Professional Documents
Culture Documents
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al- Hasyr : 18)
".. Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran.." (QS. Al- Maidah : 2)
Dari kutipan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa, Asuransi dalam Islam
dikenal dengan istilah Takaful yang berarti saling memikul resiko diantara
sesama orang, sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi
penanggung atas resiko yang lainnya. Saling pikul resiko ini dilakukan atas
dasar tolong menolong dalam kebaikan dimana masing-masing
mengeluarkan dana / sumbangan / derma (tabarru') yang ditunjuk untuk
menanggung resiko tersebut. (Sofiniyah Ghufron, 2005:18)
Landasan dalam Al Hadits :
( )
"Dari Nu'man bin Basyir ra, Rasulullah SAW bersabda, 'Perumpamaan
persaudaraan kaum muslimin dalam cinta dan kasih sayang diantara
mereka adalah seumpama satu tubuh. Bilamana salah satu bagian tubuh
merasakan sakit, maka akan dirasakan oleh bagian tubuh yang lainnya,
seperti ketika tidak bisa tidur atau ketika demam." (HR. Muslim).
http://hndwibowo.
blogspot.com/200
8/06/asuransisyariah.html
Makalah Asuransi Syariah
Posted on Oktober 19th, 2010 dita meilati No comments
ASURANSI SYARIAH
MAKALAH
Disampaikan dalam Kuliah Lembaga Keuangan Syariah Non Bank
Prodi Muamalat
Tahun Akademik 2010/2011
Di Susun Oleh :
1. Amalia Haerunnisa (0807025009)
2. Dita Meilati (0807025015)
3. Kiki Amelia(0807025030)
2010
ASURANSI SYARIAH
1. Pengertian, Dasar Hukum, Sejarah dan Tujuan Berdiri
Istilah asuransi di Indonesia berasal dari kata Belanda assurantie yang kemudian
menjadi asuransi dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya bukanlah istilah asli bahasa
Belanda akan tetapi berasal dari bahasa latin, yaitu assecurare yang berarti
meyakinkan orang[1]. Menurut etimologi bahasa Arab istilah Asuransi Syariah atau
Takaful berasal dari akar kata kafala. Dalam ilmu tashrif atau sharaf, tafakul termasuk
dalam barisan bina mutaaadi. Yaitu tafaaala, artinya saling menanggung. Dan ada
juga yang meterjemahkannya dengan makna saling menjamin. Asuransi Syariah atau
takaful menurut Juhaya S. Praja adalah Saling memikul risiko di antara sesame
orang sehingga antara satu dengan lainnya menjadi penanggung atas risiko yang
lainnya. Saling pikul risiko itu dilakukan atas dasar saling tolong-menolong dalam
kebaikan dengan cara masingmasing mengeluarkan dana ibadah (tabarru) yang
ditunjukkan untuk menanggung risiko tersebut.
Secara kelembagaan, perkembangan asuransi syariah global ditandai dengan
kehadiran perusahaan asuransi syariah di berbagai belahan dunia, antara lain
Sudanese Islamic Insurance (1979), Islamic Arab Insurance Co. (1979), Dar Al-Maal
Al-Islami, Geneva (1981), Islamic Takafol Company (I.T.C), S.A. Luxembourg
(1983), Islamic Takafol and Re-Takafol Company, Bahamas (1983), Syarikat Altakafol Al-Islamiah Bahrain, E.C. (1983),Takaful Malaysia (1985).
Sedangkan di Indonesia, asuransi syariah merupakan sebuah cita-cita yang telah
dibangun sejak lama, dan telah menjadi sebuah lembaga asuransi modern yang siap
melayani umat Islam Indonesia dan bersaing denngan lembaga asuransi
konvensional. Adapun perkembangan asuransi syariah di Indonesia baru ada pada
akhir tahun 1994, yaitu berdirinya Asuransi Takaful Indonesia pada tanggal 25
Agustus 1994, dengan diresmikannya PT Asuransi Takaful Keluarga melalui SK
Menkeu No. Kep-385/KMK.017/1994.[2] Melalui berbagai seminar nasional dan
setelah mengadakan studi banding dengan Takaful Malaysia, akhirnya berdirilah PT
Syarikat Takaful Indonesia (PT STI) sebagai Holding Company pada tanggal 24
Februari 1994. Kemudian PT STI mendirikan 2 anak perusahaan, yakni PT Asuransi
Takaful Keluarga (Life Insurance) dan PT Asuransi Takaful Umum (General
Insurance). PT Asuransi Takaful Keluarga diresmikan lebih awal pada tanggal 25
Agustus 1994 oleh Bapak Marie Muhammad selaku Menteri Keuangan saat itu.
Setelah keluarnya izin operasional perusahaan pada tanggal 4 Agustus 1994.
Setelah itu, beberapa perusahaan asuransi syariah yang lain lahir, seperti PT asuransi
syariah Mubarakah(1997) dan beberapa unit asuransi syariah dari asuransi
konvensioanal seperti MAA Assurance (2000), Asuransi Great Eastern (2001),
Asuransi Bumi Putra (2003), Asuransi Sinar Mas Syariah (2004), Asuransi Tokio
Marine Syariah (2004). Sampai dengan Mei 29008, sudah terlahir 41 Perusahaan
asuransi syariah di Indonesia.
Dasar hukum yang terkait dengan asuransi syariah, yaitu QS. al-Maidah (5):2 Allah
berfirman Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dalam sebuah hadis shahih rasulullah juga menyabdakan: Perumpamaan orangorang yang mukmin dalam saling berempati, mengasihi, dan bersimpati diantara
mereka sama seperti satu tubuh yang jika salah satu anggota tubuh lainnya akan
meresponnya dengan begadang (tidak bisa tidur) dan demam.( HR. Muslim).
1. Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensiol
No. Dari Segi
Konvensional
Syariah
1.
Konsep
2.
DPS (Dewan
Pengawas
Syariah)
3.
Akad
4.
Jaminan/Risk
(Resiko)
5.
Pada produk-produk
saving (life) terjadi
pemisahan dana, yaitu
dana tabarru , sehingga
tidak mengenal dana
hangus. Sedangkan
untuk term insurance
(life) dan general
insurance semuanya
bersifat tabarru.
6.
Kemilikan Dana
7.
Sumber
pembayaran
Klaim
Sumber pembayaran
klaim diperoleh dari
rekening tabarru
dimana peserta saling
menanggung. Jika salah
satu peserta mendapat
musibah maka peserta
lainnya ikut
menanggung bersama
resiko tersebut.
8.
