Professional Documents
Culture Documents
HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan praktikum kinetika fermentasi untuk menghasilkan vinegar apel dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kinetika Fermentasi dalam Produksi Minuman Vinegar Kelompok A1 A5
Ke
Perlakuan
Waktu
1
l
1
Sari apel + S.
cereviciae
Sari apel + S.
cereviciae
Sari apel + S.
cereviciae
Sari apel + S.
cereviciae
N0
N24
N48
N72
N96
N0
N24
N48
N72
N96
N0
N24
N48
N72
N96
N0
N24
N48
N72
N96
17
71
38
36
21
5
78
127
170
180
2
76
80
88
140
4
83
106
107
107
MO tiap petak
2
3
4
54
39
31
26
8
80
130
185
198
3
64
77
94
152
2
96
154
103
105
4
58
30
20
19
1
90
129
168
192
2
72
85
90
177
2
112
49
45
137
4
8
62
32
27
8
2
96
126
162
183
1
80
81
98
182
8
95
109
103
131
Rata-rata MO
Rata-rata MO
OD (nm)
pH
Total asam
tiap petak
8,25
61,25
34,75
28,5
18,5
4
86
128
171,25
188,25
2
73
80,75
92,5
162,75
4
96,5
104,5
89,5
120
tiap CC
3,3 x 107
2,45 x 108
1,39 x 108
1,14 x 108
7,4 x 107
1,6 x 107
3,44 x 108
5,12 x 108
6,85 x 108
7,53 x 108
8 x 106
2,92 x 108
3,23 x 108
3,7 x 108
6,51 x 108
1,6 x 107
3,86 x 108
4,18 x 108
3,58 x 108
4,8 x 108
0,1090
0,4995
0,6428
1,2812
0,8054
0,0889
0,6578
0,7935
1,2631
0,6415
0,1045
0,7367
0,8530
1,1675
0,5377
0,1003
0,8273
0,7386
1,3832
1,1055
3,14
3,11
3,20
3,24
3,28
3,13
3,11
3,20
3,25
3,28
3,14
3,13
3,19
2,90
3,29
3,16
3,13
3,09
3,23
3,29
(mg/ml)
10,56
13,44
12,67
12,48
12,67
10,56
12,48
12,29
12,10
12,48
10,37
13,06
12,67
12,48
12,86
10,94
12,29
12,10
12,48
12,48
Sari apel + S.
cereviciae
N0
N24
N48
N72
N96
4
119
36
34
25
4
83
36
47
36
5
57
40
45
37
3
53
39
41
26
4
78
37,75
41,75
31
1,6 x 107
3,12 x 108
1,51 x 108
1,67 x 108
1,04 x 108
0,1022
0,6539
0,7191
1,3256
0,3242
3,18
3,14
3,19
3,26
3,29
11,14
12,86
12,67
12,10
12,86
Pada tabel 1, dapat diketahui hasil fermentasi vinegar apel dimana perlakuan yang diberikan oleh tiap kelompok sama yaitu dengan
perlakuan shaker. Pengamatan dilakukan selama 5 hari, yaitu pada jam ke-0 (N 0), jam ke-24 (N24), jam ke-48 (N48), jam ke-72 (N72), jam
ke-96 (N96). Pengamatan dilakukan meliputi pengukuran biomassa dengan haemocytometer, pH, total asam, dan OD. Hasil pengamatan
mengenai jumlah mikroorganisme pada kelompok A2, dan A3 cenderung meningkat seiring berjalannya waktu. Sedangkan pada kelompok
A1 dan A5 cenderung meningkat hingga N24 dan mulai turun pada N48. Selain itu, pada kelompok A4 didapatkan hasil cenderung
meningkat hingga N48 dan mengalami penurunan pada H72 kemudian mengalami peningkatan kembali pada N96. Pada hasil pengamatan OD
didapatkan hasil untuk semua kelompok cenderung meningkat hingga N 72 dan turun pada N96 selama penyimpanan. Untuk hasil
pengamatan pH dan total asam untuk semua kelompok didapatkan hasil yang fluktuatif selama proses penyimpanan dimana untuk pH
berkisar antara 2,90 3,29 dan untuk total asam berkisar antara 10,56 13,44 mg/ml. Hasil pengamatan yang lebih jelas dapat dilihat dari
grafik hubungan yaitu Grafik 1. hingga Grafik 5. Berikut :
OD
1.6000
1.4000
1.2000
1.0000
0.8000
0.6000
0.4000
0.2000
0.0000
0.5
1.5
2.5
3.5
4.5
5.5
Waktu
A1
A2
A3
A4
A5
400000000
300000000
200000000
100000000
0
0.5
1.5
2.5
3.5
waktu
A1
A2
A3
A4
A5
4.5
5.5
Pada grafik 2 di atas dapat dilihat jumlah sel pada kelompok A2 dan A3 cenderung
meningkat seiring berjalannya waktu. Sedangkan pada kelompok A1 dan A5 cenderung
meningkat hingga N24 dan mulai turun pada N48. Selain itu, pada kelompok A4
didapatkan hasil cenderung meningkat hingga N48 dan mengalami penurunan pada H72
kemudian mengalami peningkatan kembali pada N96.
