You are on page 1of 11

Makala

h
SAREKA
T
ISLAM
Makalah ini membahas tentang Sejarah Organisasi SAREKAT
ISLAM. Serikat Islam berdiri di Solo tahun 1911 oleh Haji
Saman Hudi. Semula Organisasi ini bernama Serikat Dagang
Islam. Atas anjuran HOS Cokroaminoto kata Dagang dalam
DISUSUN OLEH :
Serikat Dagang Islam

M. Firman Akbar
Muh. Faris F.
Rendra Novianto
Yayan Aldiansyah P.P.

Tugas
Sejarah
SMA Negeri
1 Waru XIS2

SAREKAT ISLAM

Sarekat Islam pada awalnya adalah perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang diberi nama
Sarekat Dagang Islam (SDI). Perkumpulan ini didirikan oleh Haji Samanhudi tahun 1911 di
kota Solo. Perkumpulan ini semakin berkembang pesat ketika Tjokroaminoto memegang tampuk
pimpinan dan mengubah nama perkumpulan menjadi Sarekat Islam. Sarekat Islam (SI) dapat
dipandang sebagai salah satu gerakan yang paling menonjol sebelum Perang Dunia II.
Pendiri Sarekat Islam, Haji Samanhudi adalah seorang pengusaha batik di Kampung Lawean
(Solo) yang mempunyai banyak pekerja, sedangkan pengusaha-pengusaha batik lainnya adalah
orang-orang Cina dan Arab.

Tujuan utama SI pada awal berdirinya adalah menghidupkan kegiatan ekonomi pedagang Islam
Jawa. Keadaan hubungan yang tidak harmonis antara Jawa dan Cina mendorong pedagangpedagang Jawa untuk bersatu menghadapi pedagang-pedagang Cina. Di samping itu agama
Islam merupakan faktor pengikat dan penyatu kekuatan pedagang-pedagang Islam.

Pemerintah Hindia Belanda merasa khawatir terhadap perkembangan SI yang begitu pesat. SI
dianggap membahayakan kedudukan pemerintah Hindia Belanda, karena mampu
memobilisasikan massa. Namun Gubernur Jenderal Idenburg (1906-1916) tidak menolak
kehadiran Sarekat Islam. Keanggotaan Sarekat Islam semakin luas.
Pada kongres Sarekat Islam di Yogayakarta pada tahun 1914, HOS Tjokroaminoto terpilih
sebagai Ketua Sarekat Islam. Ia berusaha tetap mempertahankan keutuhan dengan mengatakan
bahwa kecenderungan untuk memisahkan diri dari Central Sarekat Islam harus dikutuk dan
persatuan harus dijaga karena Islam sebagai unsur penyatu.

Politik Kanalisasi Idenburg cukup berhasil, karena Central Sarekat Islam baru diberi pengakuan
badan hukum pada bulan Maret 1916 dan keputusan ini diambil ketika ia akan mengakhiri masa
jabatannya. Idenburg digantikan oleh Gubernur Jenderal van Limburg Stirum (1916-1921).
Gubernur Jenderal baru itu bersikap agak simpatik terhadap Sarekat Islam.
Namun sebelum Kongres Sarekat Islam Kedua tahun 1917 yang diadakan di Jakarta .Muncul
aliran revolusioner sosialistis(bercorak demokratis) yang selalu siap berjuang dipimpin oleh
Semaun dan Darsono yang merupakan pelopor penggunaan senjata dalam berjuang
melawan imperialisme.Pada saat itu Semaun menduduki jabatan ketua pada SI lokal Semarang.
Walaupun demikian, kongres tetap memutuskan bahwa tujuan perjuangan Sarekat Islam adalah
membentuk pemerintah sendiri dan perjuangan melawan penjajah dari kapitalisme yang jahat.
Dalam Kongres itu diputuskan pula tentang keikutsertaan partai dalam Voklsraad(Dewan
Rakyat).Dengan HOS Tjokroaminoto (anggota yang diangkat) dan Abdul Muis (anggota yang
dipilih) mewakili Sarekat Islam dalam Volksraad tersebut.
Pada Kongres Sarekat Islam Ketiga tahun 1918 di Surabaya, pengaruh Sarekat Islam semakin
meluas.

