You are on page 1of 14

ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP NY R DENGAN DIAGNOSA MEDIS

SYNDROME CHUSING DI RUANG B RSUD SUKAMAJU


Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Praktikum Blok Sistem Endokrin Semester 4 A

Disusun Oleh
Arum Dwi Astuti
NIM A11300861

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN 2015

Laporan Pendahuluan Syndrome Chusing


A. Pengertian Syndrome Chusing
Syndrom Cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metaolik
gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang
tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik
senyawa-senyawa glukokortikoid. (Sylvia A. Price: Patofisiologi, Hal. 1088).
B. Etiologi Syndrome Chusing
Sindrom Cushing dapat disebabkan oleh:
1. Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik (iatrogen) atau
oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisisadrenal (spontan), penggunaan kortikosteroid jangka panjang
2. Meningginya kadar ACTH karena adanya tumor di lua hipofisis misalnya tumor paru,
pancreas yang mengeluarkan ACTH like substance.
3. Neoplasma adrenal yaitu adenoma dan karsinoma.
4. Alkoholisme.
C. Manifestasi Klinis Syndrome Chusing
Tanda dan gejala dari syndrome cushing antara lain:
1. Obesitas sentral
2. Gundukan lemak pada punggung
3. Muka bulat (moon face)
4. Striae
5. Berkurangnya massa otot dan kelemahan umum.
6. Atropi (kelemahan otot ekstremitas)
7. Hirsutisme (kelebihan bulu pada wanita)
8. Ammenorrhe
9. Osteoposis
D. Penatalaksanaan Syndrome Chusing
a. Jika dijumpai tumor hipofisis, sebaiknya diusahakan reseksi tumor.
b. Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat ditentukan maka
sebagai gantinya dapat dulakukan radiasi pada kelenjar hipofisis.
c. Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan adrenolektomi total dan diikuti
pemberian kortisol dosis fisiologik.
d. Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma disusul kemoterapi pada penderita
dengan karsinoma atau terapi pembedahan
e. Digunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemideo yang bias
mensekresikan kortisol (Patofisiologi Edisi 4 hal 1093)
E. Patofisiologi Umum Syndrome Chusing
Kelenjar adrenal terdapat pada bagian atas ginjal tersusun atas korteks dan
medula. Korteks kelenjar adrenal memiliki 3 lapisan berturut-turut dari luar ke dalam
yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata dan zona retikularis. Ketiga lapisan ini
mensekresi hormone steroid yaitu mineralokortikoid yang dihasilkan oleh zona
glomerulosa, serta glukokortikoid dan androgen yang disekresi oleh zona fasikulata dan

zona retikularis. Kortisol merupakan produk utama dari glukokortikoid, berperan dalam
mengatur metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Konsentrasi kortisol yang tinggi
juga menunjukkan aktivitas mineralokortikoid.
Semua sindroma Cushing endogen disebabkan oleh peningkatan produksi
kortisol oleh adrenal apapun etiologinya.17 Penyebab sindroma Cushing dibagi menjadi
tergantung ACTH dan tidak tergantung ACTH. Tipe tergantung ACTH disebabkan oleh
kadar ACTH berlebih dan mengakibatkaan hiperplasia adrenal bilateral. Tipe ini
mempunyai 2 penyebab, yaitu adenoma pituitari dan tumor nonpituitari. Hipersekresi
ACTH oleh tumor pituitary disebut Cushings disease, merupakan penyebab utama
sindroma Cushing.
Lebih dari 90% pada pasien dengan hiperplasia adrenal tergantung pituitari
ditemukan tumor. Kemungkinan lain defek terjadi pada hipotalamus atau sistem saraf
yang lebih tinggi yang menghasilkan CRH tidak sesuai dengan kadar kortisol sirkulasi
sehingga dibutuhkan kortisol dengan kadar yang lebih tinggi untuk mengurangi sekresi
ACTH menjadi normal. Keadaan tersebut akan meyebabkan hiperstimulasi pituitary
selanjutnya menjadi hiperplasia atau pembentukan tumor. Semakin lama tumor ini
menjadi tidak tergantung lagi pada kendali regulasi sistem saraf pusat dan kadar kortisol,
dengan kata lain tumor tersebut resisten terhadap mekanisme umpan balik kortisol.
Pada sindroma Cushing tidak tergantung ACTH, kadar ACTH serum rendah
karena umpan balik negatif sebagai akibat dari peningkatan produksi kortisol oleh
kelainan adrenal primer seperti karsinoma atau adenoma adrenal. Peningkatan sekresi
kortisol akan menekan sintesis CRH dan sekresi ACTH, mengakibatkan atropi kelenjar
adrenal nontumor.
Glukokotikoid bekerja sebagai hormon katabolik, menyebabkan pemecahan
protein dan lemak serta menghambat sintesis protein di otot, jaringan penyangga, jaringan
lemak dan sel limfoid.
Pemecahan protein mengakibatkan otot menjadi lemah, struktur tulang
menipis dan membuat kulit tidak mampu melawan tahanan yang terjadi pada aktivitas
normal sehingga menyebabkan terjadinya striae dan penyembuhan luka yang lama.
Pembuluh darah menjadi rapuh sehingga mudah timbul ekimosis. Regangan kulit di atas
tempat penimbunan lemak baru ditambah hilangnya elastisitas karena katabolisme protein
mengakibatkan ruptur permukaan pembuluh darah. Darah merembes melalui celah yang
terjadi akibat katabolisme kolagen sehingga dapat dilihat adanya striae keunguan.
Menurut Lucky AW (1994), paparan glukokortikoid yang lama menyebabkan atrofi
seluruh kulit. Striae menunjukkan atrofi dermis dan epidermis yang terjadi pada kulit

