You are on page 1of 40

Diktat Komunikasi Data S1

Daftar Isi
1. Pengantar Konsep 7 Lapis OSI
2. Lapis Fisik
2.1.
Konsep Sinyal Digital
2.1.1. TTL, Bipolar dan Differensial
2.1.2. Bandwitdh (Teorema Nyquist)
2.1.3. Effek dari Noise (Teorema Shannon)
2.2.
Modulasi Digital
2.2.1. Modulasi Amplitudo (AM)
2.2.2. Modulasi Amplitudo Qudratur (QAM)
2.2.3. Modulasi Frekuensi (FM)
2.2.4. Modulasi Fasa (PM)
2.2.5. Standar Modulasi Pada Modem (Voice Modem)
2.3.
Saluran Transmisi
2.3.1. Kabel Koaksial
2.3.2. Kabel Twisted Pair
2.3.3. Serat Optik
2.3.4. Medium Udara
2.4.
Error Detection
2.4.1. Parity
2.4.2. CRC
2.5.
Error Correction
2.5.1. Block Sum Check
2.5.2. Hamming
2.6.
Perhitungan Error
2.6.1. Peluang Error Bit
2.7.
Sinkronisasi
2.7.1. Sinkronisasi bit
2.7.2. Sinkronisasi karakter
2.7.3. Sinkronisasi frame
2.7.4. Zero bit insertion
2.8.
RS-232
2.8.1. Format Data
2.8.2. Pin-pin interface
3. Lapis Datalink
3.1.
Konsep datalink
3.2.
Komunikasi datalink (pembukaan, pertukaran data,
penutupan hubungan)
3.2.1. HDLC
3.3.
Error Control
3.3.1. ARQ
3.3.1.1. Idle RQ
3.3.1.2. Selective Repeat
3.3.1.3. Go Back N
3.3.2. Utilitas Link
3.4.
Flow Control

Diktat Komunikasi Data

Hal :

4.

5.

6.

7.

8.

3.4.1. Hardware RTS-CTS


3.4.2. Software XON-XOFF
3.4.3. Sliding Windows
3.5.
MAC
3.5.1. MAC Address
3.5.2. CSMA, CSMA/CD & CSMA/CA
3.5.3. Token Bus & Token Ring
Lapis Network
4.1.
Terminologi Network
4.2.
IP (Internet Protocol)
4.2.1. Addressing
4.2.2. Subnetting
4.2.3. Format Header
4.2.3.1. Type of Service
4.2.3.2. Fragmentation Offset
4.2.3.3. Time to Live
4.2.4. Router
Lapis Transport
5.1.
Konsep lapis Transport
5.2.
TCP (Transmission Control Protocol)
5.2.1. Port
5.2.2. Format Header
5.2.2.1. Window
5.2.2.2. Flag-flag
5.2.3. Proses Komunikasi
5.2.3.1. Pembukaan Hubungan
5.2.3.2. Pertukaran Data
5.2.3.3. Pemutusan Hubungan
Teknologi Komunikasi Data
6.1.
LAN
6.1.1. Repeater, Bridge & Router
6.1.2. Ethernet, Fast Ethernet, Gigabit Ethernet
6.1.3. Wireless Ethernet, WiFi
6.2.
VPN
6.3.
PPP
Jaringan Backbone
7.1.
ATM
7.2.
MPLS
7.3.
All- IP
Jaringan Mobile
8.1.
GPRS
8.2.
IP Mobile
8.3.
3G

Diktat Komunikasi Data

Hal :

Bab I
Pengantar Konsep 7 Lapis Osi
Komunikasi data memerlukan sistem standar yang komplek
dalam membangun hubungan untuk berkomunikasi dikarenakan
banyaknya peralatan yang terlibat, masing-masing peralatan itu
dibuat oleh vendor yang berbeda-beda dan terus berkembang
sesuai dengan teknologi yang bisa diterapkan.
Kemajuan teknologi transmisi dan meningkatnya kualitas dan
kuantitias aplikasi yang dipergunakan menyebabkan sistem tadi
menjadi semakin komplek tetapi harus bisa memberikan kualitas
layanan yang lebih baik.
Komunikasi data adalah suatu penggabungan antara dunia
komunikasi dan komputer, jika dalam komunikasi umum yang
melakukan komunikasi adalah manusia baik dengan bantuan alat
maupun langsung, dalam komunikasi data komputerlah yang
berkomunikasi.
Komunikasi dengan komputer mempunyai karakteristik yang
sangat berbeda dibandingkan dengan komunikasi manusia, yaitu :
1. Komputer berkomunikasi dengan kode yang dibentuk oleh
bit-bit, sehingga tingkat kemungkinan kesalahan menjadi
lebih besar. Kesalahan 1 bit akan mengakibatkan data yang
diterima menjadi salah sehingga tidak berguna.
2. Trafik komunikasi komputer lebih bursty, dimana komunikasi
terjadi dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat dan
acak.
3. Komputer dapat berkomunikasi dengan banyak pihak
sekaligus (grup atau broadcast).
Berdasarkan karakteristik diatas komunikasi data menjadi
suatu bidang yang memerlukan pengetahuan pendukung yang
sangat luas, seperti matematik/statistik, ilmu jaringan, ilmu
perangkat keras, ilmu perangkat lunak dan ilmu-ilmu pendukung
lainnya.
Jadi pada prinsipnya komunikasi data adalah gabungan dari
banyak hal yang menggabungkan fungsi-sungsi perangkat keras
dengan perangkat lunak yang masing-masing saling tergantung.
Sehingga secara umum komunikasi data/komputer dapat
digambarkan sebagai berikut :

Komputer A

Program
Aplikasi
Sistem Komunikasi

Komputer B

Komunikasi antar pemakai

Program
Aplikasi

Komunikasi antar komputer

Diktat Komunikasi DataKomunikasi komputer dengan jaringan

Jaringan Komunikasi Data

Sistem Komunikasi

Hal :

Gambar 1.1 Skema Komunikasi Komputer


Secara logika yang berkomunikasi adalah user lewat software
aplikasi melalui perangkat keras komputer dan sistem komunikasi
dengan jalur fisik jaringan komunikasi data.
Agar supaya sistem komunikasi data dapat berjalan secara
lancar dan global, maka perlu dibuat suatu standar protocol yang
dapat menjamin :

Kompatibilitas penuh antara dua peralatan setara.


Bisa melayani banyak peralatan dengan kemampuan
berbeda-beda
Berlaku umum dan mudah untuk dipelajari atau diterapkan

Maka International Standard Organisation (ISO) membuat suatu


konsep protokol dengan banyak lapis fungsional yang dikenal
dengan nama Open System Interconnection.
File transfer, access and management, document and
message interchange, job transfer and manipulation

Syntax independent

message

Transfer syntax negotiation,


data representation transformation
Dialog and synchronization control for
application entities

Network independent message

End-to-end message transfer (connection management,


error control, fragmentation, flow control)
Network routing, addressing, call set-up,
and clearing
Data link control
(framing, data transparency, error control)
Mechanical and electrical
network interface definitions

Gambar 1.2 Standar Protokol OSI


Pada konsep OSI protokol komunikasi data dibagi menjadi 7
lapis fungsional yaitu :
Diktat Komunikasi Data

Hal :

Lapis 7
: Aplikasi (Application)
Lapis 6
: Presentasi (Presentation)
Lapis 5
: Sesi (Session)
Lapis 4
: Transpor (Transport)
Lapis 3
: Jaringan (Network)
Lapis 2
: Link Data (Datalink)
Lapis 1
: Fisik (Physical)
Pertukaran data secara fisik terjadi pada lapis fisik, dimana
deretan bit pembentuk data di ubah menjadi sinyal-sinyal listrik
yang akan melewati media transmisi, diperlukan sinyal yang cocok
untuk lewat di media transmisi tertentu. Dikenal tiga macam
media transmisi yaitu : kabel logam, kabel optik dan gelombang
radio yang tentu saja memerlukan sinyal listrik yang khusus untuk
bisa berkomunikasi secara baik dan efisien.
Lapis
link data menyajikan format data, pembentukan
frame, pengendalian kesalahan dan pengendalian arus data.
Implementasi
minimal dari suatu sistem komunikasi data
melibatkan lapis ini dan lapis fisik, sementara untuk lapis-lapis lain
diatasnya boleh tidak digunakan.
Lapis jaringan diperlukan jika sistem komunikasi data sudah
melibatkan lebih dari 2 user melalui sistem jaringan data, disana
ada banyak permasalahan terutama masalah pengalamatan yang
akan menyebabkan sampai tidaknya paket data yang dikirim ke
penerima, lewat jalur mana pada jaringan tersebut. Selain fungsi
itu lapis jaringan digunakan untuk melakukan proses pembukaan
dan penutupan hubungan.
Lapis transpor secara prinsip bertanggung jawab untuk
melakukan hubungan pertukaran data antara kedua belah fihak.
Jadi segala pengaturan pengiriman seperti strategi penetuan
panjang
paket
otomatis
menentukan
banyaknya
paket,
penyusunannya (ada kemungkinan paket-paket tersebut melalui
jalan yang berbeda, sehinggapaket-paket diterima secara tidak
berurutan) , kapan paket-paket tersebut dikirimkan dan lain-lain.
Penggunaan lapis sesi akan menyebabkan proses pertukaran
data dilakukan secara bertahap tidak sekaligus, dilapis inilah
proses yang terjadi sudah independen terhadap jaringan.
Lapis presentasi bertugas untuk mengemas data dari sisi
aplikasi sehingga mudah untuk lapisa sesi mengirimkannya atau
sebaliknya, juga bertugas untuk menegosiasikan sintak antara
lapis-lapis yang berhubungan.

