan Sayang Ibu bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu karena
hamil, melahirkan dan nifas.
b. Tujuan gerakan sayang ibu
Menurunkan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta menurunkan angka
kematian bayi.
Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai Penyakit menular Seksual (PMS).
Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai perawatan kehamilan, proses
melahirkan yang sehat, pemberian ASI Ekslusif dan perawatan bayi.
Memantapkan komitmen dan dukungn terhadap Gerakan Sayang Ibu.

Meningkatkan kepedulian dan dukungan sector terkait terhadap upaya-upaya penanggulangan

penyebab kematian ibu dan bayi secara terpadu.


Memantapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam mengembangkan dan membangun

mekanisme rujukan sesuai dengan kondisi daerah.


Meningkatkan kepedulian dan peran serta institusi masyarakat dan swasta (LSM, organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi) dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi

dalam pengumpulan data ibu hamil, bersalin dan nifas di tingkat kelurahan dan kecamatan.
Meningkatkan fungsi dan peran institusi kesehatan baik pemerintah maupun swasta dalam
pelayanan kesehatan yang aman, ramah dan nyaman bagi ibui dan bayi.
Meningkatkan upaya masyarakat dalam mengubah budaya masyarakat yang merugikan kesehatan
ibu hamil, bersalin, nifas serta bayi yang dilahirkan.
Meningkatkan upaya pengembangan dana perawatan ibu hamil, bersalin, nifas serta perawatan bayi
di setiap wilayah kelurahan dibawah koordinasi camat.
c. Sasaran gerakan sayang ibu
1) Langsung : Caten (Calon Penganten)

Pasangan Usia Subur (PUS)

Ibu hamil, bersalin dan nifas

Ibu meneteki masa perawatan bayi


Pria/Suami dan seluruh anggota keluarga

2) Tidak langsung : Sektor terkait


Institusi kesehatan

Institusi Masyarakat

Tokoh masyarakat dan agama


Kaum bapak/pria

Media massa

1)

d. Ruang lingkup gerakan sayang ibu


Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak melalui upaya penurunan angka kematian ibu

2)

dan bayi.
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku suami istri dan masyarakat mengenai hak-hak

3)

Reproduksi dan Kesehatan Reproduksi.


Menghilagkan hambatan-hambatan yang mempengaruhi upaya peningkatan kualitas hidup
perempuan.

e. Strategi gerakan sayang ibu


Melalui pendekatan kemasyarakatan, dikembangkan dalam bentuk :
1) Desentralisasi
2) Kemandirian
3) Keluarga
4) Kemitraan
f. Perencanaan dan pelaksanaan gerakan sayang ibu
Melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1) Identifikasi masalah
2) Penentuan masalah
3) Penentuan tujuan
4) Pengembangan alternatif pemecahan masalah
5) Penentuan rencana operasional

Terdiri dari : Langkah kegiatan ( jadwal kegiatan)


Tenaga pelaksana

Dukungan dana dan saran


Monitoring dan Pelaporan

Evaluasi kegiatan

g. Pelaksanaan kegiatan gerakan sayang ibu


1) Unsur Opersional
Kegiatan advokasi dan KIE
Pengembangan pesan advokasi dan KIE GSI

Pemberdayaan dalm keluarga, masyarakat dan tempat pelayanan kesehatan


Memadukan kegiatan GSI, pondok bersalin dan posyandu

2) Unsur Pendukung
Orientasi dan penelitian

Pendataan, pemantauan, pemetaan bumil, bulin, bufas dan bayi

Pengembangan tata cara rujukan


Mendukung upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan

Peningkatan peran bidan

h. Tugas Pokok Satgas Gerakan Sayang Ibu meliputi :


1) Menyusun rencana kerja dalam rangka menurunkan AKI dan AKB serta mengumpulkan dana untuk
ambulance kecamatan dan tabulin.
2) Advokasi kepada TOMA, TOGA dan TOPOL dapat mendukung GSI wilayah tersebut.
3) Penyuluhan kepada keluarga serta bumil, bulin, bufas dan ibu yang mempunyai bayi di masyarakat.
4) Mengumpulkan data informasi bumil, bulin, bufas dan bayi yang dilakukan.
5) Memberikan tanda pada bumil beresiko tinggi untuk kemudian dipantau dan di informasikan ke
bidan puskesmas.
6) Membantu merujuk.

i.

Memantau Keberhasilan Gerakan sayang Ibu (GSI)


Beberapa hal yang perlu dipantau untuk melihat keberhasilan pelaksanaan GSI antara lain :
1) Sektoral terkait berperan aktif dalam kegiatan operasional
2) Setiap persalinan ditolong oleh tenakes
3) Kecamatan dan kelurahan dapat melaksanakan kegiatan KIE dengan baik
4) Kecamatan dan kelurahan dapat melakukan rujukan dengan baik artinya:
Tersedianya kendaraan untuk membantu bumil melahirkan dan nifas yang membutuhkan
Tersedianya biaya untuk rujukan
Sarana pelayanan kedaruratan medik untuk setiap kasus emergensi kehamilan, persalinan dan nifas
j. Indikator keberhasilan sebelum dan sesudah GSI
Semakin dan mantapnya peranan organisasi masyarakat dalam GSI, seperti :
1) Meningkatkan dan mantapnya masyarakat menjadi kader KIE GSI
2)

Mendata ibu hamil dalam lingkungannya termasuk data mengenai :


Jumlah ibu hamil

Umur kehamilan, riwayat kehamilan, persalinan dan rencana persalinan


Mengenai kehamilan yang beresiko dan rencana tindak lanjutnya
3) Menyampaikan data-data tersebut kepada Satgas GSI setempat
4) Semakin tumbuhnya ide-ide baru dari masyarakat

Semakin meningkat dan mantapnya pengetahuan dan pemahaman mengenai GSI, seperti :
Mengenai kelainan kehamilan sedini mungkin dan segera membawanya ke fasilitas kesehatan.
Mempersiapkan biaya persalinan dan perlengkapan bayi

Memeriksakan ibu hamil di sarana kesehatan atau bidan terdekat minimal 4 kali

Mempersiapkan segala kemungkinan yang dapat timbul selama kehamilan dan persalinan

(mempersiapkan donor darah, kendaraan, dsb)


Melaksanakan keadilan dan kesetaraan gender dalam rumah tangga
Memberi keluarga untuk mendapatkan pendidikan

Setinggi mungkin sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga :


Menghindarkan perkawinan remaja putri sebelum usia 20 tahun
Suami-istri merencanakan jumlah anak, waktu mengandung dengan mempertimbangkan kesehatan

istri serta memberi peluang istri untuk meningkatkan potensinya dalam berbagai bidang kehidupan
Semua kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan

Memperhatikan makanan ibu hamil dan menghindarkan ibu hamil bekerja keras
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah baik dengan GSI ataupun Safe Motherhood telah
memungkinkan ditambahnya sarana dan prasarana untuk mengajak ibu hamil dan melahirkan
makin dekat pada pelayanan medis yang bermutu.
Akan tetapi GSI juga menemui hambatan dalam pelaksanaannya, antara lain :
1. Secara Struktural
Berbagai program tersebut masih sangat birokratis sehingga orientasi yang terbentuk semata-mata
dilaksanakan karena ia adalah program wajib yang harus dilaksanakan berdasarkan SK (Surat
Keputusan).
2. Secara Kultural
Masih kuatnya anggapan/pandangan masyarakat bahwa kehamilan dan persalinan hanyalah
persoalan wanita.

You might also like