Semaun
Sementara itu pengaruh Semaun menjalar ke tubuh SI. Ia berpendapat bahwa pertentangan yang
terjadi bukan antara penjajah-penjajah, tetapi antara kapitalis-buruh. Oleh karena itu, perlu
menggerakkan kekuatan buruh dan tani disamping tetap memperluas pengajaran Islam.
Dalam Kongres SI Keempat tahun 1919, Sarekat Islam memperhatikan gerakan buruh dan
Sarekat Sekerja karena hal ini dapat memperkuat kedudukan partai dalam menghadapi
pemerintah kolonial. Namun dalam kongres ini pengaruh sosial komunis telah masuk ke tubuh
Central Sarekat Islam (CSI) maupun cabang-cabangnya. Dalam Kongres Sarekat Islam kelima
tahun 1921, Semaun melancarkan kritik terhadap kebijaksanaan Central Sarekat Islam yang
menimbulkan perpecahan.
Rupanya benih perpecahan semakin jelas dan dua aliran itu tidak dapat dipersatukan kembali.
Dalam Kongres Luar Biasa Central Sarekat Islam yang diselenggarakan tahun 1921 dibicarakan
masalah disiplin partai. Abdul Muis (Wakil Ketua CSI) yang menjadi pejabat Ketua CSI
menggantikan Tjokroaminoto yang masih berada di dalam penjara, memimpin kongres tersebut.
Akhirnya Kongres tersebut mengeluarkan ketetapan aturan Disiplin Partai. Artinya, dengan
dikeluarkannya aturan tersebut, golongan komunis yang diwakili oleh Semaun dan Darsono,
dikeluarkan dari Sarekat Islam. Dengan pemecatan Semaun dari Sarekat Islam, maka Sarekat
Islam pecah menjadi dua, yaitu Sarekat Islam Putih yang berasaskan kebangsaan keagamaan di
bawah pimpinan Tjokroaminoto dan Sarekat Islam Merah yang berasaskan komunis di bawah
pimpinan Semaun yang berpusat di Semarang.

Abdul Muis
Pada Kongres Sarekat Islam Ketujuh tahun 1923 di Madiun diputuskan bahwa Central Sarekat
Islam digantikan menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). dan cabang Sarekat Islam yang mendapat
pengaruh komunis menyatakan diri bernaung dalam Sarekat Rakyat yang merupakan organisasi
di bawah naungan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kongres Partai Sarekat Islam tahun 1927 menegaskan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai
kemerdekaan nasional berdasarkan agama Islam. Karena tujuannya adalah untuk mencapai
kemerdekaan nasional maka Partai Sarekat Islam menggabungkan diri dengan Pemufakatan
Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).

Pada tahun 1927 nama Partai Sarekat Islam ditambah dengan Indonesia untuk menunjukan
perjuangan kebangsaan dan kemudian namanya menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia
(PSII). Perubahan nama itu dikaitkan dengan kedatangan dr. Sukiman dari negeri Belanda.
Namun dalam tubuh PSII terjadi perbedaan pendapat antara Tjokroaminoto yang menekankan
perjuangan kebangsaan di satu pihak, dan di pihka lain dr. Sukiman yang menyatakan keluar dari
PSII dan mendirikan Partai Islam Indonesia (PARI). Perpecahan ini melemahkan PSII.
Akhirnya PSII pecah menjadi PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, PSII, dan PARI dr.
Sukiman

Sejarah perjalan serikat Dagang Islam mengalami pasang surut,didalam percaturan politik tanah
air,sejak jaman penjajahan belanda sampai saat ini, Namun yang harus kita ambil pelajaran
bahwa cita-cita dari organisasi Seikat Dagang Islam dalam melepaskan diri dari segala bentuk

penjajahan, itulah yang harus menjadi insvirator dan motivator bagi kita generasi muda hari ini
untuk terus berjuang memajukan bangsa dan negara

Garis Besar Tentang SAREKAT ISLAM


Serikat Islam berdiri di Solo tahun 1911 oleh Haji Saman Hudi. Semula Organisasi ini bernama
Serikat Dagang Islam. Atas anjuran HOS Cokroaminoto kata Dagang dalam Serikat Dagang
Islam dihilangkan dengan maksud agar ruang geraknya lebih luas tidak dalam bidang dagang
saja.

Adapun faktor-faktor yang mendorong didirikannya Serikat Islam adalah:


1. Faktor ekonomi, yaitu untuk memperkuat diri menghadapi Cina yang mempermainkan
penjualan bahan baku batik
2. Faktor agama, yaitu untuk memajukan agama Islam.

