Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian
yang paling sering dan penting pada anak, terutama pada bayi, karena saluran pernafasannya
masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah. Disamping faktor organ pernafasan ,
keadaan pernafasan bayi dan anak juga dipengaruhi oleh beberapa hal lain, seperti suhu tubuh
yang tinggi, terdapatnya sakit perut, atau lambung yang penuh.
Penilaian keadaan pernafasan dapat dilaksanakan dengan mengamati gerakan dada
dan atau perut. Neonatus normal biasanya mempunyai pola pernafasan abdominal. Bila anak
sudah dapat berjalan pernafasannya menjadi thorakoabdominal. Pola pernafasan normal
adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih panjang daripada waktu inspirasi, karena pada
inspirasi otot pernafasan bekerja aktif, sedangkan pada waktu ekspirasi otot pernapasan
bekerja secara pasif.Pada keadaan sakit dapat terjadi beberapa kelainan pola pernapasan yang
paling sering adalah takipneu.
Ganguan pernafasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh berbagai kelainan
organic, trauma, alargi, insfeksi dan lain-lain. Gangguan dapat terjadi sejak bayi baru lahir.
Gangguan pernapasan yang sering ditemukan pada bayi baru lahir (BBL) termasuk
respiratory distress syndrome (RDS) atau idiopatic respiratory distress syndrome (IRDS)
yang terdapat pada bayi premature. Sindrom gawat nafas pada neonatus (SGNN) dalam
bahasa inggris disebut respiratory disstess syndrome, merupakan kumpulan gejala yang
terdiri dari dispeu atau hiperpneu.
Sindrom ini dapat trerjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru. Oleh karena
itu, tindakannya disesuaikan sengan penyebab sindrom ini. Beberapa kelainan dalam paru
yang menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit
membram hialin (PMH), pneumonia, aspirasi, dan sindrom Wilson- Mikity (Ngastiyah,
1999).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan RDS?
2. Bagaimana epidemiologi dari RDS?
3. Apa saja etiologi yang dapat menyebabkan RDS?
1
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penyusunan makalah ini kami bedakan menjadi dua yaitu tujuan secara
umum dan tujuan secara khusus. Tujuan secara umum adalah untuk memberi pengetahuan
pada mahasiswa tentang penyakit Respiratory Distres Syndrome(RDS). Adapun tujuan secara
khusus dari penulisan makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Respiratory Distress Syndrome atau RDS adalah suatu keadaan dimana bayi
mengalami kegawatan pernafasan yang diakibatkan kurang atau tidak adanya surfaktan dalam
paru-paru (Nelson, 2000). Terdapat 2 jenis surfaktan yaitu :
1. Surfaktan natural atau asli
2
Berasal dari manusia, di dapatkan dari cairan amnion sewaktu seksio Caesar dari ibu dengan
kehamilan cukup bulan
2. Surfaktan eksogen
Berasal dari sintetik dan biologic
Surfaktan eksogen sintetik
Terdiri dari campuran Dipalmitoylphatidylcholine (DPPC), hexadecanol, dan tyloxapol yaitu
Exosurf dan Pulmactant (ALEC) dibuat dari DPPC 70% dan Phosphatidylglycerol 30%,
kedua surfaktan tersebut tidak lama dipasarkan di amerika dan eropa. Ada dua jenis surfaktan
sintetis yang sedang dikembangkan yaitu KL4 (sinapultide) dan rSPC (venticute), belum
pernah ada penelitian tentang keduanya untuk digunakan pada bayi premature.
Surfaktan eksogen semi sintetik
Berasal dari campuran surfaktan paru anak sapi dengan DPPC, tripalmitin, dan palmitic
misalnya surfaktan TA, Survanta.
Surfaktan eksogen biologic
Surfaktan yang diambil dari paru anak sapi atau babi, misalnya Infasurf, Alveofact, BLES,
sedangkan yang diambil dari paru babi adalah Curosurf.
RDS (Respiratori Distress Syndrom) adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi
pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada
udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak
yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi
dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA (Stark,1986).
