Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Bertha Sopi A
(1002.14201.026)
Cicik Dwi
(1002.14201.027)
Desianti
(1002.14201.028)
Nurul Hidayati
(1002.14201.055)
(1002.14201.071)
KATA PENGANTAR.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun atas dasar
tugas dari mata kuliah Respiratory System, yang akan membahas mengenai
Asuhan Keperawatan dengan penyakit Abses Paru.
Asuhan Keperawatan ini terselesaikan atas partisipasi dan sumbangsih
dari berbagai pihak, sehingga kami tidak lupa menyampaikan ucapan
terimakasih khususnya kepada Ibu Ns. Nurma S.kep selaku pembimbing dan
teman-teman yang telah bersedia membantu demi tersusunnya makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunannya makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, itu semua tidak luput dari kodrat kami sebagai manusia
biasa yang tidak luput dari suatu kesalahan dan kekeliruan.Sehingga kritikan dan
masukan yang bersifat membangun dari pembaca merupakan sesuatu yang
berharga demi perbaikan kedepannya.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin!
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
.......................................................................
KATA PENGANTAR
........................................................................ ii
DAFTAR ISI
....................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
................................................... 1
................................................... 3
1.3. Tujuan
................................................... 3
................................................... 4
................................................... 4
................................................... 4
................................................... 6
................................................... 7
................................................... 9
................................................... 9
2.7. penatalaksaan
................................................. 10
2.8. komplikasi
................................................. 11
2.9. pencegahan
.................................................. 12
............................................... 13
................................................. 14
................................................. 15
................................................. 22
4.6. Saran
................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Abses paru merupakan salah satu penyakit yang terjadi di paru yang
yang tidak memadai akan menyebabkan proses abses yang akut akan berubah
menjadi proses yang kronis atau menahun.
Pada penularannya angka kejadian abses paru lebih sering terjadi pada
laki-laki dibandingkan perempuan, terutama pada pasien usia lanjut karena
peningkatan kejadian penyakit periodontal dan peningkatan prevalensi disfagia
dan aspirasi. Sedangkan pada pengguna alkohol tinggi
dilaporkan rata-rata
penderita abses baru berusia 41 tahun. Angka kejadian Abses Paru berdasarkan
penelitian Asher et al tahun 1982 adalah 0,7 dari 100.000 penderita yang masuk
rumah sakit hampir sama dengan angka yang dimiliki oleh The Childrens
Hospital of eastern ontario Kanada sebesar 0,67 tiap 100.000 penderita anakanak yang MRS.
Setelah berkembangnya dunia kedokteran dan pengobatan dengan
ditemukannya pengobatan antibiotic angka kematian akibat abses paru dapat
ditekan, dimana terjadi penurunan sekitar ngka kematian yang disebabkan oleh
Abses paru terjadi penurunan dari 30 40 % pada era preantibiotika sampai 15
20 % pada era sekarang. Namun apabila penderita dengan factor predisposisi
yang lebih dari satu maka resiko kematian lebih tinggi. Pada bebrapa tahun
belakangan ini dengan menungkatnya kasus HIV yang menyerang imunitas
menyebabkan angka kematian akibat abses paru kembali meningkat.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai abses paru, dalam makalah kami
mencoba untuk mengulas lebih lanjut bersertai dengan penatalaksaan dan suhan
keperawatan pada abses paru.
1.2.
Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan abses paru?
1.3.
Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dengan kelainan
abses paru
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dalam penulisan makalah ini antara lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Abses Paru
Abses paru adalah suatu kavitas atau rongga dalam jaringan
paru yang berisi material purulent berisikan sel radang akibat
proses nekrotik parenkim paru oleh proses terinfeksi. Bila
diameter kavitas <2 cm dan jumlahnya banyak (multiple small
abscesses) dinamakan necrotising pneumonia.
Abses besar atau abses kecil mempunyai manifestasi klinik
berbeda namun mempunyai predisposisi yang sama dan prinsip diferensial
diagnosea sama pula. Abses timbul karena aspirasi benda terinfeksi, penurunan
mekanisme pertahanan tubuh atau virulensi kuman yang tinggi.
Pada umumnya kasus Abses paru ini berhubungan dengan karies gigi,
epilepsi tak terkontrol, kerusakan paru sebelumnya dan penyalahgunaan
alkohol.Pada negara-negara maju jarang dijumpai kecuali penderita dengan
gangguan respons imun seperti penyalahgunaan obat, penyakit sistemik atau
komplikasi dari paska obstruksi.Pada beberapa studi didapatkan bahwa kuman
aerob maupupn anaerob dari koloni oropharing yang sering menjadi penyebab
abses paru.
