You are on page 1of 11

1.

Siklus nyamuk Anopheles dan Aedes aegypti

Gambar 1. Siklus Hidup Nyamuk Anopheles


Nyamuk Anopheles mempunyai siklus hidup, yang termasuk dalam metamorfosa sempurna.
Yang berarti dalam siklus hidupnya terdapat stage/fase pupa. Lama siklus hidup dipengaruhi
kondisi lingkungan, misal : suhu, adanya zat kimia/biologis di tempat hidup. Siklus hidup
nyamuk Anopheles secara umum adalah:
a. Telur
Setiap bertelur setiap nyamuk dewasa mampu menghasilkan 50-200 buah telur. Telur
langsung diletakkan di air dan terpisah (tidak bergabung menjadi satu). Telur ini menetas
dalam 2-3 hari (pada daerah beriklim dingin bisa menetas dalam 2-3 minggu)
b. Larva
Larva terbagi dalam 4 instar , dan salah satu ciri khas yang membedakan dengan larva
nyamuk yang lain adalah posisi larva saat istirahat adalah sejajar di dengan permukaan
perairan, karena mereka tidak mempunyai siphon (alat bantu pernafasan). Lama hidup
kurang lebih 7 hari, dan hidup dengan memakan algae,bakteri dan mikroorganisme
lainnyayang terdapat dipermukaan
c. Pupa (kepompong)
Bentuk fase pupa adalah seperti koma, dan setelah beberapa hari pada bagian dorsal
terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa.
d. Dewasa
Nyamuk dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk menghisap darah atau
makanan lainnya (misal, nektar atau cairan lainnya sebagai sumber gula). Nyamuk jantan
bisa hidup sampai dengan seminggu, sedangkan nyamuk betina bisa mencapai sebulan.
Perkawinan terjadi setelah beberapa hari setelah menetas dan kebanyakan perkawinan
terjadi disekitar rawa (breeding place). Untuk membantu pematangan telur, nyamuk
menghisap darah, dan beristirahat sebelum bertelur. Salah satu ciri khas dari nyamuk
anopheles adalah pada saat posisi istirahat menungging

Gambar 2. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti


Nyamuk Aedes aegypti memiliki siklus hidup sempurna. Siklus hidup nyamuk ini terdiri
dari empat fase, mulai dari telur, larva, pupa dan kemudian menjadi nyamuk dewasa.
Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual.
Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas
dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva
yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5
hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki
masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari
pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 8 hingga 10
hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung
2. Efektivitas penyemprotan nyamuk DBD
Menurut peneliti dari Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Dr. Budi Haryanto, fogging menjadi
tidak efektif dalam memberantas nyamuk karena penggunannya yang keliru dan tidak
tepat.
Untuk mencegah kenaikan kasus dan jumlah korban DBD yang semakin
meningkat, Budi berbagi tips agar upaya fogging menjadi efektif. Agar
hasil fogging maksimal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
Minimal beradius 100 meter
Pelaksaan fogging sebaiknya tidak dilakukan per kasus, seperti yang kerap
dilakukan saat ini. Fogging juga sebaiknya dilakukan dalam jarak 100 meter di
sekeliling tempat tinggal penderita DBD. Hal ini dikarenakan, 100 meter adalah jarak
optimal bagi nyamuk DBD untuk berpindah tempat. Rumah dalam radius 100 meter
berpeluang besar terkena virus DBD. Radius 100 meter adalah ketentuan bila hanya
terdapat satu korban. Jika korban lebih dari 3 makan radius bertambah lebih dari 100
meter.
Perhatikan dosis
2

