You are on page 1of 6

TUGAS MAKALAH

STASE RADIOLOGI
BRONKITIS

Disusun Oleh :
xxxxx
xxxxxx
KELOMPOK 13304

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

Definisi
Bronkitis didefinisikan sebagai peradangan pada bronkus atau bronkhi. Umumnya bronkitis
terjadi secara bersamaan pada kedua paru (bilateral). Tanda klinis pada peradangan akut
meliputi munculnya demam disertai dengan batuk yang bersifat produktif. Pada proses
peradangan kronis, tanda klinis yang tampak adalah adanya iritasi bronkial dengan
penambahan sekresi serta batuk produktif yang menghasilkan sputum dan terjadi setiap hari
selama sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam 1 tahun, dan sekurangnya terjadi
selama 2 tahun berturut-turut. Bronkitis kronis dapat menyebabkan terjadinya kekurangan
airflow.
Penderita bronkitis kronis hampir selalu perokok, dan umumnya laki-laki. Faktor etiologis
lain yang juga perlu diperhatikan adalah kondisi polusi pada area urban, lingkungan kerja
berdebu, serta kelompok sosial ekonomi rendah.
Diagnosis bronkitis kronis ditegakkan dengan adanya batuk kronis yang bersifat produktif
tanpa adanya penyebab spesifik, seperti bronkiektasis atau infeksi kronis. Gambaran
radiologis pada foto polos thoraks pada penyakit ini tidak spesifik. Gambaran yang biasa
ditemui adalah bayangan tubular, penebalan dinding bronkial, hiperinflasi paru, dan area
oligemia paru.
Istilah dirty lung digunakan untuk menggambarkan peningkatan corakan bronkovaskular
pada paru. Hiperinflasi dan oligemia kemungkinan terjadi karena emfisema yang berkaitan
dengan kondisi ini. Temuan emfisema sentrilobular mendominasi gambaran CTscan pasien
dengan bronkitis kronis. Pemeriksaan radiografi dan CTscan tidak sensitif dan tidak spesifik
untuk penyakit ini. Perbedaan variabilitas interobserver meningkatkan keterbatasan
kemampuan diagnostik pemeriksaan radiologis untuk penyakit ini.
Gambaran Klinis
Bronkitis akut
Bronkitis akut adalah proses inflamasi pada bronkus yang umumnya disebabkan infeksi
bakteri atau virus. Bronkitis akut berlangsung kurang dari 3 minggu dengan gejala utama
berupa batuk, dan gejala penyerta setidaknya 1 keluhan traktus respiratorius bawah seperti
wheezing, produksi mukus, atau nyeri dada.
Batuk pada bronkitis merupakan refleks yang terjadi untuk mengeluarkan mukus dari jalan
napas. Gejala umum lain yang seringkali muncul pada bronkitis meliputi nyeri tenggorokan,
dispneu, coryza, demam, dan malaise.

Diagnosis bronkitis ditegakkan dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjuang


digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Pemeriksaan radiografi untuk
menyingkirkan pneumonia, kultur sputum untuk menyingkirkan pertusis, dan pemeriksaan
fungsi paru untuk menyingkirkan asma dan emfisema.
Treatmen untuk penyakit ini bersifat simtomatis karena umumnya bronkitis akut akan mereda
dengan cepat tanpa treatmen sekalipun. NSAID dapat digunakan untuk menanggulangi nyeri
tenggorokan dan demam. Penggunaan antibiotik tidak direkomendasikan pada kasus-kasus
bronkitis akut karena mayoritas penyakit ini disebabkat oleh virus.
Bronkitis kronis
Bronkitis kronis ditandai dengan adanya batuk produktif yang menghasilkan sputum dan
terjadi setiap hari selama sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam 1 tahun, dan
sekurangnya terjadi selama 2 tahun berturut-turut. Umumnya bronkitis kronis terjadi akibat
merokok. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh inhalasi polusi udara dan bakteri.
Penurunan fungsi paru pada pasien dengan bronkitis kronis dapat diperlambat apabila pasien
berhenti merokok. Pasien bronkitis kronik diberikan terapi yang bersifat simtomatis dan
rehabilitatif.
Patofisiologi
Bronkitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Kondisi ini dapat terpredisposisi oleh
infeksi bakteri dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronis. Gejala khas yang muncul
pada bronkitis kronis adalah adanya batuk produktif pada pagi hari.
Temuan klinis yang hampir selalu muncul pada kasus bronkitis kronis adalah hipertropi
kelenjar mukus pada bronkus. Sekresi kelenjar ini akan menjadi lebih lebih kental dan
menyebabkan terjadinya gangguan pada mekanisme transport mukosiliar dan menyebabkan
terjadinya sumbatan pada jalan napas.
Mekanisme peradangan pada bronkitis disebabkan oleh berbagai faktor, seperti rokok, polusi
udara, hiperaktivitas bronkus, infeksi saluran napas berulang, ataupun defisiensi antitripsin 1. Iritan tersebut akan mengakibatkan terjadinya peradangan dan edema pada mukosa
bronkus, sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi dan penebalan pada dinding bronkus
serta peribronkus.
Pada bronkitis kronis, juga terjadi hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus pada bronkus
sehingga terjadi penyumbatan mukus intraluminal. Hal ini mengakibatkan obstruksi parsial
saluran napas sehingga udara terperangkap di bronkus dan peribronkus.

Lama-kelamaan, peradangan akan semakin kronis sehingga akan ditemukan sel-sel radang
kronis di sekitar bronkus dan peribronkus. Bila tidak ditanggulangi dengan baik, akan terjadi
kronisitas menjadi emfisema, yaitu penumpukan udara dalam paru yang makin lama akan
terus bertambah sehingga akan mendorong diafragma ke bawah. Kapasitas paru pun akan
ikut berkurang seiring dengan perkembangan penyakit ini.
Gambaran Radiologis
Peran pemeriksaan radiologi pada bronkitis kronis adalah untuk mendeteksi adanya
komplikasi dan menilai keparahan dari komplikasi tersebut. Pemeriksaan radiologis juga
bertujuan untuk mencari penyakit lain yang menyertai kondisi ini.
Pemeriksaan Foto Polos
Sekitar 50% pasien dengan bronkitis kronis memiliki gambaran foto thoraks yang normal.
Pasien dengan abnormalitas gambaran foto polos umumnya terjadi akibat adanya
perkembangan penyakit menjadi emfisema, infeksi superimposed, atau kemungkinan telah
terjadi bronkiektasis.
Pada foto thoraks PA posisi erect didapatkan gambaran corakan bronkovaskular bertambah,
gambaran transline, air bronkogram (+), infiltrat peribronkial (+). Gambaran transline tampak
seperti jalan kereta, yang merupakan gambaran bronkus yang terpotong secara longitudinal.
Gambaran air bronkogram merupakan gambaran bronkus yang terpotong secara transversal.
Dapat ditemukan tanda-tanda emfisema meliputi hiperlusensi paru bilateral, diafragma letak
rendah (di bawah VThX) dan cenderung mendatar, gambaran jantung tear drop sehingga
sudut kostofrenikus sinister lancip, SIC melebar (di daerah SIC X-XI).
Secara radiologis, bronkitis kronis dibagi menjadi 3 kategori :
Ringan : tampak peningkatan corakan paru di daerah basal.
Sedang : tampak peningkatan corakan paru di daerah basal disertai emfisema, kadang disertai
bronkiektasis di parakardial kanan dan kiri.
Berat : ditemukan emfisema, bronkiektasis dan disertai cor pulmonale sebagai komplikasi.

You might also like