Diktat Komunikasi Data

Hal :

Bab II
Lapis Fisik (Physical Layer)
Lapis yang terlihat dan terlibat secara nyata (dapat diukur
secara elektrik) dalam berkomunikasi adalah lapis fisik. Melibatkan
media transmisi, perangkat transmisi dan metoda transmisi. Semua
itu bertujuan agar komunikasi yang terjadi memenuhi syarat-syarat
:
Tingkat Kesalahan Minimal
Troughput Maksimal
Biaya Minimal
Untuk dapat memenuhi ketiga-tiganya tentu saja tidak mudah
dilakukan, apalagi dengan kecenderungan bahwa sebagian
komunikasi akan berlangsung secara wireless akan menyebabkan
gangguan yang terjadi lebih banyak. Terdapat berbagai macam
jenis protokol yang mengoptimumkan ketiga tujuan tadi sesuai
dengan keterbatasannya. Untuk dapat memahami lapis fisik
diperlukan pengetahuan mengenai media transmisi dan sinyal yang
akan melaluinya
2.1. Konsep Sinyal Digital
Sinyal yang digunakan dalam komunikasi data adalah sinyal
digital dalam artian sinyal mengandung informasi digital 0 dan
1. Terdapat banyak cara untuk mentrasmisikan informasi digital
yang berhubungan erat dengan media transmisi yang digunakan.
2.1.1.
TTL, Bipolar dan Differensial
Cara yang paling sederhana adalah yang dilakukan pada
sistem motherboard dan card-card yang terdapat pada PC yang
menggunakan level TTL. Informasi 0 dideteksi sebagai adanya
tegangan dari 0 s/d 0,8 volt dan 1 dideteksi sebagai tegangan 2,7
s/d 5 volt. Kelemahan dari level TTL ini adalah jangkauannya
sangat dekat (skala puluhan cm atau kurang) dikarenakan adanya
attenuasi pada saluran transmisinya. Untuk itu dikembangkan level
Bipolar dan Differensial.
SPESIFIKASI
Jenis Polaritas Sinyal
Jumlah Drivers dan
Receivers pada Satu
Saluran (Pada RS-485
Satu Driver Aktif pada
satu saat)
Panjang Saluran
Maximum
Laju Data Maximum
(Untuk 10 m 1100 m
Diktat Komunikasi Data

TTL

RS232
BIPOLA
R

RS485
DIFFERENTI
AL

1 DRIVER
8 RECVR

1DRIVE
R
1
RECVR

32 DRIVER
32 RECVR

50 cm.

+15 m.

1100 m.

100Mb/s

100kb/s

10Mb/s100Kb/s

POLAR

Hal :

pada RS422/RS485)
Tegangan Output
Maximum Driver

+5V

+/-25V

-7V to +12V

Tabel 2.1 Karakteristik Dasar TTL, RS-232 dan RS-485


Level Bipolar digunakan pada RS-232 yang sangat umum
dipergunakan
pada
komunikasi
pada
PC
dikarenakan
karakteristiknya yang khas : hanya perlu 1 pasang kabel untuk satu
arah, jarak yang mencukupi (sampai 15 m) dan laju transfer data
1200 bps s/d 100 kbps yang ideal untuk komunikasi perangkat
sederhana.
Untuk keperluan yang lebih jauh diciptakan standar RS-485
yang selain mempunyai jarak transmisi cukup jauh dengan hanya 1
pasang kabel, juga bisa melayani sampai 9 device komunikasi
dengan 1 pemancar dan 8 penerima untuk satu saat.
2.1.2.
Level Sinyal Digital
Dikenal dua istilah dasar yaitu baud rate dan bit rate, kedua
istilah ini menjadi sangat membingungkan dikarenakan memang
antara keduanya terdapat hubungan yang sangat erat. Secara
sederhana baud rate didefinisikan sebagai laju data transmisi dasar
diukur dari 1 simbol, sedangkan bit rate adalah laju data transmisi
diukur dari banyaknya informasi bit yang dikirimkan. 1 Baud bisa
menampung 1 bit atau lebih tergantung dari level sinyal yang
digunakan.
Ilustrasi sederhana untuk konsep level sinyal adalah sebagai
berikut : Jika terdapat sinyal dengan tegangan output berkisar dari
0 s/d 4V, kita bisa membuat aturan 2 level bahwa bit 0 dinyatakan
dengan tegangan 0 s/d 1 V dan bit 1 dinyatakan dengan tegangan
3 s/d 4V, maka akan didapatkan 1 baud hanya bisa membawa 1 bit.
Tapi kita juga bisa membuat aturan dengan membagi sinyal
tersebut
menjadi 4 level dengan bit 00 dinyatakan dengan
tegangan sekitar 0V, bit 01 sekitar 1,5 V, bit 11 sekitar 2,5V dan
10 sekitar 4V, sehingga kita dapatkan 1 baud bisa membawa 2 bit.
n
bit
1
2
3
4

L
level
2
4
8
16

32

Code
0,1
00,01,10,11
000,001,010,011,100,101,110,111
0000,0001,0010,0011,0100,0101,011
0,0111,1000,,111
00000,,1111

Tabel 2.2 Hubungan Antara Level Sinyal dan Jumlah Bit Pada
Satu Simbol
2.1.3.

Bandwitdh

Diktat Komunikasi Data

Hal :

Teorma Nyquist menyatakan bahwa laju bit maksimum


(Rmax, dalam bps) untuk kanal dengan bandwidth (H, dalam Hz)
adalah :
Rmax

<= 2 H log2(L)

Dikarenakan log2(L) adalah jumlah bit per Baud, maka


maksimum per second, B adalah:
Bmax

Baud

<= 2 H

Untuk mencapai laju Baud maksimum ini adalah dengan


menggunakan pengkodean baseband, yang hanya mempunyai satu
perubahan tegangan per Baud (NRZ, NRZI). Pengkodean RTZ dan
Manchester yang mempunyai dua perubahan tegangan per Baud
akan menyebabkan :
B max <= H
2.1.4.
Effek dari Noise (Shannon)
Dikarenakan bandwidth (H) selalu terbatas dan mahal, maka
sangat logis jika digunakan skema encoding yang mampu
menampung sebanyak mungkin jumlah bit per Baud. Pada media
magnetis dan optik hanya bisa dilakukan 2 level, sehingga hanya 1
bit per baud. Mendeteksi banyak level akan menambah
kompleksitas dari sirkuit penerima. Setiap tambahan bit pada satu
simbol akan membuat dobel jumlah level dan membagi 2
perbedaan tegangan antar level (asumsi tegangan maksimum
tetap.
Limit dari semuanya adalah besarnya noise. Level noise (N)
didefinisikan sebagai spasi minimum antar tegangan level sebelum
variasi random karena noise menyebabkan error yang melebihi
nilai yang ditetapkan (misal 1 error untuk 1 triliun bit atau BER 10 12
). Jumlah level maksimum menjadi level sinyal maksimum (S)
dibagi N + 1, sehingga :
L <= akar((S/N)+1) (L merupakan kelipatan 2
(2,4,8,16,32,64,128,...))
dan
n <= 0.5 log2((S/N)+1)
R <= 2H log2((S/N)+1) bit/sec
2.2. Modulasi Digital
Saluran komunikasi seperti jalur telepon menggunakan
media analog. Media analog mempunyai bandwidth yang sangat
terbatas. Dalam kasus saluran telepon frekuensi yang bisa
digunakan adalah dari 300 Hz sampai 3300 Hz atau mempunyai
bandwidth 3100 Hz.

