You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Anak adalah permata harapan keluarga. Setiap orang mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab terhadap anak agar tumbuh sehat dengan baik,
sehat walafiat baik tubuh maupun jiwanya. Masa kanak-kanak adalah masa
yang rentan terhadap penyakit dan resiko cedera karena masa ini merupakan
masa yang aktif dan bertemperamen tinggi (Soetjiningsih, 2011)
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomi. (UU Kesehatan no.36 tahun 2009). Sedangkan
sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu
penyakit. Sakit menunjukkan dimensi fisiologis yang subjektif atau perasaan
yang terbatas yang lebih menyangkut orang yang merasakannya, yang
ditandai dengan perasaan tidak enak (unfeeling well), lemah (weakness),
pusing (dizziness), merasa kaku dan mati rasa (numbness). Mungkin saja
dengan pemeriksaan medis seseorang terserang suatu penyakit dan salah satu
organ tubuhnya terganggu fungsinya, namun dia tidak merasa sakit dan tetap
menjalankan aktivitas sehari-harinya. (Yunindyawati, 2004)
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah.

Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai
kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman
yang sangat traumatik dan penuh stress. (Supartini, 2004)
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar
dariancaman bahaya / kecelakaan. Rasa nyaman adalah suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman
(suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transeden (keadaan tentang sesuatu yang
melebihi masalah dan nyeri). (Potter & Perry, 2006)
Risiko

adalah

kemungkinan,

bahaya,

kerugian,

akibat

kurang

menyenangkan dari sesuatu perbuatan, usaha, dan sebagainya (Kamus Besar


Bahasa Indonesia, 2005). Risiko merupakan kombinasi dari kemungkinan dan
keparahan dari suatu kejadian. Besarnya risiko ditentukan oleh berbagai
faktor, seperti besarnya paparan, lokasi, pengguna, kuantiti serta kerentanan
unsur yang terlibat. (Ramli, 2010).

Risiko cidera adalah suatu kondisi

individu untuk mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang
berhubungan dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan. (NANDA,
2012).
Cedera merupakan ancaman bagi kesehatan di seluruh negara di dunia
Cedera termasuk salah satu dari beberapa penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak di dunia (Kuschithawati, et al 2007) Menurut World Health
Organization (WHO) cedera mengakibatkan 5,8 juta kematian di seluruh
dunia, dan lebih dari 3 juta kematian di antaranya terjadi di negara-negara

berkembang. Berdasarkan penelitian Kuschithawati, et al (2007) cedera


menyebabkan 7% kematian diseluruh dunia dan angka ini masih akan terus
bertambah. WHO menyebutkan bahwa tidak kurang dari 875.000 anak
dibawah 18 tahun di seluruh dunia meninggal per tahun karena cedera, baik
cedera yang disengaja maupun cedera yang tidak disengaja (Atak , 2010).
Cedera tersebut meliputi cedera lalu lintas, jatuh, terbakar, tenggelam,
keracunan dan gigitan binatang (Atak, 2010). Penyebabnya adalah karena
anak yang usianya masih kecil tidak mengetahui cara melindungi dirinya dari
cedera (Supartini, 2004). Berdasarkan data Survei Kesehatan Nasional di
Indonesia tahun 2001, cedera menempati urutan keenam dari 10 penyakit
penyebab kematian berbagai usia. Insiden cedera pada anak dan remaja
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1986 tercatat sebanyak 4.275
cedera. Meningkat pada tahun berikutnya (1987) menjadi 23.960 kasus
cedera. Selanjutnya pada tahun 1989 terjadi peningkatan dua kali lipat
menjadi 55.396 kasus cedera yang terjadi di Indonesia (Dhamayanti, 2008).
Setiap tahunnya banyak anak-anak didunia yang mengalami cacat dan
meninggal karena cedera. Diperkirakan 98% kematian anak-anak disebabkan
karena cedera, dan ini terjadi di negara dengan tingkat pendapatan rendah dan
menengah. Cedera di sebabkan karena unsur ketidaksengajaan dan
kesengajaan, baik dari diri anak sendiri ataupun dari luar (lingkungan).
(Espeland, 2005).
Seiring dengan pertumbuhan anak banyak keahlian-keahlian baru yang
dimilikinya, kemampuan untuk meraih dan memegang sesuatu, kemampuan

