Professional Documents
Culture Documents
VESTIBULAR
STEP 4
SOMATOKINETIK
PERIFER
PUSAT
CAIRAN, SENSORIK,
MUAL, MUNTAH, PUSING
VERTIGO
PF : ROMBERG DLL
TERAPI
VISUAL
STEP 7
1. Apa saja Anatomi sistem vestibular ?
Telinga Dalam
Pada telinga dalam terdapat organ verstibulokoklear yang
memiliki fungsi penting dalam penerimaan suara dan
pengaturan keseimbangan.
Labirin Tulang
Labirin tulang merupakan rongga yang dilapisi
periosteum.Rongga ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu
vestibulum, kanalis semisirkularis dan koklea.Vestibulum
adalah ruangan kecil berbentuk oval berukuran sekitar 3 x
5 mm berisikan utrikulus dan sakulus.Di tengah labirin
tulang, vestibulum memisahkan koklea dan kanalis
semisirkularis.Terdapat 10 lubang pada dinding tulang
vestibulum, yaitu 5 untuk kanalis semisirkularis dan
masing-masing satu untuk vestibular aqueduct, cochlear
aqueduct, foramen oval dan rotundum dan saraf.
Kanalis semisirkularis terdiri dari 3 bagian; posterior,
anterior dan lateral yang membentuk sudut 90 satu sama
lain dan terletak di belakang vestibulum. Masing-masing
berdiameter 0,8-1,0 mm dengan ujung yang berdilatasi
membentuk bony ampulla. Vestibulum dan kanalis
semisirkularis berperan dalam pengaturan keseimbangan.
Koklea adalah struktur berbentuk spiral yang berputar
sebanyak 2,5 sampai 2 2/3 putaran seperti rumah siput.
Axis dari koklea adalah modiulus berupa saluran untuk
pembuluh darah arteri vertebralis dan serabut-serabut
saraf.Pada proksimal dari koklea terdapat cochlear
3.
Sistem proprioseptif. Impuls proprioseptif yang
berasal dari otot dan tendon berhubungan dengan reflek
postural dan gerakan yang disadari.
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya vertigo
antara lain7 :
1 Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan
dalam proses tranduksi yaitu mengubah rangsangan
menjadi bioelektrokimia yang terdiri dari reseptor mekanis
di vestibulum, reseptor cahaya di retina, reseptor mekanik
di kulit.
Saraf aferen yang berperan dalam proses transmisi
menghantarkan impuls ke pusat keseimbangan di otak.
Terdiri dari : Nervus vestibularis, nervus optikus dan
spinovestibuloserebelaris pathway.
3.
Pusat keseimbangan yang berperan dalam
proses modulasi, komparasi, integrasi / koordinasi
dan presepsi.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan
ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual dan proprioseptif.
Dari ketiga reseptor tersebut informasi terbesar masuk
melalui reseptor vestibuler (lebih dari 50%).2,7 Arus
informasi berlangsung intensif apabila terjadi gerakan atau
perubahan posisi kepala atau tubuh. Gerakan ini akan
menyebabkan perpindahan cairan endolimfe di labirin dan
selanjutnya silia dari sel rambut akan menekuk. Tekukan ini
akan menyebabkan perubahan permeabilitas membran sel
yang mengakibatkan depolarisasi sel saraf yang
selanjutnya berjalan sebagai impuls sensorik melalui
nervus vestubularis ke pusat keseimbangan di otak. Impuls
tersebut selanjutnya dihantarkan ke serebelum, kortek
serebri, hipothalamus dan pusat otonomik di formasio
retikularis. Neurotransmitter yang berperan dalam impuls
aferen vestibuler adalah bersifat eksitator, antara lain
glutamate, aspartat, asetilkolin, histamine dan substansi P.
Sedangkan neurotransmiter yang berperan dalam impuls
eferen vestibuler adalah bersifat inhibitor, yaitu GABA,
glisin, noradrenalin, dopamine, dan serotonin. Pengetahuan
mengenai neurotransmitter ini berguna dalam prinsip
terapi medikamentosa dari vertigo.7,8,9
Sistem vestibular
Somatosensoris
Visual
Adaptive systems
Daftar Pustaka
Moore K. Clinically Oriented Anatomy. 5th ed: Lippincott
William & Wilkins; 2006.
Primary Ear and Hearing Care Training Resources: WHO;
2006.
KJ L. Essential Otolaryngology. 8th ed: McGraw-Hill; 2003.
Boies.Fundamental of Otolaryngology. 6th ed: Saunders;
1989.
Junqueira LC. Basic Histology. 7th ed: Appleton & Lange;
1998.
3. Mengapa pasien merasa mengalami vertigo disertai
telinga berdenging dan kurang pendengaran ?
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh
adanya hidrops endololimfa pada koklea dan vestibulum.
Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga
disebabkan oleh: 1
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri
2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler
3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga
terjadi penimbunan cairan endolimfa
Secara patologis, penyakit Meniere disebabkan oleh
pembengkakan pada kompartemen endolimfatik. Bila
proses ini mencapai suatu pinna, terjadi ruptur membrana
reissner sehingga endolimfe tercampur dengan perilimfe.
hal Ini menyebabkan gangguan pendengaran sementara
yang kembali pulih setelah membrana kembali menutup
dan komposisi kimiawi cairan endolimfe dan perilimfe
kembali normal.2
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal,
ditemukan pelebaran dan perubahan morfologi pada
membrane Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala
vestibule, terutama daerah apeks koklea helikotrema.
Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan
utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimula dari
daerah apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai
bagian tengah dan basal koklea. Hal ini yang dapat
menjelaskan terjadinya tuli saraf nada rendah pada
penyakit Meniere. 1
3.
Waktu. Apakah gejala menetap atau episodik. Apabila
episodik, berapa lama baru berakhirnya.
4.
5.
6.
7.
Riwayat pengobatan. Banyak obat yang dapat
menginduksi vertigo, termasuk obat ototoksik, obat
antiepilepsi, antihipertensi, dan sedatif dan paparan zat
ototoksik.
8.
Pemeriksaan fisik
Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk
menentukan penyebab; apakah akibat kelainan sentral
yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat
korteks serebri, serebelum, batang otak atau berkaitan
dengan sistim vestibuler/otologik; selain itu harus
dipertimbangkan pula faktor psikologik/psikiatrik yang
dapat mendasari keluhan vertigo tersebut. Dalam
menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan
bentuk vertigonya, lalu letak lesi dan kemudian
penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal yang
tepat danterapi simtomatik yang sesuai.7,12
1.
Pemeriksaan umum. Ukur tekanan darah dan nadi
dengan posisi pasien berdiri. Apabila tekanan darah saat
berdiri rendah, periksa tekanan darah dengan posisi
berbaring dan duduk. Auskultasi arteri karotis dan
subklavia Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari
antara lain aritmi jantung, hipertensi, hipotensi, gagal
jantung kongestif, anemi, hipoglikemi, infeksi dan trauma
kepala.12
2.
Pemeriksaan neurologis
a.
Tes Romberg
Stepping test
c.
Otoacoustic Emission (OAE) menilai suara oleh
telinga pasien sendiri. Cara ini cepat dan sederhana. OAE
berguna dalam mendeteksi malingering, gangguan
pendengaran sentral dan orang- orang dengan neuropati
auditorik. Dalam situasi ini, OAE dapat dilakukan bahkan
bila pendengaran subjektif berkurang. Ketika ada potensi
malingering, sering audiologist melakukan beberapa tes
untuk uji pendengaran objektif, tes dapat mendeteksi
kehilangan pendengaran psikogenik. OAE biasanya tidak
membantu padang orang- orang usia > 60 tahun karena
OAE menurun dengan usia.
d.
Electrocochleografi (ECOG) adalah sebuah potensi
bangkitan yang menggunakan electrode perekam yang
diposisikan dalam gendang telinga. ECOG membutuhkan
frekuensi pendengaran yang tinggi. ECOG yang abnormal
memberi kesan penyakit Meniere. ECOG itu sulit dan
interpretasi dari hasil harus memnuhi penilaian bentuk
gelombang.
2.
Tes Vestibular tidak dibutuhkan untuk setiap pasien
dengan keluhan pusing. Penelitian primer- Tes
Elektronystagmography (ENG), membantu bila diagnosis
masih belum jelas setelah anamnesis dan pemeriksaan.
ENG secara bertahap digantikan dengan tes VEMP.
a.
ENG merupakan prosedur beruntun yang dapat
mengidentifikasi vestibular asimetris (seperti yang
disebabkan oleh neuritis vestibular) dan membuktikan
nistagmus spontan dan posisi (seperti yang disebabkan
oleh BPPV). ENG adalah tes yang panjang dan sulit.
Jika ada hasil yang abnormal dan tidak sesuai dengan
gejala klinis sebaiknya dikonfirmasi denga tes kursi putar
dan dikombinasi dengan tes VEMP.
b.
VEMP merupakan tes vestibular dasar karena ini
memberikan keseimbangan yang baik untuk keperluan
diagnostic dan toleransi pasien. Tes ini sensitif terhadap
sindrom dehiscence kanal superior. Kehilangan vestibular
bilateral dan neuroma kaustik. VEMP secara umum normal
pada neuritis dan penyakit Menier.
c.
Posturografi adalah sebuah instrument dari tes
Romberg. Ini sangat berguna untuk malingering dan juga
mempunyai kegunaan melihat perkembangan orang- orang
yang menjalani pengobatan.
3.
Pemeriksaan labor darah, dilakukan bila ada gejala
spesifik kompleks dan tidak ada pemeriksaan rutin untuk
pasien denga keluhan pusing. Dalam faktanya
pemeriksaan kimia, hitung jenis , tes toleransi glukosa, tes
alergi tidak secara rutin diperiksa.
4.
Pemeriksaan Radiologi, foto tengkorak, foto vertebrae
servikal, CT scan kepala dan sinus tidak direkomendasikan
secara rutin dalam evaluasi vertigo.
a.
MRI kepala, mengevaluasi kesatuan struktural
batang otak, serebelum, periventrikuler substansia putih,
dan kompleks nervus VIII. MRI tidak secara rutin
dibutuhkan untuk evaluasi vertigo tanpa penemuan
neurologis yang lain berkaitan.
b.
CT Scan tulang temporal memberikan resolusi tinggi
dari struktur telinga daripada MRI dan juga lebih baik untuk
evaluasi lesi yang melibatkan tulang. CT tulang temporal
mutlak dibutuhkan untuk diagnosis dehiscence canal
superior. Jenis koronal langsung resolusi tinggi adalah yang
terbaik untuk diagnosis ini. CT Scan tulang temporal
banyak memancarkan radiasi dan untuk alasan ini, tes
VEMP direkomendasikan sebagai tes awal untuk
dehiscence canal superior.