Diktat Komunikasi Data

Hal :

Pengiriman sinyal digital melalui saluran analog akan


menyebabkan terganggunya sinal seperti pada gambar 2.1.
Penerima susah untuk mengerti secara akurat informasi yang
dikirm. Sehingga sinyal digital harus diubah ke sinyal analog untuk
dapat dibawa dengan baik melalui saluran analog. Teknik inilah
yang disebut dengan modulasi.

Gambar 2.1 Sinyal Digital dan Output di Saluran Analog


Modulasi adalah teknik yang memodifikasi sinyal analog
dasar untuk mengkodekan informasi digital. Properti-properti
sinyal analog (frekuensi, amplitudo, fasa) digunakan untuk
mentransmisikan informasi dengan mengubah propert-properti ini
dan melakukan deteksi di ujung penerima. Sinyal yang memodulasi
disebut dengan sinyal pembawa dikarenakan membawa informasi
digital dari satu ujung ke ujung lain.
Peralatan yang mengubah sinyal disisi pengirim disebut
MODULATOR, sedangkan peralatan di sisi penerima yang
mendeteksi informasi digital dari sinyal termodulasi disebut
DEMODULATOR .
Sinyal analog dasar adalah gelombang sinus yang secara
matematis ditulis sebagai :
S(t) = A * SIN ( 2* PI * F * T + PHI )
A adalah amplitudo maksimum, F frekuensi sinyal dan PHI adalah
fasa dari sinyal. Modulasi dapat menggunakan salah satu dari
ketiga properti ini pada gelombang sinus untuk mengkodekan
informasi digital. Terdapat 3 teknik modulasi dasar sesuai dengan
properti yang di pergunakan.

Diktat Komunikasi Data

Hal :

2.2.1.
Modulasi Amplituda (AM)
Teknik modulasi ini mengubah amplitudo dari gelombang
sinus. Pada modem generasi awal, sinyal digital diubah menjadi
analog dengan mengirimkan gelombang sinus dengan amplitudo
tertentu untuk bit 1 dan amplitudo 0 untuk bit 0. Keunggulan
dari teknik ini adalah sangat mudah untuk membuatnya dan
mendeteksinya. Kekurangan dari teknik ini adalah kecepatan
perubahan amplitudo sangat bergantung pada bandwidth saluran
dan perubahan kecil amplitudo menyebabkan deteksi tidak akurat
sehingga mungkin salah diterjemahkan. Limit dari saluran telepon
adalah sekitar 3000 perubahan per detik. Kekurangan dari
modulasi amplitudo menyebabkan tidak digunakannya lagi untuk
modem tetapi masih digunakan sebagai bagian dari kombinasi
dengan teknik modulasi lain.
2.2.2.
Modulasi Amplituda Quadratur (QAM)
Teknik ini berdasarkan modulasi amplitudo dasar. Teknik ini
meningkatkan unjuk kerja dari modulasi amplituda dasar. Pada
teknik ini dua sinyal pembawa di kirimkan secara bersamaan.
Kedua sinyal pembawa mempunyai frekuensi yang sama dengan
pergeseran fasa 900. Secara matematis dinyatakan sebagai
berikut :
S(t) = A* SIN (Wc* t) + B* COS (Wc* t)

Gambar 2.2. Modulasi Amplitudo


A dan B adalah amplitudo dari ke dua sinyal pembawa. Setiap
amplitudo ditentukan oleh set nilai yang sudah ditentukan, dengan
cara ini setiap prioda waktu satu simbol dapat membawa beberapa
bit. Misalkan diketahui ada 4 set nilai {1,2,3,4}. Maka setiap
simbol akan mempresentasikan 2 bit. Dalam satu waktu simbol
akan terpdat 4 bit yang ditransmisikan, A akan merepresentasikan
2 bit dan kedua bit lain akan direpresentasikan oleh B.
Diktat Komunikasi Data

Hal :

2.2.3.
Modulasi Frekuensi (FM)
Pada teknik ini frekuensi sinyal pembawa berubah sesuai
dengan data. Pengirim mengirimkan frekuensi yang berbeda untuk
bit 1 dan bit 0, seperti pada gambar 2.3. Teknik ini dikenal juga
dengan sebutan FSK. Kekurangan dari teknik ini adalah juga laju
perubahan frekuensi dibatasi oleh bandwidth saluran, dan
gangguan pada saluran menyebabkan proses deteksi lebih sukar
dibandingkan dengan pada AM. Dengan teknik ini pada saat
sekarang pada modem asinkron hanya dicapai kecepatan 1200
baud.

Gambar 2.3. Modulasi FM


2.2.4.
Modulasi Fasa (PM)
Pada modulasi ini sinyal yang dikirimkan adalah sinyal sinus
dan fasa dari sinus mengandung informasi digital. Untuk bit 0
sinus dengan fasa 0o dikirimkan (PHI =0) sedangkan untuk bit 1
sinus dengan fasa 180o dikirimkan seperti pada gambar 2.4. Teknik
ini untuk mendeteksi fasa setiap symbol diperlukan sinkronisasi
fasa antara pengirim dan penerima yang mengakibatkan
perancangan system penerima menjadi lebih sulit.

Diktat Komunikasi Data

Hal :

Gambar 2.4 Modulasi Fasa


Turunan dari modulasi fasa adalah modulasi fasa differensial
(DPM). Pada metoda ini modem melakukan pergeseran fasa untuk
dengan derajat pergeseran tertentu untuk setiap bit yang datang
(misalnya 90o dari sebelumnya jika yang datang bit 0 dan 270 o dari
sebelumnya jika yang datang bit 1 seperti pada gambar 2.5).
Metoda ini lebih mudah dideteksi
dari PM, penerima cukup
mendeteksi pergeseran fasa antar simbol dan bukan fasa
absolutnya. Teknik ini dikenal juga dengan sebutan PSK (Phase
Shift Keying). Dalam kasus hanya ada dua kemungkinan
pergeseran fasa saja teknik ini disebut BPSK, dalam kasus ada 4
kemungkinan
pergeseran
fasa
dimana
setiap
simbol
mempresentasikan 2 bit disebut QPSK dan untuk 8 kemungkinan
disebut 8PSK.

Diktat Komunikasi Data

Hal :

Gambar 2.5 Phase Shift Keying


2.2.5.
Standar Modulasi Pada Modem
Penggunaan teknik-teknik modulasi pada modem suara (voice
modem) adalah contoh yang sangat jelas. Terdapat standar seri V
yang dipergunakan dan terus bertambah sampai saat terakhir
sudah V.90bis. Pada modem terdapat proses negosiasi untuk
menentukan kecepatan maksimum yang dapat dicapai pada suatu
saat penyambungan, pada proses negosiasi itu akan dicari
modulasi optimum pada konsisi saluran saat itu.
STANDARD ITU :
=======================================================================
date
(ratified)

standard

speed
(bps)

HDX/FDX

V.21
1964
300
FDX(FDM)
V.22
1980
1200
FDX(FDM)
V.22 bis
1984
2400
FDX(FDM)
V.23
1964
1200
HDX
V.26
1968
2400
HDX
V.26 bis
1972
2400
HDX
V.26 ter
1984
2400
FDX(EC)
V.27
1972
4800
HDX
V.27 bis
1976
4800
HDX
V.27 ter
1976
4800
HDX
V.29
1976
9600
HDX
V.32
1984
9600
FDX(EC)
V.32 bis
1991
14400
V.32 Ter
19200
V.34 (V.fast)
1994
28800
V.42
48000
V.90
56000
FDM means Frequency Division Multiplexing
EC
means Echo Canceler

PSTN/
private modulation
PSTN
PSTN
PSTN
PSTN
Private
PSTN
PSTN
Private
Private
PSTN
Private
PSTN

FSK
PSK
QAM
FSK
PSK
PSK
PSK
PSK
PSK
PSK
QAM
QAM
TCM
TCM
TCM

2.3. Saluran Transmisi


Saluran transmisi adalah yang pembawa sinyal yang berbagai
macam jenis dan karakteristiknya, dalam banyak kasus pemilihan
media transmisi yang optimum
adalah merupakan seni dan
pengetahuan tersendiri. Hal-hal yang menjadi perhatian dalam
pemilihan media transmisi adalah :