Grafik 3. Grafik Hubungan Antara Jumlah Sel Mikroorganisme dengan pH Vinegar
A2
A3
A4
A5
Pada grafik 3 di atas dapat dilihat bahwa pada kelompok A1, A3, A4, dan A5 memiliki
hasil yang fluktuatif dimana peningkatan mikroorganisme akan meningkatkan atau
menurunkan nilai pH. Namun pada kelompok A2 didapatkan hasil dengan adanya
peningkatan mikroorganisme juga menaikan nilai pH.
Grafik 4. Grafik Hubungan Antara Jumlah Sel dengan OD
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
1.4
1.6
OD
A1
A2
A3
A4
A5
Pada grafik 4 di atas dapat diketahui bahwa nilai OD cenderung meningkat hingga N 72
dan mengalami penurunan pada N96. Secara umum, ketika peningkatan sel terjadi maka
nilai OD juga akan mengalami peningkatan tetapi pada N96 ketika jumlah sel meningkat,
nilai OD mengalami penurunan.
Grafik 5. Grafik Hubungan Antara Jumlah Sel Mikroogranisme dengan Total Asam
A2
A3
A4
A5
Pada grafik 5 di atas dapat diketahui bahwa data tersebut memiliki nilai yang fluktuatif
pada semua kelompok dimana peningkatan mikroorganisme diikuti dengan kenaikan
total asam dan begitu pula sebaliknya.
2.
3.
PEMBAHASAN
4.
dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis bahan seperti sari buah apel malang
yang merupakan hasil juicer, aquades steril, inokulum yeast Saccharomyces cereviceae
dalam media cair. Sari apel didapatkan dari hasil pengepresan buah apel yang ketika
dilakukan fermentasi maka akan menghasilkan alkohol dimana apel tersebut
mempunyai sifat yang menyehatkan tubuh sehingga baik untuk dikonsumsi baik berupa
buah segar ataupun produk olahan makanan atau minuman (Nogueira et al, 2008). Salah
satu produk minuman yang merupakan hasil olahan dari apel yaitu vinegar apel dimana
minuman ini mengandung alkohol dan didapatkan dari hasil fermentasi sari apel.
Namum, kandungan alkohol dalam vinegar apel ini tergolong rendah.
5.
6.
Penggunaan apel sebagai produk minuman vinegar ini dilakukan karena apel
mengandung zat gizi yang diperlukan oleh tubuh seperti kalsium, vitamin A, vitamin
B1, vitamin B2, dan vitamin C, serta mengandung fosfor, serat pangan, dan besi
(Bambang, 1997). Margantan (2001), menambahkan bahwa apel juga mengandung
antioksidan yang berguna untuk menangkal radikal bebas dan membantu perbaikan
metabolisme tubuh. Selain itu, apel juga bersifat antiseptik dimana konsumsi apel akan
menekan jumlah bakteri jahat yang mengganggu dalam saluran pencernaan,
melancarkan aliran darah, meningkatkan metabolisme tubuh, dan mengatasi ketika
mengalami keracunan, serta menekan terjadinya obesitas karena adanya kandugan serat
pangan pada apel.
7.
8.