berguling dan merangkak menuju ke perabot rumah, berjalan, dll. Anak


perkembang pada kurun yang berbeda dengan demikian, setiap tahap
perkembangan anak dengan yang lain berbeda. Oleh sebab itu, cedera sering
kali berhubungan dengan usia dan jenis perkembangannya. (Espeland, 2005).
.Kecelakaan pada anak kebanyakan terjadi dikarenakan anak dalam
kondisi kelelahan, lapar, tidak enak badan atau frustasi ketika mereka dalam
keadaan strees (Espeland, 2005). Temperamen dan motivasi juga berperan
terjadinya kecelakaan. Anak yang bertemperamen persisten akan selalu
kembali kepada sesuatu yang dilarang. Anak yang aktivitasnya tinggi akan
sering terbentur atau lecet dibandingkan dengan anak yang kurang aktif.
Sedangkan motivasi mencerminkan anak untuk menyelesaikan sesuatu
pekerjaan dengan baik. Keinginan untuk mandiri mendorong anak untuk
melakukan sesuatu walaupun secara fisik belum mampu, seperti memanjat
pohon atau bersepeda jauh-jauh dari rumah.
Setiap tahun, 10.000 anak meninggal akibat kecelakaan di rumah yang
seharusnya sebagian besar penyebabnya bisa dicegah. Orang tua sering
khawatir berlebihan bila si kecil bermain di luar, mereka merasa lingkungan
luar rumah lebih berbahaya dan penuh kekerasan dibanding lingkungan
didalam rumah. Menurut para ahli keselamatan anak, lingkungan di dalam
dan sekitar rumah lebih berpotensi membuat si kecil cedera. Anak usia 1-4
tahun cenderung paling banyak mengalami kecelakaan di rumah. Menurut
Martin Simenc pakar keselamatan anak dari AS, anak usia balita umumnya
senang melakukan eksplorasi untuk mengetahui lebih jauh lingkungan

terdekatnya yaitu rumah. Keingintahuannya menyebabkan anak toddler ingin


meraih, memegang, atau memasukkan ke dalam mulut semua yang menarik
perhatiannya. Akibatnya anak-anak usia ini lebih sering terkena luka bakar,
terjatuh, tersedak, keracunan, atau tenggelam, dibanding mengalami
kekerasan oleh orang yang tak dikenal (Soetjiningsih, 2011).
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya
terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi
tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu
(Mansjoer, 2000). Kejang demam dapat mengakibatkan resiko cedera karena
pada saat kejang lidah bisa tergigit dan dapat beresiko jatuh.
Berdasarkan penelitian tentang kecelakaan menunjukan cedera terbanyak
disebabkan oleh terjatuh (76%), tersayat (12%), terbakar (11%), dan aspirasi
(1%). Cara pencegahan dasar yang perlu dilakukan adalah selalu mengawasi
anak, jauhkan benda benda yang berbahaya yang dapat menimbulkan cedera,
ajarkan kepada anak secara dini tata tertib yang telah ada guna menghindari
cedera pada anak.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
studi kasus tentang Asuhan Keperawatan pada Klien Anak dengan Risiko
Cedera di Ruang Catelya RSUD CILACAP.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang diatas, maka


diperoleh rumusan masalah Bagaimana asuhan keperawatan pada klien
dengan Resiko Cedera di Ruang Catelya RSUD CILACAP.
A. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengelola dan mengimplikasikan Asuhan Keperawatan pada
klien dengan masalah keperawatan resiko cedera di ruang Catelya
RSUD CILACAP.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin di capai yaitu penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan keperawatan
resiko cedera.
b. Merumuskan diagnosa keperwatan pada klien dengan keperawatan
resiko cedera.
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan

resiko

cedera.
d. Melaksanakan tindakan keperwatan pada klien dengan resiko
cedera.
e. Mengevaluasi tindakan keperwatan pada klien dengan resiko cedera.
f. Mendokumentasikan semua proses keperawatan pada klien dengan
resiko cedera.
B. Manfaat penulisan
1. Penulis
Dapat lebih meningkat tentang konsep asuhan keperawatan anak
sehingga

dapat

diterapkan

dengan

baik

dalam

membuat

pengelolaan asuhan keperawatan pada klien dengan resiko cedera.


2. Pembaca
Sebagai referensi dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan resiko cedera.
3. Institusi

Karya

tulis

pengetahuan

Ilmiah
sebagai

ini

dapat

wacana

memberikan
untuk

informasi

pembelajaran

dan

tentang

keperawatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebutuhan Dasar Manusia


Teori kebutuhan Maslow merupakan konsep aktualisasi diri yang
merupakan keinginan untuk mewujudkan kemampuan diri atau
keinginan untuk menjadi apapun yang mampu dicapai oleh setiap

individu ( Abraham Maslow).


Abraham Maslow menerangkan lima tingkatan kebutuhan dasar
manusia adalah sebagai berikut :

1. Basic needs atau kebutuhan fisiologi, merupakan kebutuhan yang


paling penting

seperti kebutuhan akan makanan. Dominasi

kebutuhan fisiologi ini relatif lebih tinggi dibanding dengan


kebutuhan

lain

dan dengan demikian

muncul kebutuhan-

kebutuhan lain.

2. Safety needs atau kebutuhan akan keselamatan, merupakan


kebutuhan yang meliputi keamanan, kemantapan, ketergantungan,
kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan
akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas kekuatan pada diri,
pelindung dan sebagainya.

3. Love needs atau kebutuhan rasa memiliki dan rasa cinta,


merupakan kebutuhan yang muncul setelah kebutuhan fisiologis
dan kebutuhan keselamatan telah terpenuhi. Artinya orang dalam
kehidupannya akan membutuhkan rasa untuk

disayang dan

menyayangi antar sesama dan untuk berkumpul dengan orang lain.

4.

Esteem needs atau kebutuhan akan harga diri. Semua orang


dalam masyarakat mempunyai kebutuhan atau menginginkan
penilaian terhadap dirinya yang mantap, mempunyai dasar yang
kuat yang biasanya bermutu tinggi akan rasa hormat diri atau
harga diri dan penghargaan dari orang lain. Kebutuhan ini di bagi

dalam dua peringkat :


a. Keinginan akan kekuatan, akan prestasi,
unggul,

dan

kemampuan,

percaya

pada

berkecukupan,
diri

sendiri,

kemerdekaan dan kebebasan.


b. Hasrat akan nama baik atau gengsi dan harga diri, prestise
(penghormatan dan penghargaan dari orang lain), status,
ketenaran dan kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian dan
martabat.

5. Self Actualitation needs atau kebutuhan akan perwujudan diri,


yakni kecenderungan untuk mewujudkan dirinya sesuai dengan
kemampuannya (Maslow dalam potter & perry, 2006).
B. Resiko Cedera
Resiko cedera adalah Suatu kondisi individu yang berisiko untuk
mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang
berhubungan dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan. (NANDA,
2012).
C. Hubungan Resiko Cedera dengan Kebutuhan Dasar Manusia
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kebutuhan dasar
manusia merupakan konsep aktualisasi diri yang merupakan keinginan
untuk mewujudkan kemampuan diri atau keinginan untuk menjadi
apapun yang mampu dicapai oleh setiap individu. Ada lima kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologi, kebutuhan akan keamanan dan
keselamatan, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan harga diri,
kebutuhan akan perwujudan diri. Kebutuhan dasar manusia merupakan

unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan


keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar
manusia menurut Abraham Maslow dalam teori Hirarki, kebutuhan
menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu
kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri.
(Kolcaba, 1992, dalam Potter dan Perry, 2006).
Beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih mendasar daripada
kebutuhan lainnya. Oleh karena itu beberapa kebutuhan harus dipenuhi
sebelum kebutuhan lainnya. Kebutuhan dasar manusia seperti makan,
air, keamanan dan cinta merupakan hal yang penting bagi manusia.
Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia tersebut dapat
digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia
dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan di dunia kesehatan. Besarnya
kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan
posisi pada rentang sehat-sakit. Jika seseorang tidak dalam keadaan
sehat maka kebutuhan dasarnya ada yang belum terpenuhi atau sedang
terganggu dan berisiko cedera. Sehingga dalam hal ini perawat sebagai
tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar
untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif
dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah
satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan,
( Kolcaba, 1992, dalam Potter dan Perry, 2006).
1. Faktor Risiko :

a. Eksternal :
1. Biologis (tingkat imunisasi komunitas, mikroorganisme)
2. Kimia (misalnya, racun, polutan, obat-obatan, agen farmasi,
alkohol, nikotin, pengawet,kosmetik, pewarna)
3. Orang (agen nosokomial, pola pemupukan, pola-pola kognitif,
afektif dan psikomotor)
4. Jenis transportasi
5. Nutrisi (vitamin, jenis makanan)
6. Fisik (desain, struktur, dan penataan komunitas, bangunan, dan
/perlengkapan)
b. Internal :
1. Profil darah yang abnormal (leukositosis atau leukopenia,
perubahan faktor penggumpalan darah, trombosiopenia,
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

menurunnya kadar hemoglobin)


Disfungsi biokimia
Usia perkembangan (psikologis,psikososial)
Disfungsi efektor
Penyakit imun/ autoimun
Disfungsi integratif
Malnutrisi
Psikologis (orientasi afektif)
Disfungsi sensori
Hipoksia jaringan
(NANDA, 2012).

2. Kriteria Yang Diharapkan Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan:


a. Pengetahuan : Keamanan Anak
b. Pengetahuan : Keamanan Pribadi
c. Status Neurologis
d. Orangtua : Keamanan Sosial
e. Kontrol Risiko
f. Kontrol Risiko : Pelemahan Pendengaran
g. Kontrol Risiko : Pelemahan Penglihatan
h. Deteksi Risiko
i. Perilaku Keamanan : Pencegahan Jatuh
j. Perilaku Keamanan : Lingkungan Fisik Rumah
k. Perilaku Keamanan : Pribadi
l. Status Kemanan : Kejadian Jatuh

m. Status Keamanan : Cedera Fisik


n. Kontrol Gejala
(NANDA, 2012).
3. Tindakan Keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi resiko
cidera:
a. Manajemen Lingkungan
b. Manajemen Lingkungan : Keamanan
c. Pencegahan Jatuh
d. Pemberian Makan
e. Pendidikan Kesehatan
f. Kewaspadaan terhadap Lateks
g. Pencegahan terhadap Hipertermia Maligna
h. Fototerapi : Neonatus
i. Peningkatan Keamanan
j. Manajemen Kejang
(NANDA, 2012).
INTERVENSI

D. INTERVENSI
Sumber : Nursing Interventions classification (NIC) (2012) & Nursing Outcomes
classification (NOC) (2012)
Jam/

DIAGNOSA

Tgl

KEPERAWATAN
Risiko Injury
Faktor-faktor risiko :
Eksternal
- Fisik (contoh :
rancangan struktur
dan arahan
masyarakat,
bangunan dan atau
perlengkapan; mode

