You are on page 1of 16

asuhan keperawatan Nyeri

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN
(NYERI)
1. PENGERTIAN
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan
jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Menurut McCaffery (1980) menyatakan bahwa nyeri adalah segala sesuatu yang
dikatakans eseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja saat seseorang mengatakan
merasakan nyeri.
2. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor penyebab
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, dll).
Kimia
Tumor
Iskemi jaringan
Listrik
Spasme
Obstruksi
Panas
Fraktur
Psikologis

Contoh
Meningitis, orkitis, neuritis
Tersiram air keras
Ca mamae
Jaringan miokard
Terkena sengatan listrik
Spasme otot
Batu ginjal, batu ureter, obstruksi usus
Luka bakar
Fraktur femur, fraktur cruris
Berduka, konflik, dll.

3. KLASIFIKASI
Karakteristik
Tujuan

Nyeri akut
Memperingatkan

Nyeri kronis
klien Memberikan

alasan

pada

terhadap

adanya klen untuk mencari informasi

cidera/masalah

berkaitan dengn perawatan

Awitan
Durasi

dirinya.
Mendadak
Terus menerus/intermittent
Durasi singkat (dari beberapa Durasi lebih dari 6 bulan

Intensitas
Respon otonom

detik sampai 6 bulan


Ringan samapi berat
Frekuensi jantung meningkat

Ringan sampai berat


Tidak
terdapat

Volume sekuncup meningkat

otonom

TD meningkat

Vital

Dilatasi pupil meningkat

normal.

sign

dalam

respon
batas

Tegangan otot meningkat


Motilitas

gastrointestinal

menurun
Respon psikologis

Alira saliva menurun


Ansietas

Depresi
Keputus asaan
Mudah tersinggung/marah

Respon fisik

Menangis/mengerang

Menarik diri
Keterbatasan gerak

Waspada

Kelesuan

Mengerutkan dahi

Penurunan libido

Menyeringai

Kelelahan/kelemahan

Mengeluh sakit

Menegluh sakit hanya ketika


dikaji.ditanyakan

Faktor yang mempengaruhi respon nyeri


1) Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri
pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka
mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami
penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2) Jenis kelamin

Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam
merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh
nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
3) Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri
misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus
diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
4) Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan
bagaimana mengatasinya.
5) Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi
nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang
meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik
relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6) Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang
cemas.
7) Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang
sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang
mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
8) Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola
koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9) Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau
teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.
10) Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan pada masingmasing individu. Nyeri yang dirasakan mungkin terasa rinagn, sedang atau bisa jadi merupakn
nyeri yang hebat. Dalam kaitannya dengan kualitas nyeri, masing-masing individu juga
bervariasi, ada yang melaporkan nyeri seperti ditusuk-tusk, nyeri tumpul, berdenyut, terbaka dan
lain-lain, sebagai contoh individu yang tersuk jarum akan melaporkan nyeri yang berbeda
dengan individu yang terkena luka bakar.
(Sigit Nian, 2010)