Keuntungan
(profit Share)
dari surplus
underwrinting,komisi re
asuransi, dan hasil
investasi bukan
seluruhnya menjadi
milik perusahaan tetapi
dilakukan bagi hasil
(mudharabah)
Adalah usaha yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian,
kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga timbul dari
peristiwa yang tidak pasti. Usaha Asuransi kerugian di Indonesia antara lain:
1. Asuransi Kebakaran
2. Asuransi Kendaraan Bermotor
3. Asuransi Kecelakaan
4. Asuransi Laut dan Udara
5. Asuransi Rekayasa
6. Asuransi Jiwa (Life Insurance)
Adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan dalam penanggulangan risiko yang
dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang diasuransikan. Asuransi
Jiwa terbagi menjadi:
1. Asuransi Jiwa Biasa
2. Asuransi Rakyat
3. Asuransi Kumpulan
4. Asuransi Dunia Usaha
5. Asuransi Orang Muda
6. Asuransi Keluarga
7. Asuransi Kecelakaan
8. Asuransi Pendidikan
Pada saat ini perkembangan ekonomi yang berbasis syariah sedang diminati oleh
masyarakat karena banyak keuntungan yang didapat, maka dari itu didirikanlah
asuransi-asuransi syariah sebagai bentuk partisipasi dalam membangun
perkembangan ekonomi syariah.
Sampai saat ini asuransi syariah berkembang sangat pesat. Banyak asuransi
konvensioanal yang melahirkan unit atau cabang yang berbasis syariah dan beberapa
perusahaan yan sedang dalam persiapan untuk mendirikan asuransi islam baru.[4]
Beriringan dengan perkembangan tersebut, perusahaan syariah yang telah ada saat ini
pada tanggal 14 Agustus 2003 yang lalu kemudian membentuk suatu wadah
perkumpulan atau asosiasi yaitu Asosiasi Asuransi Islam Indonesia ( AASI). AASi
dibentuk selain sebagai media komunikasi sesama anggota, juga secara eksternal
sebagai wadah resmi untuk mewakili asuransi islam baik kepada pemerintah,
legislatif, maupun keluar negeri.
1. Dampak Perkembangan Asuransi Syariah
10
11
12
Syahatah, Husain Husain, Dr. 2006. Asuransi dalam Perspektif Syariah. Jakarta:
Amzah.
Sudarsono, Heri. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan
Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia.
Wirdianingsih, SH., MH., et all. 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia.
Jakarta:Kencana.
http://hendrakholi
d.net/blog/2010/1
0/19/
Koperasi Syariah
Pererat Tali Silaturahim agar RahmatNya Senantiasa Terlimpah Atas Ummatnya.
keukhuwahan, takaful sudah diterapkan sejak zaman Rasulullah SAW dan para
sahabatnya melalui ukhuwah dalam kehidupan bermasyarakat di Madinah pada waktu
itu sebagaimana yang banyak digambarkan oleh hadits.
B. Kata Takaful Dalam Al-Quran ()
Dalam Al-Quran tidak dijumpai satu ayatpun yang secara tersurat menggunakan
kata takaful. Demikian juga dalam hadits. Namun demikian, terdapat sejumlah
kata (delapan kata dalam delapan ayat) yang menggunakan kata yang seakar dengan
kata takaful, yaitu dari kata ( ) .
Kata-kata yang berakar dari kata ( ) tersebut, secara umum keseluruhannya
mengarah pada makna :
Memelihara.
Memikul (resiko)
Takaful dengan pegertian seperti ini sesuai dengan firman Allah SWT (QS. AlMaidah : 2) :
Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah
kalian tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan
C. Penyebutan Akar Kata Takaful Dalam Al-Quran ()
1) Dalam QS. Ali Imran/ 3 : 37
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan
mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya
pemeliharanya.
Dalam ayat di atas, kata kafala bermakna memelihara. (lihat yang bergaris bawah).
Dan memelihara memiliki makna yang lebih mendalam dibandingkan dengan
sekedar menjaga. Karena memilihara memiliki unsur adanya rasa menyayangi,
sebagaimana orang tua memilihara anak kandungnya.
Dengan demikian, maka takaful adalah saling menjaga dan memelihara antara
sesama muslim dengan landasan saling sayang menyayangi diantara mereka.
2) Dalam QS. Ali Imran/ 3 : 44 :
14
Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak
panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara
Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.
3) Dalam QS. Annisa/ 4 : 85 :
Dan barangsiapa yang memberi syafaat yang buruk, niscaya ia akan memikul
bahagian (dosa) daripadanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
4) Dalam QS. Al-Qashas/ 28 : 12
dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau
menyusui (nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: Maukah kamu aku
tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat
berlaku baik kepadanya?.
5) Dalam QS. Shad/ 38 : 23
Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing
betina dan aku mempunyai seekor saja. Maka dia berkata: Serahkanlah kambingmu
itu kepadaku(untuk aku pelihara) dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan.
6) Dalam QS. An-Nahl/ 16 : 91 :
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu
membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah
menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu).
7) Thaha/ 20 : 40 :
(yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada (keluarga
Firaun): Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?
15
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Prinsip Bertakaful Sebagaimana Digambarkan Hadits ()
Dalam sebuah riwayat digambarkan:
( )
Dari Numan bin Basyir ra, Rasulullah SAW bersabda, Perumpamaan persaudaraan
kaum muslimin dalam cinta dan kasih sayang diantara mereka adalah seumpama satu
16
tubuh. Bilamana salah satu bagian tubuh merasakan sakit, maka akan dirasakan oleh
bagian tubuh yang lainnya, seperti ketika tidak bisa tidur atau ketika demam. (HR.
Muslim)
Hadits ini menggambarkan tentang adanya saling tolong menolong dalam masyarakat
Islami. Dimana digambarkan keadaannya seperti satu tubuh; jika ada satu anggota
masyarakat yang sakit, maka yang lain ikut merasakannya. Minimal dengan
menjenguknya, atau bahkan memberikan bantuan. Dan terkadang bantuan yang
diterima, jumlahnya melebihi biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan. Sehingga
terjadilah surplus, yang minimal dapat mengurangi beban penderitaan orang yang
terkena musibah. Hadits ini menjadi dasar filosofi tegaknya sistem Asuransi Syariah.
E. Tiga Prinsip Tegaknya Sistem Takaful ( (
Takaful Tegak Di Atas Tiga Prinsip :
1) Saling Bertanggung Jawab.
Banyak hadits yang mengajarkan bahwa hubungan kaum muslimin dalam rasa cinta
dan kasih sayang satu sama lain adalah ibarat satu badan, yang apabila salah satu
anggota badannya sakit, maka yang lain juga akan merasakannya.
2) Saling Bekerja Sama Dan Saling Membantu
Allah SWT memerintahkan agar dalam kehidupan bermasyarakat ditegakkan nilai
tolong menolong dalam kebajikan dan ketakwaan. Anugerah harta yang Allah
berikan, hendaknya digunakan untuk meringankan beban penderitaan yang lainnya.