5.
Pemeriksaan lainnya
a.
EEG digunakan untuk diagnosis kejang. Hasilnya
sangat rendah untuk pasien dengan keluhan pusing.
b.
Ambulatory Monitor atau Holter Monitoring digunakan
untuk mendeteksi aritmia atau sinus arrest.
9. Apa diagnosis banding dari kasus ?
VERTIGO
DEFINISI
Istilah vertigo berasal dari bahasa Latin verto yang
artinya memutar atau gerakan berputar.1 Vertigo adalah
suatu bentuk gangguan orientasi berupa ilusi atau
halusinansi gerakan diamana perasaan dirinya bergerak
berputar atau bergelombang terhadap ruangan di
sekitarnya atau ruangan sekitarnya yang bergerak
terhadap dirinya.1,3 Dizziness adalah gangguan perasaan
kesimbangan tubuh terhadap ruang sekitarnya.2,4
EPIDEMIOLOGI
Vertigo dan dizziness merupakan salah satu keluhan
tersering pasien datang ke dokter.5Insiden vertigo secara
umum beragam yaitu 5 sampai 30% dari populasi dan
mencapai 40% pada orang yang berumur di atas 40
tahun.5,6 Vertigo meningkatkan resiko cedera akibat trauma
sampai 25% pada penderita yang berumur diatas 65
tahun. Di Amerika, dari data pada tahun 1999 sampai
2005 didapatkan bahwa vertigo merupakan 2,5% dari
diagnosis pasien yang datang ke ruang gawat darurat.5
PATOFISIOLOGI
Keseimbangan dan kemampuan menyadari posisi dan
kedudukan terhadap ruangan sekitarnya diatur oleh
integrasi berbagai sistem yaitu2:
1.
Sistem vestibular. Impuls pada labirin yang berfungsi
sebagai proprioseptor spasial spesifik sangat sesitif
terhadap perubahan kecepatan pergerakan dan posisi
tubuh.
2.
Sistem visual, impuls visual yang berasal dari retina
dan impuls proprioseptif yang berasal dari otot bola mata
berguna dalam menetapkan jarak suatu objek dari tubuh.
Impuls ini judikoordinasikan dengan impuls dari sistem
vestibuler.
3.
Sistem proprioseptif. Impuls proprioseptif yang
berasal dari otot dan tendon berhubungan dengan reflek
postural dan gerakan yang disadari.
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya vertigo
antara lain7 :
1 Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan
dalam proses tranduksi yaitu mengubah rangsangan
menjadi bioelektrokimia yang terdiri dari reseptor mekanis
di vestibulum, reseptor cahaya di retina, reseptor mekanik
di kulit.
Saraf aferen yang berperan dalam proses transmisi
menghantarkan impuls ke pusat keseimbangan di otak.
Terdiri dari : Nervus vestibularis, nervus optikus dan
spinovestibuloserebelaris pathway.
3.
Pusat keseimbangan yang berperan dalam
proses modulasi, komparasi, integrasi / koordinasi dan
presepsi.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan
ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual dan proprioseptif.
Dari ketiga reseptor tersebut informasi terbesar masuk
melalui reseptor vestibuler (lebih dari 50%).2,7 Arus
informasi berlangsung intensif apabila terjadi gerakan atau
perubahan posisi kepala atau tubuh. Gerakan ini akan
menyebabkan perpindahan cairan endolimfe di labirin dan
selanjutnya silia dari sel rambut akan menekuk. Tekukan ini
akan menyebabkan perubahan permeabilitas membran sel
yang mengakibatkan depolarisasi sel saraf yang
selanjutnya berjalan sebagai impuls sensorik melalui
nervus vestubularis ke pusat keseimbangan di otak. Impuls
tersebut selanjutnya dihantarkan ke serebelum, kortek
serebri, hipothalamus dan pusat otonomik di formasio
retikularis. Neurotransmitter yang berperan dalam impuls
aferen vestibuler adalah bersifat eksitator, antara lain
glutamate, aspartat, asetilkolin, histamine dan substansi P.
Sedangkan neurotransmiter yang berperan dalam impuls
eferen vestibuler adalah bersifat inhibitor, yaitu GABA,
glisin, noradrenalin, dopamine, dan serotonin. Pengetahuan
mengenai neurotransmitter ini berguna dalam prinsip
terapi medikamentosa dari vertigo.7,8,9
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat
keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan
antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang
dipersepsi oleh susunan saraf pusat.2
(Dikutip dari Kelompok Studi Vertigo PERDOSSI. Vertigo:
Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi. 1998).
KLASIFIKASI
Berdasarkan etiologi, vertigo dapat dikategorikan ke dalam
empat jenis; otologik, sentral, medikal dan tak terlokalisir.12
A. Vertigo otologik disebabkan oleh disfungsi telinga
bagian dalam. Vertigo otologik merupakan sepertiga dari
semua pasien dengan vertigo. Vertigo otologik terdiri dari
komponen substansial:
1.
Benign paroksismal posisional vertigo (BPPV) adalah
jenis yang paling umum dari vertigo otologik, terhitung
sekitar 20% dari vertigo dari semua penyebab dan 50%
dari semua kasus otologik. Pada BPPV terjadi serangan
singkat vertigo yang dipicu oleh perubahan orientasi
kepala terhadap gravitasi. BPPV disebabkan olehlepasnya
otolith yang terdiri dari kristak kalsium karbonat dalam
kanalis semisirkularis, biasanya kanal posterior telinga
bagian dalam.12,13
2.
