You are on page 1of 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LEPRA/KUSTA

A. PENGKAJIAN
Yang haruss di kaji dengan pasien lepra adalah sebagai berikut :
1. Identitas pasien
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
3. Keluhan utama, pada pasien lepra pada umumnya mengeluh adanya bercak-bercak di
kulit,gatal,kaku dan panas serta mengalamai demam yang tinggi.
4. Riwayat kesehatan sekarang,riwayat penyakit kusta umumnya adanya bercak-bercak merah
disertai hiperanestesi dan oedema pada ekstremitas pada bagian perifer seperti tangan, kaki dan
terjadi peningkatan suhu.
5. Riwayat penyakit dahulu, penyakit yang di derita pasien sebelumnya seperti hepatitis,terpajan
oleh bakteri M. leprae sebelumnya namun dengan kondisi imun yang baik, asma ,alergi dan
jantung koroner.
6. Riwayat kesehatan keluarga, pada umumnya anggota keluarga ada yang pernah mengalamai
penyakit leprae dan resiko keluarga terkena penyakit yang sama akan tinggu.
Pada pembahasan tentang asuhan keperawatan pada pasien leprae pengkajian berdasarkan Nanda
internasional adalah sebagai berikut :
1. Domain 1. promosi kesehatan :
Data subyek:
Tanyakan kesehatan masa lalu pasien : pasien pada umumnya pernah mengalami alergi,
penyakit kulit sebelumnya.
Tanyakan keluhan utama pasien.
Tanyakan riwayat kesehatan sekarang pasien.
Tanyakan riwayat alergi makanan/obat :pada pasien dengan leprae umunya mengalami alergi
makanan/obat sehingga timbul penyakit leprae.
Tanyakan riwayat imuniasasi.
Data subyek :
Observasi perilaku kepatuhan terhadap program terapi : pasien leprae harus di pantau terapinya
dan kepatuhanya sehingga dapat sembuh dan tidak bertambah parah khususnya kondisi kukit.
Pengobatan saat ini : observasi pemberian obat,frekuensi ,dosis.
2. Domain 2. nutrisi.
Data subyek :
Riwayat berat badan :tanyakan perubahan berat badan pada psien pada umunya pasien
mengalamai penurunan berat badan.
Kebiasaan makan dan minum : tanyakan kebiasaan makan meliputi makanan klien seharihari,sayur,lauk,minuman sehari-hari minuman sehari berapa gelas. Umumnya pasien dengan
penyakit lepra alergi makanan sehingga mengobservasi kebiasaan makan sangat penting.
Perubahan nafsu makan :umumnya pada pasien lepra mengalamai penurunan nafsu makan.
Pada umumnya pasien lepra megalamai kesulitan mencerna makanan.
Riwayat alergi makanan : tanyakan tentang alergi makanan pada pasien karena pada penderita
leprae akan mengalamai alergi terhadap makanan sebagai penyebab dari penyakitnya.
Data obyek :
Keadaan umum : pada pasien dengan penyakit leprae akan wajah tampak sayu,lemas dan pucat.
Hitung body mass indek (BMI) pasien
Penampilan kulit pasien : pada penderita leprae warna kulit kemerahan,kulit lengket dan
menyebar dan lesi keputih-putihan,kulit kering dan retak-retak.

kondisi mulut akan memerah,mengalamai stomatitis.


