You are on page 1of 9

3

4.1

PEMBAHASAN

Analisa Prosedur
Pada praktikum Sanitasi Industri Perikanan dengan materi Penentuan TPC (Total

Plate Count) dan SPC (Statistical Process Control), langkah pertama yang dilakukan yaitu
menyiapkan alat dan bahan. Adapun alat-alat yang digunakan diantaranya erlenmeyer 250
ml, panci, timbangan digital, autoklaf, washing bottle, kompor, spatula, pipet volume, pipet
serelogis, bola hisap, tabung reaksi, rak tabung reaksi, triangle, crushable tank, inkubator,
incase, stopwatch, kamera, sprayer dan nampan.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan diantaranya PCA, aquadest, kapas, koran,
tali, spirtus, air, tissue, alkohol 70%, kertas label, kapas swab steril, Nafis 0,9% steril,
aluminium foil, blender, kaleng dan tangan.
Kemudian alat-alat yang digunakan harus disterilisasi menggunakan autoklaf pada
suhu 1210C selama 15-20 menit, yaitu cawan petri, tabung reaksi dan pipet serologis. Hal ini
bertujuan untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada peralatan. Sebelum di
sterilisasi, cawan petri dan pipet serelogis dicuci hingga bersih dengan cara di angin
anginkan. Setelah kering untuk calon petri kemudian di bungkus menggunakan koran untuk
menyerap air, dengan cara penyusunan sebelum di bungkus adalah di bolak balik antara
badan dengan tutup agar cawan petri tidak pecah saat dibuka nanti. Untuk pipet serologis
setelah kering bagian pangkal di sumbat dengan kapas agar tidak ada air yang masuk
selama sterilisasi dan untuk mencegah adanya kontaminasi dari luar. Kemudian pipet di
bunkus dengan koran, tetapi pada ujung di taruh pada lipatan koran agar saat sterilisasi
ujungnya tidak pecah. Setelah itu, cawan petri dan pipet serologis yang telah di bungkus
koran, diikat dengan tali agar rapat. Selanjutnya alat siap sterilisasi basah dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 1210C, dengan tekanan 1 atm/0,15mpa selama 15-20
menit. Dan alat siap digunakan.
Setelah sterilisasi cawan petri dan pipet serologis, kemudian dilakukan pembuatan
larutan NaFis 0,9%. Untuk pembuatan NaFis menimbang berat NaCl yang dibutuhkan.

Dalam praltikum ini akan dilakukan pengenceran 10-1 sampai 10-3 sehingga banyaknya
tabung reaksi yang digunakan sebanyak 3 buah. Jadi banyaknya NaCl dapat di hitung
dengan rumus:

NaCl=

0,9
x tabungreaksi x 10 ml
100

0,9
x 3 x 10 ml
100

0,27 gram
Untuk tiap shift terdapat 5 kelompok tiap kelompok terdapat 0,27 gram Nafis jadi 1
shift untuk mendapatkan Nafis adalah:

NaCl=

0,9
x tabungreaksix 10 ml
100

0,9
x 15 x 10
100

1,35 gram
Dan banyaknya aquades yang digunakan sebanyak 30 ml (3 x 10 ml) setelah
didapatkan banyaknya NaCl dan aquades yang dibutuhkan, lalu NaCl ke dalam erlenmeyer
dan ditambah dengan aquades. Setelah itu dihomogenkan dengan menggunakan spatula.
Setelah homogen larutan NaFis dimasukan kedalam 3 tabung reaksi yang berbeda, dan
masingmasing tabung berisi 9 ml NaFis. Setelah itu mulut tabung reaksi di sumbat dengan
kapas agar tidak terkontaminasi dengan udara luar. Kemudian tabung reaksi dibungkus
dengan kertas koran sedemikian rupa untuk menyerap uap air selama sterilisasi, lalu diikat
dengan tali agar rapat. Lalu tabung reaksi yang berisi NaFis 0,9 % siap untuk disterilisasi
basah dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC, 1 atm selama 1520 menit. Setelah
itu Nafis steril 0,9 % siap digunakan untuk pengenceran.
4.1.1

