Professional Documents
Culture Documents
e2
r2
: 1s2
F-
Cl-
Br-
N3-
P3-
O2-:
S2-
Li+, Be2+
: 1s2
Na+,Mg2+,Al3+
: 1s2 2s2 2p 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2+ 4d10 5p6
Ag+, Cd2+, In3+, Sn4+ : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 4d10
Au+, Hg2+,Tl3+,Pb4+: : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 4f14 5d10
In+, Sn2+
: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 4d10 5s2
Tl+, Pb2+
: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 4f14 5d10
6s2
Ni2+
Cr3+
Setelah pembahasan seluruh bab ini, akan dipahami bahwa kestabilan ion
tidak semata-mata disebabkan oleh konfigurasi elektron dari ion tersebut. Energi kisi
yang berkaitan dengan struktur kristal ion juga berpengaruh.
Hukum Fajans
Secara kualitatif, Fajans membuat aturan tentang kemudahan membentuk ion,
yang sering disebut dengan hukum Fajans, yaitu ion akan terbentuk dengan mudah
apabila:
struktur ion (konfigurasi elektronnya) stabil
untuk struktur ion yang sama (isoelektronik), ion semakin mudah terbentuk
apabila muatanya kecil
atom yang membentuk anion kecil atau atom yang membentuk kation besar,
maka ion mudah terbentuk
Contoh berikut adalah penjelasan kemudahan membentuk ion menurut Fajans.
Ion Li+ dan Be2+ adalah isoelektronik. Di antara kedua jenis ion tersebut, ion Li+ lebih
mudah terbentuk daripada ion Be2+. Ion N3-, O2-, dan F- adalah isoelektronik. Di
antara anion tersebut, urutan kemudahan membentuk ion dari yang paling mudah
adalah F-, O2-, dan N3-. Di antara ion Na+ dan K+, kation K+ lebih mudah terbentuk
dari pada Na+. Di antara anion S2- dan O2-, anion O2- lebih mudah terbentuk.
Secara kuantitatif kemudahan membentuk ion ditentukan oleh potensial
ionisasi dan afinitas elektron. Potensial ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk
melepaskan elektron dari atom dalam wujud gas.
Mg(g) Mg+(g) + e .I1.
Mg+(g) Mg2+(g) + e ..I2.
Untuk melepaskan satu elektron yang pertama disebut potensial ionisasi
pertama (I1), untuk melepaskan elektron kedua disebut potensial ionisasi kedua (I2),
dst., dimana I1< I2. Potensial ionisasi dihitung dalam satuan elektron volt/atom atau
kkal/mol. Besarnya potensial ionisasi dapat ditentukan secara spektroskopi.
Semakin kecil potensial ionisasi suatu atom, semakin mudah terbentuk ion
positif. Seperti sudah diuraikan sebelumnya, besarnya potensial ionisasi ditentukan
oleh konfigurasi elektron. Di samping konfigurasi elektron, potensial ionisasi juga
ditentukan oleh ukuran atom dan muatan. Semakin besar ukuran atom maka potensial
ionisasi semakin kecil. Membentuk ion dengan muatan lebih kecil lebih mudah
karena melepaskan satu elektron memerlukan energi lebih kecil dibandingkan dengan
melepaskan elektron lebih dari satu. Hal ini sesuai dengan hukum Fajans dalam
menjelaskan kemudahan membentuk kation yang isoelektronik, yaitu semakin besar
muatan kation, maka semakin sulit kation tersebut terbentuk.
Afinitas elektron (A) adalah besarnya energi yang terlibat (umumnya energi
yang dilepaskan) apabila atom dalam wujud gas menangkap elektron.
O(g)+e O-(g) ..............................A1.
O-(g)+e O2-(g) ............................A2.
Semakin kecil ukuran atom, semakin besar afinitas elektron (afinitas elektron
berharga lebih negatif), semakin besar muatan negatifnya semakin kecil afinitas
elektronnya. Afinitas elektron bisa berharga negatif artinya diperlukan energi bila
atom menerima elektron. Hal ini terjadi pada atom yang menerima lebih dari satu
elektron karena ada tolakan elektron yang kedua oleh elektron yang pertama. Seperti
potensial ionisasi, afinitas elektron ditentukan secara spektroskopi dan dinyatakan
dalam satuan elektron volt/atom atau kkal/mol.
5.3 Keelektronegatifan
Selain dengan afinitas elektron, kemudahan membentuk ion negatif (anion)
juga dapat dinyatakan dalam bentuk yang lebih praktis, yaitu dalam bentuk skala
keelektronegatifan yang menyatakan ukuran kemudahan atom menerima elektron
membentuk anion.