Tujuan Serikat Islam(SI) di tinjau dari anggaran dasarnya meliputi:


1. Mengembangkan jiwa dagang,
2. Membantu para anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha,
3. Memajukan pengajaran dan semua usaha yang menaikkan derajat rakyat bumiputera
4. Menentang pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam, dan
5. Hidup menurut perintah agama.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan Serikat Islam cepat


berkembang adalah:
a) Kesadaran sebagai bangsa yang mulai tumbuh,
b) Sifatnya kerakyatan,
c) Didasari agama Islam,
d) Persaingan dalam perdagangan, dan
e) Digerakkan para ulama.

Latar belakang berdirinya


Kongres Serikat Islam pertama pada bulan Januari 1913 di Surabaya dengan hasil:
1. Menegaskan bahwa Serikat Islam bukan partai politik,
2. Serikat Islam tidak bermaksud melawan pemerintah Belanda,
3. Memilih HOS Cokroaminoto sebagai ketua, dan
4. Menetapkan Surabaya sebagai pusat Serikat Islam.

Serikat Islam pecah menjadi dua


Pada tahun 1914 berdiri organisasi berpaham sosialis yang didirikan oleh Sneevlit, yaitu ISDV
(Indische Social Democratische Vereeniging). Namun organisasi yang didirikan orang Belanda di
Indonesia ini tidak mendapat simpati rakyat, oleh karena itu diadakan Gerakan Penyusupan ke
dalam tubuh Serikat Islam yang akhirnya berhasil mempengaruhi tokoh-tokoh Serikat Islam
muda seperti Semaun, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin.
Akibatnya banyak anggota Serikat Islam yang menjadi sosialis terutama Serikat Islam cabang
Semarang. Sejak inilah keanggotaan Serikat Islam pecah menjadi dua yang disebut Serikat Islam
Merah yang berhaluan Komunis dan Serikat Islam Putih yang asli. Serikat Islam Merah dipimpin
oleh Semaun dan Tan Malaka, Serikat Islam Putih dipimpin oleh Agus Salim dan Abdul Muis,
Cokroaminoto.

Kyai Agus Salim melakukan tindakan:


1. Mengadakan disiplin partai,
2. Meningkatkan pendidikan kader Serikat Islam dalam rangka memperkuat organisasi,
3.Mengubah CSI (Central Serikat Islam) menjadi PSI (Partai Serikat Islam) (tahun 1923),
kemudian diubah lagi menjadi PSII (Partai Serikat Islam Indonesia) (tahun 1929), dan
4. Memperkuat pengaruh agama dalam organisasi.
Tindakan pengurus Serikat Islam tersebut dilawan oleh pimpinan Serikat Islam Merah dengan
mendirikan kantor Serikat Islam Merah dimana Serikat Islam Putih berada.

Tokoh-Tokoh SAREKAT ISLAM :

Kiai Haji Samanhudi

Kiai Haji Samanhudi nama kecilnya ialah Sudarno Nadi.(Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah,
1868Klaten, Jawa Tengah28 Desember 1956) adalah pendiri Sarekat Dagang Islamiyah, sebuah
organisasi massa di Indonesia yang awalnya merupakan wadah bagi para pengusaha batik di
Surakarta.
Dalam dunia perdagangan, Samanhudi merasakan perbedaan perlakuan oleh penguasa
penjajahan Belanda antara pedagang pribumi yang mayoritas beragama Islam dengan pedagang
Cina pada tahun 1911. Oleh sebab itu Samanhudi merasa pedagang pribumi harus mempunyai
organisasi sendiri untuk membela kepentingan mereka. Pada tahun 1911, ia mendirikan Sarekat
Dagang Islam untuk mewujudkan cita-citanya.
Ia dimakamkan di Banaran, Grogol, Sukoharjo.Sesudah itu,Serikat Islam dipimpin oleh Haji
Oemar Said Cokroaminito.

H.O.S. Cokro Aminoto

Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 6 Agustus 1882
meninggal di Yogyakarta, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun) adalah seorang pemimpin
organisasi Sarekat Islam (SI) di Indonesia.
Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno,
salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah
juga menjabat sebagai bupati Ponorogo.
Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, ia mempunyai tiga murid yang selanjutnya
memberikan warna bagi sejarah pergerakan Indonesia, yaitu Musso yang sosialis/komunis,
Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang agamis.
Pada bulan Mei 1912, Tjokroaminoto bergabung dengan organisasi Sarekat Islam.
Ia dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta, setelah jatuh sakit sehabis mengikuti Kongres SI
di Banjarmasin.
Salah satu kata mutiara darinya yang masyhur adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni
tauhid, sepintar-pintar siasat. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya
yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan.