Pada praktikum ini, jenis apel yang digunakan yaitu apel malang. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikatakan Realita & Debby (2010), yang mengatakan bahwa semua
jenis buah yang mengandung gula yang cukup dapat dipakai sebagai bahan untuk
membuat minuman vinegar. Menurut Damtew et al (2012) dari jurnal yang ditulis
dengan judul Evaluation of Growth Kinetics and Biomass Yield Efficiency of
Industrial Yeast Strains, mengatakan bahwa kandungan gula dibutuhkan oleh khamir
S. Cereviceae untuk tumbuh karena gula ini akan menjadi sumber energi utama. Pada
praktikum ini, buah apel dicuci dan langsung diproses dengan juicer tanpa adanya
pengupasan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan teori Realita & Debby (2010), yang
mengatakan bahwa sebaiknya apel yang digunakan tidak dilakukan pengupasan karena
kulit apel mempunyai kandungan senyawa yang akan berpengaruh terhadap cita rasa
dan aroma dari sari apel yang terbentuk.
9.
10.
Pada praktikum ini, analisa yang dilakukan pada sampel vinegar yaitu
Langkah pertama yaitu menyiapkan media pertumbuhan yaitu sari apel malang
yang dilakukan dengan memotong apel tanpa proses pengupasan dan diproses dengan
juicer agar didapatkan sari apel. Kemudian dilakukan penyaringan dengan kain saring
agar ampas tidak ikut terbawa untuk media pertumbuhan.
13.
14.
Sari apel diambil sebanyak 250 ml dan dimasukan ke dalam erlenmeyer dan
dilakukan sterilisasi pada suhu 121C selama 15 menit. Tujuan dari dilakukan proses
sterilisasi yaitu untuk membunuh bakteri patogen dan mikroorganisme kontaminan
sehingga inokulum dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan vinegar apel yang
mempunyai kualitas baik (Realita & Debby, 2010).
15.
16.
17. Gambar 1. Pencucian Apel Malang sebelum di juicer.
18.
19.
20. Gambar 2. Apel malang di juicer.
21.
22.
23. Gambar 3. Sari apel malang yang diperoleh dan disaring.
24.
25.
26. Gambar 4. Sari apel malang yang siap di sterilisasi.
27.
28.
29.
10
35.
Proses inkubasi dilakukan selama 5 hari dan pada jangka waktu tersebut maka
minuman vinegar apel akan terbentuk karena adanya proses fermetnasi. Winarno et al
(1980), mengatakan bahwa fermentasi adalah suatu proses metabolisme yang
menghasilkan gas karbondioksida dan alkohol yang merupakan hasil pemecahan dari
gula oleh suatu mikroorganisme tertentu.
36.
37.
Fungsi dari digunakannya shaker imcubator pada praktikum ini yaitu untuk
mencukupi kebutuhan oksigen untuk khamir dengan proses aerasi (Said, 1987). Proses
aerasi terjadi dengan menimbulkan gelombang kecil pada media karena adanya
goyangan oleh shaker incubator. Proses ini juga berguna untuk proses pengadukan agar
sel mikroba dapat tercampur dengan rata pada media sari apel yang dipakai. Van Hoek
et al (2004), mengatakan bahwa dilakukannya proses aerasi ini sangat baik dalam
pembuatan minuman vinegar apel karena pertumbuhan Saccharomyces cereviceae akan
berlangsung secara aerob atau membutuhkan adanya oksigen sehingga dengan
kebutuhan oksigen yang terpenuhi maka Saccharomyces cereviceae akan dapat tumbuh
dengan baik sehingga minuman vinegar apel yang dihasilkan akan memiliki kualitas
yang baik. Sedangkan fungsi dari agitator yaitu untuk menurunkan ukuran gelembung
udara dan mengurangi difusi, serta untuk menciptakan kondisi lingkungan yang stabil
(Stanburry & Whitaker, 1984).
38.
39.
Pada praktikum ini, pengamatan dilakukan setiap 24 jam sekali selama 5 hari.
Pengambilan sampel harus dilakukan secara aseptis dimana pengambilan sampel ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dari Saccharomyces
cereviceae. Sehingga pengambilan sampel dilakukan dalam ruang UV agar tidak terjadi
kontaminasi oleh bakteri patogen.
40.
41.