Fakta bahwa energi ikatan kovalen ataupun jari-jari kovalen kurang sempurna
memenuhi sifat aditif (sifat yang bisa dijumlahkan) menunjukkan bahwa atom-atom
mempunyai beda keelektronegatifan. Apabila ikatan kovalen terbentuk dari dua atom
yang berbeda, ada perbedaan antara energi ikatan yang dihitung dengan cara aditif
dengan yang ditentukan secara eksperimen. Energi ikatan yang dihitung secara
eksperimen umumnya lebih besar dari energi ikatan yang dihitung berdasarkan cara
aditif. Dari selisih energi antara eksperimen dengan yang dihitung ini, Pauling
membuat skala keelektronegatifan unsur, sebagai berikut.
= D(A-B) {D(A-A)+ D(B-B)}
XA XB
23
= 0,208
D = Energi dissosiasi ikatan, XA dan XB=keelektronegatifan A dan B, serta dalam
kkal/mol. Angka 23 adalah faktor konversi agar selisih energi dalam satuan
elektron volt/molekul. Hubungan satuan energi elektron volt dan kkal adalah sebagai
berikut.
1.ev/molekul = 23 kkal/mol
Persaman
(H=-)
Dengan demikian, berharga positif bila reaksi eksoterm (H=-), dan berharga
negatif bila reaksi adalah endoterm ((H= +). Untuk lebih mengurangi resiko harga
negatif dari , maka tidak dihitung menggunakan rata-rata hitung, melainkan
menggunakan rata-rata geometri (kuadrat rata-rata).
D( A B ) D( A A) .D( B B )
Berdasarkan persamaan ini, Pauling menyusun tabel skala keelektronegatifan unsurunsur, dimana unsur yang paling elektronegatif, F, diberi skala terbesar yaitu 4. Skala
keelektronegatifan dari Pauling dapat dilihat dibuku-buku kimia.
Selain
skala
keelektronegatifan
dari
Pauling,
dikenal
pula
skala
Hubugan antara skala Pauling (X) dengan skala Mulliken (M) adalah :
XA = MA/3,15
Skala keelektronegatifan yang banyak digunakan dalam kajian kimia adalah skala
dari Pauling.
Di atas sudah dijelaskan bahwa adalah sama dengan kalor yang dilepaskan
untuk reaksi pembentukan molekul diatomik dari unsur-unsurnya. Dengan demikian,
data keelektronegatifan dapat digunakan untuk meramalkan energi pembentukan
senyawa diatomik
A2(g)+B2(g) AB(g),
XA-XB=/23
= 23 (XA-XB)2
Hf = 23(XA-XB)2, Hf dalam satuan kkal/mol
NaCl(s)
H2
H1
H5
H4
Cl (g) + e
e
Cl- (g)
+
Na+ (g)
Na (g)
H3
Berdasarkan hukum Hess :
Hf = H1+H2+H3+H4+H5
H1 = Energi sublimasi Na
H2 = D(Cl-Cl) : Energi Dissosiasi Cl2(g)
H3 = Energi ionisasi (I) Na
H4 = Energi afinitas elektron Cl
H5= U =Energi kisi
U = Hf-(H1+H2+H3+H4)
Secara teoritis, energi kisi (U) dapat diturunkan dari interaksi gaya coulomb
antara ion positip dengan negatip dalam kristal. Di dalam kristal ion terjadi gaya tarik
antara ion positip dengan ion negatip dan gaya tolak dari muatan yang sama. Ion-ion
berada pada jarak tertentu dimana terjadi keseimbangan gaya tarik dan gaya tolakan
coulomb. Pengaruh jarak antara ion terhadap energi potensial tarikan dan tolakan
adalah sebagai berikut :
Uc
z1 z 2 ANe 2
r
UR
NB
rn
A=Tetapan modelung
n=Tetapan Born
N=Bilangan Avogandro
B=Tetapan
z = muatan ion
z1 z 2 ANe 2 NB
n
r
r
Aluran energi potensial terhadap jarak antara ion di gambar seperti di bawah ini
Energi
potensial
ro
Tetapan B dapat ditentukan dari titik balik kurva. Pada r = r0 yaitu titik balik kurva,
harga dU/dr = 0
dU z1 z2 Ane 2 nNB
( n 1) 0
2
dr
r0
r0
z1 z2 ANe 2 NnB
( n 1)
2
r0
r0
B
z1 z 2 Ae 2 ( n 1)
r0
n1
Sehingga;
Muatan elektron dalam Coulomb
z1 z 2 ANe 2
1
U
(1 )
r0
n
U
z1 z2 ANe 2
1
(1 )
4D.r0
n
e2
,e
4 0
2
Harga n (tetapan Born) untuk alkali halida adalah 9, sedangkan tetapan Madelung, A,
tergantung pada struktur kristal dan tidak tergantung pada muatan ion.