yang teregang. Pembuluh darah subkutan dan dermis terlihat melalui kulit yang atrofi dan
translusen sehingga kulit tampak merah hingga kebiruan. Pada pasien ini didapatkan
keluhan lemah dan mudah lelah, mudah timbul memar bila terkena benturan, dan pada
pemeriksaan ditemukan striae keunguan di payudara, perut bagian bawah serta hematom
luas di bekas tempat suntikan.
Hiperkortisolisme menyebabkan penumpukan jaringan lemak pada tempat
yang khas seperti pada wajah (moon face), area interskapular (buffalo hump) dan dasar
mesenterik (obesitas tubuh). Penyebab distribusi jaringan lemak yang khas ini belum
diketahui, tetapi diperkirakan berhubungan dengan resistensi insulin dan atau peningkatan
kadar insulin. Pada penderita ini didapatkan full moon face, buffalo hump dan obesitas
tubuh.
Osteoporosis pada sindroma Cushing terjadi karena kombinasi yang tidak
seimbang antara peningkatan resorpsi tulang, gangguan mineralisasi, dan tidak
terbentuknya lapisan osteoid karena fungsi osteoblas terhambat. Osteoporosis dapat
menyebabkan kolaps tulang vertebra dan fraktur patologis dari tulang-tulang lainnya).
Amenore dan infertilitas disebabkan supresi aksis pituitari-ovarium karena
glukokortikoid yang berlebih, peningkatan kadar androgen dan prolactin dan sekresi
abnormal GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon).

Skenario Kasus Praktikum Modul 5


1. Naskah Kasus
Pasien Ny.R usia 32 tahun datang ke RS PKU Muhammadiyah Gombong
dengan keluhan badan lemah dan kelebihan berat badan. Lima bulan yang lalu : Badan
makin besar, muka moon face, striae, badan lemah, osteoporosis, hipertensi. Satu bulan
yang lalu : badan makin lemah, sering pindah dokter tapi tidak sembuh, tidak menstruasi
sejak 4 bulan yang lalu, tidak hamil. Dari hasil pemeriksaan fisik : Lemah, Obesitas,
kesadaran compos mentis, TD 90/60 mmHg, nadi 110x/ menit, respirasi 24x/ menit, moon
face , tumbuh rambut di dada, striae abdomen, hiperpigmentasi. Pemeriksaan
laboratorium : 2 day low done dexametason tes masih menunggu test masih menunggu
hasil, natrium serum 130 mg/dl, kadar gula darah puasa 70 mg/dl. Pasien direncanakan
untuk dilakukan pemeriksaaan CT scan double kontras hipofise dan hipotalamus dan
kelenjar adrenal.

2.

Identitas Penanggung Jawab


a. Nama
: Tn. R
b. Umur
: 35 Tahun
c. Jenis Kelamin
: Laki-laki
d. Alamat
: Desa Sejahtera
e. Pendidikan
: SMA
f. Pekerjaan
: Karyawan
g. Hubungan dengan pasien
: Suami
3. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pada Tanggal 27 Mei 2015
No
1.

Jenis Pemeriksaan
Glukosa puasa

Hasil
70 mg/dl

2.

Natrium Serum (mg/dl)

130

Nilai Normal
70-120 mg/dl

4. Program Terapi
Infus RL 20 tpm
Terapi farmakologi : Metirapon, Ketokonazole
5. Analisa Data

N
o

Hari/T
gl/Jam

1.

Rabu, 28

Data fokus

Ds:

Klien

mengeluh

badan

Mei 2015 lemah, lima bulan


Jam
11.00

Problem

Etiolog
i

Diagnosa
Keperawatan

Resiko terhadap

Kelemah

Resiko terhadap cedera

cedera

an dan

b.d Kelemahan dan

metabolis

metabolisme protein

yang lalu striae,


badan

Paraf

me

lemah,

osteoporosis.

protein

WIB.
Do:

Striae

di

abdomen,
osteoporosis.