Penyemprotan harus memperhatikan dosis yang tercatat dalam standar


operasional. Bila insektisida terlalu sedikit, maka penyemprotan tidak memberikan
hasil maksimal dan hanya meninggalkan bau minyak tanah yang mengganggu
kenyamanan. Dosis yang tepat juga dikhawatirkan membuat nyamuk resisten
insektisida.
Awasi arah angin
Arah angin seringkali luput dari perhatian. Padahal angin yang akan
menyebarkan semprotan insktisida ke seluruh wilayah, dalam radius tertentu. Angin
juga yang membawa nyamuk terbang berpindah menghindari pestisida.
Fogging menyebabkan droplet insektisida dan mematikan bagi nyamuk
dewasa yang kontak langsung. Saat dikeluarkan dari mesin penyemprot, kabut
insektisida akan langsung menyebar sesuai arah angin. Oleh karena itu, sebaiknya
penyemprotan dilakukan sesuai arah angin. Penyemprotan yang melawan arah angin
akan mengenai tubuh penyemprot bukan nyamuk yang menjadi sasaran. Akibatnya
insektisida
akan
menjadi
toksik
bagi
penyemprot.

3. Penatalaksaan Dengue Syok Syndrome menurut Castillo

4. Hitung jenis leukosit


3

Prinsip kerja :
Setetes darah dipaparkan diatas kaca objek lalu dicat dan diperiksa dibaqwah mikroskop
Alat :
kaca objek glass bebas lemak dan debu , kering dan bersih
rak pewarnaan
pipet pastuare
mikroskop
Bahan pemeriksaan :
darah kaviler
darah vena yang telah di beri antikoagulan (EDTA/ Ethylendiamine Tetraacetic Acid)
Reagen :
oil emersi
metanol
buffer
1 ml + 5 tetes giemsa induk
Cara kerja :

objek glass harus kering, bebas air, bebas lemak, dan debu

teteskan sedikit darah pada objek glass

sentuh setetes darah dengan jarak kurang lebih 2cm dari ujung objek glass dan
letakkan di atas meja dengan setetes darah di sebelah kanan

gerakkan tangan kanan pada objek glass lainnya di sebelah kiri tetes darah

gerakkan darah sampai memcapai kurang lebih 1/2cm dari kaca

dorong kaca penggeser ke kiri stabil memegang miring dengan sudut 30 - 40 derajat

biarkan sediaan kering dan tulis nama penderita dan tanggal pembuatan lalu sediaan
siap di warnai

Cara perwarnaan dengan Giemsa :

letakkan sediaan yang akan di pulas di atas rak dengan lapisan darah ke atas

teteskan beberapa tetes metanol ke atas sediaan hapusan sehingga bagian yang terlapis
darah tertutup semuanya , biarkan selama 5 menit
4

tuanglah kelebihan metanol tadi

lalu teteskan larutan giemsa yang telah di encerkan (1 ml + 5 tetes giemsa induk)
biarkan selama 15 -20 menit

setelah itu bilas dengan air dan biarkan vertikal sampai kering

Nilai Normal :

Basofil : 0 - 1 %

Eosinofil : 1 -3 %

Netrofil Stab : 2 - 6 %

Netrofil Segmen : 50 - 70 %

Limfosit : 20 - 40 %

Monosit : 2 - 8 %

5. Bagan Milestone tumbuh kembang anak

6. Jelaskan pemeriksaan morfologi darah tepi


Pemeriksaan ini brtujuan untuk menilai adanya kelainan morfologi ataupun kelaianan
jumlah sel darah merah, sel darah putih dan trombosit darah.
7. Makna BB/U, TB/U, BB/TB menurut WHO dan CDC
Menentukan status gizi anak
8. Jelaskan definisi kriteria diagnosis dari tifoid dan TB paru
TB Paru

Demam Tifoid
Demam Tifoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
enterica serotype Typhi (S typhi).

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Tubex TF, spesifik mendeteksi Ig M antibody S thypiii 09 LPS antigen Sthypii
dan salmonella sero group D bakteri
2.

Uji Widal : untuk mendeteksi adanya bakteri Salmonella Thypi

3.
Pemeriksaan darah tepi : untuk melihat tingkat leukosit dalam darah, adanya
leukopenia, etc
4.

Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya bakteri Salmonella Thypi dan leukosit

5.
Pemeriksaan feses : untuk melihat adanya lendir dan darah yang dicurigai akan
bahaya perdarahan usus dan perforasi
6.

Pemeriksaan sumsum tulang : untuk mendeteksi adanya makrofag

7.
Serologis : untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin)
8.

Radiologi : untuk mengetahui adanya komplikasi dari Demam Thypoid

9.