Struktur kristal
Tetapan madelung
NaCl
1,748
CsCl
1,763
Zink blende
1,638
Wurtzite
1,641
Rutil
2,408
Fluorit
2,4519
ion Na+
ion ClEnergi kisi kristal ion adalah total dari keseluruhan interaksi coulomb ion-ion yang
menyusun kristal.
z1 z2 ANe 2
1
(1 )
4D.r0
n
U1
z1 z2 N1e2
1
z z N e2
1
(1 ) . U n 1 2 n (1 )
4D.r1
n
4D.rn
n
Persamaan energi kisi pada lapisan ion pertama dan lapisan ion yang lain adalah
relatif sama, kecuali harga Nn dan rn. Dengan demikian, persamaan energi kisi untuk
setiap lapisan ion pada kristal NaCl bisa ditulis
U1
N1
x tetapan
r1
Yang berbeda dari energi kisi setiap lapisan adalah harga Nn/rn yang mengkontribusi
pada tetapan Madelung (A).
Dari persamaan energi kisi total seluruh lapisan, dan menjadikan rn ke dalam satuan ro
(jarak kesetimbangan pasangan ion yang terdekat), maka akan diperoleh tetapan
Madelung (A) sbb.
A=A1+A2+A3++An
An = Nn/rn
rn adalah jarak ion di lapisan ke-n dengan atom acuan dalam variabel r0.
Nn adalah jumlah ion di lapisan ke-n
An adalah tetapan madelung terkait dengan struktur ion yang ada pada lapisan ke-n
Untuk gaya tarik coulomb antara lapisa dan ion acuan, A berharga +, dan yang tolak menlak,
harga A adalah -)
Pada kristal ion NaCl, ada 6 ion Na+ pada lapisan ion pertama yang berada pada jarak
r1 = r0. Ada 12 ion Cl- pada lapisan kedua dengan jarak
A 6
12
2
8
3
........dst
Angka 6 (suku pertama) berasal dari interaksi coulomb antara Cl- (ditengah
pada gambar) dengan 6 Na+ yang jaraknya r0, suku ke dua (-12/2) berasal dari
interaksi coulomb antara Cl- (di tengah pada gambar) dengan 12 Cl- yang jaraknya
2.r0, suku ke tiga (8/3) berasal dari interaksi coulomb Cl- (di tengah pada gambar)
dengan 8 ion Na+ yang jaraknya 3.r0, demikian seterusnya.
Kita telah membahas energi ionisasi dan afinitas elektron. Untuk melepaskan
elektron yang kedua dan seterusnya diperlukan energi jauh lebih besar, lalu mengapa
antara Mg dengan Cl2, membentuk MgCl2 dan tidak MgCl, demikian pula
banyak senyawa ion yang lain yang muatanya lebih dari 1 (satu)?. Hal ini
disebabkan oleh Energi kisi MgCl2 jauh lebih besar dari MgCl. Energi kisi ditentukan
tidak hanya oleh jenis kation, tetapi juga jenis anion. Besarnya energi ionisasi saat
pembentukan kation dan afinitas elektron saat pembentukan anion adalah dua tahapan
saja dari sejumlah tahapan yang terjadi pada pembentukan kristal ion. Justru tahapan
yang paling besar berpengaruh pada kecenderungan terbentuknya suatu kristal ion
adalah tahapan pembentukan kisi kristal. Dari diagram siklus Born Haber dapat
disimpulkan bahwa kecenderungan terbentuknya suatu kristal ion dapat dilihat dari
besarnya perubahan entalphi pembentukan standard, Hf. Besarnya Hf paling
dominan dikontribusi oleh energi kisi. Semakin negatif harga Hf, maka semakin
besar kecenderungan terbentuknya kristal ion tersebut. Apabila yang terbentuk adalah
MgCl2, artinya Hf pembentukan MgCl2 lebih negatif dari MgCl. Dapat disimpulkan
bahwa kestabilan konfigurasi kation, seperti yang sudah diuraikan pada awal dari bab
ini, ternyata tidak bersifat intrinsik kation, melainkan dipengaruhi oleh lingungan
kation yang dalam hal ini adalah jenis anionnya.