NOC

NIC

NOC :
NIC
:
Environment
Risk Kontrol
Management
Immune status
(Manajemen lingkungan)
Safety Behavior
1. Sediakan
Setelah dilakukan tindakan
lingkungan
yang
keperawatan
selama.
aman untuk pasien
Klien tidak mengalami
2. Identifikasi
injury dengan kriterian
kebutuhan
hasil:
keamanan pasien,
1. Klien terbebas dari
sesuai
dengan

transpor atau cara


perpindahan;
Manusia atau
penyedia pelayanan)
Biologikal ( contoh
: tingkat imunisasi
dalam masyarakat,
mikroorganisme)
Kimia (obatobatan:agen farmasi,
alkohol, kafein,
nikotin, bahan
pengawet, kosmetik;
nutrien: vitamin,
jenis makanan;
racun; polutan)
Internal
Psikolgik (orientasi
afektif)
Mal nutrisi
Bentuk darah
abnormal, contoh :
leukositosis/leukope
nia
Perubahan faktor
pembekuan,
Trombositopeni
Sickle cell
Thalassemia,
Penurunan Hb,
Imun-autoimum
tidak berfungsi.
Biokimia, fungsi
regulasi (contoh :
tidak berfungsinya
sensoris)
Disfugsi gabungan
Disfungsi efektor
Hipoksia jaringan
Perkembangan usia
(fisiologik,
psikososial)
Fisik (contoh :
kerusakan kulit/tidak
utuh, berhubungan
dengan mobilitas)

cedera
2. Klien
mampu
menjelaskan
cara/metode
untukmencegah
injury/cedera
3. Klien
mampu
menjelaskan factor
risiko
dari
lingkungan/perilaku
personal
4. Mampumemodifikas
i
gaya
hidup
untukmencegah
injury
5. Menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada Mampu
mengenali
perubahan
status
kesehatan

kondisi fisik dan


fungsi
kognitif
pasien dan riwayat
penyakit terdahulu
pasien
3. Menghindarkan
lingkungan
yang
berbahaya
(misalnya
memindahkan
perabotan)
4. Memasang side rail
tempat tidur
5. Menyediakan
tempat tidur yang
nyaman dan bersih
6. Menempatkan
saklar
lampu
ditempat
yang
mudah dijangkau
pasien.
7. Membatasi
pengunjung
8. Memberikan
penerangan yang
cukup
9. Menganjurkan
keluarga
untuk
menemani pasien.
10. Mengontrol
lingkungan
dari
kebisingan
11. Memindahkan
barang-barang
yang
dapat
membahayakan
12. Berikan penjelasan
pada pasien dan
keluarga
atau
pengunjung adanya
perubahan
status
kesehatan
dan
penyebab penyakit.

BAB III
PENGKAJIAN TERFOKUS
A. FORMAT PENGKAJIAN
Nama mahasiswa

Tempat praktik

Tanggal praktik

I.

Identitas Data
Nama
Tempat/tgl lahir
Usia
Alamat
Agama
Suku bangsa
No. RM
Nama ayah/ibu

:
:
:
:
:
:
:
:

II.

Pekerjan ayah
Pekerjaan ibu
Pendidikan ayah
Pendidikan ibu
Tanggal Pengkajian
Sumber informasi
Keluhan Utama

III.

Riwayat kehamilan dan kelahiran

II.

:
:
:
:
:
:

a.

Prenatal

b.

Intra natal

c.

Post natal

Riwayat masa lampau


a.

Penyakit waktu kecil

b.

Pernah di rawat di RS

c.

Obat - obatan yang digunakan

d.

Tindakan (operasi)

e.

Alergi

f.

Kecelakaan

g.

Imunisasi

III.

Riwayat keluarga (disertai genogram)

IV.

Riwayat Sosial
a.

Pengasuh

b.

Hubungan dengan anggota keluarga

c.

Hubungan dengan teman sebaya

d.