2.2. Etiologi Abses Paru
2.2.1. Etiologi khusus
Pendapat dari Prof. dr. Hood Alsagaff (2006) tentang penyebab abses paru
sesuai dengan urutan frekuensi yang ditemukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
adalah:
1. Infeksi yang timbul dari saluran nafas (aspirasi)
2. Sebagai penyulit dari beberapa tipe pneumonia tertentu
3. Perluasan abses subdiafragmatika
4. Berasal dari luka traumatik paru
tertinggi
berasal
dari
infeksi
saluran
pernafasan,
Streptococcus
viridans
pneumoniae;
Alpha-hemolytic
pyocyanea,
aeruginosa,
denitrificans;
Aerobacter
kuman
Anaerob:
saccharolyticu;s
Bacteroidesmelaninogenicus
Peptostreptococcus
Veillonella
oralis,
fragilis,
sp
constellatus
alkalenscenens;
corrodens,
distasonis,
1. Anaerob:
Provetella
Fusobacterium
sp;
sp;
Porphyromonas
Anaerobic
cocci:
sp;
Bacteroides
Microaerophilic
sp;
streptococci;
Anaerob;
Pseudomanas
Staphylococcus
aeruginosa
streptocicci,
aureus,
Enterbacteriaceae,
Legonella
spp,
Nocardia
Aspergillus
spp,
Mucoraceae,
Histoplasma
capsulatum,
mengalir menuju lobus medius atau segmen posterior lobus inferior paru
kanan, tetapi dalam keadaan berbaring aspirat akan menuju ke segment
apikal lobus superior atau segmen superior lobus interior paru kanan,
hanya kadang-kadang aspirasi dapat mengalir ke paru kiri.
Abses paru baru akan timbul bila mikroorganisme yang masuk ke paru
bersama-sama dengan material yang terhirup. Material yang terhirup akan
menyumbat saluran pernafasan dengan akibat timbul atelektasis yang disertai
dengan infeksi. Bila yang masuk hanya kuman saja, maka akan timbul
pneumonia.
2.3. Klasifikasi Abses Paru
Abses paru dapat diklasifikasikan berdasarkan durasi dan kemungkinan
penyebabnya. Berdasarkan durasinya, abses paru terbagi menjadi dua yakni
1.
2.
primer
muncul
karena
nekrosisi
parenkim
paru
(akibat
b)
c)
d)
sehingga terjadi likuifikasi nekrosis sentral. Bila terjadi infeksi dapat terbentuk
abses.
kultur
bakteri
dan
test
kepekaan
antibiotika
Abses
paru
harus
berdasarkkan
pemeriksaan
mikrobiologi dan data penyakit dasar penderita serta kondisi yang mempengaruhi
berat ringannya infeksi paru. Ada beberapa modalitas terapi yang diberikan pada
abses paru :
1. Medika mentosa.
Pada era sebelum antibiotika tingkat kematian mencapai 33%, pada era
antibiotika maka tingkat kematian dan prognosa abses paru menjadi lebih baik.
Pilihan pertama antibiotika adalah golongan Penicillin, pada saat ini dijumpai
peningkatan abses paru yang disebabkan oleh kuman anaerobs (lebih dari 35%
kuman gram negatif anaerob). Maka bisa dipikirkan untuk memilih kombinasi
antibiotika antara golongan penicillin G dengan clindamycin atau dengan
Metronidazole, atau kombinasi clindamycin dan Cefoxitin. Alternatif lain adalah
kombinasi Imipenem dengan Lactamase inhibitase pada penderita dengan
pneumonia nosokomial yang berkembang menjadi Abses paru. Waktu pemberian
antibiotika tergantung dari gejala klinis dan respon radiologis penderita. Penderita
diberikan terapi 2-3 minggu setelah bebas gejala atau adanya resolusi kavitas,
jadi diberikan antibiotika minimal 2-3 minggu.
2. Drainage
Drainase postural dan fisiotherapi dada 2-5 kali seminggu selama 15
menit diperlukan untuk mempercepat proses resolusi Abses paru. Pada
penderita Abses paru yang tidak berhubungan dengan bronkus maka perlu
dipertimbangkan drainase melalui bronkoskopi.
3. Bedah
Reseksi segmen paru yang nekrosis diperlukan bila:
a. Respon yang rendah terhadap terapi antibiotika.
b. Abses yang besar sehingga mengganggu proses ventilasi perfusi
c. Infeksi paru yang berulang
d. Adanya gangguan drainase karena obstruksi.
2.8. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang timbul adalah :
dinding
alveoli
akibat
buruknya
darinase
sehingga
menyebabkan
kolonisasi
bakteri
pathogen
orofaring
yang
akan
Proses peradangan
dikelilingi jaringan
granulasi
panas
gangguan rasa
nyaman: hipertermi
gangguan rasa
nyaman: nyeri
proses nekrosis
produksi sputum
difusi- ventilas
terganggu
Gangguan pemenuhan
nutrisi
kadar O2 turun
Gangguan
pertukaran gas
Kelemahan fisik
Intoleran aktifitas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ABSES PARU
3.1. Pengkajian
Anoreksia (penurunan
nafsu makan)
1. Kaji riwayat faktor resiko seperti: Adanya riwayat aspirasi, infeksi saluran
nafas (radang mulut, gigi dan gusi, tenggorokan), oral higiene yang
kurang, peminum minuman keras atau masuknya suatu benda kedalam
saluran pernafasan.