5.5 Jari-Jari Ion
Pengertian tentang jari-jari sudah diuraikan sebelumnya, dimana jari-jari tidak
bisa ditentukan dari atom atau ion bebas. Secara eksperimen, yang dapat ditentukan
adalah jarak dua atom atau ion. Jarak dua ion dalam kristal dapat ditentukan dengan
defraksi sinar X. Karena senyawa ion terbentuk dari dua spesi (ion) yang berbeda,
maka jari-jari ion bukanlah setengah dari jarak dua ion, melainkan dihitung dengan
cara-cara tertentu. Ada beberapa cara perhitungan dalam menentukan jari-jari ion,
salah satunya yang paling sering digunakan adalah cara Pauling.
Pauling berasumsi bahwa ion berupa bola pejal, dimana antara ion positip
dengan negatip saling bersinggungan . Dengan demikian,
R=rK+rA ,
Pauling menyatakan bahwa jari-jari ion berbanding terbalik dengan muatan efektif.
Untuk deret isoelektronik (konfigurasi elektron sama) berlaku :
r=
Cn
(Z S )
S = 18 x 1 + 7 x 0,35 = 20,45
Harga S untuk elektron di subkulit 4s adalah
S = 18 x 1 + 8 x 0,85 + 1 x 0,35 = 23,95
Cn
(11 4,52)
, rF
Cn
(9 4,52)
rF 11 4,52 6,48
rNa++rF-=2,31 A
rNa
6,48
rNa 2,31 A
4,48
rNa+=0,95 A
rF-=1,36 A
Nilai jari jari ion yang diperoleh dengan cara ini hanya berlaku untuk ion-ion
yang bermuatan tunggal dan struktur ion dengan bilangan koordinasi 6. Untuk ion
dengan muatan lebih besar dari satu harus dikalikan dengan faktor koreksi. Jari-jari
ion ini lebih kecil dari yang bermuatan tunggal.
Sebenarnya ion tidak berupa bola yang pejal, sehingga tidak ada batas yang
jelas dalam menandakan ukuran atom. Susunan atom diluar inti sebenarnya diffuse,
sehingga sukar untuk ditentukan batas kelilingnya. Dua ion yang berdekatan
mengalami overlap sehingga terjadi deformasi. Deformasi ion-ion didalam bentuk
kristal tidak sama, bilangan koordinasi berbeda memberikan deformasi berbeda,
sehingga jari-jari ionnya berbeda. Semakin besar bilangan koordinasinya semakin
kecil deformasinya yang disebabkan oleh tolakan dari ion yang sejenis, sehingga jarijarinya lebih besar. Untuk bilangan koordinasi 8 dan 4, jari-jari ion yang dihitung
RK/rA
0-0,155
Linear
0,155-0,225
Segitiga datar
0,225-0,414
Tetrahendral
0,414-0,732
Segiempat datar
0,414-0,732
Oktahendra
0,732-1,000
Kubus
1,000
12
Struktur rapat
rA
3
2
Bilangan koordinasi 6 dan 4
Segiempat datar atau oktahedral
0,414
rA
2
2
Bilangan koordinasi 4
Tetrahedral
0,225
rA
0,817
Bilangan Koordinasi 8
rA = (rA+rK) cos
1
= (rA+ rK)
3
1
1
= rA
+ rK
3
3
1
1
(1) rA = rK
3
3
Kubus
cos =
1
3
ion Cs+
ion Na
ion Cl-
ion Cl-
Kristal CsCl
Ion Zn2+
Ion S2-
ion Zn2+
ion S2-
ion Ti4+
-
Ion F
Ion Ca
ion O22+
NaCl(l)
Jadi,
U = Hpeleburan kristal ion + Hpenguapan ion-ion cair
Dalam keadaan padat ion-ion hanya bergetar, tidak dapat bergerak translasi
(pindah posisi) sehingga dalam keadaan padat senyawa ion tidak menghantarkan
listrik secara elektrolitik. Dalam kristal ion juga tidak ada elektron-elektron yang
mudah berpindah (terdelokalisasi) di seluruh bodi kristal ion sehingga senyawa ion
tidak bisa menghantarkan listrik secara elektronik. Berbeda dengan logam dan kristal
kovalen seperti grafit (akan diraikan pada bab berikutnya) dapat menghantarkan
listrik secara elektronik.