Neuritis vestibular, gejalanya vertigo, mual, ataksia,
dan nistagmus. Hal iniberhubungan infeksi virus
pada nervus vestibular dengan gejala bersifat akut dan
prolong. Jika disertai berkurangnya pendengaran, berarti
melibatkan labirin dan disebut labyrinithis. neuritis
vestibular dan labyrinthitis merupakan 15% dari semua
kasus vertigo otologik.12,14
3. Penyakit Meniere terdiri dari gejala vertigo intermiten
yang disertai oleh tinnitus dan
gangguan pendengaran. Penyakit ini diduga disebabkan
oleh overdistensi kompartemen endolimfatik. Penyakit
Meniere sekitar 15% kasus vertigo otologik.
terasa ringan. Hipoglikemia sering disertai dengan gejalagejala otonom seperti jantung berdebar, berkeringat,
tremor atau pucat.Kelainan ini mencapai sekitar 5% dari
kasus dizziness.
4.
Efek Pengobatan atau penyalahgunaan obat biasanya
bergejala dengan kepala terasa ringan, tetapi juga
dapat muncul sebagai vertigo. Diagnosis ini mencapai
sekitar 16% dari pasien dengan vertigo pada unit
gawat darurat. Kelainan ini biasanya terkait
obat antihipertensi, terutama alpha bloker seperti
terazosin, blocker kanal kalsium seperti nifedipin
dan sedatif. Benzodiazepin, seperti alprazolam dapat
menyebabkan dizziness sebagai bagian dari sindrom putus
obat. Intoksikasi alkohol dapat bergejala nystagmus
posisional transien dan gejala serebelar. Obat-obat yang
mendepresi system vestibular seperti meclizine dan
scopolamine dapat menyebabkan vertigo karena efek
langsung terhadap jaras vestibular sentral.
5.
Infeksi virus yang tidak melibatkan telinga dilaporkan
menyebabkan dizzinesspada sekitar 4% - 40% dari seluruh
kasus. Sindrom ini termasuk gastroenteritis, dan influenza.
C.
vertigo yang tidak terlokalisir. Yang termasuk ke
dalamnya adalah pasien dengan gejala yang berhubungan
dengan gangguan psikiatri, dimana gejalanya berhubungan
dengan kejadian tanpa makna lanjut (seperti trauma
kepala), dan vertigo dengan penyebab yang tidak jelas.
Tipe tersering dari vertigo yang tidak terlokalisasi termasuk
vertigo psikogenik, sindrom hiperventilasi, vertigo post
trauma, dan rasa pusing yang tidak spesifik. Antara 15%
dan 50% dari seluruh pasien dengan
keluhan dizziness atau vertigo berada pada kategori ini.
1.
Unknown (dizziness yang tidak spesifik).Prosedur
diagnostik tidak sensitif, dan pada evaluasi pusing, sering
tidak ditemukan kelainan dengan pemeriksaan klinis dan
laboratorium.16
2.
Psikogenik. Pasien dengan gangguan cemas,
gangguan panik, dan stress pasca trauma dapat
mengeluhkan rasa pusing, ataksia, gejala autonomik. Pada
gangguan somatik gejala dapat muncul tanpa kecemasan.
3.
Vertigo post trauma. Pasien mengeluh vertigo setelah
mengalami trauma kepala tetapi sering tidak ditemukan
a.
BPPV klasik. Diagnosa didukung dengan manuver
Dix-Halpike.
b.
Aritmia kardiak. Serangan vertigo biasanya tampak di
saat berdiri dan rasa kepala ringan adalah gejala yang
utama.
c.
3.Menit-jam
a.
TIA, dapat berupa vertigo selama 2-30 menit. Pada
pasien dengan faktor risiko vaskular yang signifikan
didiagnosa sebagai vertebrobasiler. MRA pada sirkulasi
vertebrobasiler merupakan tes yang paling berguna.
b.
Penyakit meniere. Serangan meniere tipikal
berlangsung 2 jam. Kadang-kadang istilah penyakit
meniere vestibular digunakan untuk menandakan vertigo
episodik.
c.
Serangan panik, ansietas situasional dan
hiperventilasi dapat menyebabkan gejala vertigo. Pasien ini
biasanya tidak bergejala selama pemeriksaan. Anamnesa
yang tajam sangat berguna dalam menegakkan diagnosis.
Jika hiperventilasi menunjukkan gejala seperti ini tanpa
adanya gejala lain, maka diagnosisnya adalah sindroma
hiperventilasi. Jika hiperventilasi juga disertai dengan
nistagmus, maka dianjurkan MRI
d.
Penyakit meniere
b.
Miagrain basilar. Migrain sangat sering terjadi pada
populasi umum dengan variasi yang beragam seperti aura
vertigo. Diagnosis tergantung umur, jenis kelamin, riwayat
familial dan serangan yang diprovokasi oleh pencetus
migrain.
5. Dua minggu atau lebih
a.
Neuritis vestibular. Diagnostik ditegakkan dengan
ditemukannya nistagmus spontan dalam jangka waktu
lama atau hasil ENG abnormal. Pada ENG bisa tampak
nistagmus atau paresis vestibular. Vertigo selama 2 bulan
yang mirip vertigo sentral dianjurkan untuk dilakukan MRI.
