You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kimia analitik adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari tentang
karakteristik suatu zat, meliputi analisis kuantitatif dan kualitataif. Analisis kualitatif adalah
analisis yang bertujuan untuk mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung dalam sampel,
sedangkan analisis kuantitatif adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui kadar suatu
senyawa dalam sampel. Dalam kimia analitik terdapat beberapa tahap pada proses analisis
yaitu penentuan masalah, penetapan metode, perolehan sampel, persiapan sampel untuk
analisis, pemisahan, pengukuran, perhitungan hasil, dan pelaporan (Christian,2003). Tahapan
penetapan metode merupakan tahapan untuk menentukan banyaknya sampel, preparasi
sampel, dan metode analisis yang digunakan. Metode analisis dibagi menjadi dua macam
yaitu metode analisis konvensional dan modern. Metode analisis modern lebih mengarah
pada penggunaan instrumen.Prinsip dari metode analisis modern dikelompokkan menjadi
tiga yaitu metode elektrokimia, metode spektrofotometri, dan metode kromatografi.
Dalam bidang industri metode analisis diperlukan untuk menganalisis proses
produksi, produk dan limbah yang dihasilkan. Salah satu contoh penerapan analisis dari hasil
industri adalah analisis kadar komponen yang terkandung dalam produk minuman teh
kemasan. Beberapa metode analisis modern dalam industri adalah metode analisis
spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu metode analisis
yang memiliki prinsip spektrofotometri dan merupakan proses pengukuran dalam tahapan
analisis.

Penelitian dengan metode spektrofotometri UV-Vis telah dilakukan oleh


Suherman, dkk.(2011) tentang penentuan kadar campuran kafein dan natrium benzoat dalam
minuman berenergi dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Analisis yang dilakukan
dengan menggunakan pelarut HCl 0,01 M, panjang gelombang maksimum yang dihasilkan
adalah 272,60 nm untuk kafein dan 229,80 nm untuk asam benzoat.
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan efektif
mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan. Buah-buahan merupakan
sumber vitamin C, diantaranya yaitu buah mangga. Penelitian ini bertujuan untuk
menetapkan kadar vitamin C dalam buah mangga menggunakan metode Spektrofotometri
UV-Vis dan Iodimetri, serta membandingkan hasil dari kedua metode tersebut. Sampel yang
diidentifikasi yaitu buah mangga yang sudah matang. Pada penelitian ini kadar vitamin C
dianalisis dengan menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis dan Iodimetri. Hasil
analisis vitamin C pada buah mangga dodol dengan menggunakan metode Spektrofotometri
UV-Vis yaitu 15,88 g/100g, sedangkan kandungan vitamin C dengan menggunakan metode
Iodimetri yaitu 3,5 g/100g. Dari hasil tersebut, menujukkan bahwa kadar vitamin C dengan
menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis lebih tinggi dibandingkan dengan metode
iodimetri.
Vitamin C (Taylor, 1993) adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai
antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan,
termasuk melindungi lensa dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi. Status
vitamin C seseorang sangat tergantung dari usia, jenis kelamin, asupan vitamin C harian,
kemampuan absorpsi dan ekskresi, serta adanya penyakit

tertentu (Schetman, 1989). Rendahnya asupan serat dapat mempengaruhi asupan vitamin C
karena bahan makanan sumber serat dan buah-buahan juga merupakan sumber vitamin C
(Narins, 1996).
Ada beberapa metode yang dikembangkan untuk penentuan kadar vitamin C diantaranya adalah
metode spektrofotometri UV-Vis dan metode iodimetri. Metode spektrofotometri dapat
digunakan untuk penetapan kadar campuran dengan spektrum yang tumpang tindih tanpa
pemisahan terlebih dahulu.
Karena perangkat lunaknya mudah digunakan untuk instrumentasi analisis dan mikrokomputer,
spektrofotometri banyak digunakan di berbagai bidang analisis kimia terutama farmasi.
Sedangkan metode iodimetri merupakan metode yang sederhana dan mudah diterapkan dalam
suatu penelitian (Munson, 1991).
Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube
(Yoky 2009).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer
ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometer dapat
mengukur serapan di daerah tampak, UV (200-380 nm) maupun IR (> 750 nm) dan
menggunakan sumber sinar yang berbeda pada masing-masing daerah (sinar tampak, UV, IR).
Monokromator pada spektrofotometer menggunakan kisi atau prisma yang daya resolusinya
lebih baik sedangkan detektornya menggunakan tabung penggandaan foton atau fototube
(Yoky 2009).
Komponen utama dari
Intensitas,

monokromator,

spektrofotometer, yaitu sumber

kuvet,

detektor,

penguat

cahaya, pengatur

(amplifier),

dan

indikator.

Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi
yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada
berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum
tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda (Yoky 2009).