Kondisi bekas luka akan memerah dan lengket.
Intake oral dan intravena : kaji intake oral pasien melalui minuman dan intravena : jenis
cairan,berapa kali permenit tetesan infuse.
Kaji program diit saat ini.
Hasil lab :
3. Domain 4. aktivitas istirahat
Data subyek :
Tanyakan kemampuan makan,mandi,toileting, mobilitas di tempat tidur. Pada pasien dengan
penyakit leprae akan mengalami hambatan mobilitias atau dapat disebabkan karena kondisi luka
yang lengket dan kulit kaku serta klien akan menyatakan lemah pada ekstremitas dan mati rasa.
Tanyakan periode istirahat pasien :jam tidur,frekuensi tidur dan istirahat serta kegiatan
rekreasional.
Data obyek :
Observasi tingkat ketergantungan pasien : level 0 pasien dapat mandiri, level 1membutuhkan
penggunaan alat bantu, level 2 membutuhkan pengawasan orang lain, level 3 membutuhkan
bantuan orang lain masih berpatisipasi, dan level 4 ketergantungan tanpa partisipasi. Pada pasien
dengan lepra dan kondisi tubuh untuk bermobilisasi kurang baik umunya kan berada pada level 3
atau 4 yang tergantung dengan orang lain.
Tes sendi/ROM , masa otot: pasien akan mengalami kelemahan otot sampai lumpuh dan mati
rasa.
Kaji status vaskuler : pada pasien dengan lepra akan mengalami perandangan kronis pada saraf
perifer akibat dari luka yang kemerahan dan lesi akan keputih-putihan/hipopigmentasi kulit kaku
dan kering.
Hasil pemeriksaan lab :pemeriksaan bakterioskopik digunakan untuk menegakan diagnosis dan
pengamatan pengobatan. Bakterioskopik negative pada seorang penderita bukan berarti orang
tersebut tidak mengandung M. leprae. Pemeriksaan darah lengkap atau HMT sangat penting
untuk mengetahui sel darah putih untuk indikasi adanya infeksi.Pemeriksaan histopatologik
,makrofag dalam jaringan yang berasal dari monosit di dalam darah ada yang mempunyai nama
khusus antara lain sel kuffer dari hati,sel alveolar dari paru ,sel glia dari otak dan dari kulit yaitu
stiotit. Pada lepramatosa terdapat kalim sunyi subepidermal(subepidermal clear zone, ialah suatu
daerah langsung di bawah epidermis yang jaringan tidak patologik,ada sel vircho dengan banyak
khas).
4. Domain 6. persepsi diri
Data subyek :
Tanyakan perasaan pasien : pada pasien dengan lepra biasnya akan mengalami putus
asa,merasa tidak berguna dan rendah diri atas penyakit yang di deritanya.
Tanyakan pengaruh penyakit terhadap kehidupan : pasien akan menyatakan diasingkan dari
lingkungan,di hina karena kelaianan kulit yang di alamainya.
Penilaian pasien terhadap diri sendiri : pasien merasa di asingkan ,tidak di hargai di
lingkunganya,merasa jelek karena keadaan kulit tubuhnya.
Data obyek :
Amati respon pasien saat berinteraksi. Pasien akan mengalihkan perhatian saat bicara,terlihat
malu dan suara rendah.
Ukur skala kecemasan : skala 1 antisipasi/relaksi, skala 2 cemas ringan,skala 3 cemas sedang ,
skala 4 cemas berat dan skala 5 panik. Pada pasien dengan lepra akan menagalami kecemasan

pada skala 4 atau 5.


Ukur skala sertifitas, skala 1 asertif,skala 2 asertif ringan/sedikit,skala 3 asertif sedang/lebih
berkurang,skala 4 tidak asertif dan skala 5 marah. Pasien akan mengalami pada skala 4 atau 5
karena marah,sedih akan keadaan yang di alamainya.
Catat tanda verbal dan non verbal. Pada pasien dengan lepra akan menyatakan
kemarahan,kesedihan dan putus asa.
5. Domain 11. keamanan dan proteksi.
Data subyek :
Tanyakan keluhan nyeri dengan PQRST: Pada pasien dengan lepra akan mengeluh nyeri di
seluruh tubuh terutama ekstrimitas dan muncul tiba-tiba ,berkurang saat di kompres,lebih nyeri
saat gatal timul dan nyeri karena lukanya.
Riwayat penggunaan obat-obatan. Pada pasien dengan lepra umumnya akan karena laergi obatobatan.
Tanyakan riwayat penyakit imun yang sebelumnya.
Data obyek :
keadaan umum : observasi keletihan ,kegelisahan klien dan kondisi kesadaran pasien.
Observasi tanda-tanda vital.
kaji tanda-tanda infeksi : saat di raba luka akan terasa kering,kaku, pasien akan merasa
panas,luka akan berbau,kemerahan, ekstremitas kaku.
hasil lab : pemeriksaan bakterioskopik digunakan untuk menegakan diagnosis dan pengamatan
pengobatan. Bakterioskopik negative pada seorang penderita bukan berarti orang tersebut tidak
mengandung M. leprae. Pemeriksaan darah lengkap atau HMT sangat penting untuk mengetahui
sel darah putih untuk indikasi adanya infeksi.Pemeriksaan histopatologik ,makrofag dalam
jaringan yang berasal dari monosit di dalam darah ada yang mempunyai nama khusus antara lain
sel kuffer dari hati,sel alveolar dari paru ,sel glia dari otak dan dari kulit yaitu stiotit. Pada
lepramatosa terdapat kalim sunyi subepidermal(subepidermal clear zone, ialah suatu daerah
langsung di bawah epidermis yang jaringan tidak patologik,ada sel vircho dengan banyak khas).
6. Domain 12. kenymanan
Data subyek :
Tanyakan keadaan pasien saat ini. Pasien akan menyatakan cemas dan takut karena penyakit
yang di deritanya.
Tanyakan penyebab ketidaknyamanan yang di deritanya. Pasien akan megalamai
ketidaknyamanan karena luka pada kulitnya yang kaku,panasmberbau dan gatal serta tidak dapat
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Tanyakan apakah klien merasa mual. Pasien akan merasa mual dan muntah serta penurunan
berat badan karena bau pada lukanya dan makanan tidak enak saat dimakan.
Kaji nyeri dengan PQRST :Pada pasien dengan lepra akan mengeluh nyeri di seluruh tubuh
terutama ekstrimitas dan muncul tiba-tiba ,berkurang saat di kompres,lebih nyeri saat gatal timul
dan nyeri karena lukanya.
Data obyek :
Amati respon pasien terhadap ketidaknyamanan : pasien akan mengalami cemas yang
berlebihan, ekspresi wajah yang kurang nyaman dan pasien akan tampak gelisah.
Amati respon pasien terhadap nyeri. Pada pasien dengan lepra amati respon nyeri apakah pasien
dapat melaporkan nyeri dan nyeri berkurang saat di kompres,diberi analgetik.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan penyakit lepra atau kusta adalah