3) Saling Melindungi Dari Berbagai Kesusahan
Hadits nabi mengajarkan bahwa tidak beriman seseorang yang dapat tidur nyenyak
dengan perut kenyang, sementara tetangganya tidak dapat tidur lantaran kemiskinan.
Dalil-Dalil Tentang Tiga Prinsip Tegaknya Takaful (
)
- Saling Bertanggung Jawab
Rasulullah SAW bersabda :
( )
Dari Numan bin Basyir ra, Rasulullah SAW bersabda, Perumpamaan persaudaraan
kaum muslimin dalam cinta dan kasih sayang diantara mereka adalah seumpama satu
tubuh. Bilamana salah satu bagian tubuh merasakan sakit, maka akan dirasakan oleh
bagian tubuh yang lainnya, seperti ketika tidak bisa tidur atau ketika demam. (HR.
Muslim)
17
( )
Dari Abu Musa ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, Seorang mumin dengan
mumin lainnya (dalam satu masyarakat) adalah seumpama satu bangunan, dimana
satu dengan yang lainnya saling mengukuhkan. (HR. Bukhari).
- Saling Bekerja Sama Dan Saling Membantu
Dalam sebuah hadits diriwiayatkan :
( )
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa yang melapangkan
kesempitan seorang mumin berupa kesempitan dalam kehidupan dunia, maka
Allah akan melapangkannya pada kesempitan di hari kiamat. Dan barang siapa yang
memudahkan kesulitan seorang mumin, maka Allah akan melapangkan urusannya di
dunia dan akhirat. Dan barang siapa yang menutupi aib saudaranya orang yang
beriman, maka Allah pun akan menutupi aib dirinya di dunia dan di akhirat. Dan
Allah akan selalu menolong hamba-Nya, jika hamba-Nya senantiasa menolong
saudaranya. (HR. Bukhari)
- Saling Melindungi Dari Berbagai Kesusahan
Dalam sebuah hadits, diriwayatkan :
( )
Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, Tidaklah beriman
kepadaku seseorang yang tidur pada malam hari dengan keadaan perut kenyang
sementara tetangganya kelaparan di sebelahnya dan dia mengetahui hal tersebut.
(HR. Thabrani).
Dalam hadits lain diriwayatkan :
( )
18
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa
yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin, maka ia bukan termasuk golongan
mereka. (HR. Thabrani).
Peranan Iman Dalam Tegaknya Prinsip Takaful ( )
Tiga Prinsip Takaful di Atas, tidak mungkin terjabarkan atau terealisasikan dalam
kehidupan nyata, jika tidak dilandasi dengan kemantapan Iman dan Taqwa kepada
Allah SWT.
Niat ikhlas untuk membantu sesama manusia yang mengalami penderintaan karena
musibah, atau meringankan mereka dari berbagai resiko yang mengalami musibah,
merupakan landasan awal dalam prinsip takaful.
Dalam Al-Quran Allah SWT mengingatkan kaum muslimin :
Dan (Allahlah) yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman).
Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya
kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan
hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Anfal/
8 : 63)
Rikza Maulan Lc MA
Sekretaris Dewan Pengawas Syariah
Tagged as: arti takaful, definisi takaful, takaful menurut al-quran
http://www.kopera
sisyariah.com/def
19
nisi-takaful-atauasuransi-syariah/
At- Takaful (Tolong-Menolong)
Istilah lain yang sering digunakan untuk asuransi syariah adalah Takaful. Kata
Takaful berasal dari takafala-yatakafalu, yang secara etimologis berarti menjamin
atau saling menanggung. Kata Takaful [1] sebenarnya tidak dijumpai dalam al-Quran.
Namun demikian, ada sejumlah kata yang seakar kata dengan Takaful, seperti dalam
surat Thahaa (QS. 20:40): Idz tamsyi ukhtuka fataquulu hal adullukum `ala mayyak
fuluhu artinya : ketika saudara yang perempuan berjalan lalu berkata kepada fir`aun:
bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang memeliharanya. Pengertian
memelihara manusia dalam hal ini adalah bayi Musa. Yakfulu dapat juga diartikan
menjamin seperti dalam surat an-Nisaa (QS 4:85) waman yasyfa` syafa`atan
sayyiatan yakun lahuu kiflun minha artinya :barangsiapa yang memberi syafa`at
(melindungi hak-hak orang dari kemudharatannya) yang buruk, niscaya ia akan
memikul (resiko) bahagian daripadanya. Secara istilah, menurut KH Latif
Mukhtar,MA [2] mungkin istilah Takaful berasal dari fikrah atau konsep Syekh Abu
Zahra, seorang faqih di Mesir yang menulis buku al-Takaful al-Ijtimaa`i fi al-Islam
(social security in Islam atau jaminan social dalam Islam).
Takaful, [3] dalam pengertian mu`amalah ialah: saling memikul resiko diantara
sesama orang sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas
resiko yang lainnya. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar saling tolong
menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru`
(dana Ibadah, sumbangan, derma) yang ditujukan untuk menanggung resiko. Takaful
dalam pengertian ini sesuai dengan al-Quran surat al-Maaidah ayat 2:
(2 : )
.
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya (QS. al-Maidah [5]: 2)
Menurut Syekh Abu Zahra [4], yang dimaksud dengan al-Takaful al-Ijtima`i itu ialah
bahwa setiap individu suatu masyarakat berada dalam jaminan atau tanggungan
masyarakatnya. Setiap orang yang memiliki kemampuan menjadi penjamin dengan
20
suatu kebajikan bagi setiap potensi kemanusiaan dalam masyarakat sejalan dengan
pemeliharaan kemaslahatan individu, dalam hal menolak yang merusak dan
memelihara yang baik agar terhindar dari berbagai kendala pembangunan masyarakat
yang dibangun diatas dasar-dasar yang benar. Ungkapan yang paling tepat untuk
makna al-Takaful al-Ijtima`i kata Syekh Abu Zahra ialah sabda Nabi SAW:
( )
Seorang mumin dengan mumin yang lain ibarat sebuah bangunan, satu bagian
menguatkan bagian yang lain (HR Muslim dari Abu Musa al-Asyari)
( )
Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi dan mencintai bagaikan tubuh
(yang satu); jikalau satu bagian menderita sakit maka bagian lain akan turut menderita (HR. Muslim
dari Numan bin Basyir)
Takaful dalam pengertian muamalah diatas, ditegakkan diatas tiga prinsip dasar yaitu
[5] :
1. Saling Bertanggung Jawab.
Banyak Hadits Nabi SAW seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, yang
mengajarkan bahwa hubungan orang-orang yang beriman dalam jalinan rasa kasih
sayang satu sama lain, ibarat satu badan, bila satu bagian tubuh sakit maka seluruh
anggota tubuh akan turut merasakan penderitaan
Setiap orang dari kamu adalah pemikul tanggung jawab dan setiap kamu bertanggung jawab terhadap
orang-orang dibawah tanggung jawab kamu (HR Bukhari Muslim)
(2 : )
.
