Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
negatifnya menjadi serendah mungkin. AMDAL juga dapat menjamin suatu usaha
dan/atau kegiatan yang beroperasi dapat berkelanjutan secara layak tanpa merusak
lingkungan hidup. Selain itu melalui AMDAL juga dapat meminimalkan dampak
negatif yang mungkin timbul, dan memanfaatkan serta mengoptimalkan sumber
daya yang tersedia secara efisien (Adisasmito, 2015).
Mengingat pentingnya memperhatikan komponen-komponen lingkungan
hidup sebelum melakukan suatu pembangunan agar kualitas lingkungan dapat
ditingkatkan dan pencemaran lingkungan dapat ditekan, maka studi AMDAL
sangat penting untuk diketahui dan diterapkan, sehingga dampak negatif suatu
pembangunan dapat ditekan serendah mungkin dan manfaat pembangunan dapat
dirasakan oleh masyarakat dalam waktu yang lama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1
Definisi AMDAL
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan suatu kajian
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap
perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. Hal-hal yang dikaji
dalam proses AMDAL antara lain adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosialekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi
kelayakan suatu rencana usaha atau kegiatan. AMDAL adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan (Peraturan
Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran
yang diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan.
Peraturan pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL
adalah salah satu syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib
mempertimbangkan
hasil
studi
AMDAL
sebelum
memberikan
ijin
kriteria
wajib
AMDAL,
saat
ini,
Indonesia
2. 2 Manfaat AMDAL
Berikut merupakan penjelasan mengenai manfaat AMDAL: (Djamin, 2007)
a. Bagi masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya,
sehingga
dapat
mempersiapkan
diri
di
dalam
penyesuaian
untuk
segera
dapat
dilakukan
penyempurnaannya.
Dengan adanya analisis dampak lingkungan, pemilik proyek dapat
mengetahui keadaan lingkungan yang membahayakan (misalnya banjir,
tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain) sehingga dapat dicari keadaan
lingkungan yang aman bagi proyek.
c. Bagi pemerintah
Untuk mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tersebur
tidak rusak (khusus untuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui).
Untuk mencegah rusaknya sumberdaya alam lainnya yang berada di
luar lokasi proyek baik yang dioleh oleh proyek lain, diolah masyarakat
atau yang belum diolah.
menghindari
terjadinya
pertentangan-pertentangan
yang
2. 3 Tujuan AMDAL
AMDAL bertujuan untuk: (Soemarno, 2007)
a. Mengidentifikasikan rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan
terutama yang berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup.
b. Mengidentifikasikan komponen-komponen lingkungan hidup yang akan
terkena dampak besar dan penting.
c. Memprakirakan dan mengevaluasi rencana usahan dan atau kegiatan yang
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.
d. Merumuskan RKL dan RPL.
Kabupaten/Kota
lingkungan
hidup
berkedudukan
Kabupaten/Kota.
di
Bapedalda/lnstansi
Unsur
pemerintah
pengelola
lainnya
yang
anggota-anggota
Komisi
Penilai
AMDAL
di
propinsi
dan
1982, sebagian besar praktisi mengetahui asal muasal sebenarnya untuk beranjak
dari Peraturan No. 29/19869 yang menciptakan berbagai elemen penting dari
proses AMDAL. Sepanjang awal era 1990 didirikan suatu badan perlindungan
lingkungan pusat (BAPEDAL) terlepas dari Kementerian Negara Lingkungan,
dengan mandat meningkatkan pelaksanaan. (Horas, 2004)
AMDAL dan kendali atas polusi, didukung oleh tiga kantor daerah. Kajian
dan persetujuan atas berbagai dokumen AMDAL pada saat ini ditangani oleh
Komisi Pusat atau Komisi Daerah, sesuai dengan skala proyek dan sumber
pendanaan. Lebih dari 4000 AMDAL dikaji sampai dengan 1992 dimana menjadi
lebih jelas bahwa berbagai elemen dari proses tersebut terlalu kompleks dan
terlalu banyak didasarkan pada AMDAL gaya barat. Legislasi AMDAL yang
baru yang diberlakukan pada tahun 1993 yang memiliki efek pembenahan atas
prosedur
penapisan,
mempersingkat
jangka
waktu
pengkajian,
dan
dan
pabrik
yang
mengalami
fotooksidasi
dan
terdiri
atas
ozon, peroksiasetil nitrat (PAN), nitrogenoksida, dan zat lain lagi. (Djamin, 2007)
AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) adalah instrumen yang
sifatnya formal dan wajib (control and command) yang merupakan kajian bagi
pembangunan proyek-proyek kegiatan-kegiatan pasal 17a yang kemungkinan
akan menimbulkan dampak besar dari penting terhadap lingkungan hidup.
