You are on page 1of 6

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masa remaja merupakan masa transisi seseorang dari anak-anak menjadi
dewasa. Remaja dihadapkan oleh banyak sekali tantangan selama masa transisi ini
(Feldman & Elliot, 1990; Gunnar & Collins, 1988; Lerner & Foch, 1987 dalam
Graber, 1994). Perubahan secara fisik, kognisi, dan juga sosial merupakan suatu
tantangan yang dapat mengubah segala aspek kehidupan remaja (Graber, 1994).
Secara fisik remaja mengalami perubahan yang cukup drastis pada tinggi dan
berat badan, proporsi dan bentuk tubuh juga dalam hal kematangan seksual
(Papalia, 2004). Remaja juga mengalami peningkatan secara kognitif, dimana
pada masa ini remaja memasuki tingkatan tertinggi dalam perkembangan kognitif
menurut Piaget, yaitu tahap kongkrit operasional, yang menyebabkan remaja
dapat berpikir secara abstrak.
Perubahan kognisi remaja tersebut juga menyebabkan remaja lebih sadar
akan dirinya (self conscious) dibandingkan dengan anak-anak dan lebih
memikirkan tentang pemahaman dirinya. Remaja menjadi lebih introspektif,
dimana hal ini merupakan bagian dari kesadaran diri mereka dan bagian dari
eksplorasi diri (Santrock, 2003). Pada masa ini, seseorang juga mulai sadar diri
dan memberikan perhatian yang besar terhadap citra tubuh (Papalia, 2004) dan
perhatian terhadap citra tubuh tersebut terlihat lebih besar pada remaja putri (Attie
& Brooks-Gunn, 1987 dalam Graber, 1994). Citra tubuh merupakan persepsi,
perasaan dan pikiran seseorang mengenai tubuhnya dan biasa diartikan bersamaan
dengan bagaimana seseorang mempersepsikan ukuran tubuhnya, menilai apakah
tubuhnya menarik atau tidak, dan emosi yang berkaitan dengan bentuk dan ukuran
tubuh seseorang (Grogan, 1999; Muth & Cash, 1997 dalam Grogan 2006:523).
Saat ini menarik atau tidaknya seseorang diidentikkan dengan tubuh kurus
atau langsing. Masyarakat menyamakan tubuh kurus dengan cantik dan menarik
pada wanita (Cusimano & Thompson, 1997; Stice, 1994; Striegel-Moore,
Sileberstein & Rodin, 1986 dalam Ricciardeli, 2001). Hal tersebut diantaranya
dapat terlihat dari kontes kecantikan yang semakin marak diadakan mulai dari
tingkat daerah hingga tingkat nasional. Media massa pun semakin berpacu

Gambaran citra..., Lulu Labibah, F.Psi UI, 2007

Universitas Indonesia

mengadakan kontes yang serupa. Walaupun kontes tersebut mendeklarasikan


bahwa penampilan fisik bukan penilaian utama, namun tetap saja fisik merupakan
faktor penentu yang sangat penting. Misalnya saja salah satu kontes yang
diadakan oleh suatu majalah remaja yang sejak seleksi awal mensyaratkan kriteria
fisik tertentu seperti tinggi dan berat badan, ukuran pakaian, lingkar pinggang,
lingkar dada, dan lingkar pinggul .
Media massa juga turut mempengaruhi remaja putri memandang tubuhnya
dengan membangun citra bahwa tubuh yang ideal adalah berkulit putih, bertubuh
langsing, dan berpayudara besar. Media cetak biasa menampilkan model-model
yang memiliki kriteria tersebut. Televisi, seperti media cetak, juga turut
mempromosikan ide bahwa tubuh ideal adalah tubuh yang kurus. Baik dari film
maupun iklan. Bahkan saat ini banyak sekali iklan yang menawarkan produk
pelangsing tubuh dengan menampilkan wanita yang sangat tidak puas dengan
tubuhnya walaupun wanita tersebut memiliki tubuh kurus. Walaupun televisi
masih menampilkan karakter orang yang kelebihan berat badan, mereka biasa
diperlihatkan sebagai sajian humor atau dimunculkan sebagai objek yang tidak
menarik dan tidak diinginkan (Thompson, Heinberg, Altabe, & Tantleff-Dunn,
1999).
Penanaman dan propaganda yang menyatakan bahwa tubuh ideal bagi
perempuan adalah tubuh yang kurus tersebut menyebabkan banyak remaja yang
berusaha mendapatkan tubuh tersebut (Mashumi, 2006). Sebagian besar remaja
putri memang dilaporkan mengalami ketidakpuasan terhadap tubuh mereka (body
dissatisfaction) (Thompson, Heinberg, Altabe, & Tantleff-Dunn, 1999).
Kebanyakan dari remaja menginginkan ukuran tubuh yang lebih kecil dari ukuran
tubuh yang mereka miliki dan berusaha menurunkan berat badan untuk meraih
tubuh ideal tersebut (Ricciardeli, 2001).
Cara-cara yang biasa digunakan untuk mendapatkan tubuh ideal yang
biasa dilakukan antara lain dengan melakukan pengaturan pola makan atau diet,
melakukan aktivitas fisik seperti olahraga dan mengkonsumsi berbagai suplemen
diet. Rasa tidak puas terhadap tubuh pada kasus tertentu dapat mendorong
seseorang pada gaya hidup yang sehat misalnya saja dengan melakukan kegiatan
olah raga (Grogan et al., 2004 dalam Grogan, 2006). Ketidakpuasan tersebut juga