21
.....Tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, janganlah tolong menolong dalam dosa dan
permusuhan (QS al-Maidah 5:2)
Hadits Nabi SAW mengajarkan bahwa orang yang meringankan kebutuhan hidup
saudaranya akan diringankan kebutuhannya oleh Allah. Allah akan menolong
hambanya selagi ia menolong saudaranya.
3. Saling Melindungi
Hadits Nabi SAW mengajarkan bahwa belum sempurna keimanan seseorang yang
dapat tidur dengan nyenyak dengan perut kenyang, sedangkan tetangganya menderita
kelaparan.
Orang muslim adalah orang yang memberikan keselamatan kepada sesama muslim
dari gangguan perkataan dan perbuatan.
Dasar pijak Takaful dalam asuransi mewujudkan hubungan manusia yang Islami
diantara para pesertanya yang sepakat untuk menangung bersama antara mereka, atas
resiko yang diakibatkan musibah yang diderita oleh peserta sebagai akibat dari
kebakaran, kecelakaan, kehilangan, sakit dan sebagainya. Semangat asuransi Takaful
adalah menekankan kepada kepentingan bersama atas dasar rasa persaudaraan di
antara peserta. Persaudaraan di sini meliputi dua bentuk: persaudaraan berdasarkan
kesamaan keyakinan (ukhuwah islamiayah) dan persaudaraan atas dasar kesamaan
derajat manusia (ukhuwah insaniyah)[6].
Dalam praktek kehidupan bermasyarakat, para sahabat telah memberikan contoh
yang indah tentang takaful ijtima`i, yaitu tatkala kaum muhajirin telah sampai di
Maqdinah Al Munawarah, dan Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin
dengan kaum anshar, maka orang anshar saling berlomba dalam memberikan
penghormatan kepada kaum muhajirin. Ada seseorang anshar yang berkata kepada
seorang muhajirin, pilihlah di antara harta kekayaanku yang kamu sukai, saya akan
memberikannya kepadamu. Dan pilihlah di antara istriku yang kamu suka, saya akan
menceraikannya dan nikahilah[7]
Ini adalah gambaran dari sebuah masyarakat yang menjadikan kecintaan kepada
Allah, Rasul-Nya dan kaum muslimin sebagai landasan prilaku mereka.
Contoh lain, diriwayatkan bahwa orang-orang yang terluka pada perang Yarmuk
menolak air yang disodorkan kepada mereka meski mereka dalam keadaan haus.
Masing-masing menyodorkan ait tersebut kepada temannya yang sedang terluka
meski ia sendiri sangat membuthkan, karena yakin bahwa saudaranya itu lebih
membutuhkannya. Akhirnya semuanya meninggal demi untuk menyelamatkan nyawa
teman. Itulah takaful ijtima`i .
22
Sumber: Dikutip dari buku, Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life
and General) Konsep dan Sistem Operasional, Penerbit Gema Insani,
Jakarta, 2004, Bab II, hal 32-35.
http://www.syakirsula.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=159:pengertian-at-takaful-dalamasuransi-syariah&catid=32:asuransi-syariah&Itemid=76
Asuransi Syariah
Posted: 03/05/2010 by muhamad mujahidin in Ekonomi Syariah
Tag:asuransi, asuransi syariah
I.
PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih tanpa pernah pilih kasih dan Yang
Maha Penyayang yang menyayangi tanpa pernah meminta imbalan dari mahluk-Nya,
yang atas berkat rahmat, inayah serta hidayah-Nya lah kami sebagai penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Asuransi Syariah ini tepat pada waktunya.
Tak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta, umatnya yang membela risalahnya
sampai akhir jaman.
Dunia Islam pada prinsipnya tidak mengenal asuransi seperti apa yang dijalankan
oleh perusahaan asuransi konvensional di dunia Barat. Karena prinsip asuransi di
dunia barat adalah profit oriented dan adanya konsep untung-untungan. KUH Perdata
pasal 1774 menyebutkan tentang perjanjian asuransi yaitu Suatu perjanjian adalah
suatu perbuatan yang hasilnya mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak
maupun bagi sementara pihak, bergantung kepada suatu perjanjian yang belum
tentu. Malah Subekti secara terang menyamakan kedudukan asuransi dengan
perjudian dan pertaruhan, walaupun ada sebagian pakar yang membantah pendapat
tersebut.
Dalam konsep Islam asuransi Islam bukan semata profit oriented, tetapi ia
mengandung nilai sosial oriented, jadi perpaduan antara dua kepentingan inilah yang
dibangun oleh asuransi syariah dalam menajalankan roda bisnisnya. Karena
23
perbedaan orientasi dan filosofi inilah yang menyebabkan perusahaan asuransi Islam
perlu hati-hati dan para pemilik dan pengurusnya mesti orang-orang yang memahami
karakteristik ini agar jangan sampai prinsip Islam tidak digadaikan demi kepentingan
sesaat.
Untuk lebih memahami definisi asuransi syariah, prinsip dan landasan hukum
operasional asuransi syariah, perkembangan dan jenis-jenis asuransi syariah, serta
perbedaan antara asuransi syariah dan asuransi konvensional maka kami akan
menjelaskan lewat tulisan kami berikut ini.
II. PEMBAHASAN
2.1
Kata asuransi berasal dari bahasa inggris, insurance,[1] yang dalam bahasa Indonesia
telah menjadi bahasa populer dan diadopsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dengan padanan kata pertanggungan.[2] Echols dan Shadilly memaknai kata
insurance dengan a) asuransi, dan b) jaminan. Dalam bahasa belanda biasa disebut
dengan istilah assurantie(asuransi) dan verzekering (pertanggungan).[3]
Sedangkan Asuransi Syariah atau Takaful secara bahasa, akar katanya berasal dari
Kafala-yakfulu-Kafaalatan, artinya menanggung. Kemudian dari Mujarrad
dipindahbabkan ke tsulatsi maziid dengan menambah Ta, sebelum Fa fiil dan Alif
setelahnya, maka menjadi Takaafala Yataakaaful-Takaafulan.
Perpindahan bab dengan menambah Ta dan Alif seperti tersebut di atas dalam Ilmu
Sharaf menelorkan pengertian yang satu menanggung yang lain dengan berbagi cara,
antara lain dengan membantunya, apabila ia amat membutuhkan bantuan, terutama
bila yang bersangkutan ataupun keluarganya ditimpa musibah.
Pengertian Lughawi ini dikhususkan persepakatan tolong-menolong secara teratur
sedemikian rupa, keteraturan dan rinciannya antara sejumlah orang bila semuanya
akan tertimpa bahaya dan kesukaran, sehingga apabila bahaya itu menimpa seseorang
di kalangan mereka, semuanya ikut membantu menghilangkan atau meringankannya,
dengan cara memberikan bagian yang tidak menyulitkan masing-masing guna
menghilangkan bencana tersebut.
