You are on page 1of 2

Saliva dikarakterisasikan menjadi 2 yaitu unstimulated saliva (alisan basal

saliva yang mengalir ke dalam rongga mulut tanpa adanya stimulus


eksternal); dan stimulated saliva (saliva yang masuk ke rongga mulut sebagai

akibat dari mastikasi, gustatori, dan stimulus lainnya.


Lebih dari 65% unstimulated saliva berasal dari glandula submandibula, 7-8%
dari glandula sublingua dan sekitar 5-8% berasar dari glandula saliva minor,
sedangkan glandula parotis menghasilkan 20% dari seluruh unstimulated

saliva.
Pada kondisi terstimulasi sekresi saliva dari glandula parotis meningkat
sebanyak 50% dan 50% lainnya dari kelenjar lainnya dan cairan sulkus

gingiva.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur laju alir saliva
adalah
o Tempatkan swab, cotton-wool roll atau sponge pada orifisi glandula saliva
mayor yang telah ditimbang beratnya, kemudian ditimbang kembali
o

setelah saliva dikumpulkan. Lama pengumpulan saliva minimal 5 menit


Instruksikan pasien untuk tidak makan dan minum 2 jam sebelum

pemeriksaan, pemeriksaan biasa dilakukan antara jam 10 dan 11 pagi.


Perbedaan berat saliva dapat memberikan gambaran estimasi derajat
hiposalivasi, contohnya adalah sebagai berikut :
Hiposalivasi karena radioterapi (seluruh glandula saliva termasuk

dalam portal perawatan) <20mg


Hiposalivasi karena radioterapi (sebagian glandula saliva termasuk

dalam portal perawatan) 250-650mg


Sjorgen syndrome : 100-500mg
Hiposalivasi karena obat : 800-1700mg
Individu sehat (kontrol) : 1800-3000mg
Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan sekresi saliva adalah
o Obat-obatan :
o Sjorgen syndrome : merupakan penyakit autoimun pada glandula
eksokrin, terutama kelenjar lakrimal dan saliva. Gejala yang paling umum
terjadi adalah mulut dan mata yang kering. Selain itu terdapat
manifestasi ekstraglandula seperti purpura, polyneuropathy dan arthritis.
Etiologi penyakit ini masih belum jelas tapi biasanya merupakan bagian
dari penyakit jaringan ikat lain seperti reumathoid arthritis, systemic
lupus erythematosus (SLE), scleroderma, dan penyakit jaringan ikat
o

campuran.
Radioterapi : radioterapi konvensional yang diberikan pada pasien dengan
cancer pada kepala dan leher memberikan efek kepada seluruh kelenjar

saliva mayor. Pada kebanyakan kasus reduksi pada sekresi saliva terjadi
o

secara irreversibel.
Gangguan keseimbangan air dan garam : dehidrasi pada tubuh berkaitan
dengan penurunan laju aliran saliva dari kelenjar parotid, dan hal ini tidak
bergantung pada umur. Dehidrasi juga menjadi sebab lain pengurangan
sekresi saliva dan gejala mulut kering terutama pada pasien geriatri yang
kurang minum air dan mengonsumsi obat-obatan yang mengganggu

o
o

keseimbangan air dan garam.


Gangguan kardiovaskular
Malnutrisi : diet tidak seimbang, defisiensi vitamin, defisiensi mineral.
Kekurangan konsumsi protein dapat mengurangi seluruh aliran saliva dan
mengubah komposisinya. Perubahan komposisi saliva meliputi penurunan
konsentrasi total protein, IgA, potassium dan chloride dan penurunan

abilitas buffer
Cystic fibrosis : merupakan kelainan turunan yang bersifat autosomal
resesif yang mempengaruhi paru-paru dan sistem pencernaan. Cystic
fibrosis

disebabkan

oleh

mutasi

pada

gen

regulator

conductance

transmembran cystic fibrosis (CTFR) pada kromosom7. Mutasi CTFR dapat


mempengaruhi transport ion epitel pada glandula eksokrin. Hak ini
berakibat

pada

transport

sodium,

chloride,

dan

protein

yang

menyebabkan sekresi mukus yang tinggi. Khasnya adalah : kurangnya

aliran saliva, dan viskositas yang tinggi.


Sialadenitis obstruktif kronis konvensional : disebabkan oleh obstruksi dan
infeksi. Paling umum terjadi.

You might also like