Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 4
ABDI WIJAYA KONIYO
AFRILIA V.R PATRAS
AGUNG EKA.P NOHU
ELKA M. LAUDJI
INCA C. TANGAHU
NOVIA KUNE
IRON DJAFAR
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK) bagi perawat dan bidan
di rumah sakit dan Puskesmas, merupakan salah satu upaya yang telah dirintis dalam rangka
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan perawat dan bidan dilapangan klinis. Sistem dan
model yang dikembangkan dalam SPMKK adalah sesuatu yang baru di Indonesia dan
mempunyai daya ungkit yang cukup tinggi untuk mendorong perawat dan bidan dalam
meningkatkan tanggung jawab dan akuntabilitas secara profesional.
Dalam konsep SPMKK ada lima hal yang menjadi fokus kegiatan dan saling
menunjang antara lain : standar, deskripsi pekerjaan, indikator kinerja, refleksi diskusi kasus,
sistem monitoring dan pelatihan keterampilan manajerial. Tujuan dari penyusunan pedoman
dan instrumen penerapan SPMKK ini adalah untuk memberikan gambaran yang jelas bagi
pelatih dalam menerapkan SPMKK, sehingga pengembangan dan kesinambungan SPMKK
akan tetap dapat dipertahankan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
khususnya dan pelayanan kesehatan umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK)
SPMKK adalah upaya peningkatan kemampuan manajerial dan kinerja perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan disarana atau institusi pelayanan kesehatan untuk
mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu (Depkes, 2006)
Pada bulan Oktober 2000 - Maret 2001, Tim Konsultan WHO bekerja sama dengan
Kelompok Kerja Perawat Tingkat Nasional Depkes, mengembangkan satu model Sistim
Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK) guna meningkatkan kemampuan
manajerial dan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada tatanan
rumah sakit dan puskesmas. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 oleh WHO dan
Keperawatan Depkes di Provinsi Kaltim, Sumut, Sulut, Jabar dan DKI menunjukan gambaran
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Komitmen
Komitmen dapat diartikan sebagai janji atau tanggungjawab. Hal ini dapat diartikan
bahwa setiap orang/pihak/institusi yang berkomitmen terhadap SPMKK berjanji untuk
melaksanakan SPMKK. Adanya komitmen ini sangat diperlukan mulai dari tingkat
pimpinan/pengambilan keputusan dipemerintahan sampai kelevel yang paling bawah.
Komitmen merupakan suatu komponen yang dapat menjamin kesinambungan kegiatan.
2.
Kualitas
Pelaksanaan SPMKK diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
(SDM) keperawatan meliputi kinerja dan hasil pelayananya. Peningkatan kinerja perawat
akan mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan menjadi lebih baik sehingga akan
meningkatkan citra pelayanan keperawatan disarana pelayanan kesehatan.
3.
Kerja Tim
SPMKK baru difokuskan kepada perawat tetapi mendorong adanya kerjasama
kelompok (team work) antar tenaga kesehatan, karena kerjasama tim merupakan salahsatu
penentu keberhasilan pelayanan kesehatan.
4.
Pembelajaran Berkelanjutan
Penerapan
SPMKK
memberikan
kondisi
terjadinya
pembelajaran
yang
mereka bekerja sesuai dengan standar dan uraian tugas serta diikuti dengan monitoring dan
evaluasi yang dapat meminimalkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan. Adanya kejelasan
tugas memungkinkan setiap orang bekerja pada area yang telah ditetapkan.
1. Membangun komitmen
Membangun komitmen dengan semua pihak yang terkait/stakeholder dengan
pengembangan SPMKK untuk itu perlu adanya sosialisasi dan koordinasi.
2. Melibatkan stakeholder
Dengan komitmen, keterlibatan stakeholder dapat memberikan dukungan moril dan
material dalam penerapan SPMKK.