Bermuamalah dengan Takaful, pada ulama besar internasional abad ini seperti
Majma Fighil Islaamy, Mekkah, Saudi Arabia, Abu Zahra, Yusuf Al Qardhawy
condong berpendapat bahwa hukumnya adalah Mubah, selama tidak mengandung
unsur Gharar. Gharar secara lughawi berarti penipuan yaitu ketidakjelasan, baik
24
25
keyakinan dalam hati bahawa Allah SWT selalu mengawasi seluruh gerak langkah
kita dan selalu bersama kita.[5]
2. Keadilan
Prisnip kedua adalam berasuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan antara
pihak-pihak yang terikat dalam akad asuransi. Keadilan dalam hal ini dipahami
sebagai upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah dan
perusahaan asuransi.[6]
3. Tolong Menolong (Taawun)
Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan asuransi adalah harus didasari
dengan semangat tolong-menolong antara anggota (nasabah). Seseorang yang masuk
asuransi, sejak awal harus mempunyai niat dan motivasi untuk membantu dan
meringankan beban temannya yang pada suatu ketika mendapatkan musibah atau
kerugian.[7]
4. Kerjasama (Cooperation)
Prinsip kerjasama merupaka prinsip universal yang selalu ada dalam literatur
ekonomi Islam . Manusia sebagai mahluk yang mendapat mandat dari sang Khaliknya untuk mewujudkan perdamainan dan kemakmuran di muka bumi mempunyai dua
wajah yang tidak dapat dipisahkan antara satu sama lainnya yaitu sebagai mahluk
individu dan mahluk sosial.[8]
5. Amanah (Trustworthy)
Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat terwujud dalam nilai-nilai
akuntabilitas (pertanggung jawaban) perusahaan melalui penyajian laporan keuangan
tiap periode. Dalam hal ini perusahaan asuransi harus memberi kesempatan yang
besar bagi nasabah untuk mengakses laporan keuangan perusahaan. Laporan
keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi harus mencerminkan nilai-nilai
kebenaran dan keadilan dalam bermuamlah dan melalui auditor public.[9]
6. Kerelaan (Al-Ridha)
Dalam berbisnis asurasnsi, kerelaan dapat diterapkan pada setiap nasabah asuransi
agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah dana (premi) yang
disetorkan ke perusahaan asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial (tabarru).
Dana sosial (tabarru) memang betuk-betul digunakan untuk tujuan membantu
nasabah asuransi yang lain jika mengalami bencana kerugian.[10]
26
7. Larangan Riba
Bahwa dalam berbisnis asuransi kita dilarang melakukan praktek riba. Yakni bahwa
kita dilarang melakukan pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara
batil.[11]
8. Larangan Maisir
Syafii Antonio mengatakan bahwa unsur maisir (judi) artinya adanya salah satu
pihak yang untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian. Hal ini tampak
jelas apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya
sebelum masa reversig period, biasanya tahun yang ketiga yang bersangkutan tidak
akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja. Juga
adanya unsur keuntungan yang dipengaruhi oleh pengalaman underwriting, dimana
untung-rugi terjadi sebagai hasil ketetapan.[12]
9. Larangan Gharar (Ketidakpastian)
Secara konevensioanal kata Syafii Antonio kontrak/perjanjian dalam asuransi jiwa
dapat dikategorikan dalam aqd tadabuli atau akad pertukaran yaitu pertukaran
pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Secara syariah dalam akad
pertukaran harus jelas berapa yang harus dibayarkan dan berapa yang harus diterima.
Keadaan ini akan menjadi rancu (gharar) karena kita tahu berapa yang akan diterima
(sejumlah uang pertanggungan), tetapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan
(jumlah uang premi) karena hanya Allah yang tahu kapan seseorang akan meninggal.
Disinilah gharar terjadi pada asuransi konvensional.[13]
2.2.2 Landasan Hukum Operasional Asuransi Syariah
Dari segi hukum positif, hingga saat ini asuransi syariah masih mendasarkan
legalitasnya pada Undang-undang No. 2 tahun 1992 tentang perasuransian.
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang Pasal 246, yaitu :
Asuransi adalah suatu perjanjian dimana seseorang penanggung mengikatkan diri
kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
yang tak tentu.[14]
Pengertian diatas tidak dapat dijadikan landasan hukum yang kuat bagi Asuransi
Syariah karena tidak mengatur keberadaan asuransi berdasarkan prinsip syariah, serta
27
28
Asuransi Syariah
Asuransi
Konvensional
Konsep Syariah
Konsep Konvensional
Konsep
l
Sekumpulan orang yang l Perjanjian 2 pihak atau
saling membantu, saling
lebih, dengan mana pihak
menjamin, dan bekerja sama penanggung mengikatkan
29
Asal usul
Sumber Hukum
l
Dari Aqilah, kebiasaan
suku Arab jauh sebelum
Islam datang, kemudian
disyahkan oleh Rasulullah
menjadi hukum Islam yang
tertuang dalam konstitusi
Piagam Madinah
l Tahun 1668 M di
Coffe House London
berdirilah Lloyd sebagai
cikal bakalnya.
l
Bersumber dari wahyu
Ilahi. Al-Quran, Sunnah,
l Bersumber dari
Ijma, Fatwa Sahabat, Qiyas, pikiran manusia dan
Istihsan, Mashalih mursalah kebudayaan. Berdasarkan
hukum positif, hukum
alami, dan contoh
sebelumnya.
Syariah
Konvensional
4
Akad
Akad Syariah
Perjanjian Konvensional
30
Jaminan
Pengelolaan Dana
Jaminan/Risk Syariah
Jaminan/ Risk
Konvensional
l
Sharing Of Risk, di
mana terjadi proses saling
menanggung antara satu
peserta dengan peserta
lainnya (taawun)
l Transfer Of Risk, di
mana terjadi transfer resiko
dari tertanggung kepada
tertanggung.
Pengelolaan Dana
Syariah
Pengelolaan Dana
Konvensional
l
Dana yang terkumpul l Dana yang terkumpul
menjadi amanah pengelola menjadi milik perusahaan
dana.
l Dana tersebut dikelola
l
Dana tersebut
sesuai dengan kebijakan
diinvestasikan sesuai dengan management.
instrumen syariah
l Tidak ada pemisahan
l Ada pemisahan dana
dana
8
Unsur Premi
l
Iuran atau kontribusi
terdiri dari unsur tabarru
dan tabungan yang tidak
mengandung unsur riba.
Tabarru juga dihitung dari
tabel mortalita, tapi tanpa
perhitungan bunga teknik
9
Investasi
Investasi Syariah
Unsur Premi
Konvensional
Investasi Konvensional
l
Dapat melakukan
l Bebas melakukan
investasi sesuai dengan
investasi sesuai dengan
perundang-undangan,
perundangan-undangan,
sepanjang tidak bertentangan tanpa memandang unsur
dengan prinsip syariah
halal haram.