Laju Transmisi

Jarak / Jangkauan

Biaya dan kemudahan instalasi

Ketahanan terhadap pengaruh lingkungan

Pada kenyataan haruslah dilakukan suatu pemilihan optimum


dari parameter-parameter diatas sesuai dengan kebutuhannya.
Semua media tranmisi mempunyai trade-of yang harus diterima
seperti terdapat pada tabel 2.3.
Diktat Komunikasi Data

Hal :

Dari karakteristik tersebut terbagilah penggunaan media


transmisi menjadi :

Twisted pair digunakan untuk jaringan lokal


Kabel koaksial digunakan untuk jaringan lokal berbandwidth
lebar seperti video
Kabel serat optik untuk jaringan backbone berbandwidth sangat
lebar.
Udara untuk penggunaan yang jaringan bersifat mobile

MEDIA
Kabel Pasangan
Terpilin
(Twisted Pair)

Kabel Koaksial

KELEBIHAN
Murah
Mudah dirakit
Mudah untuk
penambahan

Bandwidth lebar
Jangkauan Jauh
(103m)
Kebal noise
Kabel Serat Optik Bandwidth sangat
lebar
Kebal noise
Jangkauan jauh
(104m)
Sangat aman
Ukuran Kecil
Udara
Tidak perlu media
fisik
Mudah instalasi
Bisa bersifat
mobile
Mudah untuk
berkembang

KEKURANGAN
Sensitif pada noise
Jarngkauan pendek (102
m)
Bandwidth sempit
Mudah di tap kurang
aman
Dimensi fisik besar
Mudah di tap kurang
aman
Peralatan mahal
Susah di rakit

Sensitif terhadap noise


Kurang aman
Jangkauan ditentukan
daya pancar
Bandwidth terbatas
regulasi

Tabel 2.3 Karakteristik Media Transmisi

2.3.1.
Kabel Koaksial
Merupakan kabel yang umum digunakan sebagai saluran
transmisi telekomunikasi. Kabel ini mempunyai sifat yang tahan
terhadap gangguan EMI yang dikarenakan strukturnya yang
berupa inti kabel berbalut ayaman kawat yang berfungsi sebagai
pelindung terhadap inti.
Diktat Komunikasi Data

Hal :

Gambar 2.6

Penampang Kabel Koaksial

Kabel coaxial yang digunakan di LAN ini mempunyai


kemampuan untuk menyalurkan data sampai 100 Mbps dengan
jarak jangkauan standar sekitar 1000 m tanpa repeater. Kabel
coaxial ini relatif besar sehingga tidak bisa dilengkungkan dengan
diameter kecil. Topologi yang umum digunakan untuk kabel coaxial
adalah bus.
2.5.1.5.1. Kabel Twisted Pair
Kabel ini berisi pasangan-pasangan kawat terpilin. Setiap
koneksi memerlukan 4 pasangan kawat terpilin. Penggunaan kabel
ini juga juga telah mengubah topologi fisik jaringan. Topologi fisik
untuk kabel ini memerlukan suatu pusat yang disebut HUB yang
berfungsi sebagai titik penghubung dan penguat sinyal. Panjang
kabel maksimal dari stasiun ke HUB adalah 100 m. Untuk kabel
dengan grade 5 dapat menampung data dengan laju sampai 100
Mbps. Penggunaan kabel ini ideal untuk jaringan yang berada
dalam area yang terbatas, terkumpul di satu lokasi misalnya adalah
satu ruangan. Ada dua jenis kabel pasangan kawat terpilin, yaitu
Unshielded Twisted Pair (UTP) dan yang lebih tinggi kualitasnya
adalah Shielded Twisted pair (STP). Kualitas UTP ditentukan oleh
jenisnya yang dikenal dengan sebutan katagori (category ) dengan
penomoran 1 sampai 7, dengan CAT1 yang paling rendah
kualitasnya. Yang umum dipakai di LAN adalah CAT 5 dengan
kemampuan laju data sampai 100 Mbps, sedang dikembangkan
(1998 - ) pemakaian UTP CAT 5 dengan laju data 1000 Mbps.

Gambar 2.7

Konektor RJ45 dan Soketnya Untuk Kabel


Twisted Pair

2.3.3 Serat Optik


Serat optik membawa informasi dalam bentuk gelombang
cahaya. Serat optik berupa serat silinder kaca yang sangat tipis

Diktat Komunikasi Data

Hal :

yang disebut core yang diberi lapisan pelindung yang disebut


cladding. Serat optik mampu membawa informasi dengan laju
sampai 565 Mbps untuk yang umum dipakai, sedang dikembangkan
serat yang mampu membawa sampai 200.000 Mbps. Karena
digunakan gelombang cahaya, maka tidak terpengaruh oleh
interferensi listrik dan magnet (EMI) dan serat optik jauh lebih
ringan jika dibandingkan dengan kabel logam. Kelemahan sistem
serat optik yang utama adalah karena masih sedikit diproduksi,
maka sistem menjadi relatif mahal. Dikarenakan kelebihannya
sistem perkabelan serat optik sering digunakan untuk kabel
backbone suatu jaringan lokal yang mempunyai spesifikasi lebih
tinggi dari yang lain. Fiber optik yang biasa digunakan di LAN
adalah kabel optik yang lebih murah berbahan plastik dengan
jangkauan sekitar 5 km dengan laji data 100 Mbps. Dimasa depan
penggunaan serat optik ini akan semakin luas menggantikan kabel
logam.

Gambar 2.8

Konektor Untuk Kabel Optik

2.5.2.5.1. Medium Udara


Medium udara melewatkan sinyal radio dan cahaya, untuk
radio digunakan berbagai frekuensi dan modulasi sesuai dengan
bandwidth dan jangkauan yang diinginkan. Gelombang radio dibagi
sesuai dengan tabel 2.4.
Penggunaan medium udara untuk cahaya saat ini masih
sedikit, yang umum dipakai adalah menggunakan sinar infra merah
dengan jangkauan yang relatif dekat. Sedang dikembangkan LAN
dengan infra merah yang dapat digunakan untuk satu ruangan
yang relatif besar. LAN infra merah ini mempunyai laju data sekitar
5 Mbps. Topologi yang digunakan adalah bintang dengan
menggunakan bola logam yang disebut satelit yang ditempatkan
ditengah ruangan yang akan memantulkan sinar infra merah
tersebut.

Diktat Komunikasi Data

Hal :

Tabel 2.4 Gelombang Radio


2.4. Error Detection
Pada pengiriman data akan selalu terjadi error berapa
kecilpun adanya, parameter ukur error komunikasi digital dikenal
dengan sebutan BER (Bit Error Rate) yang besarnya berkisar dari
10-5 sampai 10-12. Prinsip dasar dalam komunikasi data adalah
penerima harus menerima informasi secara benar, tidak salah satu
bit pun, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah yang bisa
menangani error dikarenakan BER ini.
Terdapat dua cara umum mengatasi kesalahan yaitu dengan
pengiriman ulang atau dengan autokoreksi. Pada cara pengiriman
ulang, data dikirim berkali-kali sampai diterima dengan benar,
sedangkan pada autokoreksi penerima dibekali algoritma yang
mampu membetulkan sendiri data salah yang diterima. Ada
kesamaan pada kedua cara tersebut yaitu harus adanya mekanisme
yang mendeteksi apakah paket yang diterima itu benar atau salah.
Teknik deteksi error yang umum dipergunakan adalah :
1. Parity
2. CRC
Kedua teknik tersebut mempunyai karakteristiknya tersendiri
dalam artian ada kelemahan dan kelebihannya, yang untuk jelasnya
akan dijelaskan dibawah ini
2.4.1 Parity
Metoda parity adalah metoda yang paling sederhana
perhitungannya oleh karena itu banyak dipergunakan oleh sistem
yang memerlukannya terutama dalam bentuk perangkat keras.
Secara konseptual kita dapat membuat transmisi data menmpunyai
kemampuan deteksi error dengan menambahkan bit-bit pariti sebagai bit-bit
redundannya. Data + parity ini yang kita sebut dengan kode. Kode selalu lebih besar
dari data asal sehingga dikenal istilah efisiensi kode, yaitu perbandingan antara
jumlah bit kode yang dikirim berbanding jumlah bit data asal. Penambahan parity
dengan tujuan apapun akan menyebabkan efisiensi kode yang lebih rendah.
Ada dua cara melakukan parity : (1) Parity genap dan (2)
Parity ganjil.
Parity genap mempunyai karakteristik jumlah bit 1 dalam
kode selalu genap (code yang terdiri dari 0 semua juga termasuk