Gambaran citra..., Lulu Labibah, F.Psi UI, 2007

Universitas Indonesia

bisa menjadi baik dan menguntungkan jika ketidakpuasan tersebut mendorong


seseorang untuk menjalani pola makan yang sehat (Thompson, Altabe & TantleffDunn, 1999). Namun saat ini banyak orang yang tidak puas terhadap tubuhnya
dan menginginkan tubuhnya berubah tanpa memperhatikan akibatnya bagi tubuh
dan kesehatan demi mendapatkan bentuk tubuh ideal, tak terkecuali remaja. Hal
tersebut senada dengan artikel yang dikeluarkan oleh departemen kesehatan yang
mengatakan bahwa banyak remaja yang menginginkan tubuh yang sangat kurus
walaupun hal tersebut berbahaya bagi kesehatan (http://www.depkes.go.id
/index.php? option= articles&task=viewarticle& artid=257&Itemid=3)
Salah satu cara yang digunakan untuk meraih gambaran tubuh ideal
tersebut adalah suntik kurus. Suntik kurus adalah istilah yang biasa digunakan
masyarakat untuk suatu cara yang digunakan untuk menguruskan badan dengan
menyuntikkan zat tertentu ke dalam tubuh. Suntik kurus merupakan metode yang
digunakan untuk memperkecil ukuran tubuh dengan menyuntikkan suatu zat yang
memiliki efek sistemis (obat akan beredar ke seluruh tubuh). Obat yang
disuntikkan umumnya mengandung procaine dan caffeine. Procaine adalah obat
anestesi lokal dan caffeine adalah zat aktif dalam kopi yang kerjanya merangsang
otak dan mengakibatkan hilangnya rasa kantuk. (www.geocities.com dalam Toja,
2005). Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa dokter
yang melakukan suntik kurus, zat lain yang biasa digunakan adalah vitamin C dan
vitamin B12. Biasanya penggunaan suntik kurus dibarengi dengan meminum obat
yang mengandung lasix yang berfungsi untuk mengeluarkan air dari tubuh melalui
urin. Selain air, garam tubuh juga keluar sehingga kandungan natrium dalam
tubuh berkurang dan membuat tubuh menjadi lemas (www.geocities.com dalam
Toja, 2005).
Departemen kesehatan Kanada, pada akhir tahun 2004 memerintahkan
untuk memberhentikan penggunaan suntik kurus (fat burning injection). Dr.
Waiyne Carmen, dokter bedah plastik di Toronto, mengatakan bahwa belum ada
penelitian yang cukup untuk mengatakan bahwa lipostabil/fat burning injection
cukup aman untuk digunakan. (http://www.cbc.ca/ health/story/2004 /12/10/fatburner041210. html). Salah satu dokter yang menyediakan jasa suntik kurus yang
penulis wawancarai pun sebenarnya tidak menyarankan suntik kurus pada