Pengamatan pertama yang dilakukan yaitu uji biomassa di dalam media vinegar
11
bawah mikroskop dan biasanya dipakai untuk sel yang memiliki ukuran sebesar sel
darah merah. Haemocytometer dapat digunakan untuk menghitung kepadatan sel dalam
media yang memiliki konsentrasi rendah (Hadioetomo, 1993). Atlas (1984),
menambahkan bahwa pada alat tersebut mempunyai 9 kotak yang dipisahkan oleh 3
garis. Pada 9 kotak tersebut didalamnya terdapat 16 kotak kotak kecil. Jumlah sel
yang dihitung yaitu sel sel Saccharomyces cereviceae yang berada di dalam 4 kotak
besar yang letaknya berdekatan.
42.
43.
Pada waktu pengamatan, sampel yang akan diteliti diambil terlebih dahulu
12
45.
46.
47.
Perhitungan untuk nilai rata rata per jumlah sel dalam setiap petak dilakukan
dengan cara merata rata jumlah sel yang sudah dihitung pada 4 kotak. Lalu, nilai rata
rata per jumlah sel setiap cc nya dihitung dari membagi rata rata per jumlah sel tiap
petak dengan volume petak. Volume petak didapatkan ukuran 0,05 mm x 0,05 mm x 0,1
mm. Nilai rata rata per jumlah sel tiap petaknya berbanding lurus dengan nilai rata
rata per jumlah sel setiap cc nya. Tujuan dari dilakukan pengukuran laju kinetika untuk
pertumbuhan Saccharomyces cereviceae yaitu untuk mengetahui sejauh mana
fermentasi yang terjadi dapat menghasilkan etanol yang berasal dari hasil reduksi gula
dari substrat sari apel.
48.
48.1.1. Penentuan Total Asam di dalam Sampel Cider Apel selama Fermentasi
13
49.
Pengamatan kedua pada praktikum ini yaitu dilakukan pengujian total asam
dengan menggunakan metode titrasi. Metode ini dimulai dengan mengambil sampel
sebanyak 10 ml dan dilakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N. Sebelum titrasi dilakukan,
harus diberi penambahan indikator PP sebanyak 3 tetes hingga sampel berubah warna
menjadi lebih merah muda. Volume NaOH yang dibutuhkan selama titrasi digunakan
untuk mengetahui total asam dengan memasukan data ke dalam rumus :
50.
51.
52.
53.
Petrucci & Suminar (1987), mengatakan bahwa proses titrasi dilakukan dengan
larutan standar yang dapat berupa asam atau basa kuat yang sebelumnya sudah
diketahui konsentrasinya. Pada praktikum ini digunakan NaOH 0,1 N yang merupakan
basa kuat sehingga sudah sesuai dengan teori yang ada. Sebelum dititrasi, sampel diberi
penambahan indikator PP yang menurut Solomon (1983), mengatakan bahwa perubahan
warna akan terjadi menjadi tidak berwarna pada kondisi asam ataupun netral dan akan
menjadi berwarna merah muda ketika berada pada kondisi basa pada akhir titrasi.
Indikator PP akan bekerja dengan baik ketika berada pada pH dengan kisaran 8 9.
54.
54.1.1. Pengukuran pH Minuman Vinegar/ Cider Apel
55.
14
57.
pengukuran nilai OD yang dilakukan untuk melihat hubungan antara kepadatan sel
dengan nilai absorbansi. Langkah diawali dengan mengambil sampel sebanyak 3 ml dan
melakukan pengukuran OD dengan menggunakan alat spektrofotometer dengan
menggunakan panjang gelombang yaitu 660 nm. Semakin banyak jumlah sel yang ada
di dalam sampel tersebut maka nilai absorbansi akan mengalami peningkatan (Pelezar
& Chan, 1976).
58.
59.
gelombang ini cocok digunakan untuk Saccharomyces cereviceae. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sevda & Rodrigues (2011) dari jurnal yang ditulis dengan judul
Fermentative Behaviour of Saccharomyces Strains During Guava (Psidium Guajava
L) Must Fermentation and Optimization of Guava Wine Production, yang mengatakan
bahwa panjang gelombang 660 nm sudah sesuai untuk digunakan dalam pengukuran
OD untuk melihat tingkat pertumbuhan dari Saccharomyces cereviceae.
60.
60.1. Hasil Praktikum Kinetika Fermentasi Cider Apel Malang
61.