Pembawaan secara umum

e.
V.

VI.

Lingkungan rumah

Kebutuhan Dasar
a.
Makanan yang disukai/tidak disukai
:
Selera
:
Alat makan yang dipakai
:
Pola makan/jam
:
b.
Pola tidur
:
Kebiasaan sebelum tidur (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang
dibawa saat tidur, dan lain lain)
Tidur siang
c.
Mandi
d.
Aktifitas bermain
e.
Eliminasi
Keadaan Kesehatan Saat Ini
a.
Diagnosa Medis
:
b.
Tindakan operasi
:
c.
Status Nutrisi
:
d.
Status cairan
:
e.
Obat obatan
:
f.
Aktifitas
:
g.
Tindakan keperawatan :
h.
Hasil laboratorium
:
i.
Hasil rontgen
:
j.
Data tambahan
:

VII. Pemeriksaan Fisik


a.

Keadaan umum

b.

TB/ BB

c.

Lingkar kepala

d.

Mata

e.

Hidung

f.

Mulut

g.

Telinga

h.

Tengkuk

i.

Dada

:
:
:
:
:

j.

Jantung

k.

Paru - paru

l.

Perut

m.

Punggung

n.

Genetalia

o.

Ekstremitas

p.

Kulit

q.

Tanda vital

VIII. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan


a.
Kemandirian dan bergaul
b.
Motorik halus
c.
Kognitif dan bahasa
d.

Motorik kasar

IX.
X.

Informasi Lain
Ringkasan Riwayat Keperawatan

XI.

Data fokus

Tgl

Data (DO/DS)

XII. Priorotas Diagnosa Keperawatan


XIII. Rencana Keperawatn

:
:
:
:

Penyebab/Etiologi

Masalah (Problem)

No

Tgl

Dx. Kep

NOC

NIC

Paraf

XIV. Asuhan Keperawatan


Dx. Kep

Implementasi

Evaluasi Formatif

Evaluasi Sumatif

Paraf

DAFTAR PUSTAKA
Atak N, Gurkan T, Kose K. 2008. The Effect of Education on knowledge, self
Management Behaviours and Self Efficacy of patients with type 2
Diabetes. Australian Journal of Advanced Nursing Volume 25
Number 2. Available : http://ajan.com.au/Vol26/26-2.pdf#page=67
Damayanti, M. , Herlina M, (2008). Skrining Gangguan Kognitif dan Bahasa
dengan Menggunakan Capute Scales (Cognitive Adaptive
TestClinical Linguistic & Auditory Milestone Scale Cat/Clams). Sari
Pediatri Vol. 11, No. 3, Oktober 2008
E-Book

Konsep

Hospitalisasi.

Dilihat

pada

tanggal

Juni

2015

http://ebookbrowse.com/dia-122-slide-konsep-hospitalisasi-pdfd337836072
Espeland, N. (2005). Panduan keselamatan Anak. Jakarta: Prestasi Pustakakarya.
Hospitalisasi.

Dilihat

pada

tanggal

Juni

2015

http://www.scribd.com/doc/56601675/Hospitalisasi
Judith M. Wilkinson .(2012). Buku Saku, Diagnosis keperawatan Edisi 9. Jakarta :
ECG

Juffrie, M., et al, 2010. Buku Ajar Gastroenterologi - Hepatologi Jilid 1. Jakarta :
Balai Penerbit IDAI.
Mansjoer, dkk., ( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aesculpalus,
Jakarta.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental : konsep, proses, dan
praktik. Jakarta : EGC
Ramli Soehatman, 2010. Pedoman Praktis Manajemen Resiko Dalam Perseptif.
Jakarta: Dian Rakyat
Soetjiningsih, (2011). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Yupi Supartini. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta. EGC. 2004
Yunindyawati, 2004. Mata Kuliah Sosiologi Kesehatan. Inderalaya: FISIP UNSRI

You might also like