10
11
Klaim
Marketing
Klaim Syariah
Klaim Konvensional
l
Sumber pembiayaan
klaim diperoleh dari
rekening tabarru
l Sumber pembiayaan
klaim diperoleh dari
rekening perusahaan
Marketing Syariah
Marketing Konvensional
31
l
Entertaintment dengan
dasar syariah
l Entertainment tanpa
dasar syariah
l Tidak ada Risywah
l Mengenal risywah
12
Akuntansi
Akuntansi Syariah
l
Menganut konsep
akuntansi cash basis,
mengakui apa yang benarbenar telah ada, sedangkan
accrual basis dianggap
bertentangan dengan
syariah karena mengakui
adanya pendapatan, harta,
beban, atau utang yang akan
terjadi di masa depan.
13
Profit
Profit Syariah
Akuntansi
Konvensional
l Menganut konsep
accrual basis yaitu proses
akuntansi yang mengakui
terjadinya peristiwa atau
kejadian nonkas. Dan
mengakui pendapatan,
peningkatan asset,
expenses, liabilities dalam
jumlah tertentu yang baru
diterima masa akan datang.
Profit Konvensional
l
Profit dari Surplus U/W, l Profit dari Surplus
komisi reas, & hasil
U/W, komisi reas, & hasil
investasi dilakukan profit
investasi adalah
sharing dengan peserta
sepenuhnya milik
perusahaan.
14
l
Misi yang diemban
dalam asuransi syariah
l Secara garis besar Visi
adalah misi aqidah, misi
& Misi utamanya adalah
ibadah, misi ekonomi, dan misi ekonomi dan sosial.
misi pemberdayaan ummat
(sosial).
III. ANALISIS SWOT ASURANSI SYARIAH
Agus Haryadi menyebutkan ada beberapa aspek yang dapat menjadi peluang,
ancaman(tantangan), kekuatan dan kelemahan dalam memperluas jaringan bisnis
asuransi syariah terutama di Indonesia, penjelasannya adalah sebagai berikut :[19]
32
A. Peluang
Beberapa faktor yang merupakan peluang dan mendukung prospek asuransi syariah
adalah
1. Keunggulan konsep asuransi syariah dapat memenuhi peningkatan
tuntutan rasa keadilan dari masyarakat.
2. Jumlah penduduk beragama Islam di Indonesia lebih dari 180 Juta
orang
3. Meningkatnya kesadaran bermuamalah sesuai syariah, tumbuh
subur khususnya pada masyarakat golongan menengah.
4. Meningkatnya kebutuhan jasa asuransi karena perkembangan
ekonomi umat.
5. Tumbuhya lembaga keuangan syraiah (LKS) lainnya seperti
perbankan dan reksadana.
6. Kompetitor dalam bisnis asuransi syariah masih sedikit.
7. Berlakunya undang-undang otonomi daerah yang akan memacu
perkembangan ekonomi daerah.
8. Kebutuhan meningkatkan pendidikan (anak).
9. Meningkatnya resiko kehidupan.
33
C. Kekuatan
Dalam upaya pengembangan operator asuransi syariah baru di Indonesia, yang dapat
menjadi kekuatan positif adalah sebagai berikut :
1. Tenaga kerja profesional/ sumber daya manusia inti yang kompeten
dan memilki integritas moral dan ghirah Islam, yang berada dalam
sebuah teamwork yang solid.
2. Pemegang saham yang memiliki visi dan misi syariah yang jelas.
3. Kelompok pemegang saham mampu mengusahakan captive
market awal.
4. Kelompok pemegang saham diharapkan memiliki infrastruktur
teknologi dan potensi tenaga ahli (mislanya: Fund manager).
5. Dalam aspek legal, sifat perjanjian yang memenuhi syarat syariah
mampu memberi rasa aman kepaa peserta asuransi syariah, selain
unsur duniawi semata.
6. Adanya unsur dakwah.
34
D. Kelemahan
Namun demikian, system asuransi syariah dan core team asuransi syariah baru ini
memiliki kelemahan yang masih dalam tahap peningkatan yaitu
1. SDM pendukung (lapisan kedua,dst) belum banyak memahami
bisnis syariah.
2. Dalam hal pemasaran, alternatif distributif relatif masih terbatas
dibandingkan pola konvensional.
3. Kompleksitas dalam sistem administrasi syariah (misalnya
perhitungan bagi hasil dan tingkat hasil investasi).
4. Permodalan yang terbatas akan memprngaruhi
1. Sistem/teknologi pendukung manajemen
2. Strategi bisnis
3. Ketersediaan infrasturktur (internal, eksternal, customer
support,dll)
1. Apabila pemegang saham kurang menghargai pentingnya investasi
di bidang IT sebgai modelling tools dan administrasi tools.
2. Pengalaman langsung/ penerapan model terhadap bisnis riil belum
cukup (baru pada tahap teoritis).
3. Lemahnya public relations untuk mengkomunikasikan keunggulan
LKS (idealnya beralih dari shorty therm/ hit and run marketing
menjadi long term marketing/customer relationship).
35
DAFTAR PUSTAKA
http://mujahidinimeis.wordpress.com/2010/05/03/asuransi-syariah/
37
29-05-2008 10:41
By Rubbi Widiantoro
38
39
Pada akhirnya, sistem ekonomi syariah akan membawa dampak lahirnya pelakupelaku bisnis yang bukan hanya berjiwa wirausaha tapi juga berperilaku Islami,
bersikap jujur, menetapkan upah yang adil dan menjaga keharmonisan hubungan
antara atasan dan bawahan.
Loading ...
40
41
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Konsep dan Operasional Asuransi Syariah
1. Definisi dan Pengertian Asuransi
Pada awalnya asuransi dikenal di Eropa Barat pada Abad Pertengahan
berupa asuransi kebakaran. Lalu pada abad 13-14, seiring dengan
meningkatnya lalu lintas perhubungan laut antar pulau, berkembang lah
asuransi pengangkutan laut. Asuransi jiwa sendiri baru dikenal pada awal
abad ke-19. Kodifikasi hukum yang dibuat oleh Napoleon Bonaparte
memuat pasal-pasal tentang asuransi dalam KUHD. Kodifikasi ini
kemudian mempengaruhi KUHD Belanda, yang sebagiannya hingga
sekarang masih dipakai di Indonesia.
Banyak definisi yang telah diberikan untuk istilah asuransi, dimana secara
sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang
lainnya. Hal ini bisa dimaklumi, karena perbedaan sudut pandang dalam
mendefinisikan asuransi, diantaranya:
Definisi asuransi menurut Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum
Dagang (KUHD) Republik Indonesia: Asuransi atau pertanggungan adalah
suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri
pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya
karena suatu peristiwa yang tak tertentu.
