Professional Documents
Culture Documents
Oleh
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....i
ABSTRAKii
DAFTAR ISIiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 Tujuan...1
1.3 Rumusan masalah.2
BAB II TEORI DASAR
2.1 Pasir Besi..3
2.2 Pelletizing.3
2.3 Pelletizing.....4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir.6
3.1 Alat dan bahan..7
3.3 Prosedur8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan10
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memanfaatkan limbah sludge scale yang dihasilkan pada industri pembuatan
baja di Indonesia;
2. Mengetahui proses pembuatan pellet besi dengan menggunakan pasir besi dan
binder dari sludge scale;
3. Memanfaatkan bahan baku lokal yang ada di Indonesia.
BAB II
TEORI DASAR
Di Amerika limbah sludge scale yang dihasilkan dari proses Rolling belum
dimanfaatkan. Oleh karena itu, oli yang terkandung dalam scale ini harus
dimanfaatkan dengan optimal yang salah satunya adalah dengan menjadikannya
sebagai binder dalam proses pembuatan pellet besi.
2.3 Pelletizing
Pelletizing merupakan proses aglomerasi bijih besi yang dijadikan bola-bola.
pelletizing menggunakan tambahan binder untuk mengikat bahan-bahan yang
dicampur seperti bijih besi, batu kapur dan reduktornya. Binder yang dicampurkan
dengan jumlah tertentu, produk yang dihasilkan disebut sebagai green pellet (pelet
basah) kemudian pelet tersebut dibakar agar menjadi keras.
Pelet yang dihasilkan perlu memiliki porositas yang cukup agar
memungkinkan gas reduksi kontak dengan pelet pada bagian dalam. porositas dan
ukuran pelet dapat berperan dalam menentukan keberhasilan proses reduksi pelet
besi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi green pellet adalah air dan binder.
Keberhasilan dalam membuat pelet adalah bagaimana pelet tersebut dibentuk
menjadi bola-bola. (Meyer, 1980)
Air menjadi salah satu yang paling penting dalam pembuatan pelet, air dapat
mempengaruhi kekuatan pelet yang dihasilkan. Air yang ditambahkan harus
cukup dan tidak berlebihan, ketika air yang diberikan terlalu banyak maka pelet
akan memiliki kekuatan yang kecil dan lengket, sedangkan jika air yang diberikan
terlalu sedikit maka akan sulit saat pembentukan bola-bola pelet.
Binder adalah pengikat antar partikel halus bijih besi yang berfungsi dalam
meningkatkan sifat pelet, baik dalam kondisi basah, kering dan pembakaran, sifat
yang ditingkatkan adalah sifat mekanik, yaitu kuat tekan pelet. Binder dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu binder organik dan an-organik. Salah satu contoh binder
organik adalah molase dan boraks, sedangkan an-organik adalah bentonit. Dalam
karya tulis ini, binder yang digunakan adalah oli yang dihasilkan dari sludge
scale, oli memiliki karakteristik lengket, dengan adanya karakteristik seperti ini,
maka oli ini dapat berperan dalam pengikatan partikel halus bijih besi dan bahan
baku lain.
Salah satu binder yang banyak digunakan adalah bentonit. Bentonit
merupakan hasil endapan hasil aktivitas vulkanik jatuhan dengan ukuran yang
sangat halus yang kemudian mengalami proses pengerjaan oleh air dan
terendapkan kembali di daerah lain, kemungkinan pada lingkungan laut dalam.
Namun, penggunaan bentonit perlu dibatasi karena mengandung SiO2 yang
bersifat sebagai pengotor.
Setelah dibentuk bola-bola, green pellet tidak dapat langsung digunakan
untuk proses metalurgi maupun pengangkutan disebabkan kuat tekan yang masih
rendah dan belum memenuhi standar. Untuk itu, maka pelet harus dilakukan
proses Indurasi Termal yang terdiri atas drying, preheating, firing dan cooling.