BAGIAN ATAU KOMPONEN SPEKTROFOTOMETER


Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu :
a.

Sumber Cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi yang
stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah tampak,
ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terbuat
dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang
gelombang (l ) adalah 350 2200 nanometer (nm).

b. Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya polikromatis
menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu (monokromatis) yang bebeda
(terdispersi).
c.

Cuvet
Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh atau
cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet biasanya terbuat dari kwars, plexigalass, kaca, plastic
dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di
daerah UV dipakai cuvet kwarsa atau plexiglass, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai
sebab kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet dapat dipakai untuk pengukuran di
daerah sinar tampak (visible).

d. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai
panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya
akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau angka digital.
Dengan mengukur transmitans larutan sampel, dimungkinkan untuk menentukan
konsentrasinya dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Spektrofotometer akan mengukur

intensitas cahaya melewati sampel (I), dan membandingkan ke intensitas cahaya sebelum
melewati sampel (Io). Rasio disebut transmittance, dan biasanya dinyatakan dalam persentase
(% T) sehingga bisa dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T.
2.3 PRINSIP KERJA
Prinsip kerja

spektrofotometer

adalah

bila

cahaya

(monokromatik

maupun

campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan,
sebagian diserap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang
diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi
sampel.

2.4 CARA KERJA SPEKTROFOTOMETER


Sinar berasal dari dua lampu yang berbeda, yaitu lampu wolfram untuk sinar Visible
(sinar tampak = 38 780nm) dan lampu deuterium untuk sinar Ultra Violet (180-380nm) pada
video lampu yang besar. Pilih panjang gelombang yang diinginkan/diperlukan. Kuvet, ada dua
karena alat yang dipakai tipe double beam, disanalah kita menyimpan sample dan yang satu lagi
untuk blanko. Detektor atau pembaca cahaya yang diteruskan oleh sampel, disini terjadi
pengubahan data sinar menjadi angka yang akan ditampilkan pada reader.
Yang harus dihindari adanya cahaya yang masuk ke dalam alat, biasanya pada saat
menutup tenpat kuvet, karena bila ada cahaya lain otomatis jumlah cahaya yang diukur menjadi
bertambah.
2.5 KALIBRASI ALAT SPEKTROFOTOMETER
Kalibrasi yang dimaksud ini adalah men-seting blank alat spektrofotometer, sebelum
digunakan untuk analisis. Secara umum sbb:

1. Nyalakan alat spektrofotometer


2. Isi kuvet dengan larutan blanko (aquades)
3. Diseting/diatur panjang gelombang untuk kalibrasi.
4. ->keterangan: 0%T itu diukur saat kuvet dalam keadaan kosong. 100%T itu diukur saat kuvet
dalam keadaan terisi larutan.
5. Kuvet berisi larutan blanko dimasukkan ke spektrofotometer
6.

lalu tekan tombol 0 ABS 100%T, tunggu sampai keluar kondisi setting blank (dalam bentuk
teks)
2.6 CARA PERAWATAN SPEKTROFOTOMETER
Cara Perawatan dan Penyimpanan Alat :

1. Sebelum digunakan, biarkan mesin warming-up selama 15-20 menit.


2.

Spektrofotometer sebisa mungkin tidak terpapar sinar matahari langsung, karena cahaya dari
matahari akan dapat mengganggu pengukuran.

3. Simpan spektrofotometer di dalam ruangan yang suhunya stabil dan diatas meja yang permanen.
4. Pastikan kompartemen sampel bersih dari bekas sampel.
5. Saat memasukkan kuvet, pastikan kuvet kering.
6. Lakukan kalibrasi panjang gelombang dan absorban secara teratur.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
Larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna
Apabila larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak berwarna, maka
larutan tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan yang berwarna. Kecuali apabila
diukur dengan menggunakan lampu UV.
Panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang
mempunyai absorbansi maksimal. Hal ini dikarenakan pada panajgn gelombang
maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang tersebut, perubahan
absorbansi untuk tiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Selain itu disekitar panjang
gelombang maksimal, akan terbentuk kurva absorbansi yang datar sehingga hukum LambertBeer dapat terpenuhi. Dan apabila dilakukan pengukuran ulang, tingkat kesalahannya akan kecil
sekali.

Kalibrasi Panjang gelombang dan Absorban


Spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan dan
cahaya yang diabsorbsi. Hal ini bergantung pada spektrum elektromagnetik yang diabsorb oleh
benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada
senyawa yang terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan kalibrasi panjang gelombang dan
absorban pada spektrofotometer agar pengukuran yang di dapatkan lebih teliti.