Dalam Undang - undang asuransi No. 2 tahun 1992 pasal 1 disebutkan
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih, dimana pihak penanggung mengikat diri kepada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian,kerusakan, atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau memberikan suatu peristiwa pembayaran yang
didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
Definisi asuransi menurut Prof. Mehr dan Cammack: Asuransi
merupakan suatu alat untuk mengurangi resiko keuangan, dengan cara
pengumpulan unit-unit exposure dalam jumlah yang memadai, untuk
membuat agar kerugian individu dapat diperkirakan. Kemudian kerugian
yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang tergabung.
Definisi asuransi menurut Prof. Mark R. Green: Asuransi adalah suatu
42
43
44
45
46
asuransi syariah, tiga reasuransi syariah, dan enam broker asuransi dan
reasiuransi syariah. Adapun perusahaan asuransi yang benar- benar
secara penuh beroperasi secara syariah ada tiga, yakni Asuransi Takaful
Umum, Asuransi Takaful Keluarga (jiwa), dan Mubarakah. Selain itu
beberapa perusahaan asuransi konvensional telah membuka divisi syariah
diantaranya MAA, Great Eastern, Bumiputera (asuransi jiwa), dan
Tripakarta.
Stretegi pengembangan bisnis asuransi syariah melalui pendirian
perusahaan dilakukan oleh Asuransi Syariah Mubarakah yang bergerak
pada bisnis asuransi jiwa syariah. Sedangkan strategi pengembangan
bisnis melalui pembukaan divisi atau cabang asuransi syariah dilakukan
sebagian besar perusahaan asuransi, antara lain PT MAA Life Assurance,
PT MAA General Assurance, PT Great Eastern Life Indonesia, PT Asuransi
Tri Pakarta, PT AJB Bumiputera 1912, dan PT Asuransi Jiwa BRIngin Life
Sejahtera.
Bahkan, sejumlah pemain asuransi besar dunia pun turut tertarik masuk
dalam bisnis asuransi syariah di Indonesia. Mereka menilai Indonesia
sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia merupakan potensi
pengembangan bisnis cukup besar yang tidak dapat diabaikan. Di antara
perusahaan asuransi global yang masuk dalam bisnis asuransi syariah
Indonesia adalah PT Asuransi Allianz Life Indonesia dan PT Prudential Life
Assurance.n aru/berbagai sumber
Modus operandi pendirian asuransi syariah di Indonesia dilakukan melalui
empat bentuk:
1. Pendirian baru
2. Konversi dari Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi
konvensional
3. Pendirian kantor cabang baru dengan prinsip syariah oleh Perusahaan
Asuransi atau Perusahaan Reasuransi konvensional
4. Konversi kantor cabang konvensional menjadi kantor cabang dengan
prinsip syariah dari Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi
konvensional.
Untuk pendirian baru tidak terlalu banyak masalah yang dihadapi
terutama terkait dengan nasabah. Sedangkan untuk konversi ada
ketentuan yang harus dipenuhi menyangkut kesediaan pemegang polis.
Berikut adalah Ketentuan Khusus Konversi:
1. Tidak merugikan tertanggung atau pemegang polis
2. Memberitahukan konversi tersebut kepada setiap pemegang polis
3. Memindahkan portofolio pertanggungan ke Perusahaan Asuransi
konvensional lain atau membayarkan nilai tunai pertanggungan, bagi
47
48
49
A. Kesimpulan
Berasuransi secara Islam merupakan bagian dari prinsip hidup yang
berdasarkan tauhid. Setiap manusia menyadari bahwa sesungguhnya
setiap diri tidak memiliki daya apapun ketika datang musibah dari Allah
SWT, apakah itu berupa kecelakaan, kematian, atau terbakarnya toko
yang kita miliki.
Ada berbagai cara bagaimana manusia menangani risiko terjadinya
musibah. Cara pertama adalah dengan menanggungnya sendiri (risk
retention), yang kedua, mengalihkan risiko ke pihak lain (risk transfer),
dan yang ketiga, mengelolanya bersama-sama (risk sharing).
Menarik untuk direnungi bahwa sejak dari awal keberadaannya,
mekanisme asuransi Islam senantiasa terkait dengan kelompok. Ini
berarti, musibah bukanlah permasalahan individual, melainkan kelompok.
Sekalipun, misalnya, musibah itu hanya menimpa individu tertentu
(particular risks). Apalagi apabila musibah itu mengenai masyarakat luas
(fundamental risks) seperti gempa bumi dan banjir. Sehingga esensi
keberadaan asuransi dalam kehidupan dinilai penting.
Tak dapat dipungkiri bahwa masyarakat umum sampai saat ini masih sulit
menerima keberadaan lembaga asuransi dengan melihat kenyataan
bahwa selain faktor ekonomi, faktor transparansi dan banyaknya
penyimpangan bisnis juga ikut berperan dalam memberikan citra buruk
bagi institusi keuangan ini. Data pengaduan terhadap perkara asuransi
yang masuk ke YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) maupun
YLKAI (Yayasan Lembaga Konsumen Asuransi Indonesia) menunjukkan
angka-angka yang relatif masih tinggi. Jenis pengaduan yang muncul
biasanya berkisar pada masalah klaim yang ditolak, prosedur klaim
dipersulit, masalah nilai tunai, dan-lain-lain. Praktek-praktek seperti inilah
yang menurut kacamata konsumen dipandang sangat merugikan mereka.
Adapun kendala-kendala dalam pengembangan asuransi syariah lainnya,
diantaranya:
Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan
Asuransi syariah.
Masih terbatasnya produk-produk yang ditawarkan oleh asuransi
syariah.
Kurangnya sosialisasi dan edukasi masyarakat mengenai asuransi
syariah.
Sumber Daya Manusia dalam bidang Asuransi Syariah masih sangat
rendah.
50
DAFTAR PUSTAKA
1. Salahuddin Ahmed, Islamic Banking, Finance, and Insurance; a Global
Overview, (Kuala Lumpur; A.S. Noordeen, 2006).
2. DSN-MUI dan Bank Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional
MUI, Edisi Revisi 2006 (Jakarta: DSN-MUI, 2006).
3. Dawood Y.Taylor, Prospects for Evolution of Takaful in the 21st Century,
Omar Fisher and, Harvard University, USA, April 2000.
4. Dr.Nejatallah Siddiqi Evolution of Islamic Banking and Insurance as
Systems Rooted in Ethics, , New York College of Insurance, April 2000
5. Ahmad Salim Milhim, al-Tamn al-Islmy, (Oman: Dr al-Alm, 2002),
cet. ke-1
6. Syakir Sula, Ansuransi Syariah, Konsep dan Sistem Operasional,
(Jakarta, Gema Insani, 2004), cet. ke-1.