Dalam keadaan cair, senyawa ion dapat menghantarkan listrik. Dalam
keadaan lebur (cair), ion-ion dapat bergerak translasi. Ion-ion dapat bergerak ke
kelektroda yang berlawanan dengan muatan ion. Peristiwa hantaran listrik ini disebut
hantaran secara elektrolitik. Dalam larutan, senyawa ion tentu juga dapat
menghantarkan listrik secara elektrolitik.
Padatan ionik mudah larut dalam pelarut polar, seperti air. Dalam larutan, ionion tidak dalam keadaan bebas, melainkan dalam keadaan tersolvasi, yaitu
diselubungi oleh pelarut (solven). Dalam air, ion-ion akan dikelilingi oleh molekul air
dengan orientasi sedemikian rupa, yaitu bagian negatif dari molekul air akan
berdekatan dengan ion positif yang diselubungi, demikian sebaliknya untuk ion
negatif.
penyelubungan ini yang dalam konteks pelarut air disebut dengan energi hidrasi.
Selain energi hidrasi, kelarutan senyawa ion tentu dipengaruhi oleh energi kisi.
Energi hidrasi adalah energi yang dilepaskan, artinya proses hidrasi (penyelubungan
ion oleh molekul air) adalah eksoterm. Pada proses pelarutan diperlukan sejumlah
energi untuk memutuskan ikatan ionik yang setara dengan energi kisi dan diimbangi
dengan pelepasan energi pada tahap hidrasi.
Perubahan entalphi kelarutan ion = Energi hidrasi-Energi kisi(dalam pelarut air)
Energi kisi dalam suatu medium pelarut tertentu dipengaruhi oleh tetapan
dielektrikum pelarut, D.
z1 z2 ANe 2
1
(1 )
4D.r0
n
sehingga padatan ion berkecenderungan lebih mudah larut. Tentu, besarnya energi
hidrasi harus dipertimbangkan.
Besarnya energi hidrasi ditentukan oleh muatan dan ukuran ion.
Kecenderungannya adalah sebagai berikut: semakin besar muatan, maka energi
hidrasi semakin besar; semakin kecil ukuran ion, maka energi hidrasi semakin besar.
Kombinasi dari muatan dan ukuran ion dinyatakan dengan potensial ionik, yaitu rasio
muatan dan ukuran ion. Semakin besar potensial ionik, maka energi hidrasi semakin
besar.
Tidak seperti pada logam, padatan kristal ion bersifat keras namun rapuh.
Sifat ini juga berhubungan dengan struktur submikroskopisnya. Adanya susunan yang
teratur antara ion positif dan negatif dalam kristal ion bisa bergeser karena pengaruh
tekanan dari luar. Satu lapisan ion dapat bergeser dan menyebabkan ion-ion dengan
muatan sama menjadi berdekatan (bertemu muka) sehingga tolakan elektrostatik akan
menyebabkan kristal pecah (rapuh).
Rangkuman
Problem
1. Yang mana lebih besar sifat paramagnetik antara unsur 24Cr dengan 25Mn,
jelaskan mengapa demikian
2. Bila Perubahan entalpi pembentukan standar gas HB adalah 100 kkal/mol,
tentukan keelektronegatifan atom B. Diketahui keelektronegatifan H adalah 2,1
3. Dari defraksi sinar X diketahui jarak antara dua inti ion pada kristal ionik KA
adalah 3 A., dimana K+ dan A- adalah isoelektronik dengan konfigurasi elektron
sama dengan Ar (SE=8,0). (a) Hitunglah jari-jari K+ dan A- , (b) Ramalkan
Bilangan koordinasi kation
4. Jelaskan dengan singkat tentang : (a) Proses pembentukan ikatan ion, (b)
potensial ionisasi, afinitas elektron, dan energi kisi, (c) jari-jari ion dan jari-jari
kovalen
5. (a) Gambarkan Lingkar Born Haber reaksi pembentukan MgCl2 dan tuliskan
persamaan energi kisinya.
6. Energi pembentukan standar dari AF adalah seperti persamaan termokimia
berikut:
A2(g) + F2(g) 2 AF(g),
Hf = -66,47 kkal/mol
Bila diketahui keelektronegatifan F adalah 4,0, energi dissosiasi ikatan A-A dan
F-F adalah masing-masing 81,100 dan 113 kkal/mol, hitunglah keelekronegatifan
Unsur A dan energi dissosiasi ikatan AF.
7. a) Apa yang dimaksud dengan energi kisi kristal dan jelaskan bagaimana cara
menentukan besarnya energi kisi suatu kristal. (b) Hitunglah harga terendah