Diktat Komunikasi Data

Hal :

genap) sedangkan parity ganjil mempunyai jumlah bit 1 dalam


kode yang selalu ganjil.
DATA

1
1
1
0

1
0
1
0

0
1
1
0

1
0
1
0

DATA +
ODD
PARITY
1
1
1
0

1
0
1
0

0
1
1
0

1
0
1
0

Tabel 2.5

0
1
1
1

DATA +
EVEN
PARITY
1
1
1
0

1
0
1
0

0
1
1
0

1
0
1
0

1
0
0
0

Parity

Pada level komponen logika pembentukan parity bit


dilakukan dengan cara menggunakan fungsi XOR, misalkan kita
mempunyai 4 bit data (d1, d2 ,d3 dan d4). Parity bit P dihitung
dengan menggunakan rumus :
P = d1 d2 d3 d4, untuk parity genap
dan
P = not(d1 d2 d3 d4) untuk parity ganjil
Di penerima dilakukan proses perhitungan ulang untuk
mendapatkan apakah kode yang diterima benar atau salah.
Perhitungannya dilakukan sebagai berikut :
Z = P d1 d2 d3 d4
Untuk sistem parity genap kode dianggap benar jika Z = 0,
sedangkan untuk sistem parity ganjil kode dianggap benar jika Z =
1. Kata dianggap disini mempunyai arti bahwa sistem parity ini
ternyata mempunyai kelemahan yang mendasar, yaitu hanya
mampu mendeteksi jika jumlah kesalahan bitnya ganjil (1, 3, 5 dst)
sedangkan jika terjadi kesalahan bit genap sistem akan
menganggap kode yang diterima benar.
Dengan kelemahan ini maka tingkat kebenaran deteksi error
dengan parity hanya 50% saja, sehingga untuk penggunaan dimana
tingkat kemungkinan error tinggi, sistem parity ini tidak
dipergunakan, walaupun demikian penggunaan parity cukup luas di
dunia computer mulai dari pengamanan pengiriman karakter pada
komunikasi serial juga untuk menjamin keutuhan memori (RAM).
2.4.2 Cyclic Redudancy Check (CRC)
Untuk mengatasi kelemahan sistem parity yang hanya
mampu mendeteksi jumlah kesalahan bit ganjil diperkenalkan

Diktat Komunikasi Data

Hal :

metoda deteksi error cyclic redundancy check yang akan kita sebut
seterusnya sebagai CRC. CRC menjadi metoda deteksi kesalahan
utama yang digunakan dari mulai pengamanan berkas pada
computer sampai transmisi paket data (deteksi kesalahan header
maupun paket data).
Pada prinsipnya CRC menggunakan proses pembagian logika
dimana data yang sudah dikodekan dibagi dengan suatu pembagi
cyclic tertentu. Sisa dari pembagian adalah parity bit yang akan
dikirim bersama-sama dengan data ke tujuan. Pihak penerima
melakukan proses pendeteksian dengan cara membagi paket yang
diterima dengan pembagi cyclic yang sama. Jika diperoleh sisa 0
(nol) maka paket yang diterima sudah benar, sedangkan jika 0
maka paket yang diterima salah. Untuk jelasnya bisa dilihat dari
ilustrasi berikut ini :

Gambar 2.9

Proses Perhitungan CRC

Pemilihan dari generator polynomial sangat penting karena


akan menentukan jenis dari error yang dapat dideteksi. Secara
umum kemampuan dari generator polynomial dengan N bit adalah
mampu mendeteksi :
Semua error bit tunggal
Semua error bit ganda
Semua error bit ganjil
Semua burst error < N
Kebanyakan burst error N
Terdapat standar kode cyclic yang dipergunakan yang
dikeluarkan oleh CCITT (sekarang ITU) untuk memudahkan para

Diktat Komunikasi Data

Hal :

pemakai CRC ini diseluruh dunia, terbagi dalam kode 16 bit dan 32
bit, yaitu :
CRC-16
X16 + X15 + X2 + 1
CRC-32
X32 + X26 + X23 + X16 + X12 + X11 + X10 + X8
+ X7 + X5
+ X4 + X2 + X + 1
CRC-ITU X16 + X12 + X2 + 1

2.5. Error Correction


Proses deteksi error seperti pada parity dan CRC hanya
memberi tahu bahwa paket yang diterima benar atau salah, hal ini
harus ditindak lanjuti dengan meminta pengirim untuk
mengirimkan kembali paket tersebut sampai diterima benar. Hal
ini untuk kasus-kasus tertentu akan menyebabkan hilangnya waktu
yang diperlukan untuk pegiriman kembali paket-paket tersebut,
yang dalam hal ini sangat ditentukan oleh jarak transmisi. Semakin
jauh jarak maka akan semakin banyak waktu yang diperlukan
untuk proses retransmisi.
Untuk mengatasi masalah ini telah dikembangkan banyak
metoda error correction, yaitu metoda yang dapat membetulkan
sendiri paket-paket yang diterima dari kesalahan (dalam batasbatas tertentu). Dengan kemampuan ini proses transmisi data
hanya perlu dilakukan sekali saja untuk setiap paket.
Proses pengkodean paket dengan kemampuan koreksi error
tentu saja akan lebih rumit dari proses pengkodean dengan
kemampuan deteksi kesalahan saja. Pada prinsipnya pihak
penerima harus bisa mengetahui dengan pasti bit-bit mana dari
paket yang diterima merupakan bit-bit yang salah, dikarenakan
dalam dunia digital variasi bit yang hanya dua (1 dan 0)
menyebabkan proses koreksi menjadi sangat mudah.
Telah dikembangkan sangat banyak metoda koreksi error
dengan kemampuan mengkoreksi satu bit sampai puluhan bit.
Block Sum Check
Hamming Code
Cyclic Code
BCH code
Convolution Code
dll
Akan diperkenalkan dua metoda dasar yang mempunyai
kemampuan koreksi hanya satu bit, yaitu :
Block Sum Check
Hamming Code
2.5.3.5.1. Block Sum Check
Block Sum Check (BSC) adalah metoda koreksi error yang
paling sederhana, merupakan pengembangan dari parity. Ide

Diktat Komunikasi Data

Hal :

dasarnya adalah menggunakan parity secara 2 dimensi sehingga


mempunyai kemampuan koreksi sederhana 1 bit. Sehingga parity
bit akan berjumlah sebanyak jumlah panjang kode + jumlah kode +
1, untuk jelasnya bisa dilihat pada ilustrasi berikut ini :
Pb
1
Pb
2
Pb
3
Pb
4
P

d1: d2: d3: d4:


1
1
1
1
d1: d2: d3: d4:
2
2
2
2
d1: d2: d3: d4:
3
3
3
3
d1: d2: d3: d4:
4
4
4
4
Pc1 Pc2 Pc3 Pc4
Gambar 2.10

Block Sum Check

Parity baris (Pb?) dihitung berdasarkan perhitungan parity


biasa : ganjil atau genap, tambahan yang diperkenalkan BSC pada
adanya perhitungan parity kolom (Pc?), sedangkan parity ujung (P)
bisa dihitung dari arah kolom atau baris.
Misalkan pada contoh ini terdapat 4 buah data 4 bit sebagai
berikut : 1100, 1010, 0001 dan 1001, maka akan didapatkan BSC
sebagai berikut (dengan aturan parity genap)
1
1
0
1
1

1
0
0
0
1

0
1
0
0
1

0
0
1
0
1

0
0
1
1
0

sehingga paket data yang akan dikirimkan bisa berupa


1100010100000111001011101.
Untuk tidak ada kesalahan bit, maka paket yang diterima akan
persis seperti paket yang dikirim. Penerima melakukan pemetaan
yang sama seperti diatas dan melakukan pemeriksaaan secara
baris dan kolom dan akan mendapatkan bahwa baris dan kolom
akan memenuhi kaidah parity. Proses pemeriksaan ini akan
menemukan terjadinya kesalahan pada posisi tertentu dan akan
dengan mudah membetulkannya, untuk lebih jelasnya akan
diterangkan sebagai berikut, misalkan diterima paket data
1100010100001111001011101.
Kemudian
oleh
penerima
dipetakan menjadi dan diperiksa baris dan kolomnya, sehingga
didapatkan :
1
1
0