3. Mengelola sumber daya
Pengelolaan
SDM,
sumber
dana,
dan
fasilitas
dapat
ditingkatkan
untuk
meningkatkan motivasi dan pendayagunaan staf, dapat digunakan untuk mengukur mutu
pelayanan serta melindungi masyarakat atau klien dari pelayanan yang tidak bermutu.
Standar adalah suatu pedoman atau model yang disusun dan disepakati bersama
serta dapat diterima pada suatu tingkat praktik untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
(Reyers, 1983).
Standar
yang
ditetapkan
harus
memenuhi
kreteria
yaitu
Ketentuan standar
1. Harus ditulis dan dapat diterima untuk dilaksanakan oleh para pelaksana.
2. Mengandung komponen struktur, proses, hasil.
3. Standar dibuat berorientasi pada pelanggan, staf dan sitem dalam
organisasi
4. Standar harus disyahkan atau disetujui oleh yang berwenang.
b.
Komponen standar
1. Standar struktur atau standar input menjelaskan praturan, kebijakan tatanan
dalam organisasi, meliputi filosofi dan obyektif organisasi dan administrasi,
kebijakan dan peraturan, staffing dan pembinaan, deskripsi pekerjaan,
fasilitas dan peralatan.
2. Standar proses adalah kegiatan dan interaksi antara pemberi dan penerima
asuhan yang berfokus pada kinerja petugas secara profesional dalam tatanan
klinis meliputi fungsi, tanggungjawab, dan akontabilitas, manajemen
kinerja klinis, monitoring dan evaluasi kinerja klinis.
3. Standar hasil adalah hasil asuhan dalam kaitannya dengan status pasien.
Standar ini berfokus pada asuhan pasien yang prima meliputi kepuasan
pasien, keamanan pasien, kenyamanan pasien.
c.
Manfaat Standar
1. Menetapkan norma dan memberikan kesempatan anggota masyarakat dan
perorangan
mengetahui
diharapkan/diinginkan
bagaimana
karena
standar
tingkat
tertulis
pelayanan
yang
sehingga
dapat
3. Berfokus pada inti dan tugas penting yang harus ditunjukkan pada situasi
aktual dan sesuai dengan kondisi lokal.
4. Meningkatkan efisiensi dan mengarahkan pada pemanfaatan sumber daya
dengan lebih baik
5. Meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf.
6. Dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik pada keadaan dasar
maupun post basic pelatihan dan pendidikan.
2. Uraian tugas
Uraian tugas adalah seperangkat fungsi, tugas, dan tanggungjawab yang dijabarkan
dalam suatu pekerjaan yang dapat menunjukan jenis dan spesifikasi pekerjaan, sehingga
dapat menunjukan perbedaan antara pekerjaan yang satu dengan yang lainnya. Uraian tugas
merupakan dasar utama untuk memahami dengan tepat tugas dan tanggugjawab serta
akuntabilitas setiap perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya.
a.
klinis
berhubungan
dengan
kompetensi,
tanggungjawab
dan
Identifikasi pekerjaan
Analisa pekerjaan
Analisa kegiatan setiap pekerjaan
Evaluasi fungsi melalui analisis kinerja dengan menggunakan penilaian
kinerja.
5. Analisis indikator kinerja untuk setiap kompetensi
Tujuh kriteria yang harus dipertimbangkan dalam uraian tugas sebagai berikut :
1. Diskripsi pekerjaan harus terkini dan akurat untuk persyaratan fungsi dan
tugas yang diperlukan.
2. Posisi/jabatan klinis harus jelas berdasarkan ketentuan dan jenjang karir yang
ditetapkan oleh organisasi.
3. Diskripsi pekerjaan menunjukan jenis dan spesifikasi pekerjaan, bagaimana
dan untuk apa pekerjaan tersebut berbeda satu dengan yang lainnya.
4. Diskripsi pekerjaan harus lengkap dan tidak mendetail, sehingga dapat
mengembangkan fungsi dan tugas lebih luas.