No

Hari/T
gl/ Jam

Data Fokus

Problem

Etiolog
i

Diagnosa
Keperawatan

Paraf

Ds:
2.

Rabu, 28
Mei 2015
Jam
11.00
WIB.

Pasien

mengatakan

Gangguan

Kondisi

Gangguan intergritas

intergritas kulit

gangguan

kulit b.d Kondisi

metaboli

gangguan metabolik

k,

(obesitas, striae).

ada
perubahan
pada

ketidakse

kulitnya.
Do:

imbangan

Hiperpigment

(obesitas)

asi, striae di

,hiperpig

abdomen,

mentasi.

nutrisi

obesitas,
tumbuh
rambut

di

dada.
No

Hari/T

Data Fokus

Problem

gl/ Jam
3.

Rabu, 28

i
Ds:

Pasien

11.00
WIB.

Diagnosa
Keperawatan

Gangguan

Biofisik

Gangguan citra

citra tubuh

(penam

tubuh b.d Biofisik

tidak nyaman

pilan

(penampilan

terhadap

fisik)

fisik)

Mei 2015 mengatakan


Jam

Etiolog

kondisi
tubuhnya
yang
berubah.
Do:

Terlihat

striae

di

abdomen,
hiperpigment
asi, obesitas,
tumbuh
rambut

di

Paraf

dada.
No

Hari/T

Data Fokus

Problem

gl/ Jam
4.

Rabu, 28

i
Ds: Pasien

Mei 2015 mengatakan


Jam
11.00
WIB.

Etiolog

Diagnosa
Keperawatan

Kurang

Keterba

Kurang

Pengetahua

tasan

Pengetahuan b.d

kognitif

Keterbatasan

tidak
mengetahui

Paraf

kognitif

tentang
penyakit
yang
diderita.
Do: Pasien
tampak
bingung.

No

Hari/T

Data Fokus

Problem

gl/ Jam
5.

Rabu, 28

i
Ds: Pasien

Mei 2015 mengatakan


Jam
11.00
WIB.

Etiolog

Gangguan
mobilitas

badan lemah,
sulit untuk
bergerak.
Do: Pasien
terlihat
lemah,
Osteoporosis.

6. Diagnosa Keperawatan Prioritas Utama

fisik

Diagnosa
Keperawatan

Kerusa

Gangguan

kan

mobilitas fisik b.d

integrit

kerusakan

as

integritas

struktu

struktur tulang

r tulang

Paraf

1. Gangguan intergritas kulit b.d Kondisi gangguan metabolik (obesitas, striae).


2. Gangguan citra tubuh b.d Biofisik.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang
4. Resiko terhadap cedera b.d Kelemahan.
5. Kurang Pengetahuan b.d Keterbatasan kognitif.

7. Intervensi Keperawatan

No

Hari/Tanggal

1.
Rabu, 28 Mei
2015
Jam 11.00
WIB.

Dx. Kep
Resiko

TUJUAN
Setelah

terhadap

dilakukan

cedera

INTERVENSI
KRITERIA HASIL
Indikator

Saat

Tujuan

dikaji

b.d tindakan

Kelemahan

keperawatan

dan

2x24

metabolisme

resiko

protein.

terhadap

jam

Klien bebas dari


cedera jaringan dan
fraktur
Tanda-tanda

vital

cedera tidak

dalam batas normal


Klien
tidak

terjadi.

mengalami
kenaikan
tubuh,
kemerahan,
tanda

yang

protektif
5. Bantu klien ambulasi
6. Berikan diit tinggi protein,

kalsium, dan vitamin D


7. Pasang bed pengaman

dan
infeksi

lainnya.
Ket: 1: parah, 2: berat, 3:sedang, 4: ringan,
5: tidak sama sekali

PARAF

suhu
nyeri,

1.
2.
3.
4.

PLANING
Monitor TTV
EKG
Kaji tanda infeksi
Ciptakan lingkungan

2.
Rabu, 28 Mei
2015
Jam 11.00
WIB.

Gangguan

Setelah

intergritas

dilakukan

kulit b.d

tindakan

Kondisi

keperawatan

Kulit

gangguan

2x24

metabolik

Keutuhan

lengkap
Perfusi, sensasi dan

(obesitas,

integritas

striae)

jaringan
(kulit

Skin care topical treatment


Indikator

Saat

Tujuan

dikaji
jam

utuh

dan

tektur kulit dalam

dan

batas

yang

diharapkan
Intergritas

kulit

membran

yang

mucosa) dan
penyembuha

dipertahankan
Mampu melindungi

n luka klien

kulit

dapat

mempertahankan

tercapai.