SEMAUN

Semaun (lahir di Curahmalang, kecamatan Sumobito, termasuk dalam kawedanan Mojoagung,


kabupaten Jombang, Jawa Timur sekitar tahun 1899 dan wafat pada tahun 1971) adalah Ketua
Umum Pertama Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kemunculannya di panggung politik pergerakan dimulai di usia belia, 14 tahun. Saat itu, tahun
1914, ia bergabung dengan Sarekat Islam (SI) afdeeling Surabaya. Setahun kemudian, 1915,
bertemu dengan Sneevliet dan diajak masuk ke Indische Sociaal-Democratische Vereeniging,
organisasi sosial demokrat Hindia Belanda (ISDV) afdeeling Surabaya yang didirikan Sneevliet
dan Vereeniging voor Spoor-en Tramwegpersoneel, serikat buruh kereta api dan trem (VSTP)
afdeeling Surabaya. Pekerjaan di Staatsspoor akhirnya ditinggalkannya pada tahun 1916 sejalan
dengan kepindahannya ke Semarang karena diangkat menjadi propagandis VSTP yang digaji.
Penguasaan bahasa Belanda yang baik, terutama dalam membaca dan mendengarkan, minatnya
untuk terus memperluas pengetahuan dengan belajar sendiri, hubungan yang cukup dekat dengan
Sneevliet, merupakan faktor-faktor penting mengapa Semaoen dapat menempati posisi penting di
kedua organisasi Belanda itu.
Di Semarang, ia juga menjadi redaktur surat kabar VSTP berbahasa Melayu, dan Sinar DjawaSinar Hindia, koran Sarekat Islam Semarang. Semaoen adalah figur termuda dalam organisasi.
Di tahun belasan itu, ia dikenal sebagai jurnalis yang andal dan cerdas. Ia juga memiliki kejelian
yang sering dipakai sebagai senjata ampuh dalam menyerang kebijakan-kebijakan kolonial.
Pada tahun 1918 dia juga menjadi anggota dewan pimpinan di Sarekat Islam (SI). Sebagai Ketua
SI Semarang, Semaoen banyak terlibat dengan pemogokan buruh. Pemogokan terbesar dan
sangat berhasil di awal tahun 1918 dilancarkan 300 pekerja industri furnitur. Pada tahun 1920,
terjadi lagi pemogokan besar-besaran di kalangan buruh industri cetak yang melibatkan SI
Semarang. Pemogokan ini berhasil memaksa majikan untuk menaikkan upah buruh sebesar 20
persen dan uang makan 10 persen.

Bersama-sama dengan Alimin dan Darsono, Semaoen mewujudkan cita-cita Sneevliet untuk
memperbesar dan memperkuat gerakan komunis di Hindia Belanda. Sikap dan prinsip
komunisme yang dianut Semaoen membuat renggang hubungannya dengan anggota SI lainnya.
Pada 23 Mei 1920, Semaoen mengganti ISDV menjadi Partai Komunis Hindia. Tujuh bulan
kemudian, namanya diubah menjadi Partai Komunis Indonesia dan Semaoen sebagai ketuanya.
PKI pada awalnya adalah bagian dari Sarekat Islam, tapi akibat perbedaan paham akhirnya
membuat kedua kekuatan besar di SI ini berpisah pada bulan Oktober 1921. Pada akhir tahun itu
juga dia meninggalkan Indonesia untuk pergi ke Moskow, dan Tan Malaka menggantikannya
sebagai Ketua Umum. Setelah kembali ke Indonesia pada bulan Mei 1922, dia mendapatkan
kembali posisi Ketua Umum dan mencoba untuk meraih pengaruhnya kembali di SI tetapi
kurang berhasil.

ABDUL MUIS

Abdoel Moeis (lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Juli 1883 meninggal di
Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun) adalah seorang sastrawan dan wartawan
Indonesia. Pendidikan terakhirnya adalah di Stovia (sekolah kedokteran, sekarang Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia), Jakarta akan tetapi tidak tamat. Ia juga pernah menjadi
anggota Volksraad pada tahun 1918 mewakili Centraal Sarekat Islam.[1] Ia dimakamkan di TMP
Cikutra - Bandung dan dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang pertama oleh Presiden RI,
Soekarno, pada 30 Agustus 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 218 Tahun
1959, tanggal 30 Agustus 1959)

You might also like