Professional Documents
Culture Documents
ATRESIA ANI
1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Pada Anak
1) Kaji biodata pasien.
2) Tanpa mekonium dalam 24 jam setelah lahir.
3) Kaji adanya pasase mekonium. Perhatikan bila mekonium tampak
pada orifisium yang tidak tepat.
4) Kaji feses yang seperti korban pada bayi yang lebih besar atau anak
kecil yang mempunyai riwayat kesulitan defekasi atau distensi
abdomen.
5) Kaji adanya tinja dalam urine dan vagina.
b. Pengkajian Pada Orang Tua
1) Kaji riwayat kehamilan
2) Kaji riwayat infeksi
3) Kaji psikososial keluarga
4) Kaji pengetahuan keluarga
c. Pemeriksaan Fisik
1) Periksa keadaan anus. Adanya malformasi anorektal tidak terbentuk
anus.
2) Perikasa ada atau tidaknya pistula rektovaginal dan fistula rekburetra
Pada pengkajian kperawatan pasien dengan atresia ani akan
ditemukan data-data sebagai berikut :
a) Penyumbatan anus ( anus tidak normal ).
b) Adanya kembung dan muntah pada 24-28 jam setelah lahir.
c) Pada bayi laki-laki dengan fistula urinary didapatkan mekonium
pada urine dan pada bayi perempuan dengan fistula urogenital
ditemukan mekonium dalam vagina.
d) Pada pemeriksaan fisik (dengan memasukkan jari kelingking
dengan memakai sarung tangan atau juga dengan memasukkan
1 | Page
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri
pada luka insisi.
7) Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body
comfort. Tidak terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena
dampak luka jahitan operasi (Doenges, 1993).
8) Pola Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan
sesudah sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab atau
perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
9) Pola Reproduksi dan Seksual
Pola ini bertujuan untuk menjelaskan fungsi sosial sebagai alat
reproduksi (Doenges, 1993).
10)Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan,
dan rumah (Doenges, 1993).
11) Pola Keyakinan
Untuk menerapkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan
ini diharapkan perawat memberikan motivasi dan pendekatan
terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah (Mediana, 1998)
b. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani
biasanya anus tampak merah, usus melebar, termometer yang
dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi
terdengar hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam waktu 24 jam setelah
bayi lahir, tinja dalam urine dan vagina. (Whaley & Wong, 1996)
2. ANALISA DATA
DATA
Penyimpangan yang
mempengaruhi asupan
cairan
Penyimpangan yang
ETIOLOGI
KEPERAWATAN
Gangguan pertumbuhan, fusi, Resiko kekurangan
pembentukan anus dari tonjolan volume cairan
embriogenik Atresia ani
Feses tidak keluar Feses
mempengaruhi absorbsi
menumpuk
cairan
tekanan
3 | Page
MASALAH
intra
peningkatan
abdominal
mual,
muntah
intra
mual,
peningkatan
abdominal
muntah
ketidakseimbangan
Kerusakan lapisan kulit
Invasi struktur tubuh
Perubahan turgor
Factor mekanik (mis. tekanan)
resiko
nutrisi
intra
peningkatan
abdominal
defekasi
mukosa
kerusakan
integritas kulit
Gangguan pertumbuhan, fusi, Resiko infeksi
pembentukan anus dari tonjolan
mengalami trauma)
menumpuk
peningkatan
Kerusakan jaringan
tekanan intra abdominal
Trauma
Pengetahuan yang tidak cukup operasi : anoplasti, kolostomi
untuk menghindari
pemajanan pathogen
Pengungkapan masalah
Keterbatasan kognitif
4 | Page
intra
peningkatan
abdominal
adekuat
kurang
informasi
kurang
pengetahuan
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi
a. Resiko kekurangan volume cairan b.d menurunnya intake, muntah
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d
Intervensi
Rasional
1. Awasi masukan dan keluaran1.Untuk memberikan informasi tentang
cairan
keseimbangan cairan
5 | Page
cairan
meningkatkan
turun
3. Observasi kulit kering, membrane3.Menunjukkan
mukosa, dan turgor kulit.
4. Kolaborasi
dalam
kehilangan
cairan
berlebihan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
b.d
Intervensi
Rasional
1. Kaji kemampuan klien untuk 1. Menentukan
pemilihan
menelan
dan
menguyah
makanan.
makanan
sehingga
mencegah
terjadinya aspirasi.
jenis
keadekuatan
memberikan
makan
saat 3. Menurunkan
resiko
klien
mengurangi
aspirasi
dan
terjadinya
rasa
saat menelan.
4. Berikan
dalam
makanan
porsi
lembut 4. Meningkatkan
sedikit
tapi
pemasukan
dan
sering.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
Pasca operasi
a. Kerusakan integritas kulit b.d kolostomi dan perbaikan pembedahan
6 | Page
kemerahan,
dan
drainage
tanda
Rasional
mengetahui apakah
kerusakan
kulit
di
ada
area
pembedahan
mengikuti
rutinitas
terjadinya
kerusakan
tetap
tentang
pentingnya
kebersihan
area
sekitar
pembedahan
bersih,
memperhatikan
dan
memberikan
kebersihan
area
pembedahan.