Diktat Komunikasi Data

1
0
0

0
1
1

0
0
1

0
0
1

Hal :

1
1

0
1

0
1
X

1
0

0
1

Hasil pemeriksaan menunjukan bahwa ada kesalahan parity pada


baris ke 3 dan kolom ke 3, hal ini menunjukan bahwa ada bit salah
yang terletak pada perpotongan baris dan kolom tersebut yaitu
d3:3 yang berharga 1. Dengan pengetahuan letak kesalahan bit
secara pasti inilah pihak penerima akan mampu membetulkannya
menjadi berharga 0.
Telah dibuktikan kemampuan BSC dalam menangani
kesalahan 1 bit, bagaimanakah kemampuannya dalam menangani
kesalahan lebih dari 1 bit? Akan kita coba untuk kasus 2 bit seperti
dibawah
ini.
Diterima
paket
data
1100010110000111011011101. Kita petakan menjadi :
1
1
0
0
0

1
0
1
1
0
X
0
0
0
1
1

1
0
1
1
0
X
1
1
1
0
1

X
X

Terdapat 2 baris dan 2 kolom yang salah sehingga


kemungkinan terdapat 4 bit yang salah, tetapi dengan mengubah
ke 4 bit tersebut menjadi nilai sebaliknyapun (0) tidak menjadikan
BSC ini benar, sehingga dugaan kita hanya terdapat kesalahan 2
bit. Menentukan mana 2 bit yang salah dari ke 4 bit pun
mempunyai beberapa kemungkinan seperti :

1
1
0
1
1

1
0
0
0
1

1
1
0
1
1

1
0
0
0
1

0
1
0
0
1

0
0
1
1
0

0
0
1
0
1

0
1
1
0
0

0
0
1
0
1

dan
0
0
0
1
1

Hanya 1 kombinasi yang benar dan kita harus memilih dari ke 2


kemungkinan ini. Kasus lain yang menarik untuk dilihat dari BSC

Diktat Komunikasi Data

Hal :

adalah jika terjadi kesalahan 2 bit dengen kombinasi sebagai


berikut misalkan salah bit diterima pada bit d2:2, d2:4, d4:2 dan
d4:4 sehingga akan diterima :
1
1
0
1
1

1
1
0
1
1

0
1
0
0
1

0
0
1
0
1

0
1
1
0
0

Menurut pemeriksaan BSC paket yang diterima sudah benar,


padahal jika kita tahu bahwa ada kesalahan 4 bit.
Berdasarkan kekurangan tersebut diatas maka dapat kita
simpulkan BSC :
Mampu mendeteksi 1 bit error dan mengkoreksi 1 bit
error
Mampu mendeteksi 1 bit error kecuali untuk kasus
seperti diatas
Sehingga peluang kemampuan deteksi dari BSC adalah sebagai
berikut :
2.5.2.
Hamming
Cara BSC diatas relatif mudah dibuat yaitu hanya dengan
menggunakan metoda pariti kolom dan baris, tetapi kemudahan ini
juga sekaligus menjadi kelemahannya yaitu data harus dibentuk
dalam bentuk matrik N x M. Informasi N x M ini harus di mengerti
oleh kedua belah pihak jika tidak proses yang dilakukan oleh pihak
penerima bisa salah. Untuk itu telah dikembangkan metoda lain
yang sedikit lebih rumit proses perhitungannya tetapi sederhana
formatnya, yaitu metoda Hamming atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Hamming Code.
Hamming Code (seterusnya akan disebut Hamming saja)
merupakan hasil dari suatu proses perhitungan matematik
(pengkodean) yang menghasilkan kode yang mampu melakukan
koreksi kesalahan. Konsep dasar dari Hamming adalah suatu pola
biner yang terdapat pada kolom-kolom merupakan pembentuk
suatu operasi logika xor sebagai berikut::

0
0
0
0
0
0
Diktat Komunikasi Data

0
0
0
0
0
0

0
0
0
1
1
1

0
1
1
0
0
1

1
0
1
0
1
0

=
=
=
=
=
=

P1
P2
D1
P3
D2
D3
Hal :

D4
P4
D5
D6
D7
D8
D9
...
=
P5
...
=
D2
6
Terlihat bahwa baris yang hanya mempunyai 1 buah bit 1
menjadi lokasi bit pariti yang perhitungannya dilakukan dengan
cara melakukan operasi XOR dari semua bit 1 pada kolom yang
berhubungan, sebagai contoh untuk baris pertama yang menjadi P1
dihitung dengan cara melakukan operasi XOR pada kolom pertama
dari kanan (kolom tempat bit 1 pada baris pertama berada)
sebagaimana rumus berikut :
P1 = D1 D2 D4 D5 D7 D9 ... D26
untuk kolom berikutnya didapatkan
P2 = D1 D3 D4 D6 D7 ... D26
P3 = D2 D3 D4 D8 D9 ... D26
dan seterusnya untuk kolom-kolom yang lain.
0
0
0
0
0
0
0
...
1
...
1

Diktat Komunikasi Data

0
1
1
1
1
1
1
...
0
...
1

1
0
0
0
0
1
1
...
0
...
1

1
0
0
1
1
0
0
...
0
...
1

1
0
1
0
1
0
1
...
0
...
1

=
=
=
=
=
=
=

Hal :

START OF BROADBAND NETWORK


Frame Relay
Pendahuluan

Frame Realy adalah suatu protokol akses jaringan yang


dirancang untuk mengakomodasikan aplikasi data yang
bersifat bursty (pengiriman secara serempak)

4 karakteristik utama dari Frame Relay


o Kecepatan transmisi yang tinggi
o Kelambatan di jaringan yang rendah
o Konektivitas yang tinggi
o Pemakaian bandwitdh yang efisien

Digunakan pada jaringan dengan teknologi berorientasi paket


untuk transmisi data

Secara khusus dirancang untuk mengatasi masalah-masalah


yang bersangkutan dengan ukuran burst yang bervariasi dan
pola lalu lintas data yang tidak terduga (unpredictable)

2 organisasi memberikan rekomendasi tentang Frame Relay :


o Komite T1S1 dari ANSI
o CCITT

Kedudukan protokol Frame Relay hanya mencakup lapis 1


dan sebagian lapis 2 OSI
OSI Layers
Network
DataLink
Phisical

Frame Relay Data

X.25 Data

Perbedaan X.25 dengan Frame Relay adalah bahwa protokol


X.25

mencakup

koreksi

kesalahan,

sedangkan

protokol

Frame Relay hanya dapat melaksanakan deteksi kesalahan

Tugas koreksi kesalahan diserahkan oleh Frame Relay pada


protokol lapis yang lebih tinggi

Diktat Komunikasi Data

Hal :

o Frame Relay menggunakan protokol ujung-ke-ujung


untuk melaksanakan retransmisi dan error recovery,
maka hanya sedikit proses yang diperlukan pada
network node, sehingga kelambatan total di dalam
jaringan menjadi sangat berkurang

Semua frame yang baik akan diproses dengan sangat cepat


melalui

netwok

interface,

sedangkan

frame

yang

mengandung kesalahan akan di drop, untuk selanjutnya


diretransmisi oleh terminal-terminal ujung (end system).

Perbedaan

antara

protokol

TDMA

dengan

protokol

berorientasi paket adalah sebagai berikut :


o Protokol TDMA

TDM membagi bandwitdh (BW) menjadi beberapa


time-slot (TS) yang tetap

Tiap TS dialokasikan untuk satu kali mengkases


kanal

Alokasi

TS

tetap

diberikan

walaupun

tidak

terdapat aktivitas dalam kanal, dan tidak ada


terminal yang dapat memanfaatkan kanal idle
tersebut

Sebagian besar BW sering tidak dipergunakan

Jika lalu-lintas data bervariasi, maka tidak ada


kemungkinan mengalokasikan BW yang lebih
besar untuk kanal-kanal tertentu dalam usaha
meningkatkan waktu respon.

o Protokol berorientasi paket

Mengalokasikan BW untuk tiap lalu lintas data


individual sesuai dengan yang dibutuhkan.