Hasil
pengamatan
mengenai
jumlah
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa jumlah sel dari masing masing
kelompok berbeda dimana jumlah sel ada yang mengalami peningkatan tetapi ada juga
yang mengalami penurunan selama penyimpanan. Hal ini mungkin terjadi karena faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme seperti suhu,
15
kelembaban, pH, oksigen, dan nutrien (Hayes, 199). Oleh karena hal tersebut tidak
dapat dikendalikan dengan baik maka hasil yang didapatkan menjadi bersifat fluktuatif.
Anna (2006) dari jurnal yang berjudul The Growth of Saccharomyces cerevisiae yeast
in Cadmium Enriched Media, mengatakan bahwa kandungan nutrien akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan dari khamir. Adanya kandungan Cd2+ pada media akan
menghambat pertumbuhan dari khamir dimana hal ini dapat dicegah dengan pemberian
garam kalsium dan zinc.
64.
64.1.1. Hubungan OD dengan Waktu Fermentasi
65.
yaitu cenderung terus meningkat selama penyimpanan hingga N 72 dan turun pada N96.
Tetapi pada data kelompok A4 mendapatkan hasil yang fluktuatif dimana peningkatan
terjadi hingga N24 dan terjadi penurunan pada N48 kemudian mengalami peningkatan
pada N72 dan kembali mengalami penurunan pada N96
66.
67.
Hasil pengamatan yang didapatkan sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Prasetia, E. W & Sunarno, H (2012), yang mengatakan bahwa semakin lama waktu
fermentasi maka jumlah sel akan semakin meningkat dimana hal ini ditunjukan oleh
penampakan larutan yang semakin keruh dan adanya peningkatan nilai OD. Pada hasil
pengamatan juga terjadi penurunan jumlah sel yang tidak sesuai dengan teori dimana
hal itu mungkin terjadi karena adanya kesalahan dalam pengukuran OD karena adanya
debu yang mengganggu kerja dari sistem optik, terdapat stray light yang menumbuk sel
(Khapkar, 2002). Selain itu, kemungkinan lain yang menjadi penyebab terjadi kesalahan
yaitu karena penyaringan sari apel yang kurang maksimal sehingga masih ada ampas
yang terbawa sehingga akan berpengaruh terhadap pembacaan dari spektrofotometer.
68.
68.1.1. Hubungan Jumlah Mikroorganisme dengan Waktu Fermentasi
69.
Hasil pengamatan mengenai hubungan antara jumlah sel pada kelompok A2 dan
16
70.
71.
Dari hasil pengamatan tersebut, tidak sesuai dengan teori yang dikatakan oleh
Prasetia, E. W & Sunarno, H (2012), dimana peningkatan jumlah sel berbanding lurus
dengan lamanya waktu fermentasi. Hal ini berarti semakin lama fermentasi dilakukan
maka jumlah sel menjadi semakin banyak. Namun pada beberapa kelompok didapatkan
hasil yang fluktuatif. Hal ini dapat terjadi karena ketidaktelitian ketika melakukan
penghitungan jumlah mikroorganisme yang ada pada haemocytometer sehingga terdapat
mikroorganisme lain yang terhitung sebagai 1 sel yeast. Atlas (1984), juga
menambahkan bahwa proses penghitungan sel dengan memakai haemocytometer akan
dipengaruhi oleh peletakkan sampel diatas plat dimana tidak boleh ada gelembung dan
jumlah sel yang dihitung.
72.
72.1.1. Hubungan Jumlah Mikroorganisme dengan OD
73.
hingga N72 dan mengalami penurunan pada N96. Secara umum, ketika peningkatan sel
terjadi maka nilai OD juga akan mengalami peningkatan tetapi pada N 96 ketika jumlah
sel meningkat, nilai OD mengalami penurunan. Jika dilihat dari hasil secara keseluruhan
maka hasil sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Prasetia, E. W & Sunarno,
H (2012), yang mengatakan bahwa peningkatan jumlah sel akan berbanding lurus
dengan peningkatan nilai OD. Jadi, konsentrasi sel yang ada di dalam larutan dapat
dinyatakan sebagai nilai OD (Optical Density). Ketika nilai OD meningkat maka jumlah
sel juga mengalami peningkatan, begitu pula sebaliknya jika nilai OD mengalami
penurunan maka jumlah sel juga mengalami penurunan. Namun, terdapat hasil yang
tidak sesuai dimana hal ini mungkin terjadi karena adanya kesalahan ketika pengukuran
OD dilakukan akibat adanya stray light yang dapat menumbuk sel, dan terdapat debu
yang menggangu kerja dari sistem optik (Khapkar, 2002). Selain itu, penyebab lainnya
yaitu karena proses penyaringan sari apel yang kurang maksimal sehingga ampas masih
ikut terbawa dan mempengaruhi hasil dari pembacaan spektrofotometer
74.