sebagi berikut :
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot (otot pasien kaku dan
sampai lumpuh).
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
proses penyakit.
ketidakefektifan menejemen kesehatan diri berhubungan dengan kurang pengetahuan.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada tubuh.
Resiko infeksi berhubungan dengan pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari
pemajanan pathogen.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imun.
Mual berhubungan dengan situasional (bau luka di kulit yang tidak menyenangkan,nyeri, faktor
psikologis dan rasa makanan atau minuman tidak enak di lidah.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera.
Hipertermi berhubungan dengan penyakit.
C. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN(NOC) INTERVENSI(NIC)
1. Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan selama.x24 jam pasien dapat Respon
alergi : lokasi dengan kriteria hasil :
1. Nyeri sinus
2. sakit kepala
3. konjungtivitis
4. lakrimasi
5. sekresi mukosa
6. lokasi gatal
7. lokasi luka
8. lokasi eritem
9. temperature lokasi kulit
10. lokasi udem
11. lokasi nyeri
skala:
1. besar
2. subtansi
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada
Integritas jaringan dengan kriteria hasil :
1. temperature kulit
2. sensasi
3. elastisitas
4. hidrasi
5. teksture
6. ketebalan
7. perfusi jaringan
8. pertumbuhan rambut kulit

9. integritas kulit
10. pigmentasi abnormal
11. lesi kulit
12. lesi membrane mukosa
13. bekas luka jaringan
14. kanker kulit
15. eritema
16. nekrosis jaringan
skala:
1. sangat dikompromikan
2. substansial dikompromikan
3. moderat
4. ringan
5. tidak ada MERAWAT KULIT : GRAFT SITE
1. memeriksa secara komplit riwayat mendapat dan uji fisik dan memprioritaskan pembedahan
skin graft
2. menyediakan control nyeri adekuat
3. mengevaluasi penanaman kulit sampai sirkulasi sekitar pencangkokan (seminggu sekali) .
4. menginstruksikan pasien untuk tidak bergerak/imobilisasi selama penyembuhan
5. menginspeksi area skin graf
6. memonitor warna, suhu ,capillary revil dan turgor skin graft
7. memonitor tanda infeksi
8. mendorong/memberi semangat pasien , pemahaman, kepada pasien dan keluarga tentang skin
graft
9. menginstruksikan pasien untuk menggunakan metode proteksi dari area pencangkokan kulit
misal perlindungan dari matahari dan suhu.
10. menginstruksikan pasien untuk melaporkan setiap perubahan pada area skin graft
PERAWATAN LUKA
1. Melepaskan dressing sebelumnya
2. mencukur rambut yang mengelilingi area luka
3. memonitor karakteristik dari luka,drainage,warna,ukuran dan bau
4. ukuran dari area luka
5. membersihkan dengan normal saline atau non-toksik cleanser
6. memasangkan dressing
7. menjaga sterilitas luka
8. menginspeksi luka
9. memberi intake cairan
10. menginstruksikan pasien untuk megenali tanda dan gejala infeksi dan segera melaporkan
kepada petugas kesehatan
11. mendokumentasikan lokasi luka,ukuran dan penampilan luka.