Diposkan oleh Cuman di 00:32
http://celebrat2002.blogspot.com/2009/03/kedudukan-danperkembangan-asuransi.html
51
syariah lebih dari 100 persen di 2007 dibanding tahun sebelumnya adalah indikasi
masyarakat sudah mulai mengetahui tentang asuransi syariah, kata Shaifie.
Tercatat, premi di 2007 sebesar Rp 1,2 triliun dengan total asset Rp 1,9 triliun,
sementara di 2006 tercatat premi sebesar Rp 497 miliar dengan asset Rp 917 miliar.
Walau tahun ini diperkirakan pertumbuhan tak seperti tahun sebelumnya karena krisis
ekonomi, namun diprediksi asset dapat mencapai sekitar Rp 2 triliun.
Meski demikian sosialisasi secara gencar terus dilakukan. Untuk mendorong asuransi
syariah di Indonesia AASI menyiapkan sejumlah program. Di antaranya adalah
melakukan seminar asuransi syariah bersama dengan Islamic Banking and Finance
Institute Malaysia untuk lebih memperkenalkan industri asuransi syariah kepada
masyarakat. Rencananya seminar akan dilakukan sebelum bulan Agustus, kata
Shaifie.
Menurut pria kelahiran Kalianget, 22 April 1969 ini sosialisasi perlu dilakukan secara
kontinyu. Pasalnya, terdapat masyarakat yang hanya mendengar tentang asuransi
syariah dan belum banyak mengetahui mengenai hal itu. Hal itu berarti asuransi
syariah belum mengomunikasikan masalah asuransi syariah secara baik ke
masyarakat, apa bedanya dengan asuransi konvensional, kata Shaifie yang
mendapatkan diploma asuransi di Caledonian University, Glasgow. Selain bekerja
sama dengan IBFIM, AASI juga akan melakukan sosialisasi dengan Federasi Asosiasi
Perasuransian Indonesia (FAFI).
Dalam Festival Ekonomi Syariah beberapa waktu lalu, lanjut Shaifie, cukup
membantu dalam sosialisasi asuransi syariah. Kami sangat berterima kasih atas
adanya FES karena setidaknya ada improvement pemahaman mengenai asuransi
syariah, ujar Shaifie. Dengan sosialisasi yang terus dilakukan secara simultan, pria
yang mendapat gelar profesi Chartered Insurer dari Chartered of Insurance Institute
ini berharap akan lebih banyak masyarakat Indonesia yang memahami akan asuransi
syariah.
Sementara, untuk meningkatkan kualitas industri asuransi syariah Indonesia, SDM
menjadi perhatian khusus AASI. Di tahun ini asosiasi bekerja sama dengan Islamic
Insurance Society dan International Center for Development in Islamic Finance
(ICDIF) akan melakukan sertifikasi agen. Bagi Shaifie yang mengawali kariernya di
dunia asuransi sejak 1995 di Asuransi Binagriya Upakara, sertifikasi perlu dilakukan
agar agen benar-benar memahami produk asuransi syariah.
Selain itu Sekretaris Departemen Pengembangan Usaha Non-Bank Masyarakat
Ekonomi Syariah ini juga menargetkan standarisasi polis bisa selesai di April tahun
ini. Kami juga sudah minta waktu dengan Badan Arbitrase Syariah Nasional agar
52
Kepustakaan
55
Deregulasi pemerintah
Bagi perusahan asuransi syariah yang tidak terlalu besar, dikeluarkannya SK Menteri
Keuangan di antaranya berisi ketentuan fit and proper test dan ketentuan RBC,
memang sedikit berat. Sebagai contoh Takaful Indonesia harus menambah modal lagi
sebesar Rp 100 miliar. Kenyataannya memang di Indonesia perusahaan asuransi
sangat banyak sekali jumlahnya. Hampir lebih kurang 170 perusahaan asuransi.
Ada yang berpemikiran, idealnya di Indonesia cukup 50 perusahaan saja. Yang kecil
dianjurkan untuk merger saja, sehingga perusahaan asuransi yang ada di Indonesia
ada dalam skala besar, dan akan lebih fokus dalam memelihara nasabah. Khusus
untuk asuransi syariah idealnya juga proposional dengan jumlah penduduk Indonesia
yang 85 persen adalah muslim. Bank bisa merger, mengapa asuransi tidak? yudi
setiawan (branch manager pt asuransi takaful keluarga bandung)
(Republika, 27 Februari 2004)
http://www.takaful.com/index.php/publisher/articleview/action/view/frm
ArticleID/28
Kepada
Yth. Bapak/Ibu/Tuan/Puan/Saudara:
Dengan Hormat,
Kami
beritahukan bahwa Temu Sastrawan Indonesia-4 akan dilaksanakan di
Ternate, Maluku Utara, pada 25-29 Oktober 2011. TSI-4 bertema Sastra
Indonesia Abad ke 21, Keragaman, Silang Budaya dan Problematika.
Adapun kegiatan TSI-4 ini meliputi Seminar, Musyawarah Sastrawan,
Penerbitan Antologi Sastra, Panggung Sastra, Pameran/Bazar/Launching
Buku, Workshop dan Wisata Budaya.
Sehubungan dengan itu, kami mengundang Bapak/Ibu/Tuan/Puan/Saudara
untuk mengirimkan karya dengan ketentuan sebagai berikut:
A. Puisi :
56
lima (5) buah puisi karya asli yang ditulis dalam tahun 2011
belum dipublikasikan ke media mana pun
Biodata maksimal 10 baris
diemailkan ke : puisi.tsi4@gmail.com
B. Cerpen :
- tiga (3) buah cerpen karya asli yang ditulis dalam tahun 2011
- belum dipublikasikan ke media mana pun
- panjang cerpen berkisar 5 halaman sampai 10 halaman kwarto (600
Kata)
- memakai font times new roman size 12
- Biodata maksimal 10 baris
- diemailkan ke : cerpen.tsi4@gmail.com
Pengiriman
karya dapat dilakukan sejak: 23 Maret 2011 23 Juli 2011. Bagi
sastrawan yang karyanya lolos seleksi Dewan Kurator TSI-4, akan
mendapat
undangan resmi dari panitia TSI-4 dan honorarium tulisan.
Panitia
akan menyediakan penginapan (akomodasi), makan-minum (kosumsi) dan
transport lokal selama kegiatan berlangsung, uang lelah dan cinderamata.
Mengingat keterbatasan dana, maka kami mohon maaf tidak bisa
menyediakan biaya transportasi peserta undangan dari tempat asal ke
tempat tujuan (pp).
Atas perhatian, kerja sama dan partisipasi Bapak/Ibu/Tuan/Puan/Saudara,
kami ucapkan terima kasih.
Ternate 21 Maret 2011
Salam Takzim,
Panitia Temu Sastrawan Indonesia 4
Ternate 2011
Sofyan Daud Dino Umahuk
Ketua Pelaksana Sekretaris
57
58