75.
75.1.1. Hubungan Jumlah Mikroorganisme dengan pH
17
76.
Pada hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa pada kelompok A1, A3, A4, dan A5
Pada hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa hubungan antara jumlah sel
total asam memiliki nilai yang fluktuatif pada semua kelompok dimana
peningkatan mikroorganisme diikuti dengan kenaikan total asam dan begitu pula
sebaliknya. Hal tersebut kurang sesuai karena seharusnya waktu fermentasi yang
semakin lama akan meningkatkan total asam karena terdapat kandungan asam organik
yang muncul selama proses fermentasi berlangsung dan hal tersebut juga akan
menurunkan nilai pH menjadi lebih rendah (Sreeramulu, 2000). Hasil yang tidak sesuai
ini mungkin terjadi karena kesalahan praktikan dalam mendefinisikan titik akhir titrasi
sehingga jumlah total asam yang dihasilkan juga menjadi berbeda. Selain itu, ketika
proses titrasi dilakukan pada bagian bawah erlenmeyer tidak diberi alas kertas putih
sehingga perubahan warna yang terjadi tidak terlihat dengan jelas (Girindra, 1986).
18
79. KESIMPULAN
80.
kinetika fermentasi
Vinegar dapat dibuat dari beragam jenis buah yang memiliki kandungan gula yang
cukup.
Proses fermentasi yang terjadi akan menghasilkan alkohol dan gas karbondioksida
melalui mikroskop.
Semakin lama waktu fermentasi maka jumlah sel akan semakin banyak yang
ditunjukan dengan peningkatan nilai OD dan penampakan larutan menjadi semakin
keruh.
pH optimum untuk Saccharomyces cereviceae dapat tumbuh dengan baik yaitu 3,5
6,5
Semakin lama proses fermentasi berlangsung, maka akan terjadi peningkatan total
asam karena adanya asam organik sehingga akan menurunkan nilai pH menjadi lebih
rendah.
81.
82.
83. Semarang, 22 Juni 2015
Asisten Dosen :
84.
Bernardus Daniel
Herjanto
85.
86.
87.
88.
Metta Meliani
Chaterine Meilani
89.
90. DAFTAR PUSTAKA
91.
92. Anna Pasternakiewicz. (2006). The Growth of Saccharomyces cerevisiae yeast in
Cadmium Enriched Media. Journal of Acta Science Pol., Technol. Aliment. 5 (2)
2006, 39-46
93. Atlas, R. M. (1984). Microbiology Fundamental and Applications. Mac Millard
Publishing Company. New York.
94. Azizah, N.; Al-Baarri, N. dan Mulyani, S. (2012). Pengaruh Lama Fermentasi
Terhadap Kadar Alkohol, pH, dan Produksi Gas Pada Proses Fermentasi Bioetanol
19
dari Whey dengan Substrat Kulit Nanas. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 1 (2): 7277.
95. Bambang, S., 1997, Budidaya Apel, Kanisius, Yogyakarta,2l.
96. Bennion, M & O, Hughes. (1970). Introductory Foods 6th Edition. Collier
Macmillan Publisher. London.
97. Chen, Y.W. and Pei, J.C. (2011). Automatic Cell Counting for Hemocytometers
through Image Processing . World Academy of Science, Engineering and
Technology.
98. Cooney, C.L.; Rehm, H.J. and Reed, G. (1981). Biotechnology volume 1. VCH.
Weinheim
99. Damtew, W .; S. A. Emire & A. B. Aber. (2012). Evaluation of Growth Kinetics and
Biomass Yield Efficiency of Industrial Yeast Strains. Archives of Applied Science
Research, 2012, 4 (5):1938-1948.
100.
101.