4. PATOFISIOLOGI/PATHWAY
Neuritis optik sering diakibatkan oleh penyakit sklerosis multipel. Penyebab lainnya
adalah infeksi virus, jamur, ensefalomielitis, penyakit-penyakit otoimun atau tumor yang
menekan saraf penglihatan atau penyakit-penyakit pembuluh darah (misalnya radang arteri
temporal). Beberapa bahan kimia beracun seperti metanol dan timah hitam dapat menyebabkan
kerusakkan saraf optik. Kerusakkan saraf optik dapat juga dikarenakan penyalahgunaan alkohol
dan rokok. Neuritis optik dapat juga disebabkan karena gangguan sistem kekebalan tubuh.
Gangguan penglihatan yang disebabkan karena neuritis optik biasanya bersifat sementara.
Remisi (penyembuhan) spontan terjadi dalam dua hingga lima minggu. Saat masa pemulihan,
65% - 80% ketajaman penglihatan penderita menjadi lebih baik. Prognosis jangka panjang
tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Jika serangan ini ditimbulkan oleh infeksi virus
maka akan mengalami penyembuhan sendiri tanpa meninggalkan efek samping. Jika neuritis
optik dipicu oleh sklerosis multipel, maka serangan berikutnya harus dihindari. Tigapuluh tiga
persen penderita neuritis optik akan kambuh dalam lima tahun. Tiap kekambuhan menyebabkan
pemulihannya tidak sempurna bahkan memperburuk penglihatan seseorang. Ada hubungan yang
kuat antara neuritis optik dengan sklerosis multipel. Pada orang yang tidak mengalami sklerosis
multipel maka separuh dari mereka yang mengalami gangguan penglihatan akibat neuritis optik
akan menderita penyakit ini dalam 15 tahun.
5. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tindakan perawat yang perlu dilakuan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut adalah :
a.
Mengkaji perasaan pasien (respon psikologis yang muncul).
b.
Menetapkan respon fisiologis pasien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
c.
Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Untuk pasien yang mengalami nyeri kronis maka pengkajian yang lebih baik adalah
dengan memfokouskan pengkajian pada dimensi perilaku, afektif, kognitif.
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat dalam memulai
a.

mengkaj respon nyeir yang dialami pasien, diantaranya :


Penentuan ada tidaknay nyeri
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien
melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cedera

b.
-

atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh pasien adalah nyata.
Karakterisktik nyeri
Faktor Pencetus (P : Provocate)

Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien,


dalam hal inin perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami
cedera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat
-

mengeksplore perasaan klien dan menanyakan perasaan apa yang mencetuskan nyeri.
Kualitas (Q: quality)
Sering kali pasien mengungkapkan nyeri dengan kalimat0kalimat : tjam, tumpul,
berdenyut, berpindah-pindah seperti tertindih, perih, tertusuk, dan lain-lain dimana tiap pasien

mungkin berbeda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.


Lokasi (region)
Mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta pasien menunjukkan semu bagian/daerah yang
dirasakan tidak nyaman oleh pasien.

Keparahan (S: serve)


Tingkat keparahan pasien tentang nyeir merupakan karakteristik yang palin subjektif. Pada
pengkajian ini pasien diminta untuk menggambarkan nyeri yang dirasakan sebagai nyeri ringan,
sedang atau berat.
Skala deskriptif Verbal (VDS) merupakan salah satu alat ukur tingkat keparahan
yang lebih bersifat objetif. Skala inimerupakn sebuah garis yang terdiri dari beberapa kalimat
pendeskrispsi yang tersusun dalam jarak yang sama sepanjang garis.
Skala Numerik (NRS) digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam
hal ini pasien menilai eyri dengan skal 0 sampai 10. Skal ini efektif digunakan untuk mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik.
Skala Analog Visual (VAS) merupakan garis lurus yang mewakili alat
pendeskripsi kebebasan penuh pada pasien untuk mengidentifikasi tingkat keparahan nyeri yang
ia rasakan. VAS merupakn pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat

mengidentifikasi setiap ttik pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka.
Durasi (Time)
Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan

rangkaian nyeri.
Faktor yang memperberat/memperingan
Perlu mengkaji faktor-faktor yang mempererat nyeri pasien untuk memberikan
tindakan yang tepat untuk menghindari peningkatan respon nyeri pada pasien.

c.
d.

Respon perilaku
Respon afektif

e.

Respon asfektif jua perlu diperhatikan missalnya cemas, depresi, dll.


Pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien
Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam berpartisipasi
terhadap kegiatan-kegiatan sehari-hari, sehingga perawat juga mengetahui sejau mana dia
membantu dalam program aktivitas pasien.
Persepsi klien tentang nyeri
Perawat perlu mnegkaji persepsi

f.

pasien

terhapada

nyeri,

bagaimana

pasien

menghubungkan antara neyri yang dialami dengan proses penyakti atau hal lain dalam diri atau
g.

lingkungan sekitarnya.
Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri
Perlu mnegkaji cara-cara yang biasa pasien gunakan untuk menurunkan nyeri agar dapat
memasukkannya dalam rencana keperawatan.
(Sigit Nian, 2010)

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan gangguan rasa nyaman nyeri :
a. Nyeri berhubungan dengan :
- Cedera fisik/trauma
- Penurunan splai darah ke jaringan
- Proses melahirkan
b. Nyeri kronik berhubungan dengan :
- Kontrol nyeri yang tidak adekuat
- Jaringan parut
- Kanker maligna
c. Ansietas berhubungan dengan nyeri kronis
d. Gangguan mobilitas fisik b.d :
- Nyeri muskuloskeletal
- Nyeri insisi
e. Gangguan pola tidur b.d nyeri yang dirasakan.
7. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan Keperawatan
Rencana Tindakan
( NOC )
(NIC )
Setelah dilakukan asuhan keperawatan x Manajemen nyeri
24 jam :
Kaji tingkat nyeri yang komprehensif : lokasi,
durasi, karakteristik, frekuensi, intensitas, factor
Melaporkan gejala nyeri terkontrol
pencetus, sesuai dengan usia dan tingkat
Melaporkan kenyamanan fisik dan psikologis
perkembangan.
Mengenali factor yang menyebabkan nyeri
Monitor skala nyeri dan observasi tanda non
Melaporkan nyeri terkontrol (skala nyeri: <4)
verbal dari ketidaknyamanan
Tidak menunjukkan respon non verbal adanya Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum
nyeri
menjadi berat

Menggunakan terapi analgetik dan non Kelola nyeri pasca operasi dengan pemberian
analgetik
analgesik tiap 4 jam, dan monitor keefektifan
Tanda vital dalam rentang yang diharapkan
tindakan mengontrol nyeri
Kontrol faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi
respon
klien
terhadap
ketidaknyamanan : suhu ruangan, cahaya,
kegaduhan.
Ajarkan tehnik non farmakologis kepada klien
dan keluarga : relaksasi, distraksi, terapi musik,
terapi bermain,terapi aktivitas, akupresur,
kompres panas/ dingin, masase.
imajinasi
terbimbing
(guided
imagery),hipnosis
( hipnoterapy ) dan pengaturan posisi.
Informasikan kepada klien tentang prosedur
yang dapat meningkatkan nyeri : misal klien
cemas, kurang tidur, posisi tidak rileks.
Ajarkan pada klien dan keluarga tentang
penggunaan analgetik dan efek sampingnya
Kolaborasi medis untuk pemberian analgetik,
fisioterapis/ akupungturis.
Nama Perawat
( ...........................................)

Diagnosa Keperawatan
(NANDA)
Gangguan pola tidur
berhubungan dengan :
Cemas / takut
Agen biokimia : obat
Keletihan
Suhu tubuh meningkat /demam
Depresi / berduka
Perpisahan dgn orang yg
terdekat/benda kesayangan
Nausea

Tujuan Keperawatan
( NOC )
Setelah dilakukan asuhan
ke perawatan selama ....x
24 jam :
Klien dapat tidur sesuai
dengan kebutuhan
Klien mengutarakan merasa
segar dan puas
Istirahat dan tidur cukup

Rencana Tindakan
(NIC )
Peningkatan kualitas tidur
Kaji pola tidur klien
Jelaskan pentingnya tidur yang
adekuat kepada klien dan keluarga
Identifikasi penyebab gangguan
tidur, Fisik: nyeri, sering Bak,
sesak nafas, batuk, demam, mual
dll.
Psikis: cemas, stress, lingkungan
dll.