Pembuatan Media PCA

Setelah disiapkan alat dan bahan, langkah selanjutnya yaitu ditimbang media PCA
sebanyak 2,7 gram menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 10-2 gram, diperoleh
dari rumus :
gram PCA =

22,5
1000

x cawan petri yang digunakan x 20ml

22,5
1000

x 6 x 20ml

= 2,7 gram
Jumlah cawan yang digunakan sebanyak 6 cawan diperoleh dari penanaman 10 -1
sampai 10-3 secara duplo. Dalam penuangan aquades, mula-mula aquades dituang 60 ml
dahulu kemudian dimasukkan bubuk PCA lalu dihomogenkan dengan spatula atau
digoyang-goyang. Lalu ditambah lagi sisa aquadest 60 ml, yang bertujuan agar media tidak
mengendap didasar erlemneyer dan media tidak pecah.
Ml aquadest = tabung reaksi yang digunakan x 20 ml
= 6 x 20 ml
= 120 ml
Setelah dihomogenkan, ditutup mulut erlenmeyer dengan kapas dan dilapisi koran
kemudian diikat dengan tali yang bertujuan supaya tidak terkontaminasi dengan udara luar.
Lalu media direbus dalam panci berisi air yang telah dipanaskan selama 15 menit supaya
media dan aquadest dapat homogen dengan baik dan mengaktifkan nutrient yang ada
dalam media. Setelah 15 menit, media diangkat dan disterilisasi basah pada suhu 121 0 C
dengan tekanan 1 atm selama 15 menit untuk membunuh bakteri patogen. Kemudian media
diambil dan siap untuk digunakan penanaman.
Menurut Stefani (2008), Total Plate Count (TPC) merupakan mikroorganisme secara
keseluruhan yang terdapat dalam bahan pangan. Media PCA yang digunakan dalam
penghitungan

TPC

merupakan

media

non

selektif,

yang

menghitung

berbagai

mikroorganisme yang dapat tumbuh pada media ini diantaranya bakteri, kapang, dan

khamir. Komposisi PCA terdiri dari tryptone 5 gram; extract yeast 2,5 gram ; glukosa 1 gram
dan agar 9 gram.
4.1.2

Metode Bilas
Selanjutnya setelah menyiapkan media PCA yang akan digunakan untuk media

penanaman bakteri. Lalu dilakukan pengambilan sampel dengan metode bilas. Setelah
semua alat-alat dan bahan-bahan siap, langkah selanjutnya adalah melakukan metode
bilas. Kaleng sarden dibersihkan dan didiamkan semalam dengan tujuan agar tidak terlalu
banyak bakteri yang terkandung dalam kaleng sehingga tidak terlalu banyak TBUD dan
blender yang telah bersih disiapkan, lalu diisi aquadest sebanyak 100 ml diukur dengan
gelas ukur supaya mendapatkan mikroba yang terlarut dalam air tersebut. Lalu kaleng atau
blender diputar secara horizontal membentuk angka 8 sebanyak 10 kali supaya homogen.
Kemudian dari sampel tersebut diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet volume dengan
bola hisap lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 ml Nafish 0,9% dan
ditulis sebagai pengenceran 10-1 dan dihomogenkan dengan memilin tabung reaksi. Setelah
itu, dari tabung reaksi pengenceran 10-1, diambil 1 ml menggunakan pipet serologis 10-1 juga
supaya tidak terjadi kontaminasi silang. Lalu 1 ml tadi dimasukkan ke dalam tabung reaksi
lain berisi 9 ml Na-fis steril 0,9% dan ditulis sebagai pengenceran 10 -2 lalu dihomogenkan
dengan memilin tabung reaksi. Dilakukan langkah tersebut sampai pengenceran 10 -3.
Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu bertingakat yaitu untuk menguraikan koloni bakteri
dalam sampel sehingga mudah dihitung.
Langkah selanjutnya, dari tiap pengenceran tersebut diambil 0,1 ml menggunakan
pipet serologis yang sesuai tingkat pengenceran supaya tidak terjadi kontaminasi silang lalu
dimasukkan ke dalam cawan petri. Metode penanaman yang digunakan yaitu metode tuang
secara duplo. Tujuan dilakukan secara duplo adalah sebagai faktor koreksi atau
perbandingan dari kedua cawan petri tersebut. Cawan petri yang dibutuhkan sebanyak 6
dan diberi label 10-1A, 10-1B, 10-2A, 10-2B, 10-3A, dan 10-3B 0,1 ml pada tiap pengecaran dan
pengenceran 10-1 dimasukkan dalam cawan 10-1A dan 10-1B. Begitu pula untuk pengenceran