Gurvinder
Singh Kocher and Pooja. (2011). Status of Wine Production from Guava (Psidium
guajava L.) : A Traditional Fruit of India. African journal of Food Science Vol 5
(16), pp. 851 860.
102.
(1986). Biokimia 1. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Girindra, A.
106. Matz, SA. (1992). Bakery Technology and Engineering, 3th edition. Van
Nostrand Reinhold. New York.
107. Muljohardjo, M. (1988). Teknologi Pengawetan Pangan Edisi Ketiga. Penerbit
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
108. Nogueira, A; J.M.Le Quere; P.Gestin; A.Michel; G.Wosiacki and J.F.Drilleau.
(2008). Slow Fermentation in French Cider Processing due to Partial Biomass
Reduction. J.Inst.Brew.114(2),102-110.
109. Pelezar, M. J. & Chan. E. C. S. (1976). Turbidimetric Measurement of Plant Cell
Culture Growth. Massachussets : MIT
20
110. Prasetia, Eta Wahana dan Sunarno Hasto. (2012). Variasi Nilai Absorbansi
terhadap pH Larutan NaOH dan H2SO4 untuk Panjang Gelombang 380 nm 750
nm. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
111. R. Pando Bedrinana; A. Querol Simon; B. Suarez Valles. (2010). Genetic and
Phenotypic Diversity of Autochthonous Cider Yeasts in a Cellar from Asturias.
Journal of Food Microbiology 27, p. 503 508.
112.
113. Said, E.G. (1987). Bioindustri Penerapan Teknologi Fermentasi. PT. Melton
Putra. Jakarta. Hlm 317.
114. Sevda, S. and Rodrigues, L. (2011). Fermentative Behavior of Saccharomyces
Strains During Guava (Psidium Guajava L) Must Fermentation and Optimization of
Guava Wine Production. Journal Food Process Technology 2:4.
115. Solomon, S. (1983). Introduction to General, Organic & Biological Chemistry.
McGraw-Hill, Inc. New York.
116. Stanburry, P.F. & Whitaker. (1984). Principles of Fermentation Technology.
Pergamon Press. New York.
117. Wang, D., Y. Xu, J. Hu1 and G. Zhao. (2004). Fermentation Kinetics of
Different Sugars by Apple Wine Yeast Saccharomyces cerevisiae. J. Inst. Brew.
110(4): 340 346.
118. Winarno,FG, S.Fardiaz dan Dedi Fardiaz (1980). Pengantar Teknologi Pangan.
PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
119.
120.LAMPIRAN
121.
121.1. Perhitungan Jumlah Sel
122. Rumus Rata-rata / tiap cc
123.
Jumlah sel/cc=
1
ratarata jumlah MO tiap petak
Volume petak
124.
125.
Kelompok A1
Rata-rata MO tiap petak
21
129.
N0
130.
N24 =
131.
N48 =
132.
N72 =
133.
N96 =
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
148.1.1.
149.
150.
151.
152.
153.
17+ 4 +4=8
4
8,25
71+54 +58+62
= 61,25
4
38+ 39+30+32
= 34,75
4
36 +31+ 20+27
= 28,5
4
21+26 +19+8
= 18,5
4
Rata-rata MO tiap cc
1
x 8,25 = 3,3 x 107
N0 =
2,5 x 107
1
x 61,25 = 2,45 x 108
N24 =
2,5 x 107
1
x 34,75 = 1,39 x 108
N48 =
2,5 x 107
1
x 28,5
N72 =
2,5 x 107
N96 =
1
x 18,85 = 7,4 x 107
2,5 x 107
Total asam
5,5 x 0,1 x 192