Pemeriksaan SGOT dan SGPT


7

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

9. Pemeriksaan antopometri pada bayi dan anak


1.

Berat badan

Merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi
baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan:
a.

Parameter yang baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat.

b.
Memberi gambaran
tentangpertumbuhan

status

gizi

sekarang

dan

gambaran

yang

c.

Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas.

d.

Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur

baik

e.
KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk
pendidikan dan monitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar
pengisian.

Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:


a.

Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.

b.

Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.

c.

Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg

d.

Skala mudah dibaca

e.

Cukup aman untuk menimbang anak balita.

Cara menimbang/mengukur berat badan:


a.

Langkah I

Gantungkan dacin pada:


Dahan pohon
Palang rumah atau penyangga kaki ktiga
b.

Langkah 2

Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat


c.

Langkah 3
8

Sebelum dipakai, letakkan bandul geser pada angka 0 (nol)


d.

Langkah 4

Pasanglah celana timbang, kotak timbang, atau sarung timbang yang kosong
pada
dacin.
e.

Langkah 5

Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang


f.

Langkah 6

Anak di timbang dan seimbangkan dacin


g.

Langkah 7

Tentukan berat badan anak dengan membaca angka diujung bandul geser.

h.

Langkah 8

Catat hasil penimbangan di atas pada secarik kertas


i.

Langkah 9

Geserlah bandul ke angka nol, letakkan batang dacin dalam tali pengaman, setelah itu
bayi baru anak dapat diturunkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang berat badan anak:

2.

a.

Pemeriksaan alat timbangan

b.

Anak balita yang ditimbang

c.

Keamanan

d.

Pengetahuan dasar petugas.

Umur

a.
Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Menurut Puslitbang Gizi
Bogor (1980), batasan umur digunakan adalah tahun umur penuh dan untuk anak 0-2 tahun
digunakan bulan penuh.
Contoh : tahun usia penuh.
Umur : 7 tahun 2 bulan dihitung 7 tahun
6 tahun 11 bulan dihitung 6 tahun.

3.

Tinggi Badan
9

Cara mengukur:
a.
Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar sehingga
tepat 2 meter.
b.

Lepaskan sepatu atau sandal.

c.

Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna

d.
Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus
menempel pada dinding.
e.

Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.

4.

Lingkar Lengan Atas

a.
Baku lingkar lengan atas yang digunakan sekarang belum dapat mendapat
pengujian memadai untuk digunakan di Indonesia.
b.
Kesalahan pengukuran LLA (ada berbagai tingkat ketrampilan pengukur) relatif lebih
besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi kurang,
lebih sempit pada LLA dari pada tinggi badan.
c.

Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan.

Cara mengukur:
Yang diukur adalah pertengahan lengan atas sebelah kiri Lengan dalam keadaan bergantung
bebas, tidak tertutup kain atau pakaian. Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut
sampai cukup terukur keliling lingkaran lengan.

5.

Lingkar Kepala

Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak praktis, yang biasanya
untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala.
Alat dan tehnik pengukuran:
Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiber glas) dengan lebar kurang dari 1 cm,
fleksibel, tidak mudah patah, pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal, caranya
dengan melingkarkan pita pada kepala.

6.

Lingkar Dada

Biasanya dilakukan pada anak berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala
dan
lingkar dada sama pada umur 6 bulan.
Alat dan tehnik pengukuran:
Alat yang digunakan adalah pita kecil, tidak mudah patah, biasanya terbuat dari serat kaca
(fiber glas). Pengukuran dilakukan pada garis puting susu. Masalah yang
10

sering
anak

dijumpai adalah mengenai akurasi pengukuran (pembaca), karena pernapasan


yang tidak teratur.

Rumus Antropometri pada anak : ( Soetjiningsih : 1998).


a.

Berat badan

Umur 1 6 tahun = ( tahun ) x 2 + 8


b.

Tinggi badan

Umur 1 tahun = 1,5 x tinggi badan lahir


Umur 2 12 tahun = umur ( tahun ) x 6 + 77

11

You might also like