You are on page 1of 19

SISTEM REPRODUKSI II

Asfiksia Neonatorum

LINDA WAHYU
SUKMA
RINDANY WASTU
ASTIKA
KELAS 5B
ULFA LESTARI
PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2014

Asfiksia Neonatorum

adalah keadaan dimana bayi


tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur
setelah lahir. Hal ini
disebabkan oleh hipoksia janin
dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktorfaktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan atau
segera lahir (Prawiro Hardjo,
Sarwono, 1997).

Klasifikasi
Asfiksia Ringan
Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat,
dan tidak memerlukan tindakan istimewa.

Asfiksia Sedang
Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik
akan terlihat frekuensi detak jantung
lebih dari 100/menit, tonus otot kurang
baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas
tidak ada.

Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat,
dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas
tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung
yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak
lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap
atau bunyi jantung menghilang post partum
pemeriksaan fisik sama asfiksia berat
(Kamarullah,2005).

ETIOLOGI
Secara garis besar terdiri dari:

Faktor
Faktor
Faktor
Faktor

ibu
janin / neonatorum
plasenta
persalinan

Cara menilai tingkatan APGAR


score menurut Utomo (2006)
adalah dengan :

Menghitung frekuensi jantung.


Melihat usaha bernafas.
Menilai tonus otot.
Menilai reflek rangsangan.
Memperlihatkan warna kulit.

Reflek : pada bayi lahir pergerakan tonus


otot kuat, akan segera menangis yang kuat .
sedangkan pada asfiksia sesaat setelah lahir
bayi menangis sangat lemah bahkan tidak
sama sekali dan tonus otot melemah .
Refleks Bayi Baru Lahir :
Refleks menghisap (sucking reflex)
Refleks menggenggam (palmar grasp reflex)
Refleks leher (tonic neck reflex)
Disebut juga posisi menengadah
Refleks mencari (rooting reflex)
Refleks moro (moro reflex)

Babinski reflex
swallowing reflex
breathing reflex
eyeblink reflex
puppilary reflex
refleks tonic neck
refleks tonic labyrinthine/labirin
refleks merangkak (crawling)
refleks berjalan dan melangkah (stepping)
refleks yawning
refleks swimming
Refleks Swimming,

Penyebab kegagalan
pernafasan pada bayi, adalah :
1. Faktor ibu
2. Faktor plasenta
3. Faktor fetus
4. Faktor neonatus

Manifestasi Klinis
Pada asfiksia tingkat selanjutnya akan terjadi
perubahan yang disebabkan oleh beberapa
keadaan diantaranya :
Hilang sumber glikogen dalam jantung akan
mempengaruhi fungsi jantung.
Terjadinya asidosis metabolic akan
mengakibatkan menurunnya sel jaringan
termasuk otot jantung sehingga menimbulkan
kelemahan jantung.
Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat
akan menyebabkan tetap tingginya resistensi
pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah
mengalami gangguan.

Gejala lanjut pada asfiksia :

Tachikardi
Denyut jantung terus menurun.
Tekanan darah mulai menurun.
Bayi terlihat lemas (flaccid).
Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2).
Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2).
Menurunnya PH (akibat acidosis respiratorik dan metabolik).
Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme
anaerob.
Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular.
Pernafasan terganggu.
Reflek / respon bayi melemah.
Tonus otot menurun.
Warna kulit biru atau pucat.

Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia
neonatus antara lain :
Anuria atau oliguria
Kejang
Koma
Otak : Hipokstik iskemik ensefalopati, edema
serebri, palsi serebralis.
Jantung dan paru: Hipertensi pulmonal persisten
pada neonatorum, perdarahan paru, edema
paru.
Gastrointestinal: enterokolitis, nekrotikans.
Ginjal: tubular nekrosis akut.
Hematologi.

Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan bayi baru lahir


dengan asfiksia menurut
Wiknjosastro (2005) ,sebagai
berikut :
Pengawasan suhu
Pembersihan jalan nafas
Rangsangan untuk menimbulkan
pernafasan

Manajemen Terapi
Tindakan untuk mengatasi asfiksia
neonatorum disebut resusitasi bayi
baru lahir yang bertujuan untuk
mempertahankan kelangsungan
hidup bayi dan membatasi gejala sisa
yang mungkin muncul. Tindakan
resusitasi bayi baru lahir mengikuti
tahapan-tahapan yang dikenal
dengan ABC resusitasi:

1. Memastika saluran nafas terbuka :


a.Meletakan bayi dalam posisi yang benar
b.Menghisap mulut kemudian hidung k/p trakhea
2. Memulai pernapasan :
a.Lakukan rangsangan taktil
b.Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah
dengan cara kompresi dada atau bila perlu
menggunakan obat-obatan

Pencegahan
Pencegahan yang komprehensif
dimulai dari masa kehamilan,
persalinan dan beberapa saat setelah
persalinan. Pencegahan berupa :
1. Melakukan pemeriksaan antenatal
rutin minimal 4 kali kunjungan.
2. Melakukan rujukan ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih
lengkap pada kehamilan yang diduga
berisiko bayinya lahir dengan asfiksia
neonatorum.

3. Memberikan terapi kortikosteroid antenatal


untuk persalinan pada usia kehamilan kurang
dari 37 minggu.
4. Melakukan pemantauan yang baik terhadap
kesejahteraan janin dan deteksi dini terhadap
tanda-tanda asfiksia fetal selama persalinan
dengan kardiotokografi.
5. Meningkatkan ketrampilan tenaga obstetri
dalam penanganan asfiksia neonatorum di
masing-masing tingkat pelayanan kesehatan.
6. Meningkatkan kerjasama tenaga obstetri
dalam pemantauan dan penanganan
persalinan.

7. Perawatan Neonatal Esensial yang


terdiri dari :
Persalinan yang bersih dan aman.
Stabilisasi suhu.
Inisiasi pernapasan spontan.
Inisiasi menyusu dini.
Pencegahan infeksi serta pemberian
imunisasi.

TERIMAKASIH...

You might also like