- Sesak nafas
- Nyeri
- Lingkungan : pencahayaan,
bising, lingkungan baru

Diagnosa Keperawatan
(NANDA)
Tgl :
Jam :
Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan :
- Nyeri muskuloskeletal
- Nyeri insisi

Tujuan Keperawatan
( NOC )
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ...x 24jam klien menunjukkan:
- Mampu mandiri total
- Membutuhkan alat bantu
- Membutuhkan bantuan orang lain

Fasilitasi klien untuk tidur yang


adekuat : rubah posisi tidur sesuai
kondisi, berikan benda-benda yang
familier pada anak
Peningkatkan koping
Diskusikan pilihan yang realistis
terhadap terapi/ tindakan yang
akan dilakukan
Dorong klien untuk memiliki
harapan yg
realistis untuk
mengatasi perasaan putus asa
Dorong
klien
untuk
mengidentifikasi kekuatan dan
kemampuan yang ada pada diri
klien.
Libatkan dukungan dari keluarga
dan orang yang terdekat.
Ajurkan klien untuk berdoa sesuai
dengan kepercayaan yang dianut.
Manajemen
lingkungan:
kenyamanan
Ciptakan lingkungan yang tenang,
bersih, nyaman dan minimalkan
gangguan
Hindari suara keras dan
penggunaan lampu saat tidur
malam
Hindari tindakan keperawatan
pada waktu klien tidur
Batasi jumlah pengunjung

Rencana Tindakan
(NIC )
Latihan Kekuatan
Ajarkan dan berikan dorongan
pada klien untuk melakukan
program latihan secara rutin
Latihan untuk ambulasi
Ajarkan teknik Ambulasi &
perpindahan yang aman kepada

Membutuhkan bantuan orang klien dan keluarga.


lain dan alat
- Sediakan alat bantu untuk klien
- Tergantung total
seperti kruk, kursi roda, dan
walker
Dalam hal :
- Beri penguatan positif untuk
Penampilan posisi tubuh berlatih mandiri dalam batasan
yang benar
yang aman.
Pergerakan sendi dan otot
Latihan mobilisasi dengan
Melakukan perpindahan/ kursi roda
ambulasi : miring kanan-kiri,- Ajarkan pada klien & keluarga
berjalan, kursi roda
tentang cara pemakaian kursi
roda & cara berpindah dari kursi
roda ke tempat tidur atau
sebaliknya.
- Dorong klien melakukan latihan
untuk memperkuat anggota
tubuh
- Ajarkan pada klien/ keluarga
tentang cara penggunaan kursi
roda
Latihan Keseimbangan
- Ajarkan pada klien & keluarga
untuk dapat mengatur posisi
secara mandiri dan menjaga
keseimbangan selama latihan
ataupun dalam aktivitas sehari
hari.
Perbaikan Posisi Tubuh yang
Benar
- Ajarkan pada klien/ keluarga
untuk mem perhatikan postur
tubuh
yg
benar
untuk
menghindari kelelahan, keram
& cedera.
- Kolaborasi ke ahli terapi fisik
untuk program latihan

DAFTAR PUSTAKA

Perry dan Potter, 2002. Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Penerbit buku kedokteran :EGC
Tarwoto dan Wartonah, 2000, Kebutuhan Dasar Manusia, Penerbit Medika Salemba : Jakarta
Nian SP, 2010. Konsep dan proses keperawatan Nyeri. Graha Ilmu. Surakarta
Diposkan oleh sumantri di 21.17 Tidak ada komentar:
KONSEP DASAR NYERI
A. Pengertian nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Nyeri adalah suatu keadaan individu mengalami dan melaporkan adanya rasa tidak
nyaman yang berat atau perasaan tidak menyenangkan. (Diagnosa keperawatan edisi 8 Linda
Jual 1998).
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. (Judith M. Wilkinson
2002).
B. Fisiologi nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ
tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon
hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga
nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga
yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh
yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena
letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini
biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi
dalam dua komponen yaitu :
1. Reseptor A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang
memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri
dihilangkan
2. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada
daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi. Struktur reseptor
nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf,
otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul
merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ
viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini
biasanya tidak sensitif terhadap pemotongarn organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan,
iskemia dan inflamasi.
Jenis jenis nyeri :
1. Nyeri perifer dibagi menjadi 3 macam
Superficial nyeri yang muncul karena rangsangan pada kulit dan mukosa.

