You are on page 1of 2

ANALISIS JURNAL

Use of Penicillin and Other Antibiotics and Risk of Multiple


Sclerosis: A Population-based Case Control Study
Oleh: Mette Noorgard, Rikke Beck Nielsen, Jacob Bonde Jacobsen et al
(Rizky Amellia Andreasari, S.Ked NIM 04054811416077)

Latar belakang penelitian :Multipel sklerosis (MS) adalah penyakit inflamasi


yang menyebabkan demielinasi pada sistem saraf pusat. MS dipengaruhi oleh
genetik dan lingkungan. Beberapa asumsi menyatakan bahwa Chlamydia
pneumonia terlibat sebagai etiologi MS. Dalam hal ini, pemberian antibiotik
dapat melawan bakteri tersebut sehingga dapat menurunkan risiko MS. Alonso
et al mengadakan studi case control terhadap UKs General Practice Research
Database yang menyatakan bahwa antibiotik yang digunakan untuk C.
Pneumonia tidak berhubungan dengan menurunnya risiko MS. Hasil yang tidak
diduga terjadi sebaliknya, yaitu Alonso menemukan bahwa penggunaan penisilin
dapat meningkatkan risiko MS.
Tujuan penelitian
:Studi Alonso tidak berdasarkan hipotesis awal
sebelumnya sehingga menjadi tujuan penelitian ini untuk melakukan penelitian
yang sama terhadap populasi lain.
Metode penelitian
: Studi case control yang diambil dari Denmarks
Population-Based Registries (hampir 5,3 juta jiwa penduduk) selama periode 1
Januari 1995 sampai 31 Desember 2008.
Kasus
: Data pasien MS didapatkan melalui Danish MS Registry yang
tepajan dengan penggunaan penisilin minimal 1 tahun sebelum manifestasi klinis
(MK) MS muncul.
Kontrol
: Untuk setiap 1 kasus pasien MS, diambil 10 pasien kontrol dari
Danish Civil Registration System melalui sampling dengan mencocokkan jenis
kelamin dan usia pasien.
Antibiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah penisilin, pivmecillinam,
makrolid, tetrasiklin, nitrofurantoin, sulfametizol dan trimetoprim. Data
penggunaan resep antibiotik didapatkan dari Danish National Prescription
Center.
Analisis statistik
: Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik
sebagai estimasi OR tentang hubungan antara MS dan antibiotik sesuai waktu
pajanannya (<1 tahun, 1-2 tahun, 3-4 tahun, atau >5 tahun) serta kategori jumlah
resep yang diberikan. Analisis menggunakan program SAS versi 9.2.
Hasil penelitian
: Terdapat 3259 kasus MS dan 32590 kontrol (2/3
kasus adalah wanita dan usia <40 tahun saat didiagnosis). Pada 1922 kasus MS

(59%) telah menggunakan penisilin setidaknya 1 kali resep selama tahun 19952008 sebelum MK MS pertama. Hasil pada kontrol menunjukan bahwa 17906
(55%) kontrol juga telah menggunakan 1 kali resep selama tahun 1995-2008
sebelumnya. Penggunaan penisilin berhubungan dengan peningkatan risiko MS
(OR=1.21, CI=1.10, 1.27). Penggunaan antibiotik lain juga berhubungan dengan
peningkatan risiko MS (OR=1.41,CI=1.29, 1.53) dengan range antara antibiotik
1.08 dan 1.83. Berdasarkan hasil tersebut, penggunaan penisilin maupun
antibiotik lain berhubungan dengan peningkatan risiko MS sehingga penyebab
infeksi lebih mungkin berhubungan dengan MS.
Diskusi
: Terdapat 20% peningkatan risiko kasus MS yang berhubungan
dengan penggunaan penisilin dan 30% peningkatan risiko kasus MS yang
berhubungan dengan penggunaan antibiotik lainnya. Penelitian ini kurang
informasi mengenai dosis dan jumlah resep harian yang diberikan (resep penisilin
di Denmark biasanya diberikan selama 7 hari). Penelitian ini juga tidak
memberikan informasi mengenai indikasi pemberian antibiotik yang diberikan.
Selain itu, pasien MS yang menggunakan penisilin terakhir >5tahun sebelum
onset awal MS memiliki OR yang paling tinggi (1.41). Hal ini menunjukkan bukti
yang berlawanan terhadap dugaan awal. Penyebab infeksi lain seperti virus
maupun imunitas lebih mungkin berhubungan dengan peningkatan risiko MS
meskipun masih bersifat elusif. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan
risiko MS dengan penggunaan penisilin maupun antibiotik lainnya sehingga
sesuai dengan hipotesis bahwa respons nonspesifik terhadap infeksi bakterial
pada fase preklinik dapat memiliki peranan dalam memacu terjadinya onset awal
MS.

You might also like