2.7 JENIS JENIS SPEKTROFOTOMETER


Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang digunakan.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Spektrofotometri Vis (Visible)
2. Spektrofotometri UV (Ultra Violet)
3. Spektrofotometri UV-Vis
4. Spektrofotometri IR (Infra Red)
1. Spektrofotometri Visible (Spektro Vis)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya
tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh
mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga semua
sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru, hijau, apapun.. selama ia dapat
dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak (visible).
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu
Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia dengan
simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 C) dibanding
logam lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu. Sample yang dapat
dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memilii warna. Hal ini menjadi kelemahan
tersendiri dari metode spektrofotometri visible. Oleh karena itu, untuk sample yang tidak
memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagent spesifik yang
akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya
bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang
dihasilkan harus benar-benar stabil.

Salah satu contohnya adalah pada analisa kadar protein terlarut (soluble protein). Protein
terlarut dalam larutan tidak memiliki warna. Oleh karena itu, larutan ini harus dibuat berwarna
agar dapat dianalisa. Reagent yang biasa digunakan adalah reagent Folin.
Saat protein terlarut direaksikan dengan Folin dalam suasana sedikit basa, ikatan peptide
pada protein akan membentuk senyawa kompleks yang berwarna biru yang dapat dideteksi pada
panjang gelombang sekitar 578 nm. Semakin tinggi intensitas warna biru menandakan
banyaknya senyawa kompleks yang terbentuk yang berarti semakin besar konsentrasi protein
terlarut dalam sample.
2. Spektrofotometri UV (ultraviolet)
Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan
interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai
sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia
merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan daratan. Inti atom
deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu
proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteros, yang
berarti dua, mengacu pada intinya yang memiliki dua pertikel. Karena sinar UV tidak dapat
dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan
senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan.
Oleh karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan
reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun
perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau centrifugasi. Prinsip
dasar pada spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut sempurna.
Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi. Sebagai contoh pada analisa protein terlarut
(soluble protein). Jika menggunakan spektrofotometri visible, sample terlebih dulu dibuat
berwarna dengan reagent Folin, maka bila menggunakan spektrofotometri UV, sample dapat
langsung dianalisa. Ikatan peptide pada protein terlarut akan menyerap sinar UV pada panjang
gelombang sekitar 280 nm. Sehingga semakin banyak sinar yang diserap sample (Absorbansi
tinggi), maka konsentrasi protein terlarut semakin besar. Spektrofotometri UV memang lebih
simple dan mudah dibanding spektrofotometri visible, terutama pada bagian preparasi sample.
Namun harus hati-hati juga, karena banyak kemungkinan terjadi interferensi dari
senyawa lain selain analat yang juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini berpotensi
menimbulkan bias pada hasil analisa.
3. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible.


Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible.
Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai
sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Untuk sistem
spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan
metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna.
4. Spektrofotometri IR (Infra Red)
Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini berdasar pada
penyerapan panjang gelombang infra merah. Cahaya infra merah terbagi menjadi infra merah
dekat, pertengahan, dan jauh. Infra merah pada spektrofotometri adalah infra merah jauh dan
pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 2.5-1000 m. Pada spektro IR meskipun bisa
digunakan untuk analisa kuantitatif, namun biasanya lebih kepada analisa kualitatif. Umumnya
spektro IR digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama
senyawa organik. Setiap serapan pada panjang gelombang tertentu menggambarkan adanya suatu
gugus fungsi spesifik.
Hasil analisa biasanya berupa signal kromatogram hubungan intensitas IR terhadap
panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal sample akan dibandingkan dengan signal
standard. Perlu juga diketahui bahwa sample untuk metode ini harus dalam bentuk murni.
Karena bila tidak, gangguan dari gugus fungsi kontaminan akan mengganggu signal kurva yang
diperoleh. Terdapat juga satu jenis spektrofotometri IR lainnya yang berdasar pada penyerapan
sinar IR pendek. Spektrofotometri ini di sebut Near Infrared Spectropgotometry (NIR). Aplikasi
NIR banyak digunakan pada industri pakan dan pangan guna analisa bahan baku yang bersifat
rutin dan cepat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Spektofotometri merupakan alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relative jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang.
Bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari
sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium.

Spektrofotometri memiliki 4 bagian penting yaitu: sumber cahaya, monokromator, kuvet dan
detector.
Spektofotometri dibagi menjadi 2 jenis, menurut optika sinarnya dan daerah spectrum. Jenis
tersebut juga dibagi menjadi beberapa jenis,
Cahaya dari spektofotometri dilewatkan ke sampel dan diteruskan ke detector.
Kalibrasi terdiri dari kalibrasi alat, matching kuvet, dan membuat spectrum serapan.
Perawatan yang harus dilakukan cairan jangan sampai ada yang tumpah pada alat.
3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh data kata sempurna oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
Herliani, An an. 2008. Spektrofotometri. Pengendalian Mutu Agroindustri-Program D4 PJJ.
Day RA dan Underwood AL.1986. Analisis Kimia Kuantitatif edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Khopkar SM. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

You might also like