Pada labirinitis, diagnosis ditegakkan dengan adanya
neuritis vestibular dengan gangguan pendengaran.
Dianjurkan pemeriksaan audiometri, FTA-ABS serum, laju
sedimentasi eritrosit dan gula darah puasa.
b.
Vertigo sentral dengan lesi struktural SSP. Diagnosis
harus dikaji lebih dalam jika ditemukan defisit neurologis
fokal yang menyertai vertigo. Diagnosis vertigo sentral
ditegakkan terakhir. Sebagai contoh, gabungan gejala
vestibular perifer dan lesi serebelar dapat muncul setelah
operasi neuroma akustik. Meskipun demikian, gejala
neuroma akustik merupakan penyebab vertigo perifer atau
sentral yang jarang dibandingkan BPPV. MRI merupakan
pemeriksaan anjuran yang paling penting untuk vertigo
sentral. Sukar untuk membedakan vertigo perifer dengan
vertigo sentral dengan gejala sentral yang minimal.
c.
Ansietas. Biasanya pasien mengeluhkan vertigo
dengan durasi gejala selama 2 minggu atau lebih. Jika
pasien mengeluhkan vertigo, tapi tidak ditemukan
nistagmus dan dapat disimpulkan sebagai vertigo
fungsional. Menariknya, mengingat hampir semua pasien
dengan ganguan telinga melaporkan keluhan psikologis
memperberat gejala yang diderita dan banyak pasien
ansietas mengeluhkan stress mencetuskan vertigo. Respon
positif dari trial tentang benzodiazepine mendukung hal ini
namun masih belum pasti karena beberapa gangguan
vestibular organik juga berespon terhadap obat ini.
d.
Malingering. Pasien malingering tetap mengeluhkan
gejala vertigo sesuai dengan keinginannya. Tes
posturografi dan neuropsikologi biasanya abnormal. Tes
fungsi vestibular objektif seperti VEMP dan ENG biasanya
normal.
e.
Parese vestibuler bilateral. Pasien ini secara umum
mengalami gannguan pada tes membaca E dan tes
Romberg dengan mata tertutup. Ataksia memburuk dalam
ruangan gelap. Pada pemeriksaan audiometri, hanya
pendengaran frekuensi tinggi yang berpengaruh. Tes VEMP
dan kursi barany adalah tes konfirmasi yang terbaik untuk
diagnosis penyakit ini.
f.
Disequilibrium multisensorik pada orang tua secara
esensial merupakan gejala vertigo tak terlokalisir.
Gangguan ini biasanya bersifat permanen.
g.
Intoksikasi obat. Diagnosis tergantung riwayat
penggunaan obat.
DIAGNOSIS
Gejala
A.
Gejala primer.5,16
3.
Waktu. Apakah gejala menetap atau episodik. Apabila
episodik, berapa lama baru berakhirnya.
4.
5.
6.
7.
Riwayat pengobatan. Banyak obat yang dapat
menginduksi vertigo, termasuk obat ototoksik, obat
antiepilepsi, antihipertensi, dan sedatif dan paparan zat
ototoksik.
8.
Pemeriksaan fisik
Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk
menentukan penyebab; apakah akibat kelainan sentral
yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat
korteks serebri, serebelum, batang otak atau berkaitan
dengan sistim vestibuler/otologik; selain itu harus
dipertimbangkan pula faktor psikologik/psikiatrik yang
dapat mendasari keluhan vertigo tersebut. Dalam
menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan
bentuk vertigonya, lalu letak lesi dan kemudian
penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal yang
tepat danterapi simtomatik yang sesuai.7,12
1.
Pemeriksaan umum. Ukur tekanan darah dan nadi
dengan posisi pasien berdiri. Apabila tekanan darah saat
berdiri rendah, periksa tekanan darah dengan posisi
berbaring dan duduk. Auskultasi arteri karotis dan
subklavia Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari
antara lain aritmi jantung, hipertensi, hipotensi, gagal
jantung kongestif, anemi, hipoglikemi, infeksi dan trauma
kepala.12
2.
Pemeriksaan neurologis
a.
Tes Romberg
Stepping test
1.
Tes Gelengan Kepala. Tes ini dilakukan jika tidak ada
nistagmus spontan atau nistagmus posisi.
Dengan kacamata Frenzel, kepala pasien diputar oleh
pemeriksa dengan arah horizontal dan seterusnya
sebanyak 20 x putaran. Dilakukan dengan deviasi kepal
45o ke sisi lain untuk 2 x putaran per detik. Nistagmus
berlangsung 5 detik atau lebih adalah indikasi adanya
gangguan organik telinga atau sistem saraf pusat dan
membantu pemeriksaan lebih lanjut.
2.
Tes Arteri Vertebre untuk Vertigo servikal. Dengan
posisi pasien tegak lurus dan memakai kacamata. Kepala
diputar maksimal ke satu sisi dan biarkan selama 10 detik.
Mata tetap di tengah. Tes positif bila nistagmus terjadi
dengan posisi kepalasejajar tubuh.
3.
Tes Valsava. Dilakukan jika ada gejala tekanan
sensitif kompleks dalam riwayat penyakit. Ketika
memakai kacamata frenzel, pasien diminta bernafas dalam
dan menahan nafas selama 10 detik sambil diamati
nistagmus dengan kacamata frenzel. Tes positif bila
nistagmus pada saat onset berkurang.
4.