2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan selama.x24 jam pasien dapat mencapai mengontrol
nyeri dengan kriteria hasil :
1) Melaporkan nyeri
2) menceritakan faktor penyebab
3) menggunakan monitor tanda dan gejala
4) menggunakan ukuran preventif
5) menggunakan ukuran non analgetik
6) menggunakan analgetik yang di rekomendasikan
7) melaporkan tandaketidaknyamanan kepada petugas kesehatan
8) melaporkan perubahan tanda nyeri kepada petugas kesehatan
9) melaporkan control nyeri
skala :
1. tidak demonstrasikan
2. jarang demonstrasikan
3. kadang-kadang demostrasikan
4. sering demonstrasikan
5. konsisten
Level nyeri dengan kriteria hasil :
1. melaporkan nyeri
2. panjangnya episode nyeri
3. mengerang dan menangis
4. ekspresi wajah saat nyeri
5. istirahat
6. iritasi
7. mengigil
8. menangis
9. mengeluarkan keringat
10. tensi otot
11. muntah
skala :
6. besar
7. subtansi
8. sedang
9. ringan
10. tidak ada ADMINISTRATION ANALGESIC
1. Menentukan lokasi,karakteristik dan kualitas nyeri sebelum memberikan obat.
2. Cek medical order obat ,dosis dan frekuensi dari pemberian resep analgetik.
3. Mengecek riwayat dari alergi obat.
4. Mengevaluasi kemmapuan pasien untuk berpartisipasi dari seleksi analgetik ,rute dan dosis
dan melibatkan pasien,yangbsesuai.
5. Memilih analgetik yang sesuai atau kombinasi dari analgetik ketika mendapatkan
rekomendasi lebih dari satu resep.
6. Memilih cara pemberian lewat intravena,intramuscular untuk frekuensi nyeri medikasi injeksi.
7. Memonitor vital signs sebelum dan sesudah pemberian analgetik jenis narkotik
8. Memperhatikan untuk ekspektasi positif yaitu optimis terhadap respon pemberian analgetik
terhadap pasien.

9. Mengevaluasi efektivitas dari frekuensi pemberian analgetik secara regular waktu istirahat
setelah pemberian, tetapi setelah pemberian observasi tanda dan gejala efek samping.
10. Mendokumentasikan respon analgetik dan efek rentang pemberian analgetik.
11. Kolaborasi dengan dokter jika obat, dosis dan rute atau waktu rentang indikasi perubahan.
12. Mengajarkan tentang penggunaan analgetik,strategi pengurangan efek samping dan
ekspektasi dari waktu istirahat dalam kepastian tentang gambaran nyeri.
MENEJEMEN NYERI
1. Menampilkan secara komprehensif pengkajian dari lokasi
nyeri,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas, intensitas dari skala nyeri dan faktor pencetus nyeri.
2. Mengobservasi nonverbal dari ketidaknyamanan pasien yang lebih efektif gunakan
komunikasi langsung.
3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik .
4. eksplore pengetahuan dan kepercayaan pasien tentang nyeri.
5. Memberi semangat pasien untuk medikasi nyeri secara adekuat.
6. Mengajarkan metode non farmakologi kepada pasien.
7. Mengajarkan prinsip menejemen nyeri.
8. Menginstruksikan pasien untuk melaporkan nyeri kepada petugas kesehatan.
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan selama.x24 jam pasien dapat mencapai
Pengetahuan : menejemen infeksi dengan indicator :
Modeof transmisi
Faktor-faktor yang transmisi
Praktek yang mengurangi transmisi
Tanda dan gejala infeksi
Pemantauan prosedur untuk infeksi
Pentingnya sanitasi tangan
Kegiatan untuk meningkatkan ketahanan terhadap infeksi
Pengobatan untuk infeksi didiagnosis
Tindak lanjut untuk infeksi didiagnosis
Tanda dan gejala eksaserbasi infeksi
Identifikasi nama yang benar dari obat
Efek samping obat.
Skala:
11. besar
12. subtansi
13. sedang
14. ringan
15. tidak ada
Integritas jaringan:kulit dan membrane mukosa dengan indicator :
Suhu kulit
Elastisitas kulit
Hidrasi
keringat
tekstur kulit
ketebalan kulit