(Soemarno, 2007)
Dalam PP No.27 Tahun 1999 dinyatakan bahwa dampak besar dan penting
adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh
suatu usaha dan atau kegiatan. Selanjutnya pada pasal 5 PP tersebut dinyatakan
bahwa kriteria dari dampak besar dan periting dari suatu usaha atau kegiatan
terhadap lingkungan antara lain:
a. Jumlah manusia yang akan terkena dampak.
b. Luas wilayah persebaran dampak.
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung.
d. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak.
e. Sifat kumulatif dampak.
f. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (ireversible).
Dasar hukum dan prosedur pelaksanaan AMDAL diatur dalam PP No.27
tahun 1999 beserta beberapa KEPMEN yang terkait dan dikeluarkan oleh
Kementrian Negara Lingkungan Hidup. AMDAL dibuat sebelum kegiatan
berjalan atau operasi proyek dilakukan. Karena itu AMDAL merupakan salah satu
persyaratan keluarnya perizinan.
2. 6 Prosedur AMDAL
Terdapat empat prosedur dalam penyusunan AMDAL. Prosedur AMDAL terdiri
dari :
1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL.
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi kegiatan wajib
AMDAL, yaitu menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun
AMDAL atau tidak.
2. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat.
Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan
Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan
rencana kegiatannya selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut,
menanggapi masukan yang diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi
kepada masyarakat terlebih dulu sebelum menyusun KA-ANDAL.
3. Penyusunan dan penilaian Keranga acuan-analisis masalah dampak
lingukungan (KA-ANDAL)
10
penyusun
untuk
memperbaiki
atau
menyempurnakan
kembali
dokumennya.
4. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL.
Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL,
dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati
(hasil penilaian Komisi AMDAL). Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL.
Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL, RKL
dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan
peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan RPL
adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk
memperbaiki atau menyempurnakan kembali dokumennya.
Pada kasus di atas, analisis masalah dampak lingkungan (AMDAL) sangat
diperlukan. Dengan adanya AMDAL masyarakat dapat ikut memberikan masukan
terhadap pembangunan. Masyarakat yang merasa dirugikan harus mengetahui
dampak positif maupun dampak negatif, baik dampak yang dirasakan saat
pembangunan ataupun dampak yang dapat timbul setelah pembangunan jembatan.
Selain itu, solusi apa yang dilakukan bila dampak negatif tersebut timbul. Dengan
adanya AMDAL yang dibuat oleh komisi AMDAL, pemrakarsa, dan masyarakat
yang berkepentingan akan meningkatkan dampak positif pembangunan jembatan
dan menekan dampak negatif yang timbul.
2.7
AMDAL di Indonesia
Analisis
mengenai
dampak
lingkungan
(AMDAL)
di
Indonesia
11
Lingkungan Hidup yang saat ini telah direvisi menjadi UU no. 23 tahun 1997.
AMDAL merupakan instrumen pengelolaan lingkungan yang diharapkan dapat
mencegah kerusakan lingkungan dan menjamin upaya-upaya konservasi. Hasil
studi AMDAL merupakan bagian penting dari perencanaan pembangunan proyek
itu sendiri (Hendartomo, 2000; Adisasmito, 2015).
Sebagai instrumen pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif,
AMDAL
12
13
2.8
yang berasal dari barat, negara industri yang demokratis dengan kondisi budaya
dan sosial berbeda, sehingga ketika program ini diterapkan di negara berkembang
dengan kondisi budaya dan sosiopolitik berbeda, kesulitan pun muncul
(Hendartomo, 2000).
