You are on page 1of 11

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).
Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri
sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan
keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Captain, 2008).
Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian. Perilaku desttruktif diri langsung mencakup
aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari hal ini
sebagai hasil yang diinginkan. Perilaku destruktif diri tak langsung termasuk
tiap aktivitas kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada
kematian. Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi pada
kematian akibat perilakunya dan biasanya menyangkal apabila dikonfrontasi
(Stuart & Sundeen, 2006). Menurut Shives (2008) mengemukakan rentang
harapan putus harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif
Adaptif

Peningkatan
bunuh diri

Maladaptif

Pengambilan resiko

Perilaku

Pencederaan

yang meningkatkan

desdruktif diri

diri

pertumbuhan

langsung

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh normanorma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon
maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya
setempat. Respon maladaptif antara lain :
1. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis.
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan
masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang
bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan
koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.
1

2. Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan
merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya :
kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu
akan merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semuanya dapat
berakhir dengan bunuh diri.
a. Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai
dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada
saat individu ke luar dari keadaan depresi berat.
b. Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Laraia, 2005).
B. Etiologi
Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :
1. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
2. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
3. interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti.
4. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri.
5. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
C. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart Gw & Laraia (2005), faktor predisposisi bunuh diri antara
lain :
1. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga
gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh
diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
a. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
2

b. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan
faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
c. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.
d. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku
destrukif diri.
D. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusan.
E. Patopsikologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap
membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak
kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk
melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori:
1. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan
ambevalensi seseorang tentang kematian kurangnya respon positif dapat
ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan
bunuh diri.
3

2. Upaya bunuh diri


Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu
yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan.
Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin
mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada
waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut
mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan
harga dirinya ( Stuart & Sundeen, 2006).
Gambar 2.1 proses perilaku bunuh diri
Peningkatan verbal/ non verba
Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri

Ancaman bunuh diri

Ambivelensi tentang kematian

Kurangnya respon positif

Upaya bunuh diri

Bunuh diri
( Stuart & Sundeen, 2006)
4

F. Tanda dan Gejala


Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut
tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk
melakukan rencana bunuh diri tersebut adalah: keputusasaan, celaan
terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna, alam perasaan
depresi, agitasi dan gelisah, insomnia yang menetap, penurunan BB,
berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial. Adapun
12

petunjuk psikiatrik anatara lain: upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan


afektif, alkoholisme dan penyalahgunaan obat, kelaianan tindakan dan
depresi mental pada remaja, dimensia dini/ status kekacauan mental pada
lansia. Sedangkan riwayat psikososial adalah: baru berpisah, bercerai/
kehilangan, hidup sendiri, tidak bekerja, perubahan/ kehilangan pekerjaan
baru dialami, faktor-faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan,
kegiatan kognitif dan negatif, keputusasaan, harga diri rendah, batasan/
gangguan kepribadian antisosial.
1) Rencana Tindakan Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan Harga diri rendah
Tujuan umum: Klien dapat berhubungan dengan lain secara optimal untuk
mengungkapkan sesuatu yang dia rasakan pada orang yang dipercaya.
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Bina hubungan saling
percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapetik.
1) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal.
2) Perkenalkan diri dengan sopan.
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien.
4) Jelaskan tujuan pertemuan.
5) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
6) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
3) Utamakan memberi pujian yang realistik.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
1) Diskusikan penggunaannya.kemampuan yang
digunakan.
2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan

masih

dapat

2. Diagnosa keperawatan Resiko bunuh diri


Tujuan umum: Klien tidak melakukan tindakan bunuh diri dan
mengungkapkan kepada seseorang yang dipercaya apabila ada masalah.
Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menerapakan