10-2 dan 10-3 lalu dimasukkan media PCA yang telah siap ke dalam cawan petri tersebut.
Kemudian dihomogenkan dengan menutup cawan petri lalu diputar seperti angka 8 supaya
tidak merusak media. Bukalah setengah tutup cawan supaya uap panas dari media dapat
keluar sehingga terjadi pengembunan di bagian atas tutup cawan yang dapat meneteskan
uap air ke media dan mengakibatkan spreader. Perlakuan dilakukan di dekat bunsen agar
aseptis. Setelah media dingin dan beku, sampel dimasukkan ke dalam cawan dan diratakan
dengan triangle, cawan dibungkus koran agar dapat menyerap air saat proses inkubasi.
Selanjutnya di inkubasi selama 24 jam pada etalase saat proses inkubasi. Selanjutnya di
inkubasi selama 24 jam pada etalase bakteri dengan tujuan untuk menumbuhkan bakteri.
Setelah itu dilakukan perhitungan koloni bakteri dengan coloni counter dan dihitung total
TPC dengan rumus :
TPC= koloni x

1
faktor pengenceran

Sampel mikroba diambil dari ember yang digunakan untuk menampung susu
pemerahan. Sampel dikoleksi dengan metode bilas, yaitu 20 ml BPW 0,1% steril digunakan
untuk membilas permukaan dalam ember dengan cara menggulingkannya keseluruh
permukaan sebanyak 10 kali dengan jeda 5 menit diantara 5 kali gulingan. Seluruh sampel
dibawa dalam kontainer es dan segera dianalisis setelah sampai di laboratorium
(Handayani, 2010).
Menurut Rachmawan (2001), Metode Bilas adalah cara yang dilakukan terhadap
perarlatan/ wadah untuk mengolah ataumengepak makanan seperti gelas, botol kecap,
botol selai 1 jam dan alat gelas lainnya; yaitu dengan cara membilas peralatan tersebut
kemudian ditanam pada media agar.
4.1.3

Metode Swab
Dalam Praktikum Sanitasi Hygiene mengenai metode swab, dengan pengambilan

sampel pada tangan. Langkah awal yang dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan terlebih
dahulu. Alat-alat yang digunakan antara lain : bunsen, kompor, panci, autoklaf, incase,

crushable tang, beakerglass 250 ml, gelas ukur 100 ml, colony counter, tabung reaksi, rak
tabung reaksi, pipet volume, pipiet serologis, incubator, dan washing bottle. Sedangkan
bahan-bahan yang digunakan antara lain : kapas swab steril, tangan, alumunium foil, media
PCA, Na fisiologis 0,9%, aquadest, tissue, air, koran, alkohol 70%, spirtus, kertas label, dan
dinding.
Langkah selanjutnya, digosok kedua telapak tangan kemudian dibasahi kapas swab
steril dengan Na Fisiologis 0,9%, lalu sela-sela jari tangan kanan di swab dengan kapas
swab steril tesebut, agar bakteri yang ada di tangan dapat terangkat, dan dapat diketahui
seberapa besar bakteri yang ada pada tangan tersebut. Selanjutnya kapas swab dicelupkan
kedalam Na Fisiologis 0,9% yang telah tersedia didalam tabung reaksi, langkah tersebut
ditulis sebagai pengenceran 10-1. Lalu, dipilin selama 3 menit agar homogen antara bakteri
dan Na Fisologis 0,9% tersebut, setelah diambil 1ml dan dilakukan pengenceran bertingkat
sampai 10-3, agar mengetahui perbandingan bakteri yang tumbuh pada tiap pengenceran
bertingkat yaitu