Membagi data atas paket-paket atau frame secara


diskrit

Diktat Komunikasi Data

Hal :

Paket-paket dapat dikirimkan melalui interface ke


jaringan segera setelah ada BW yang bebas

Jika tidak ada lalu lintas data dalam kanal


tertentu, tidak ada paket yang dikirimkan, maka
BW yang bersangkutan dapat dipergunakan oleh
kanal yang lain
Circuit Switching memungkinkan terjadinya
pemborosan BW
Packet Switching dapat memaksimumkan
pemanfaatan BW yang ada

Perbedaan konfigurasi jaringan konvensional dengan yang


menggunakan Frame Relay dapat digambarkan sebagai
berikut :

Packet Switch

Packet Switch

Packet Switch
TRADITIONAL
BACKBONE

JARINGAN KONVENSIONAL

Diktat Komunikasi Data

Hal :

Packet Switch

Packet Switch

Packet Switch
FRAME RELAY
BACKBONE

JARINGAN
DENGAN operasi
FRAME RELAY
Frame Relay
mendukung
koneksi jamak virtual

melalui interface saluran tunggal pada akses jaringan,


sehingga dapat mengurangi kebutuhan akan saluran akses
jamak dan meminimisasi jumlah port interface yang
dibutuhkan.

Dengan berkurangnya koneksi fisik jamak diantara titiktitik ujung, secara signifikan akan menyederhanakan
topologi jaringan penghematan biaya implementasi
jaringan

Jaringan

Frame Relay dan Cell Relay


Wideband dan Broadband

pendekatan
switching

pembagian

dan

waktu

transmisi

ke

(time

berevolusi
division)

pendekatan

fast

dari
untuk

packet

switching, cell relay dan ATM (Asynchronous Transfer


Mode)

Ketiga protokol diatas berbasis paket, dimana informasi


ditransmisikan

dalam

bentuk

paket-paket

kecil,

dan

umumnya dengan ukuran tetap (fix)

Frame relay dan cell relay adalah subset dari teknologi


fast packet, tetapi keduanya tidak mutually exclusive

ATM adalah suatu standar cell relay yang menunjang


komunikasi suara, data, gambar (image) dan video

Diktat Komunikasi Data

Hal :

Frame relay dan cell relay mengalokasikan BW sesuai


kebutuhan

Perbedaan antara frame relay dan cell relay adalah


sebagai berikut :
o Frame relay adalah protokol akses jaringan hanya
untuk trafik data
o Cell relay adalah sutau metoda swtiching yang
dirancang untuk membawa lalu lintas data, suara
dan video, melalui jaringan backbone wide area
kecepatan tinggi.

Keuntungan penggunaan Frame Relay didalam jaringan


cell relay adalah sebagai berikut :
o Menggunakan

interface

standar

pada

peralatan

existing dan pemakaian (aplikasi) yang efisien pada


WAN
o Alokasi BW dinamis yang dimulai pada interface
frame relay dapat dipergunakan melalui jaringan
cell relay
o Data frame relay dapat mengambil kelebihan dari
logical connectivity dan karakteristik routing pada
jaringan back bone cell relay
o Efektif dalam pembiayaan, karena frame relay dan
cell relay meminimisasi pemrosesan di dalam nodenode antara

Diktat Komunikasi Data

Hal :

Gambar berikut menunjukkan bagaimana frame relay


dapat di implementasikan untuk membawa lalu lintas data
melalui back bone cell relay

FR
LAN

Speech / Data
Cell Relay Swicth

Cell Relay Swicth

Fast Packet Swicthing

LAN

Speech
Circuit Data
Frame Relay Data

Penggunaan

Frame

Relay

sangat

mempersingkat

kelambatan waktu dibandingkan dengan teknologi akses


lainnya.

Sebagai

perbandingan waktu

transmisi dapat dilihat

dalam tabel berikut (suatu contoh kasus) :


Access

Transmision Time

56 kbps X.25

3 min 50 sec

T1

Multiple 56 kbps

1 min 45 sec

T1

768 kbps FR

0 min 11 sec

Backbone
X.25

Hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa


implementasi suatu frame relay memerlukan sistem ujung
(end system) yang dilengkapi dengan fasilitas error
recovery

Diktat Komunikasi Data

Hal :

Frame Relay dan X.25


Frame Relay dan X.25 adalah protokol akses jaringan
berorientasi paket, berbasis virtual circuit

Virtual Circuit adalah hubungan logika diantara satu


pasang titik-titik ujung; melalui virtual circuit koneksi
logikal jamak dapat dibangun melalui tiap jalur fisik

Pada awal perancangan X.25, kemampuan error recovery


dan flow control yang dimilikinya bersifat esensial untuk
menjaga agar data dapat mengalir tanpa hambatan
melalui jaringan WAN

Error recovery diperlukan karena jaringan analog bersifat


noisy (mengandung derau) dan jaringan digital belum
secanggih saat ini.

Pengendalian aliran (flow control) juga kritis, jaringan


hanya dapat menyalurkan data dengan kecepatan 64 kbps
atau kurang, saat itu mikroprosesor hanya mampu bekerja
dengan kecepatan rendah atau memori komputer sangat
mahal

Pada saat ini dengan fasilitas transmisi digital kecepatan


tinggi,

maka

pemrosesan

yang

lebih

cepat

dapat

dilaksanakan, dengan unjuk kerja yang lebih baik Error


recovery

X.25

dan

pengendalian

aliran

tidak

selalu

dibutuhkan didalam jaringan

Frame relay menyediakan akses yang cepat dan efisien ke


jaringan backbone, sedangkan produk-produk X.25 saat ini
dapat menyediakan perbaikan kesalahan ujung-ke-ujung
(end-to-end error recovery) untuk protokol asinkronous,
konversi protokol untuk penggunaan berbagai protokol
non standar dan pilihan yang banyak untuk pelayananpelayanan manajemen, seperti kumpulan statistika billing,
dll.

Frame relay menyediakan akses kecepatan tinggi untuk


semua data dari feeder X.25 ke backbone

Diktat Komunikasi Data

Hal :

Dengan mengurangi ketergantungan pada switches dan


subnetwork,

frame

relay

dapat

dengan

mudah

melakukan migrasi dari suatu jaringan data existing


dan memberikan troughput yang lebih tinggi untuk
data ke jaringan terintegrasi suara dan data

Frame Relay dan Circuit Switching


Frame relay dapat digunakan sebagai protokol akses data
didalam jaringan circuit switching, khususnya jika sirkitsirkit kecepatan tinggi yang digunakan

untuk akses ke

jaringan publik dengan standar TDM (seperti T1/D4 atau


E1 (G.704))

Suatu circuit switch menggunakan sejumlah BW untuk


setiap kanal data dan suara untuk dihubungkan ke
jaringan
Interface frame relay secara efektif dapat menangani
trafic

burst

sampai

dengan

jumlah

BW

yang

dialokasikan untuk operasi tersebut.

FR
LAN

Speech / Data
Cell Relay Swicth

Cell Relay Swicth

Fast Packet Swicthing

Aplikasi

frame

relay

dalam

LAN

Speech
Circuit Data

circuit

switching

dapat

Frame Relay Data


digambarkan sebagaimana gambar diatas

Didalam penanganan aplikasi suatu frame relay, suatu


digital circuit dapat dikonfigurasikan sebagai berikut :

Diktat Komunikasi Data

Hal :

Setengah dari BW dialokasikan untuk kanal-kanal


data dan suara

Setengah BW lainnya digunakan untuk sirkit virtual


frame relay

Keuntungan dari konfigurasi diatas adalah sebagai berikut


:
o Tersedianya BW yang lebih besar untuk frame relay
burst dibandingkan dengan penggunaan yang terpisah
untuk kanal data dan suara
o Lalu lintas data didalam frame relay circuit dapat
dipindahkan (di switch) secara independen terhadap
sirkit lalu lintas rangkaian keseluruhan, sehingga
dimungkinkan untuk melakukan reroute dalam hal
terjadi gangguan terhadap rangkaian (circuit)

Frame Relay dan LAN Interconnectivity


Jika jumlah LAN masih relatif sedikit, maka hanya sedikit
kebutuhan

teknologi

yang

dapat

digunakan

untuk

mengirimkan sejumlah besar data burst antara LAN


melalui WAN

Dengan

sistem

semakin

banyak

pemrosesan

terdistribusi,

jumlah

yang

LAN

meningkatnya kebutuhan untuk

maka

akan

mengakibatkan

interkoneksi diantara

LAN-LAN tersebut secara efisien

Frame relay menyediakan interface tunggal dengan unjuk


kerja tinggi pada WAN untuk bridge dan router LAN

Keuntungan

penggunaan

Frame

Relay

dalam

LAN

interconnectivity adalah :
o LAN memperoleh unjuk kerja yang tinggi untuk
akses kedalam WAN
o Backbone memperoleh keuntungan dari statistical
gain. Karakter-karakter yang idle di supress, dan
Diktat Komunikasi Data

Hal :

hanya

informasi

pemakai

yang

aktual

yang

dikirimkan, sehingga BW secara dinamis dapat


digunakan secara bersama dengan pemakai lainnya.
o Interface

saluran

tunggal

(single-line

interface)

dapat mengurangi biaya hardware dan saluran


o Bridge

dan

router

LAN

yang

berbeda

dapat

menggunakan fasilitas jaringan backbone secara


bersama
o LAN-LAN

dapat

dikendalikan

dan

diawasi

dari

perspektif WAN

ISDN

adalah

Frame Relay dan ISDN


suatu jaringan all-digital

memungkinkan

pemakai mengakses pelayanan-pelayanan komunikasi yang


terpisah (berbeda) melalui satu set interface standar

Tujuannya adalah untuk menyediakan konektivitas digital


ujung-ke-ujung, yang memungkinkan pemakai menyalurkan
data, suara, gambar, faksimili dll melalui jaringan tunggal,
baik secara bergantian maupun secara simultan.