Drying merupakan proses penghilangan air didalam green pellet dengan cara
menguap, preheating merupakan proses yang dilakukan setelah proses drying
pada temperatur 400-1200oC. Sedangkan firing merupakan proses yang
mendorong penguatan lebih lanjut pada pelet besi, temperatur yang digunakan
1200-1300oC. Proses yang terakhir merupakan proses cooling yaitu dengan
penurunan temperatur secara perlahan sampai temperatur tertentu untuk
menghindari shock thermal.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pasir besi
Batu bara
Batu
kapur
Preparasi material
Peremukan
Penggerusan
Pengayakan
Sludge Scale
Pemisahan
Mixing
Peletisasi
Data Pengamatan
Kesimpulan
Literatur
1. Crusher
2. Rod mill
3. Screen (ayakan)
4. Sludge separator
5. Tangki oli
6. Timbangan
7. Disc Pelletizer
8. Muffle Furnace
Kadar (%)
Fe total
43,3
TiO2
34,8
SiO2
4,25
Al2O3
0,50
Hasil (% berat)
Fe total
64,86
Fe2O3
52,86
FeO
35,56
CaO
0,67
MgO
0,70
SiO2
0,91
Oli
4,51
H2O
0,55
Kandungan (%)
43,14 %
Ash
3,85 %
2,98 %
4. Batu kapur
5. Air
3.3 Prosedur
Dalam karya tulis ini, prosedur penelitiannya adalah:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Berdasarkan studi literatur yang penulis lakukan, jika dilakukan suatu proses
benefisiasi atau peningkatan kadar dari Fe pada pasir besi yang didapatkan dari
Pandeglang, maka metode yang digunakan adalah dengan magnetik separator atau
pemisahan yang dilakukan berdasarkan suseptibility magnet. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Purwono pada tahun 2008 tentang benefisiasi pasir besi, bahwa
dengan menggunakan intensitas sebesar 600 Gauss, maka kadar Fe dari pasir besi
yang semula berkadar 34,2% dapat meningkat menjadi 41,1118% , maka jika
dilakukan recovery dengan menambahkan intensitas magnetiknya, tentu saja akan
meningkatkan kadar dari Fe yang terkandung dalam pasir besi tersebut. Pada
karya tulis ini, bahan yang digunakan adalah pasir besi yang berasal dari
pandeglang yang memiliki komposisi seperti yang tertera pada Tabel 1. Maka
untuk meningkatkan kadar Fe yang terkandung dalam pasir besi dari Pandeglang,
maka digunakan metode seperti yang telah dibahas diatas.
Proses pemisahan oli dari sludge scale dengan menggunakan prinsip dari
gaya sentrifugal menggunakan alat sludge separator, alat ini mampu mengekstrak
oli yang terkandung didalam sludge scale. hingga saat ini penulis belum
mengetahui kandungan oli pada sludge scale. Namun, jika berdasarkan pada
karakteristik dari oli, maka oli ini mampu dijadikan sebagai binder karena
memiliki karakteristik lengket.
Menurut Oriza, 2011 binder bentonit memiliki kualitas kekuatan yang lebih
baik dibandingkan dengan molase dan dekstrin, hal itu membuktikan bahwa kuat
tekan suatu pelet sangat dipengaruhi oleh jenis binder
merupakan suatu zat an-organik sehingga jika dikaitkan dengan jenis binder
seperti yang telah dilakukan oleh Oriza Sativa, maka pelet dengan binder oli ini
akan memiliki kualitas kuat tekan yang lebih baik dibandingkan dengan molase
atau binder organic lainnya.