10-1 sampai 10-3. Kemudian diambil 0,1 ml pada tiap pengenceran dan

dilakukan penanaman dengan metode tebar secara duplo, diinkubasi pada suhu kamar
selama 24 jam, langkah terakhir yaitu dihitung dengan colony counter bakteri yang tumbuh.
Dihitung dengan menggunakan rumus :
TPC = koloni x 1/ Faktor Pengenceran
Menurut Nareswari (2006), Dengan menggunakan batang pengoles (swab) steril,
yaitu batang lidi yang pada bagian ujungnya dibungkus kapas, oleskan permukaan contoh
seluas 2 cm x 2 cm dengan cara mengoles ke kiri dan kanan masing-masing sebanyak tiga
kali. Kemudian batang pengoles direndam di dalam 5 ml larutan pengencer, diputar-putar
dan diperas pada dinding tabung untuk melepaskan mikroba yang melekat pada kapas
pengoles tersebut. Larutan sampel diambil secara aseptis dan dibuat pengenceran hingga
10-8. Tiap-tiap pengenceran yang dipilih, dipipet secara aseptis sebanyak 1 ml sampel untuk
dimasukkan ke dalam cawan petri steril secara duplo dan ditambahkan media agar PCA
(Plate Count Agar) steril sebanyak 5-10 ml. setelah media agar membeku, cawan petri

diinkubasikan dengan posisi terbalik pada inkubator suhu 37C selama 2 hari. Perhitungan
jumlah total mikroba dilakukan dengan menggunakan Standard Plate Count (SPC).
4.1.4

Teknik Pengambilan Pada Dinding


Setelah dilakukan pengambilan sampel dengan metode bilas, selanjutnya dilakukan

pengambilan sampel dengan metode swab . Pada metode ini ada 2 perlakuan yaitu teknik
pengambilan sampel pada dinding dan teknik pengambilan sampel pada tangan. Perlakuan
berbeda terhadap total plate count bakteri yang dihasilkan. Kemudian untuk mengambil
sampel pada dinding, dinding ditutup dengan alumunium foil yang telah diberi lubang
dengna ukuran 2x2 cm dengan tujuan untuk memberikan atau membatasi daerah
pengambilan sampel pada dinding. Lalu dibasahi kapas swab steril dengan Nafis 0,9% agar
bakteri mudah menempel pada kapas swab steril tersebut. Lalu di swab ke bagian dinding
yang terdapat alumunium foil yang telah dilubangi. Pengambilan sampel dengan kapas
swab steril dilakukan searah dengan dengan tujuan agar bakteri yang telah diambil tidak
kembali lagi.
Kemudian kapas swab steril tersebut dicelupkan ke dalam Nafis 0,9% dengan tujuan
agar bakteri larut pada Nafis 0,9% tersebut dan dicatat sebagai pengenceran 10 -1.
Kemudian diambil 1 ml menggunakan pipet serologis dan dilakukan pengenceran bertingkat
sampai 10-3 bertujuan untuk mengurangi kepadatan bakteri. Selanjutnya diambil 0,1 ml pada
tiap pengenceran dan dilakukan penanaman dengan metode tebar secara duplo. Tujuan
dilakukan secara duplo adalah sebagai faktor koreksi atau perbandingan dari kedua cawan
petri tersebut. Selanjutnya ditebar pada cawan petri dan diratakan dengan triangle. Lalu
cawan dibungkus dengan koran agar uap air terserap saat inkubasi dan diikat tali agar tidak
lepas dan diikubasi pada suhu kamar selama 24 jam agar bakteri tumbuh. Setelah itu
bakteri yang tumbuh dihitung dengan colony counter. Lalu dihitung TPC dengan rumus:
TPC= koloni x