Tes Hiperventilasi. Dilakukan jika pemeriksaan
semuanya normal. Pasien diminta bernafas dalam selama
30 x. Segera setelah hiperventilasi, mata dilihat apakah
ada nistagmus dengan menggunakan kacamata dan pasien
ditanya bila tes menimbulkan gejala. Tes positif tanpa
nistagmus menunjukkan gejala hiperventilasi. Nistagmus
yang dipicu oleh hiperventilasi dapat berupa tumor nervus
cranial VIII atau medulla spinalis.
5.
Tes fungsi pendengaran. Biasanya dengan
menggunakan garpu tala. Tes ini digunakan untuk
membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif, dengan testes Rinne, Weber dan Schwabach.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Tes Audiologik, tidak dibutuhkan untuk untuk setiap
pasien dengan keluhan pusing, tapi mungkin lebih tepat
jika ada masalah pendengaran.
a.
Audiogram, menilai pendengaran. Abnormalitas
memberikan kesan vertigo otologik. Sering cukup untuk
penegakkan diagnosis. Upaya untuk memisahkan otologik
dari sumber vertigo lain.
b.
Brainstem Auditory Evoked Potensial (BAEP). Test
nurofisiologi ini dipergunakan bila diduga adanya carebello
pontine tumor, terutama neuroma akus tikus atau multiple
sklerosis. Kombinasi pemeriksaan BERA dan CT Scan dapat
menunjukkan konfirmasi diagnostik tumor.2
c.
Otoacoustic Emission (OAE) menilai suara oleh
telinga pasien sendiri. Cara ini cepat dan sederhana. OAE
berguna dalam mendeteksi malingering, gangguan
pendengaran sentral dan orang- orang dengan neuropati
auditorik. Dalam situasi ini, OAE dapat dilakukan bahkan
bila pendengaran subjektif berkurang. Ketika ada potensi
malingering, sering audiologist melakukan beberapa tes
untuk uji pendengaran objektif, tes dapat mendeteksi
kehilangan pendengaran psikogenik. OAE biasanya tidak
membantu padang orang- orang usia > 60 tahun karena
OAE menurun dengan usia.
d.
Electrocochleografi (ECOG) adalah sebuah potensi
bangkitan yang menggunakan electrode perekam yang
diposisikan dalam gendang telinga. ECOG membutuhkan
frekuensi pendengaran yang tinggi. ECOG yang abnormal
memberi kesan penyakit Meniere. ECOG itu sulit dan
interpretasi dari hasil harus memnuhi penilaian bentuk
gelombang.
2.
Tes Vestibular tidak dibutuhkan untuk setiap pasien
dengan keluhan pusing. Penelitian primer- Tes
Elektronystagmography (ENG), membantu bila diagnosis
masih belum jelas setelah anamnesis dan pemeriksaan.
ENG secara bertahap digantikan dengan tes VEMP.
a.
ENG merupakan prosedur beruntun yang dapat
mengidentifikasi vestibular asimetris (seperti yang
disebabkan oleh neuritis vestibular) dan membuktikan
nistagmus spontan dan posisi (seperti yang disebabkan
oleh BPPV). ENG adalah tes yang panjang dan sulit.
Jika ada hasil yang abnormal dan tidak sesuai dengan
gejala klinis sebaiknya dikonfirmasi denga tes kursi putar
dan dikombinasi dengan tes VEMP.
b.
VEMP merupakan tes vestibular dasar karena ini
memberikan keseimbangan yang baik untuk keperluan
diagnostic dan toleransi pasien. Tes ini sensitif terhadap
sindrom dehiscence kanal superior. Kehilangan vestibular
bilateral dan neuroma kaustik. VEMP secara umum normal
pada neuritis dan penyakit Menier.
c.
Posturografi adalah sebuah instrument dari tes
Romberg. Ini sangat berguna untuk malingering dan juga
mempunyai kegunaan melihat perkembangan orang- orang
yang menjalani pengobatan.
3.
Pemeriksaan labor darah, dilakukan bila ada gejala
spesifik kompleks dan tidak ada pemeriksaan rutin untuk
pasien denga keluhan pusing. Dalam faktanya
pemeriksaan kimia, hitung jenis , tes toleransi glukosa, tes
alergi tidak secara rutin diperiksa.
4.
Pemeriksaan Radiologi, foto tengkorak, foto vertebrae
servikal, CT scan kepala dan sinus tidak direkomendasikan
secara rutin dalam evaluasi vertigo.
a.
MRI kepala, mengevaluasi kesatuan struktural
batang otak, serebelum, periventrikuler substansia putih,
dan kompleks nervus VIII. MRI tidak secara rutin
dibutuhkan untuk evaluasi vertigo tanpa penemuan
neurologis yang lain berkaitan.
b.
CT Scan tulang temporal memberikan resolusi tinggi
dari struktur telinga daripada MRI dan juga lebih baik untuk
evaluasi lesi yang melibatkan tulang. CT tulang temporal
mutlak dibutuhkan untuk diagnosis dehiscence canal
superior. Jenis koronal langsung resolusi tinggi adalah yang
terbaik untuk diagnosis ini. CT Scan tulang temporal
banyak memancarkan radiasi dan untuk alasan ini, tes
VEMP direkomendasikan sebagai tes awal untuk
dehiscence canal superior.
5.
Pemeriksaan lainnya
a.
EEG digunakan untuk diagnosis kejang. Hasilnya
sangat rendah untuk pasien dengan keluhan pusing.
b.