Gambaran citra..., Lulu Labibah, F.Psi UI, 2007

Universitas Indonesia

pasiennya. Namun dokter lain menyatakan bahwa suntik kurus merupakan cara
mengkuruskan tubuh yang cukup aman. Hal tersebut menunjukkan bahwa
keberadaan suntik kurus di Indonesia masih kontroversial.
Semakin banyaknya remaja, khususnya remaja putri, yang merasa tidak
puas dengan tubuhnya bahkan hingga melakukan suntik kurus yang keamanannya
sedikit banyak masih dipertanyakan membuat peneliti ingin mengetahui lebih
lanjut mengenai bagaimana sebenarnya citra tubuh yang mereka miliki. Penelitian
ini berfokus pada remaja putri karena remaja putri memang lebih merasa tidak
puas dengan tubuhnya dibanding remaja putra. Sedangkan remaja akhir dipilih
karena syarat yang biasa diajukan untuk melakukan suntik kurus adalah berusia di
atas 18 tahun. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif guna mendapatkan
gambaran secara nyata dan menyeluruh mengenai gambaran citra tubuh yang sulit
didapatkan jika menggunakan metode kuantitatif. Apalagi penelitian mengenai
citra tubuh secara kualitatif di Indonesia masih sedikit dilakukan.

1.2. Permasalahan
Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah
Bagaimanakah gambaran citra tubuh remaja akhir putri yang melakukan suntik
kurus?

1.3. Tujuan
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran
citra tubuh remaja akhir putri yang melakukan program penurunan badan secara
instan khususnya suntik kurus. Penelitian ini juga ingin mengetahui faktor-faktor
apa saja yang berperan dalam proses tersebut dan bagaimana dampaknya dalam
kehidupan remaja putri tersebut.
Sejauh ini, penelitian mengenai gambaran dan faktor-faktor yang
mempengaruhi citra tubuh remaja di Indonesia lebih memakai pendekatan
kuantitatif. Beberapa penelitian kualitatif yang ada lebih berfokus pada kelompok
yang rentan terhadap ketidakpuasan citra tubuh seperti kelompok orang yang
mengalami obesitas, sedangkan penelitian kali ini berawal dari perilaku mengubah
tubuh yang mengindikasikan adanya ketidakpuasan citra tubuh yaitu suntik kurus

Gambaran citra..., Lulu Labibah, F.Psi UI, 2007

Universitas Indonesia

dengan asumsi kelompok tersebut memiliki perhatian dan penghayatan yang


dalam terhadap tubuhnya. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan penelitian ini
dapat menggambarkan dinamika citra tubuh remaja putri dengan lebih jelas dalam
dan menyeluruh.

1.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian mengenai citra
tubuh di Indonesia dengan memberikan gambaran citra tubuh secara kualitatif.
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian
citra tubuh di Indonesia selanjutnya. Selain itu, penelitian ini juga memaparkan
fenomena suntik kurus yang akhir-akhir ini semakin marak di Indonesia melalui
sudut pandang citra tubuh
Dengan pembahasan yang komprehensif tersebut, diharapkan penelitian
ini mampu menggambarkan secara nyata bagaimana citra tubuh yang terbentuk
pada remaja putri, khususnya remaja putri yang melakukan suntik kurus. Selain
itu

penelitian

ini

diharapkan

dapat

menjadi

sumber

inspirasi

untuk

mengembangkan pengetahuan mengenai pandangan remaja putri mengenai


tubuhnya. penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan pada remaja,
orangtua, guru, psikolog, maupun praktisi pemerhati remaja lainnya mengenai
citra tubuh remaja.

1.5. Sistematika Penulisan


Skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
Bab I merupakan pendahuluan yang memaparkan latar belakang
permasalahan, permasalahan yang diangkat, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan tinjauan pustaka yang terdiri dari penjelasan mengenai
penjelasan mengenai ketidakpuasan terhadap tubuh, karakteristik remaja, dan citra
tubuh remaja.

Gambaran citra..., Lulu Labibah, F.Psi UI, 2007

Universitas Indonesia

Bab III berisi metode penelitian yang digunakan, yang terdiri dari
permasalahan, karakteristik subjek, teknik pengambilan sampel, desain penelitian,
instrumen penelitian, dan prosedur penelitian.
Bab IV berisi analisis data dan interpretasi data yang merupakan
penjelasan tentang gambaran subjek penelitian umum serta hasil pengolahan data
Bab V berisi kesimpulan yang menjawab permasalahan penelitian, diskusi,
saran untuk penelitian selanjutnya serta saran praktis yang dapat dilakukan
berdasarkan hasil penelitian.

Gambaran citra..., Lulu Labibah, F.Psi UI, 2007

Universitas Indonesia

You might also like