1
faktor pengenceran

Menurut Noverita (2009), Teknik inokulasi bakteri yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah menggunakan swab steril.Swab steril dicelupkan ke dalam campuran bakteri uji
dengan NaCl fisiologis 0,9%, kemudian ditiriskan dengan cara ujung swab ditekan dan
diputar pada dinding dalam tabung untuk membuang kelebihan cairan. Selanjutnya swab
tersebut dioleskan ke permukaan agar sebanyak dua kali yaitu secara horizontal dan vertikal
agar pertumbuhan bakteri merata.
Pengambilan sampel (sampling) adalah tahap awal dalam proses dimana data hasil
karakterisasi satu batch produk dikumpulkan untuk proses evaluasi. Oleh karena hanya
sebagian saja dari suatu batch yang diambil sampelnya untuk pengujian, bagian tersebut
harus mewakili batch tersebut. Hasil pengujian sampel tersebut akan menentukan nasib
batch tersebut, sehingga proses seleksi sampel merupakan tahap kritis (penting) dalam
sistem penjaminan mutu (Quality Assurance System) (Wibowo, 2013).
4.1.5

Pengolahan Data SPC


Untuk perhitungan SPC pada materi ini dengan pengolahan data TPC. Pertama

diketahui terlebih dahulu data perhitungan TPC dengan masing-masing perlakuan lalu data
dimasukkan dalam Ms.Excel agar mempermudah dalam perhitungan SPC. Lalu hasil TPC
dengan satuan cfu g-1 dikonverai
kesatuan log 10 cfu g-1 dengan tabel konfersi. Kemudian data yang telah dikonfersi
dimasukkan ke dalam Ms. Excel. Lalu dihitung mean (x) dengan menggunakan formula
AVERAGE pada kolom Ms. Excel. Lalu dihitung Standart Deviasi (sd) menggunakan formula
STDEV pada kolom Ms. Excel kemudian dihitung menggunakan rumus UCLx=x+A 3S
dimana mulai A3 dapat dilihat pada tabel konstanta untuk tabel. Selanjutnya dihitung nilai
LCL (Lower Control Limit) dengan rumus LCLx= x-A 3S. Sealah didapatkan nilai perhitungan
mean (x), Sd (s), UCL, dan LCL maka hasil perhitungan ditulis ulang pada tabel. Kemudian
data yang dapat dndakan berdasarkan jumlah ulangan atau kelompok yang bertujuan untuk
efisiensi waktu lalu dibuat grafik x-chart dengan cara klik insert, lalu dipilih line chart, type
line with marker. Selanjutnya akan muncul jendela baru kemudian klik select data source lalu

add data. Lalu ditambahkan data CL atau AVG, UCL dan LCL lalu click OK, sehingga muncul
grafik kemudian ubah type chart data CL, UCL, LCL menjadi line chart dan didapatkan
grafik.
Adapun rumus UCLx=

+ A2 R , LCL2=

A2 R , UCL2=

+ A2 S , LCL2=

A2 S

untuk rumus Standart Devisiasi S =

s21
i

2 2
1
2

Salah satu alat SPC untuk mendetaksi ketika proses dalam keadaan tidak terkendali
(out of control) adalah control chart. Control chart merupakan bentuk grafik yang digunakan
sebagai alat bantu dalam pengendalian proses. Grafik ini berbentuk garis patah-patah atau
polygon yang memberikan informasi tentang keadaan proses, apakah dalam keadaan
terkontrol atau diluar kendali. Pengolahan data diselesaikan dengan menggunakan program
R. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sabun sirih perusahaan X dengan
PH yang telah di tetapkan oleh perusahaan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa PH masih dalam kendali perusahaan terbukti dengan grafik yang masih
terdapat pada zona kontrol perusahaan (Saputra, 2012).

You might also like