Ambulatory Monitor atau Holter Monitoring digunakan
untuk mendeteksi aritmia atau sinus arrest.
TERAPI
Terapi kausal
Terapi medikamentosa
Terapi rehalibitatif
b.
Kompensasi dengan mengaktifkan kendali tonus pada
inti vestibular di serebelum, system visual dan
somatosensori.
c.
Habituasi terhadap posisi yang merangsang
munculnya vertigo secara bertahap akan mengurangi
beratnya gejala
Nistagmus
Fisiologi
Nystagmus dapat didefinisikan sebagai osilasi periodik
okular berirama mata. Osilasi mungkin sinusoidal dan
amplitudo kira-kira sama dan kecepatan (nystagmus
pendular) atau, lebih umum, dengan tahap memulai
lambat dan fase korektif cepat (nystagmus jerk).
Nystagmus dapat terjadi unilateral atau bilateral, tapi,
ketika nystagmus muncul sepihak, lebih sering asimetris
bukan benar-benar sepihak. Nystagmus mungkin konjugasi
atau disconjugate (dipisahkan). Ini bisa horizontal, vertikal,
Torsional (rotary), atau kombinasi dari gerakan-gerakan ini
ditumpangkan pada satu sama lain.
Nystagmus mungkin bawaan atau diperoleh. Ketika
diakuisisi, paling sering disebabkan oleh kelainan input
vestibular. Bentuk kongenital mungkin berhubungan
dengan kelainan jalur aferen visual (nystagmus sensorik).
Untuk memahami mekanisme yang nistagmus mungkin
terjadi, penting untuk membahas cara-cara yang sistem
e. Pendular nystagmus
Nystagmus Pendular adalah nystagmus multivectorial
(yaitu, horisontal, vertikal, lingkaran, elips) dengan
kecepatan yang sama dalam setiap arah yang mungkin
mencerminkan batang otak atau disfungsi cerebellar.
Seringkali, ada ditandai asimetri dan disosiasi antara
mata.Amplitudo nystagmus dapat bervariasi dalam posisi
yang berbeda dari pandangan.
f. Horizontal nystagmus
Nystagmus horisontal adalah baik diakui menemukan pada
pasien dengan penyakit sepihak belahan otak, terutama
dengan besar, lesi posterior. Ini sering adalah amplitudo
rendah.Pasien tersebut menunjukkan penyimpangan
kecepatan konstan dari mata menuju belahan bumi utuh
dengan saccade cepat diarahkan ke sisi lesi.
g. Seesaw nystagmus
Nystagmus Seesaw adalah osilasi pendular yang terdiri dari
elevasi dan intorsion dari satu mata dan depresi dan
extorsion mata sesama yang bergantian setiap setengah
siklus. Bentuk mencolok dan tidak biasa nystagmus dapat
dilihat pada pasien dengan lesi chiasmal, menunjukkan
hilangnya masukan visual yang silang dari serat
decussating dari saraf optik di tingkat kiasme sebagai
penyebab atau lesi di otak tengah rostral.Jenis nistagmus
tidak dipengaruhi oleh stimulasi otolithic.
h. Gaze-evoked nystagmus
Nystagmus Gaze-membangkitkan dihasilkan oleh
pemeliharaan percobaan posisi mata ekstrim. Ini adalah
bentuk paling umum dari nystagmus.Gaze-evoked
nystagmus adalah karena sinyal posisi mata kekurangan
jaringan integrator saraf.Dengan demikian, mata tidak
dapat dipertahankan pada posisi orbit eksentrik dan ditarik
kembali ke posisi utama oleh pasukan elastis pada fascia
orbital.Kemudian, perbaikan saccade bergerak mata
kembali ke posisi eksentrik di orbit.Pandangan-evoked
nystagmus dapat disebabkan oleh lesi struktural yang
melibatkan jaringan integrator saraf, yang tersebar antara
vestibulocerebellum itu, medula (wilayah inti prepositus
hypoglossi dan inti vestibular berdekatan medial [NPH /
MVN]), dan inti interstitial Cajal (INC). Pasien sembuh dari
kelumpuhan pandangan melewati masa di mana mereka
dapat memandang ke arah dari cerebral sebelumnya,
tetapi mereka tidak dapat mempertahankan
dapat diindikasikan.5
8. PROGNOSA
Nystagmus kongenital biasanya merupakan keadaan yang
ringan .Hal ini tidak dapat disembuhkan, tetapi gejalanya
dapat dikurangi dengan kacamata atau lensa kontak.Visus
koreksi terbaik bagi sebagian besar individu dengan
nystagmus kongenital adalah antara 20/40 dan 20/70, tapi
koreksi 20/20 adalah mungkin bagi beberapa orang.
Nystagmus berhubungan dengan spasmus nutans
menyelesaikan secara spontan sebelum anak mencapai
usia sekolah.
Prognosis untuk nystagmus acquired tergantung pada
penyebabnya. Jika kondisi ini disebabkan efek samping dari
obat, dengan cara mengurangi atau mengganti obat yang
digunakan selama sakit sehingga akhirnya nystagmus
tersebut dapat hilang.
-
Menniere
GEJALA
Gejala penyakit Meniere berupa serangan vertigo berat
yang muncul secara tiba-tiba, disertai mual dan muntah.
Gejala-gejala ini biasanya berlangsung selama 1-6 jam,
tetapi pada beberapa kasus bisa sampai 24 jam.
Sebelum dan saat serangan, penderita mungkin merasa
telinga yang terkena seperti penuh atau tertekan.