11
Selain itu, dengan peningkatan waktu firing maka nilai kuat tekan akan
semakin meningkat karena terbentuknya slag bond pada pelet, slag bond berasal
dari rekasi oksida yang terkandung didalam pelet yang membentuk fasa mullite,
fasa inilah yang membentuk ikatan butir partikel yang kuat, dan pelet yang telah
mengalami firing akan menjadi keras bukan hanya karena terbentuknya slag bond
tetapi karena adanya pertumbuhan kristal pelet. Namun meningkatnya kuat tekan
pelet, maka akan semakin menurunkan porositas pelet sehingga reducibility pelet
akan semakin susah. Reducibility menggambarkan kekuatan pelet besi untuk
melepaskan oksigen dalam suatu proses reduksi menggunakan proses pereduksi.
Bentonit dan oli yang dihasilkan dalam sludge scale memiliki kesamaan
dalam hal jenisnya, yang keduanya merupakan binder an-organik, maka bentonit
dapat digantikan dengan oli tersebut. Massa campuran antara binder yang
digunakan pada penelitian Oriza sebesar 5 % (dari 100 gr), ini merupakan
komposisi binder yang ideal agar mendapatkan nilai kuat tekan yang telah
memenuhi standar kekuatan pelet, sesuai dengan standar ISO TC 102/SC 3 DP
4700, dengan jumlah 4,51% oli yang dihasilkan selama proses rolling, maka
jumlah oli ini mampu untuk menggantikan bentonit sebagai binder.
Dengan dijadikannya oli ini sebagai binder dan penggunaan bahan baku lokal
sebagai pembuatan pelet besi, maka dapat dikatakan bahwa produk ini lebih
hemat dari segi produksi, karena bahan-bahan yang digunakan bersumber dari
dalam negeri, dan salah satu bahannya merupakan limbah yang didaur ulang.
BAB V
PENUTUP
Demikianlah karya tulis ini dibuat yang didasarkan pada studi literatur.
setelah dilakukan pembahasan mengenai pemanfaatan limbah sludge scale
sekaligus pemanfaatan sumber daya alam lokal, maka dapat disimpulkan:
1. Limbah sludge scale harus dilakukan recycle agar mengurangi jumlah
limbah yang dihasilkan tiap tahunnya;
2. Salah satu alternatif untuk memanfaatkan limbah tersebut adalah
dengan menjadikan Oli yang terkandung didalam sludge scale
dijadikan binder dalam pembuatan pelet besi;
3. Sumber daya alam lokal yang ada di Indonesia harus dimanfaatkan
sebagai pelet besi untuk memenuhi kebutuhan baja di dalam negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas
Pertambangan
Kabupaten
Pandeglang.
(online:
http://www.pandeglangkab.go.id/ )
Ginting I dan Sufiandi D. Penelitian Pembuatan Pelet Pasir Besi Titan Tegal
Beleud Sukabumi Selatan. Metalurgi, Volume 22, No.2, Desember 2007.
ITP Steel. Iron Unit Recycling Roadmap chapter 3.2001.
Martin. dkk. Obtainment of Sponge Iron by Reduction of a Steelmaking byproduct. konferensi daur ulang material dan eco energy. Madrid.2009.
Meyer, Kurt. Pelletizing of Iron Ores. Springer-Verlag Berlin Heidel and Verlag
Stahleissen. Dusseldorf. 1980.
Sativa, Oriza. Karakterisasi Pelet Bijih Besi Merangin Jambi berdasarkan
Kekuatan Tekan, Persen Porositas dan Reduksibiltas. Skripsi (Tidak
dipublikasikan)
Tim Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral/ Pusat Sumber Daya Geologi.
PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI PASIR BESI, 2005.
Wicaksono, Herman Sandy. Analisis Ukuran Partikel Campuran (Pasir Besi,
Batubara dan CaO) dan Lama Penyinaran Gelombang Mikro Pada Reduksi
Besi Oksida. Jurnal Teknik Material dan Metalurgi. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya. 2011.
Wijaya, Ardi. dkk. Pemanfaatan Oli Bekasi Sebagai Bahan Baku Pembuatan
Bahan Bakar Cair (BBC) dengan Metode Catalytic Cracking menggunakan
Katalis Mordenite. Universitas Diponegoro Semarang. 2008.