Professional Documents
Culture Documents
Badan Layanan Umum Daerah atau disingkat BLUD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan
pemerintah daerah
di
Indonesia
yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang/jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan
, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
BLUD merupakan bagian dari perangkat pemerintah daerah, dengan status hukum tidak
terpisah dari pemerintah daerah. Berbeda dengan SKPD pada umumnya, pola pengelolaan
keuangan BLUD memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan
praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, seperti
pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya. Sebuah satuan
kerja atau unit kerja dapat ditingkatkan statusnya sebagai BLUD.
Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU disusun dan disajikan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan
keuangan dan kinerja kementerian Negara /lembaga /SKPD/ pemerintah daerah.
1/7
Suatu satuan kerja instansi pemerintah dapat diizinkan mengelola keuangan dengan PPK-BLU
apabila memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif.
2/7
a. Pemimpin ;
c. Pejabat teknis.
c. mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis sesuai dengan ketentuan yang
berlaku; dan
3/7
Pejabat teknis BLU sebagaimana dimaksud berfungsi sebagai penanggung jawab teknis di
bidang masing-masing yang berkewajiban:
Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan/atau tenaga
profesional nonpegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan BLU.
4/7
Dengan pola pengelolaan keuangan BLU, fleksibilitas diberikan dalam rangka pelaksanaan
anggaran, termasuk pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan pengadaan
barang/jasa. Kepada BLU juga diberikan kesempatan untuk mempekerjakan tenaga profesional
non PNS serta kesempatan pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan
kontribusinya. Tetapi sebagai pengimbang, BLU dikendalikan secara ketat dalam perencanaan
dan penganggarannya, serta dalam pertanggungjawabannya.
Dalam Peraturan Pemerintah ini, BLU wajib menghitung harga pokok dari layanannya dengan
kualitas dan kuantitas yang distandarkan oleh menteri teknis pembina. Demikian pula dalam
pertanggungjawabannya, BLU harus mampu menghitung dan menyajikan anggaran yang
digunakannya dalam kaitannya dengan layanan yang telah direalisasikan.
Oleh karena itu, BLU berperan sebagai agen dari menteri/pimpinan lembaga induknya. Kedua
belah pihak menandatangani kontrak kinerja (a contractual performance agreement), dimana
menteri/pimpinan lembaga induk bertanggung jawab atas kebijakan layanan yang hendak
dihasilkan, dan BLU bertanggung jawab untuk menyajikan layanan yang diminta.
Dengan sifat-sifat tersebut, BLU tetap menjadi instansi pemerintah yang tidak dipisahkan. Dan
karenanya, seluruh pendapatan yang diperolehnya dari non APBN/APBD dilaporkan dan
dikonsolidasikan dalam pertanggungjawaban APBN/APBD.
Sehubungan dengan privilese yang diberikan dan tuntutan khusus yang diharapkan dari BLU,
keberadaannya harus diseleksi dengan tata kelola khusus. Untuk itu, menteri/pimpinan
lembaga/satuan kerja dinas terkait diberi kewajiban untuk membina aspek teknis BLU,
sementara Menteri Keuangan/PPKD berfungsi sebagai pembina di bidang pengelolaan
keuangan.
5/7
Pola BLU tersedia untuk diterapkan oleh setiap instansi pemerintah yang secara fungsional
menyelenggarakan kegiatan yang bersifat operasional. Instansi dimaksud dapat berasal dari
dan berkedudukan pada berbagai jenjang eselon atau non eselon. Sehubungan dengan itu,
organisasi dan struktur instansi pemerintah yang berkehendak menerapkan PPK-BLU
kemungkinan memerlukan penyesuaian dengan memperhatikan ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Dengan demikian, BLU diharapkan tidak sekedar sebagai format baru dalam pengelolaan
APBN/APBD, tetapi BLU diharapkan untuk menyuburkan pewadahan baru bagi pembaharuan
manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat.
Gagasan untuk menjadi BLUD sudah jelas secara institusional menjadi badan layan umum.
Dalam hal ini, layanan kesehatan diberikan keleluasaan dalam konteks mengelola baik dari sisi
sumber daya manusia (SDM) hingga penganggaran.
Demi memberikan pelayanan yang yang lebih maksimal terhadap masyarakat, maka
perubahan puskesmas menjadi BLUD bukan tidak mungkin untuk diwujudkan.
Sumber:
6/7
7/7