2. Kaji adanya riwayat penyakit infeksi saluran nafas kronis seperti TBC,
Bronkitis, Abses hepar
3. Kaji adanya batuk dengan sputum yang berlebih serta bau yang khas
serta batuk darah, nyeri yang dirasakan didalam dada, kelelahan, nafsu
makan yang menurun
4. Pengkajian paru:
Inspeksi: Pergerakan pernafasan menurun, tampak sesak nafas dan
kelelahan, adanya jari tabuh, adanya dispnea. takikardi
Palpasi: Adanya perbedaan vocal fremitus di daerah yang terinfeksi
panas badan yang meningkat diatas normal, naiknya tekanan vena
jugularis (JVP),
Perkusi: Terdengar keredupan pada daerah yang terinfeksi
Auskultasi: Pada daerah sakit terdengar suara nafas bronkhial disertai
suara tambahan kasar sampai halus.
5. Pemeriksaan tambahan terutama laboratorium yang terjadi peningkatan
angka leukosit dan laju endap darah serta terjadinya penurunan tekanan
O2 arteri, rontgen dada terlihat kavitas dengan dinding tebal dengan
tanda-tanda konsolidasi disekelilingnya yang tampak jelas lagi dengan
pemeriksaan CT-Scan dada. Adanya masa tumor atau benda asing dalam
pemeriksaan bronkoskopi.
I.
2.
Kulit kemerahan
Takikardi
Tujuan:
Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan
3.
Kriteria hasil:
Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan dengan hipertermi.
4.
Rencana tindakan:
Pantau
suhu
pasien
(derajat
dan
pola);
perhatikan
menggigil/diaforesis
II.
Tidak
efektif
bersihan
jalan
nafas
berhubungan
dengan
2.
Batuk.
Tujuan :
4.
Rencana Tindakan :
III.
ditandai dengan
2.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal
3.
Kriteria hasil
4.
Rencana tindakan
Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang
efektif.
IV.
2.
Dypsnea
Bingung/gelisah
Kriteria :
GDA dalam batas normal, warna kulit membaik, frekuensi nafas 1220x/mt, bunyi nafas bersih, tidak ada batuk, frekuensi nadi 60100x/mt, tidak dispneu.
4.
Rencana Tindakan :
V.
2.
3.
Kriteria hasil:
4.
VI.
Kolaborasi: Analgetik
2.
Tujuan :
Klien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
3.
Kriteria hasil :
4.
Rencana Tindakan:
VII.
berhubungan
dengan
peningkatan
Ditandai dengan
produksi
sputum,
2.
Lemas, lesu
tujuan:
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3.
4.
VIII.
kriteria hasil
rencana tindakan
2.
Tujuan:
Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan
3.
Kriteria hasil:
4.
Rencana tindakan:
Kaji
efek
bahaya
minuman
keras
dan
nasehatkan
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Abses paru adalah suatu kavitas (rongga) dalam jaringan paru yang berisi
material purulent dan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh
proses infeksi yang dapat mengakibatkan matinya jaringan paru. Abses paru
timbul karena faktor predisposisi seperti gangguan fungsi imun karena obatobatan, gangguan kesadaran (anestesi, epilepsi), oral higine yang kurang serta
obstruksi dan aspirasi benda asing akibat adanya infeksi pada saluran
pernafasan dan pencernaan, seseorangan dengan memiliki factor predisposisi
terjadinya abses paru lebih dari satu maka besar kemungkinan akan mengalami
abses paru serta besar resiko terjadinya kematian karena akan sangat
mengganggu fungsi kerja paru.
Pada abses paru memberikan gejala klinis panas, batuk, sputum purulen
dan berbau, disertai malaise, nafsu makan dan berat badan yang turun. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan takikardia, pain chest, tanda-tanda konsolidasi.
Pada pemeriksaan foto thorax didapatkan gambaran kavitas dengan air fluid
level atau proses konsolidasi saja bila kavitas tidak berhubungan dengan
bronkus. Diagnosis pasti bila didapatkan biakan kuman penyebab sehingga
dapat dilakukan terapi etiologis. Pemberian antibiotika merupakan pilihan utama
disamping terapi bedah dan terapi suportif fisio terapi.
4.2. Saran
Bagi pembaca saran yang dapat diberikan adalah:
Hammond
JMJ
et
al.1995.The
Ethiology
and
Anti
Microbial