jaringan perfusi
Pertumbuhan rambut pada kulit
Integritas kulit
abnormal
pigmentasi kulit
lesi kulit
Mukosa
membran lesi
jaringan parut
kanker kulit
kulit mengelupas
Eritema
Nekrosis
Proses mengeras
Skala :
1. besar
2. subtansi
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada
PERLINDUNGAN INFEKSI
KEGIATAN :
1) Pantau tanda-tanda sistemik dan lokal dan gejala infeksi.
2) Memantau mutlak granulosit menghitung, WBC count dan hasil diferensial.
3) Ikuti tindakan pencegahan neutropenia, yang sesuai.
4) Batasi jumlah pengunjung, yang sesuai.
5) Menyaring semua pengunjung untuk penyakit menular.
6) Menjaga asepsis untuk pasien beresiko.
7) Pertahankan teknik isolasi, yang sesuai.
8) Berikan perawatan kulit yang sesuai untuk daerah pembengkakan.
9) Periksa kulit dan selaput lendir untuk kemerahan, kehangatan ekstrim atau drainase.
10) Periksa kondisi dari setiap luka.
11) Promosikan asupan gizi yang cukup.
12) Mendorong asupan cairan, yang sesuai.
13) Mendorong istirahat.
14) Anjurkan pasien untuk mengambil antibiotik yang diresepkan.
15) Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya
ke penyedia layanan kesehatan.
16) Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana menghindari infeksi.
RESIKO DETEKSI
KEGIATAN.
1. Mengenali tanda-tanda dan gejala yang mengindikasikan risiko
2. Mengidentifikasi potensi resiko kesehatan
Mencari validasi dari risiko yang
3. Lakukan pemeriksaan diri pada interval yang disarankan

4. Berpartisipasi dalam penyaringan pada interval yang disarankan


5. Mengakuisisi pengetahuan tentang sejarah keluarga
6. Mempertahankan pengetahuan terbaru dari riwayat keluarga
7. Mempertahankan pengetahuan terbaru dari riwayat pribadi
8. Menggunakan sumber daya untuk tetap informasi tentang risiko pribadi
9. Menggunakan layanan kesehatan kongruen dengan kebutuhan
10. Memperoleh informasi tentang perubahan dalam rekomendasi kesehatan
D. IMPLEMENTASI
Implementasi untuk pasien dengan lepra adalah sebagai berikut:
1. Lakukan intervensi pada rencana keperawatan diantaranya :merawat luka skin graft,memantau
luka setelah tindakan skin graf,meemantau tanda dan gejala infeksi dan menurunkan rasa nyeri.
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan,diit yang sesuai dan
dukungan psikologis.
3. Lakukan tindakan ulang setelah target tidak terpenuhi dan lakukan tindakan lain yang
menambah prospek pasien untuk sembuh lebih baik.
4. Catat secara teliti setiap tindakan yang dilakukan.
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang
disengaja dan terus menerus dengan melibatkan klien,perawat dan anggota tim kesehatan
lainya(Lismidar,1990:68). Evaluasi dalam proses keperawatan memiliki aspek yang harus di
pahami :
1. S/subyek : yaitu respon pasien secara subyek (metode wawancara langsung/bertanya kepada
pasien) terhadap implementasi yang sudah dilakukan selama target yang sudah
ditetapkan/direncanakan perawat.Pada pasien lepra tanyakan tentang kondisi saat melakukan
evaluasi.
2. O/obyek: respon pasien non verbal (diobservasi setiap melakukan pengkajian) terhadap
implementasi yang dilakukan. Pada pasien lepra observasi utamanya pada kondisi luka,kondisi
fisik klien.
3. Analisa: adalah hasil dari implementasi yang sudah dilakukan yaitu diantaranya :masalah
teratasi sebagian,masalah teratasi dan masalah tidak teratasi. Masalah teratasi pada pasien lepra
bila kondisi pasien sudah pulih dan lebih baik dari sebelumnya,masalah tidak teratasi bila kondisi
lebih buruk atau tetap dan masalah teratasi sebagian bila respon pasien sudah lebih baik dari
sebelumnya namun belum semua masalah terselesaikan.
4. Perencanaan, perencanaan dalam evaluasi proses keperawatan adalah perencanaan ulang yang
hasilnya masalah tidak teratasi dan masalah teratasi sebagian. Perencanaan dapat melanjutkan
perencanaan sebelumnya atau menambah perncanaan tindakan lain yang tetap berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainya.

DAFTAR PUSTAKA
Docter, M,Joanne,dkk. 2004. Nursing Intervention classification (NIC). USA : mosby.

Ester,monica (editor indonesia) dan herdman (editor amerika). 2011. Diagnosis keperawatan
definisi dan klasifikasi 2011-2014. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC.
Format asuhan keperawatan priodi DIII keperawatan tahun 2011. Yogyakarta :akademi kesehatan
karya husada Yogyakarta.
Heri,susilo. 2012. Asuhan keperawatan pada pasien dengan kusta. Diunduh
darimydokumentku.blogspot.com pada tanggal 29 maret 2013.
Morhead,sue,dkk. 2004. Nursing outcomes classification. Amerika : Mosby.
Riyanto agus.2012. Penyakit kusta atau lepra. Diunduh dari dr-suparyanto.blogspot.com pada
tanggal 29 maret 2013.
1

You might also like