kelembaban
dan

baik

dapat

antibakteri
4

3. Berikan

antibiotik

topikal

pada area yang terkena


4. Berikan agen antiinflamasi

pada area yang terkena


5. Inspeksi

kulit

setiap

hari

terhadap risiko kerusakan


Skin surveilance
1. Inspeksi kulit dan membran
2

perawatan

alami
Ket: 1: parah, 2: berat, 3:sedang, 4: ringan,
5: tidak sama sekali

2. Kenakan pakaian yang tidak


restriktif

dan
kulit

1. Bersihkan kulit dengan sabun

mukosa terhadap kemerahan,


suhu

yang

ekstrim,

atau

adanya drain
2. Monitor

kulit

terhadap

kemerahan dan abrasi


3. Monitor

kulit

terhadap

kekeringan dan kelembaban

Gangguan

3.
Rabu, 28 Mei
2015
Jam 11.00
WIB.

Setelah

Indikator

citra tubuh dilakukan


b.d Biofisik tindakan
keperawatan

an fisik).

2x24 jam

dengan perubahan

Kembalinya

bentuk tubuhnya
Klien mampu

normal

menyesuaikan diri
dengan perubahan

1. Tentukan gambaran tubuh


3

2. Ajak pasien mendiskusikan


perubahan yang terjadi karena
3

perubahan gambaran tubuh


atau fungsi tubuh saat ini
4. Tentukan apakah perubahan

menggunakan
3

gambaran tubuh berkontribusi


meningkatkan isolasi sosial

meningkatkan

5. Dorong pasien

penampilan dan

mengidentifikasi bagian tubuh


3

interaksi sosial
Ket: 1: parah, 2: berat, 3:sedang, 4: ringan,
5: tidak sama sekali

proses penyakit
3. Bantu pasien mengungkapkan

keinginannya untuk

fungsi tubuhnya
Mempertahankan

pasien sesuai dengan tingkat


perkembangannya

fungsi tubuhnya
Klien menyatakan

strategi untuk

Rencana Tindakan
Keperawatan

dikaji

(penampil

seperti

Tujuan

Klien mampu
menyesuaikan diri

citra tubuh

Saat

yang paling disukai


6. Dorong pasien
mengidentifikasi tindakan
yang dapat meningkatkan
penampilan

4.
Rabu, 28 Mei
2015
Jam 11.00
WIB.

Kurang

Setelah

Pengetahu

dilakukan

an

Pembelajaran:
Indikator

b.d tindakan

Saat

Tujuan

1. Kaji

tingkat

pengetahuan

pasien dan keluarga

dikaji

Keterbatas

keperawatan

Pasien dan

an kognitif.

2x24

keluarga mampu

dengan cara yang tepat

Pasien

menjelaskan

Sediakan

menunjukan

kembali apa yang

pengetahuan

dijelaskan

tentang

perawat/tim

proses

ksehatan lainnya
Pasien dan

jam

penyakit dan
penanganann
ya

2. Gambarkan proses penyakit,

penanganan
4. Dukung

pasien

mengeksplorasi

untuk
atau

mendapatkan second opinion


2

kondisi dan
program
pengobatan
Ket: 1: parah, 2: berat, 3:sedang, 4: ringan,
5: tidak sama sekali

kondisi,

3. Diskusikan pilihan terapi atau

menyaakan
tentang penyakit,

tentang

pada

dengan cara yang tepat

keluarga
pemahaman

pasien

informasi

dengan cara yang tepat atau


diindikasikan
5. Jelaskan tujuan terapi diet
untuk klien
6. Ajarkan

pentingnya

pencapaian dan memelihara


BB normal

5.
Rabu, 28 Mei
2015
Jam 11.00
WIB.

Gangguan

Setelah

mobilitas

dilakukan

fisik b.d

tindakan

kerusakan

keperawatan

integritas

2x24

struktur

pasien

tulang

menunjukkan

Indikator
Keseimbangan tubuh

jam

mandiri

Posisi tubuh
Gerakan Otot
Gerakan sendi

Terapi aktifitas

Tujuan
1.

dikaji

peningkatan
mobilitas

Saat

Berkolaborasi terapis, fisik


terapis dalam merencanakan dan

memonitor program aktivitas


secara tepat.
2.

Memfasilitasi pergantian aktifitas


pada

Ket: 1: parah, 2: berat, 3:sedang, 4: ringan,

pasien

mempunyai

keterbatasan dalam waktu, energi

Kemampuan
berpindah

saat

atau pergerakan.
Self Care Assistance
1.

Pasang bed pengaman

2.

Monitor kemampuan klien untuk


perawatan diri yang mandiri.

3.

ROM dan latihan gerak fisik

You might also like