5. Adanya rancangan standar yang digunakan pada semua pekerjaan bagi
masing-masing kategori.
6. Diskripsi pekerjaan harus realistis untuk aspek teknis dan sumber daya
manusia yang memungkinkan.
7. Diskripsi pekerjaan harus selalu direvisi sesuai dengan kondisi terkini.
3. Indikator kinerja
Indikator kinerja perawat adalah variabel untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan
kegiatan dalam waktu tertentu. Indikator yang berfokus pada hasil asuhan keperawatan
kepada pasien dan proses pelayanannya. Indikator klinis adalah ukuran kuantitas sebagai
pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien yang berdampak
terhadap pelayanan.
a.
Tujuan :
1. Meningkatkan prestasi kerja staf sehingga mendorong peningkatan kinerja staf
2. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan meningkatkan hasil
kerja melalui prestasi pribadi.
3. Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan perasaannya
tentang pekerjaan, sehingga terbuka jalur komunikasi dua arah antara
pimpinan dan staf.
b.
Karakteristik Indikator :
1. Sahih (valid) artinya indikator benar-benar dapat dipakai untuk mengukur
aspek-aspek yang akan dinilai.
2. Dapat dipercaya (reliable) artinya mampu menunjukkan hasil yang sama pada
saat yang berulangkali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.
Klasifikasi indikator :
1. Indikator input : merujuk pada sumber-sumber yang diperlukan untuk
melaksanakan aktivitas misalnya personil, alat, informasi, dana , peraturan.
2. Indikator proses : memonitor tugas atau kegiatan yang dilaksanakan.
3. Indikator out put : mengukur hasil meliputi cakupan, pengetahuan, sikap dan
perubahan perilaku yang dihasilkan oleh tindakan yang dilakukan. Indikator
ini juga disebut indikator effect.
4. Indikator out come : dipergunakan untuk menilai perubahan atau dampak
(impact) suatu program, perkembangan jangka panjang termasuk perubahan
status kasehatan masyarakat/penduduk.
1. Sistem yang didukung oleh manajer lini pertama (supervisor) dan didukung oleh
atasan langsung yang mendorong serta mewajibkan anggotanya untuk melaksanakan
RDK secara rutin, terencana dan terjadual dengan baik. Diatur dalam SK dan Prosedur
Tetap Pelaksanaan RDK.
2. Merupakan satu kelompok profesi
3. Kasus/issu yang menarik diambil dari pengalaman kinerja klinik
4. Ditunjuk satu orang sebagai penyaji kasus, satu orang sebagai fasilitator dan beberapa
orang sebagai peserta diskusi, posisi fasilitator, penyaji dan peserta lain dalam diskusi
setara/sejajar.
5. Persyaratan administratif : jadual, laporan kasus, lembar daftar hadir, lembar notulen.
6. Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman kinerja klinis yang
menarik dan memberikan motivasi pada peningkatan kinerja.
7. Waktu pelaksanaan tidak terlalu lama : singkat, padat dan terorganisir dengan baik 1
jam.
8. Posisi
duduk
sebaiknya
melingkar
dan
saling
berhadapan
sehingga
bisa
c.
DAFTAR PUSTAKA
Donabedian, A. (1982) Explorations in Quality Assessment and Monitoring. Volume II : The
Criteria and Standars of Quality, Michigan: Health Administration Press.
Departemen Kesehatan RI. (1997) Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan Di Rumah Sakit. Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Direktorat RSU dan
Pendidikan, Jakarta.
Departemen
Kesehatan
RI.,
WHO.,
Sistem
Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik Untuk Perawat Dan Bidan Di Rumah Sakit Dan
Puskesmas. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2006) Modul Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik
(PMKK) Perawat & Bidan. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, (2008) Modul Materi Komponen Dasar SPMKK, Dinas
Kesehatan Kabupaten Sleman, Yogyakarta.