leukosit
Luka post operasi bersih
Intervensi
1. Pantau suhu tubuh
klien 1. Demam
Rasional
dapat terjadi
karena
infeksi
tidak)
2. Ajarkan
mencuci
7 | Page
keluarga
tangan
benar
dan
menggunakan
sabun antimikroba
3. Pertahankan teknik aseptic 3. Mencegah
perawatan luka
terjadinya
infeksi
nosokomial
pemeriksaan laboratorium
adanya infeksi
Intervensi
1. Ajarkan perawatan kolostomi 1. Agar
dan
partisipasi
dalam
perawatan
Rasional
keluarga
melakukannya
setelah
dapat
klien
dibawa pulang
gejala
yang
perlu
keluarga
untuk
kebiasaan defekasi
5. Ajarkan
keluarga
untuk
5. Membantu
defekasi
klien
memperlancar
a. Diagnosa 1
b. Diagnosa 2
Tidak terjadi penurunan BB dan BB klien sesuai dengan umurnya
c. Diagnosa 3
Penyembuhan luka tepat waktu
Tidak terjadi kerusakan disekitar area pembedahan
Tidak ada luka / lesi di kulit
Keluarga menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cedera berulang
d. Diagnosa 4
Tidak ada tanda tanda infeksi pada bekas luka pembedahan klien
Pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan peningkatan leukosit
Luka post operasi bersih
e. Diagnosa 5
9 | Page
BAB II
HISPRUNG
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Mengkaji identitas klien dan penanggung jawab yang meliputi ; nama,
umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, nama
orang tua dan alamat.
b. Status kesehatan sekarang
1) Keluhan utama :
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB,
distensi abdomen, kembung, muntah. Obstipasi merupakan tanda
utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang sering ditemukan adalah
mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir), perut
kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah muntah dan
diare.
2) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional.
Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan
ketiadaan evakuasi mekonium. Yang diperhatikan adanya keluhan
mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir, distensi abdomen dan
muntah hijau atau fekal.
Bayi sering mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala
ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang
diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga yang konstipasi
ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam.
Diare berbau busuk dapat terjadi.
10 | P a g e
11 | P a g e
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Lemah, sakit ringan, sakit berat, gelisah, rewel.
Kesadaran : dapat diisi dengan tingkat kesadaran secara
kualitatif atau kuantitaf yang dipilih sesuai dengan kondisi
klien.secara kuantitatif dapat dilakukan dengan pengukuran GCS.
Sedangkan secara kualitatif tingkat kesadaran dimulai dari
Rambut
Mata
: warna, kebersihan.
: Kaji adanya konjungtivitis, pupil, sklera, ketajaman
penglihatan
Hidung
Mulut
Gigi
Telinga
3) Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat
dilihat capilary refil, warna kulit, edema kulit.
4) Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
5) Sistem kardiovaskular
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut
nadi apikal, frekuensi denyut nadi / apikal.
6) Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising
usus, adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen,
muntah
12 | P a g e
(frekuensi
dan
karakteristik
muntah)
adanya
keram,
frekuensi nadi
Peningkatan konsentrasi urin
Membrane mukosa kering
Penurunan turgor kulit
Nyeri abdomen
Mual, muntah
Perubahan pola defekasi
Distensi abdomen
ETIOLOGI
Absensi
ganglion
MASALAH
KEPERAWATAN
Meissner Kekurangan volume
muntah
volume
Nyeri abdomen
Membrane mukosa pucat
Penurunan berat badan
13 | P a g e
(konstipasi)
Absensi ganglion
Meissner Ketidakseimbangan
mual,
muntah,
ketidakseimbangan
diare
nutrisi
Kurang pengetahuan
Absensi
ganglion
Meissner
turun
perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
b.d
Suhu tubuh 36 37 0C
Intervensi
14 | P a g e
Rasional
1. Kaji usia klien, hitung kebutuhan 1. Pada infant, 75% bagian tubuh
cairan.
adalah
cairan,
kebutuhan
penentuan
cairan
untuk
berkala,
seperti
TTV,
intake
parenteral)
(oral
dan
output
(urin,
klien
metabolisme) klien.
4. Berikan asupan cairan parenteral 4. Memenuhi
sesuai indikasi apabila anak tetap
selama
muntah.
muntah
kebutuhan
dalam
konsisi
cairan
mual
dan
muntah,
antisipasi
Intervensi
Rasional
1. Berikan bantuan enema dengan 1. Untuk mengosongkan usus
cairan Fisiologis NaCl 0,9 %
15 | P a g e
2. Observasi tanda vital dan bising 2. Untuk mengetahui adanya tandausus setiap 2 jam sekali
tanda syok
intake
yang
pengeluaran
mengetahui
mengetahui
intake
dengan
c. Ketidakseimbangan
feses
5. Respon pengobatan
dokter
jika
kurang
kebutuhan
tubuh
b.d
Kriteria hasil :
16 | P a g e
yang
Rasional
asupan
nutrisi
sebelum sakit
5. Kolaborasi
dengan
ahli
mengurangi mual/muntah
Intervensi
Rasional
1. Edukasi keluarga klien tentang 1. Memberikan
pengetahuan
kondisi penyakit
kepada
keluarga
dapat
mengurangi kecemasan
2. Ajak
keluarga
cara
bayi
kondisi penyakit
17 | P a g e
perawatan
bayi
sesuai
3. Edukasi
keluarga
opsi-opsi
(pembedahan)
penyembuhan bayi
4. Kaji
status
sosial
tindakan
dalam
keluarga
ekonomi
serta
mendeteksi
b. Diagnosa 2
c. Diagnosa 3
d. Diagnosa 4
18 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri
Kurnianianingsih (ed), Monica Ester (Alih Bahasa). edisi ke-4. Jakarta :
EGC.
19 | P a g e
Diagnosa
Keperawatan
NANDA .
20 | P a g e