Visceral nyeri yang timbul karena stimulasi rasa nyeri pada rongga abdomen, cranium, dan
thorax
Nyeri alih nyeri yang d irasakan pada daerah yang jauh dari jariingan penyebab nyeri
2. Nyeri sentral nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis, batang otak, dan
thalamus.
3. Nyeri psikogenik nyeri yang tidak diketahui penyebeb fisiknya, atau dengan kata lain nyeri
ini timbul akibat pikiran si penderita itu sendiri yang dipengaruhi oleh faktor psikologis bukan
fisiologis.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

C. Etiologi Nyeri
Adapun Etiologi Nyeri yaitu:
Stimulasi Kimia (Histamin, bradikirun, prostaglandin, bermacam-macam asam)
Pembengkakan Jaringan
Spasmus Otot
Kehamilan
Inflamasi
Keletihan
Kanker
Agen Cedera ( Biologis )
D. Manifestasi klinis / Batasan Karakteristik
Gangguam Tidur
Posisi Menghindari Nyeri
Gerakan Menghindari Nyeri
Pucat
Perubahan Nafsu Makan
Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi pernafasan
E. Komplikasi
Edema Pulmonal
Kejang
Masalah Mobilisasi
Hipertensi
Hipovolemik
Hipertermia
F. Patofisiologi dan Pathway Keperawatan
Nyeri dapat disebabkan karenan beberapa hal seperti Stimulasi kimia, pembekakan
jaringan, Spasme otot, Kehamilan, Inflamasi dan Agen cedera yang lain ( agen biologis ).
Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan
jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut
saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus,
dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas
dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat.
Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas
atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi. Gejala yang mungkin
timbul karena nyeri ini seperti tanda-tanda inflamasi, febris (demam), perubahan denyut jantung,
perubahan tekanan darah.
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah
berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke
system saraf pusat. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa mekanisme nyeri adalah sebagai
berikut :

Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi dalam:


1. Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat adanya stimulus mekanis
terhadap nosiseptor.
2. Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer pada system saraf ( neliola, et
at, 2000 ).
3. Nyeri idiopatik, nyeri di mana kelainan patologik tidak dapat ditemukan.
4. Nyeri spikologik

Agen Pencetus
( Agen Sedera (Biologis), Zat Kimia, Fisik, Psikologi )

Deformitus
( Edem, Lesi, Tanda Infeksi, Pus/Nanah )

Reseptor Nyeri
( A Delta Dan Serabut C )

Spinal Cord Thalamus Cortex Cerebral

Effektor

Rasa Nyeri
G. Fokus Intervensi
Intervensi Preoritas NIC
a. Penatalaksanaan Nyeri : Meringankan dan mengurangi nyeri sampai pada tingkat
kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
Pemberian Analgetik : penggunaan agen-agen farmakologi untuk mengurangi dan
menghilanngkan nyeri.
H. Intervensi
1. Mandiri
Ukur Tanda-tanda vital
Rasional : tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
Kaji saat timbulnya nyeri dan intensitas nyeri
Rasional : untuk mengetahui pola nyeri dan penanganan yang tepat.
Kaji pola Istirahat pasien
Rasional : Untuk mengurangi nyeri
Berikut relaksasi / distraksi
Rasional : Pemberian distraksi relaksasi dapat mengurangi nyeri.
2. Kolaborasi
Pemberian Analgetik
Rasional : Analgetik digunakan untuk mengurangi nyeri yaitu dengan menghambat Sintesis
prostaglandin
3. Penkes

Anjurkan Pasien untuk berfikir positif dan tenang untuk mengurangi nyeri.
Beri penjelasan mengenai penanganan nyeri kepada klien dan keluarga

DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal dkk. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori & Aplikasi dalam
praktek. Jakarta: EGC.
Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Herdman, T Heather, 2010. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2009-2010.Jakarta:EGC

You might also like