N0 =
= 10,56 mg/ml
10
7 x 0,1 x 192
N24 =
= 13,44 mg/ml
10
6,6 x 0,1 x 192
N48 =
= 12,67 mg/ml
10
6,5 x 0,1 x 192
N72 =
= 12,48 mg/ml
10
6,6 x 0,1 x 192
N96 =
= 12,67 mg/ml
10
Kelompok A2
Rata-rata MO tiap petak
5+ 8+1+2
N0 =
=4
4
78+ 80+90+96
N24 =
= 86
4
127+ 130+129+126
N48 =
= 128
4
170+185+ 168+162
N72 =
= 171,25
4
1,14
108
22
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
169.1.1.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
N96 =
180+198+ 192+183
4
= 188,25
Rata-rata MO tiap cc
4
N0 =
= 1,6 x 107
2,5 x 107
86
N24 =
= 3,44 x 108
2,5 x 107
128
N48 =
= 5,12 x 108
2,5 x 107
171,25
N72 =
= 6,85 x 108
2,5 x 107
188,25
N96 =
= 7,53 x 108
2,5 x 107
Total asam
5,5 x 0,1 x 192
N0 =
= 10,56
10
6,5 x 0,1 x 192
N24 =
= 12,48
10
6,4 x 0,1 x 192
N48 =
= 12,29
10
6,3 x 0,1 x 192
N72 =
= 12,10
10
6,5 x 0,1 x 192
N96 =
= 12,48
10
Kelompok A3
Rata-rata MO tiap petak
2+3+ 2+ 1
N0 =
=2
4
76+ 64+72+72+80
N24 =
= 73
4
80+77+85+81
N48 =
= 80.75
4
88+94+ 90+98
N72 =
= 92.5
4
140+152+177+182
N96 =
= 162.75
4
Rata-rata MO tiap cc
1
x 2 = 8,00 x 107
N0 =
2,5 x 107
1
x 73 = 29,2 x 107
N24 =
2,5 x 107
1
x 80.75 = 32,3x 107
N48 =
2,5 x 107
23
181.
N72 =
182.
N96 =
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
1
x 92.5 = 37 x 107
2,5 x 107
1
x 162.75 = 65,1 x 107
2,5 x 107
Total asam
5,4 x 0,1 x 192
N0 =
= 10,368 mg/ml
10
6.8 x 0,1 x 192
N24 =
= 13,056mg/ml
10
6,6 x 0,1 x 192
N48 =
= 12,67 mg/ml
10
6,5 x 0,1 x 192
N72 =
= 12,48 mg/ml
10
6,7 x 0,1 x 192
N96 =
= 12,86 mg/ml
10
190.
190.1.1.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
Kelompok A4
Rata-rata MO tiap petak
4+2+2+ 8
N0 =
=4
4
83+96+112+ 95
N24 =
= 96,5
4
106+ 154+112+ 95
N48 =
= 104,5
4
107+ 103+45+103
N72 =
= 89,5
4
107+ 105+137+131
N96 =
= 120
4
Rata-rata MO tiap cc
4
N0 =
= 1,6 x 107
2,5 x 107
96,5
N24 =
= 3,86 x 108
2,5 x 107
104,5
N48 =
= 4,18 x 108
2,5 x 107
89,5
N72 =
= 3,58 x 108
2,5 x 107
120
N96 =
= 4,8 x 108
2,5 x 107
Total asam
5,6 x 0,1 x 192
N0 =
10
= 10,94
24
207.
N24 =
208.
N48 =
209.
N72 =
210.
N96 =
211.
211.1.1.
212.
213.
214.
215.
216.
217.
218.
219.
220.
221.
222.
223.
224.
225.
226.
= 12,29
= 12,10
= 12,48
= 12,48
Kelompok A5
Rata-rata MO tiap petak
4+ 4+5+ 3
N0 =
=4
4
119 +83+57+53
N24 =
= 78
4
36 +36+ 40+ 39
N48 =
= 37,75
4
34 +47 +45+ 41
N72 =
=41,75
4
25+ 36+37+26
N96 =
= 31
4
Rata-rata MO tiap cc
4
N0 =
= 1,6 x 107
2,5 x 107
78
N24 =
= 3,12 x 108
2,5 x 107
37,75
N48 =
= 1,51 x 108
2,5 x 107
41,75
N72 =
= 1,67 x 108
2,5 x 107
31
N96 =
= 1,04 x 108
2,5 x 107
Total asam
5,8 x 0,1 x 192
227.
N0 =
= 11,14
10
6,7 x 0,1 x 192
228.
N24 =
= 12,86
10
6,6 x 0,1 x 192
229.
N48 =
= 12,67
10
6,3 x 0,1 x 192
230.
N72 =
= 12,10
10
6,7 x 0,1 x 192
231.
N96 =
= 12,86
10
231.1. Laporan Sementara
231.2. Jurnal
25
232.
233.
234.
235.
236.
237.
238.