Pendengaran cenderung berfluktuasi (kadang jelas, kadang
kurang), tetapi akan semakin memburuk dalam waktu
bertahun-tahun kemudian. Tinitus (bunyi berdenging pada
telinga) bisa muncul secara terus menerus atau hilang
timbul, dan bisa memburuk sebelum, saat, atau setelah
serangan vertigo. Hilangnya pendengaran maupun tinitus
biasanya hanya terjadi pada satu telinga. Hilangnya
pendengaran biasanya paling dirasakan pada suara
berfrekuensi rendah.
Pada salah satu bentuk penyakit Meniere, hilangnya
pendengaran dan tinnitus terjadi beberapa bulan atau
beberapa tahun sebelum serangan vertigo. Setelah
serangan vertigo dimulai, maka fungsi pendengaran bisa
mengalami perbaikan.
DIAGNOSA
Dugaan penyakit Meniere didasarkan dari gejala-gejala
yang khas, yaitu adanya vertigo disertai tinitus dan
hilangnya pendengaran pada satu telinga.
Tinitus
Tinitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan
keluhan perasaan
mendengarkan bunyi tanpa ada rangsangan bunyi dari
luar. Keluhan ini dapat berupa bunyi
mendengung, menderu, mendesis, atau berbagai macam
bunyi yang lain.
Tinitus dapat dibagi atas 2, yaitu :
a. Tinitus obyektif, bila suara tersebut dapat juga didengar
oleh pemeriksa atau dengan
auskultasi di sekitar telinga. Tinitus obyektif bersifat
vibritorik, berasal dari
transmisi vibrasi sistem vaskuler atau kardoivaskuler di
sekitar telinga.
b. Tinitus subjektif, bila suara tersebut hanya didengar oleh
pasien sendiri, jenis ini
sering terjadi. Tinitus subjektif bersifat nonvibratorik,
disebabkan oleh proses iritatif
Mengeluh vertigo
tinitus
Tinnitus
Evaluasi Diagnostik
Elektroensefalografi
Stimulasi kalorik
Penatalaksanaan
Diet
Farmakologis
Penatalaksanaan Bedah
10.
Terapi apa yang harus diberikan kepada
pasien sesuai dengan skenario ?
Tujuan umum penatalaksanaan vertigo adalah
untuk mengeliminasi gejala
vertigo,meningkatkan kompensasi sistem vestibuler dan
mengontrol gejala neurovegetatif dan psikoafektif yang
menyertai vertigo.8
Secara umum prinsip penatalaksaan vertigo terdiri dari:
1.
Terapi kausal
Terapi medikamentosa
Terapi rehalibitatif
b.
Kompensasi dengan mengaktifkan kendali tonus pada
inti vestibular di serebelum, system visual dan
somatosensori.
c.
Habituasi terhadap posisi yang merangsang
munculnya vertigo secara bertahap akan mengurangi
beratnya gejala
MENIERE
Khusus untuk penyakit Meniere, diberikan obat-obat
vasodilator perifer untuk mengurangi tekanan hidrops
endolimfa. Dapat pula tekanan endolimfa ini disalurkan ke
tempat lain dengan jalan operasi, yang dengan membuat
shunt. Obat-obat anti iskemia, dapat pula diberikan
sebagai obat alternatif dan juga diberikan obat neurotonik
untuk menguatkan sarafnya. 1
Pengobatan yang khusus untuk nistagmus posisi
paroksismal tipe jinak yang diduga penyebabnya adalah
kotoran (debris), yaitu sisa-sisa utrikulus yang terlepas dan
menempel pada kupula kss posterior atau terapung dalam
kanal. Caranya ialah dengan menempelkan vibrator yang
dapat menggetarkan kepala dan menyebabkan kotoran itu
terlepas dan hancur, sehingga tidak mengganggu lagi. 1
Pengobatan khusus untuk pasien yang menderita vertigo
yang disebabkan oleh ransangan dari perputaran leher
(vertigo servikal), ialah dengan traksi leher dan fisioterapi,
di samping latihan-latihan lain dalam rangka rehabilitasi. 1
Neuritis vestibuler diobati dengan obat-obatan
simptomatik, neurotonik, anti virus dan latiahn
(rehabilitasi). 1
Rehabilitasi penting diberikan, sebab dengan melatih
sistem vestibuler ini sangat menolong. Kadang-kadang
gejala vertigo dapat diatasi dengan latihan yang teratur
dan baik. Orang-orang yang karena profesinya menderita
vertigo servikal dapat diatasi dengan latihan yang intensif,
sehingga gejala yang timbul tidak lagi mengganggu
pekerjaannya sehari-hari, misalnya pilot, pemain sirkus dan
olahragawan. 1
Labyrinthectomy
Selama bertahun-tahun, labyrinthectomy telah menjadi
terapi pilihan terhadap penyakit Meniere. Tujuannya adalah
untuk menghancurkan bagian-bagian vestibular dari
telinga bagian dalam dengan mengorbankan bagian
koklea.12
Vestibular Nerve Section
Vestibular Nerve Section adalah "gold standar" untuk
mengendalikan serangan vertigo yang berat, tetapi tidak
untuk ketidakseimbangan. Prosedur ini harus jarang
dilakukan karena merusak. Kebanyakan pasien mengalami
ketidakseimbangan sesudahnya. Tujuannya adalah untuk
benar-benar menghapus fungsi vestibular di satu telinga. 12