AMDAL di Indonesia telah lebih dari 15 tahun diterapkan. Meskipun
demikian, berbagai hambatan atau masalah selalu muncul dalam penerapan
AMDAL, seperti juga yang terjadi pada penerapan AMDAL di negara-negara
berkembang lainnya. Hambatan tersebut cenderung terfokus pada faktor-faktor
teknis, seperti (Hendartomo, 2000):
a. Tidak memadainya aturan dan hukum lingkungan
b. Kekuatan institusi
c. Pelatihan ilmiah dan profesional
d. Ketersediaan data
Karakter budaya serta perilaku sosial dan politik orang Indonesia sangat
mempengaruhi bentuk penerapan AMDAL. Inisiatif program dan kebijakan
lingkungan di Indonesia sangat bersifat top down oleh pemerintah sendiri.
Inisiatif top down tersebut muncul bukan karena adanya kebutuhan
penganalisisan dampak, tetapi sebagai tanggapan terhadapa perkembangan barat.
Tekanan perkembangan barat untuk menanggapi masalah lingkungan terutama
melalui konferensi lingkungan internasional di Stockholm tahun 1972 dan Rio De
Janiero tahun 1992. Berbeda dengan di negara barat, program dan kebijakan
14
15
16
2.9
17
bahwa
Lapindo
Brantas
Inc.
karena
kelalaiannya
telah
menyebabkan pencemaran.
2. Tidak Adanya Pengendalian Baik Oleh Pemerintah Maupun Penanggungjawab
Usaha
Dalam UU No. 32 Tahun 2009 pasal 13 ayat ( 1 ), pengendalian pencemaran
dan/atau kerusakanlingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian
fungsi lingkungan hidup. Dan dalam ayat ( 2 ) tertulis bahwa pengendalian
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan. Dalam ayat (3)
dikatakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan
kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-masing. Lapindo Brantas Inc.
tidak melakukan pengendalian ini dan pemerintah sebelum terjadi semburan juga
tidak melakukan upaya pengendalian yang maksimal hingga Lapindo Brantas Inc.
yang tidak memiliki AMDAL dapat melakukan eksplorasi sumber daya alam di
Sidoarjo saat itu.
3. Lapindo Brantas Inc. Tidak Memiliki AMDAL
18
19
pasal 54 UU No. 32 Tahun 2009. Dengan itu apabila memang Lapindo Brantas
Inc. yang menjadi penyebab dari pencemaran, ini berarti ia bebas untuk tidak
bertanggungjawab atas kelalaiannya
6. Pembuangan Lumpur Ke Laut Tidak Sesuai Dengan Pengelolaan Limbah B3
Lumpur yang menyembur di Sidoarjo, bukan lumpur biasa melainkan lumpur
panas yang mengandung banyak bahan berbahaya. Apabila dibuang kelaut maka
dapat mencemari ekosistem laut. Selain itu ini melanggar pasal 59 Undang
undang No. 32 Tahun 2009 (Lestari, 2013).
20
21
22
Dampak positif:
Kemacetan teratasi
Arus lalu lintas lancar
Waktu tempuh perjalanan singkat
Efektivitas waktu
Meningkatkan ekonomi masyarakat
Dampak negatif:
Berpotensi menimbulkan dampak
berupa perubahan kestabilan lahan (land
subsidence), air tanah
Dampak terhadap emisi, lalu lintas,
kebisingan, getaran, gangguan
pandangan,
Gangguan jaringan prasarana sosial
(gas, listrik, air minum, telekomunikasi)
Dampak sosial
AMDAL
(PP No 27 Tahun 1999)
Pihak terlibat:
Komisi AMDAL
Pemprakarsa
Masyarakat yang berkepentingan
Manfaat tercapai
Dampak negatif dapat ditekan
23
24
BAB III
KESIMPULAN
25
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito,
Wiku,
2015.
Analisis
Dampak
Lingkungan
(AMDAL).
2015.
Pengertin,
Peranan
dan
Proses
AMDAL.
Pengelolaan
Lingkungan.
http://photo.sindonews.com/view/12315/jokowi-resmikan-
26