Interface ISDN dirancang untuk menunjang penyaluran


sinyal-sinyal dan data (lalu lintas data, suara, gambar)
melalui jaringan

Frame Relay, berdasarkan pada protokol datalink layer ISDN


untuk pensinyalan disebut LAPD (Link Access Protocol D)

Frame Relay dapat digunakan untuk membawa data melalui


layanan-layanan ISDN dengan hubungan circuit switch pada
kecepatan 64 kbps, 384 kbps dan 1536 kbps.

PEMODELAN SIMULASI ROUTING PADA MOBILE IPv6


Antara metode REVERSE ROUTING dan MOBILE IP WITH
LOCATION REGISTERS (MIP-LR)

Diktat Komunikasi Data

Hal :

1. Pemodelan Mobile Host berada di Home Agent


C

F
H
A

M
H
Gambar 1.1
( Model Routing Mobile IP ketika MH berada di HA )
Skenario Simulasi
Ini adalah skenario simulasi dasar. Terdiri dari 1 Mobile Host, 1
Home Agent, 1 Foreign Agent, dan 1 Correspondent Node .
Simulasi pertama ini berlaku sama untuk kedua Metode Routing,
baik Reverse Routing atau MIP LR. Karena Mobile Host berada
pada Home Network, sehingga metode routing yang digunakan
konvensional seperti biasa. Dari Correspondet Node langsung
mengirim ke Home Agent lalu disampaikan ke Mobile Host, Begitu
pula sebaliknya.
Disini kita menggunakan protokol transport TCP dan traffic FTP.

2. Pemodelan Mobile Host berada di Foreign Agent ( Reverse


Routing )
C
H

Diktat Komunikasi Data

Hal :

F
A
H
A

M
H

M
H
Gambar 2.1

( Model Reverse Routing ketika MH berada di FA )


Skenario Simulasi : Mobile Host mulai bergerak keluar dari
Home Network nya menuju ke jaringan lain yang kita sebut
Foreign Agent. Dan proses pengiriman data berlangsung dari
Correspondent Node ke Mobile Host
Keterangan :
Garis warna hijau menunjukkan mekanisme persiapan Routing
Garis warna Merah menunjukkan pengiriman data
1. Ketika

MH

mengirimkan

dideteksi

berada

message

di

(dengan

FA,

maka

FA

mekanisme

menggunakan DHCP Server yg ada di FA) memberikan


COA (Care Of Address) kepada MH dan meminta Home
Address MH
2. Selanjutnya MH mengirimkan COA barunya ke CH
3. CH mengirimkan paket data langsung ke MH dengan
COA yang didapat dari MH
3. Pemodelan Mobile Host berada di Foreign Agent ( MIP
LR)

Diktat Komunikasi Data

Hal :

C
H

F
A

H
A

M
H
M

Gambar 3.1
( Model MIP-LR ketika MH berada di FA )
Keterangan :
Garis warna hijau menunjukkan mekanisme persiapan Routing
Garis warna Merah menunjukkan pengiriman data
Skenario Simulasi : Mobile Host mulai bergerak keluar dari
Home Network nya menuju ke jaringan lain yang kita sebut
Foreign Agent. Dan proses pengiriman data berlangsung dari
Correspondent Node ke Mobile Host
1. Ketika

MH

berada

di

FA,

FA

mem-broadcast

Advertisement Agent sehingga MH tahu berada di


jaringan mana. Dan mendapatkan COA dari FA.
2. Lalu MH akan mengirimkan COA yg baru ke HLR Home
Agent, dan HLR mengirimkan reply yg berisi Lifetime.
3. Bila CH ingin mengirimkan paket data ke MH utk
pertama kalinya, CH mengirimkan query ke HLR HA.

Diktat Komunikasi Data

Hal :

4. HLR HA akan memberikan COA MH dan Lifetime dan


CH akan menyimpan pada Cache.
5. Lalu CH akan mengirimkan langsung paket data ke
MH
6. Karena CH tahu Lifetime dari MH maka Cache CH
akan direfresh sesuai Lifetime MH tersebut

10

11

12

13

14

15

16

Destination MAC Address

Source MAC Address


Option
CRC-32
1

Version

Header length

9
10
11
Priority (0-7)

12
low

13
high

14
high

15
16
1

Precedence

unused

Total length

Identification
D

Fragment offset
Time to live (seconds)

Protocol
Header checksum (CRC-16)
Source IP address

Destination IP address
Option (0 word atau lebih)
Data
64 kB

Option
Security
Strict source routing
Loose source routing
Record route
Timestamp

Penjelasan
Menspesifikasikan tingkat kerahasiaan datagram
Memberikan lintasan lengkap yang harus diikuti
Memberikan daftar router yang tidak boleh dilewati
Membuat setiap router menambahkan alamat IP nya
Membuat setiap router memberikan alamat dan stempel waktunya

Alamat kelas C

Diktat Komunikasi Data

Alokasi

Hal :

194.0.0.0
198.0.0.0
200.0.0.0
202.0.0.0

s/d
s/d
s/d
s/d

195.255.255.255
199.255.255.255
201.255.255.255
203.255.255.255

Eropa
Amerika Utara
Amerika Tengah dan Selatan
Asia Pasifik

8
9
10
Source port
Destination port
UDP length
UDP checksum

11

12

13

14

15

16

User data

9
10
Source port
Destination port

11

12

13

14

15

16

URG

ACK

PSH

RST

SEQ

FIN

Sequence number
Acknowledge number
Header length

Reserved
Windows
Checksum CRC-16
Urgent pointer
Options

Padding
User data
Bit position
11
12
13
14
15
16

URG
ACK
PSH
RST
SEQ
FIN

Diktat Komunikasi Data

Name - function
Urgent pointer field valid
Acknowledgment field valid
Deliver data on receipt of this segment
Reset the sequence/acknowledgment numbers
Sequence number valid
End of byte stream from sender

Hal :

3
P

4
X

6
7
8
9
10
CSRC count
M
Sequence number

11

12
13
14
Payload type

15

Timestamp
SSRC
CSRC (0-60 bytes)

V
P
X
CSRC count
M
Payload
type
Sequence
number
Timestamp

SSRC
CSRC

Version. Identifies the RTP version


Padding. When set, the packet contains one or more additional
padding octets at the end, which are not part of the payload
Rextention bit. When set, the fixed header is followed by exactly one
header extention, with a defined format
Contains the number of CSRC identifier that follow the fixed header
Marker. The interpretation of the marker is defined by a profile. It is
intended to allow significant events such as frame boundaries to be
marked in the packet stream
Identifies the format of the RTP payload and determines its
interpretation by the application. A profile spesifies a default static
mapping of payload type codes may be defined dynamically through
non-RTP means.
Increments by one for each RTP data packet sent, and may be used
by the receiver to detect packet loss and to restore packet sequence.
Reflects the sampling instant of the first octet in the RTP data packet.
The sampling instant must be derived from a clock that increments
monotonically and lineraly in the time to allow synchronization and
jitter calculations. The resolution of the clock must be sufficient for
the desired synchronozation acuracy and for measuring packet arrival
jitter (one tick per video frame is typically insufficient)
Identifies the synchronization source. This identifier is chosen
randomly, with the intent that on two synchronization sources within
the same RTP session will have the same SSRC identifier.
Contributing source identifier list. Identifies the contributing sources
for the payload contained in this packet

Diktat Komunikasi Data

Hal :

16

You might also like