prinsip komunikasi terapetik.
1) Sapa klien dengan ramah dan sopan.
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang diuskai
klien.
4) Juluskan tujuan pertemuan.
5) Jujur dan menepati janji.
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
7) Beri perhatian kepda klien.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
2) Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan kesal.
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko bunuh diri
4) Anjurkan klien mengungkapkan perasaan jengkel.
5) Observasi tanda-tanda resiko bunuh diri.
6) Menyimpulkan bersama sama klien resiko bunuh diri yang dialami.
c. Klien dapat mengidentifikasi resiko bunuh diri yang biasa dilakukan.
1) Menganjurkan percobaan bunuh diri yang biasa dilakukan.
2) Berbicara dengan klien apakah cara yang dilakukan salah.
d. Klien dapat mengidentifikasi akibat resiko bunuh diri.
1) Bicarakan akibat dan kerugian dari resiko bunuh diri.
2) Menyimpulkan bersama klien akibat dari resiko bunuh diri.
e. Klien dapat mengidentifikasi cara berespon resiko bunuh diri.
1) Diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara yang sehat
untuk menghadapi masalah.
f. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol tindakan resiko bunuh
diri.

1) Bantu klien untuk mengatasi masalah.


2) Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang dipilih.

g. Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual.


1) Menganjurkan klien untuk berdoa dan sholat.
h. Klien dapat menggunakan obat secara benar.
1) Jelaskan cara minum obat dengan klien.
2) Diskusikan manfaat minum obat.
i. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol tindakan bunuh
diri.
1) Identifikasi keluarga merawat klien.
2) Jelaskan cara merawat klien.
j. Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk tidak melakukan tindakan
bunuh diri.
1) Lindungi klien untuk tidak melakukan bunuh diri.
3. Diagnosa keperawatan koping yang tak efektif
Tujuan umum: Klien dapat memilih koping yang efektif agar tidak
melakukan bunuh diri.
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menerapakan
prinsip komunikasi terapetik.
1) Sapa klien dengan ramah dan sopan.
2) Perkenalkan diri dengan sopan,
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
4) Jelaskan tujuan pertemuan.
5) Jujur dan menepati janji.
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
7) Beri perhatian kepada klien.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

2) Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan kesal.


c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko bunuh diri.
1) Anjurkan klien mengungkapkan perasaan jengkel.
2) Observasi tanda-tanda resiko bunuh diri.
3) Menyimpulkan bersama sama klien resiko bunuh diri yang dialami.
d. Klien dapat mengidentivikasi resiko binuh diri yang biasa dilakukan.
1) Menganjurkan percobaan bunuh diri yang biasa dilakukan.
2) Berbicara dengan klien apakah cara yang dilakukan salah.
e. Klien dapat mengidentivikasi akibat resiko bunuh diri.
1) Bicarakan akibat dan kerugian dari resiko bunuh diri.
2) Menyimpulkan bersama klien akibat dari resiko bunuh diri.
f. Klien dapat mengidentivikasi cara berespon resiko bunuh diri.
1) Diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara yang
sehat untuk menghadapi masalah.
g. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol tindakan resiko bunuh
diri.
1) Bantu klien untuk mengatasi masalah.
2) Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang dilih.
h. Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual.
1) Menganjurkan klien untuk berdoa dan sholat.
i. Klien dapat menggunakan obat secara benar.
1) Jelaskan cara minum obat dengan klien.
2) Diskusikan manfaat minum obat.
j. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol tindakan bunuh
diri.
1) Identifikasi keluarga merawat klien.
2) Jelaskan cara merawat klien.
k. Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk tidak melakukan tindakan

bunuh diri.
1) Lindungi klien untuk tidak melakukan bunuh diri (Stuart , 2009)
H. Pohon Masalah
Harga diri rendah
Core problem
Resiko bunuh diri

Koping tak efektif


( Stuart , 2009)
1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada prilaku percobaan bunuh
diri:
a. Resiko bunuh diri.
b. Harga diri rendah
c. Koping yang tak efektif.
4. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun. Sebelum melaksanakan tindakan yang
telah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah
rencana tindakan masih sesuai dengan kebutuhannya saat ini (here and
now). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan
interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman bagi klien, jika aman maka
tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.
5 . Evaluasi
1. Ancaman terhadap integritas fisik atau sistem dari klien telah berkurang
dalam sifat, jumlah asal atau waktu.
2. Klien menggunakan koping yang adaptif.
3. Klien terlibat dalam aktivitas peningkatan diri.
4. Prilaku klien menunjukan kepedualiannya terhadap kesehatan fisik,
psikologi dan kesejahteraan sosial.

You might also like