2.2 Epidemiologi
Diperkirakan ada 150.000 orang yang menderita RDS tiap tahunnya dan tingkat
mortilitasnya 50 %.Sepsis sistemik merupakan penyebab RDS terbesar sekitar 50%, trauma
15 %, cardiopulmonary baypass 15 %, viral pneumoni 10 % dan injeksi obat 5.
2.3 Etiologi
Penyebab kelainan ini secara garis besar adalah kekurangan surfaktan, suatu zat aktif
pada alveoli yang mencegah kolaps paru. RDS seringkali terjadi pada bayi prematur, karena
produksi surfaktan, yang dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, baru mencapai jumlah
cukup menjelang cukup bulan. Makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan
terjadinya RDS. Kelainan ini merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Adapun
penyebab-penyebab lain yaitu:
a. Kelainan bawaan/kongenital jantung atau paru-paru.
Bila bayi mengalami sesak napas begitu lahir atau 1-2 hari kemudian, biasanya
disebabkan adanya kelainan jantung atau paru-paru. Hal ini bisa terjadi pada bayi
dengan riwayat kelahiran normal atau bermasalah, semisal karena ketuban pecah dini
atau lahir prematur. Pada bayi prematur, sesak napas bisa terjadi karena adanya
kekurangmatangan dari organ paru-paru. Paru-paru harusnya berfungsi saat bayi
pertama kali menangis, sebab saat ia menangis, saat itu pulalah bayi mulai bernapas.
Tapi pada bayi lahir prematur, karena saat itu organnya tidak siap, misalnya
gelembung paru-paru tak bisa mekar atau membuka, sehingga udara tidak masuk. Itu
sebabnya ia tak bisa menangis. Ini yang namanya penyakit respiratory distress
syndrome (RDS). Tidak membukanya gelembung paru-paru tersebut karena ada suatu
zat, surfactan, yang tak cukup sehingga gelembung paru-paru atau unit paru-paru
yang terkecil yang seperti balon tidak membuka. Ibaratnya, seperti balon kempis.
Gejala pada kelainan jantung bawaan adalah napas sesak. Ada juga yang misalnya
sedang menyusui atau beraktivitas lainnya, mukanya jadi biru dan ia jadi pasif. Jadi,
penyakitnya itu utamanya karena kelainan jantung dan secondary-nya karena masalah
pernapasan. Jadi, biasanya sesak napas yang terjadi ini tidak bersifat mendadak.
Walaupun demikian, tetap harus segera dibawa ke dokter.
b. Kelainan pada jalan napas/trakea.
Kelainan bawaan/kongenital ini pun paling banyak ditemui pada bayi. Gejalanya,
napas sesak dan napas berbunyi "grok-grok". Kelainan ini terjadi karena adanya
hubungan antara jalan napas dengan jalan makanan/esophagus. Kelainan ini
dinamakan dengan trackeo esophageal fistula. Akibat kelainan itu,ada cairan lambung
yang bisa masuk ke paru-paru. Tentunya ini berbahaya sekali. Sehingga pada usia
berapa pun diketahuinya, harus segera dilakukan tindakan operasi. Tak mungkin bisa
menunggu lama karena banyak cairan lambung bisa masuk ke paru-paru. Sebelum
operasi pun dilakukan tindakan yang bisa menolong jiwanya, misal dengan
dimasukkan selang ke jalan napas sehingga cairan dari lambung tak bisa masuk.
Biasanya sesak napasnya tampak begitu waktu berjalan 1-3 jam setelah bayi lahir.
Nah, bila ada sesak napas seperti ini, prosedur yang harus dilakukan adalah dilakukan
foto rontgen segera untuk menganalisanya.
c. Tersedak air ketuban.
Ada juga penyakit-penyakit kelainan perinatologi yang didapat saat kelahiran. Karena
suatu hal, misalnya stres pada janin, ketuban jadi keruh dan air ketuban ini masuk ke
paru-paru bayi. Hal ini akan mengakibatkan kala lahir ia langsung tersedak. Bayi
tersedak air ketuban akan ketahuan dari foto rontgen, yaitu ada bayangan "kotor".
Biasanya ini diketahui pada bayi baru lahir yang ada riwayat tersedak, batuk,
kemudian sesak napasnya makin lama makin berat. Itulah mengapa, pada bayi baru
lahir kita harus intensif sekali menyedot lendir dari mulut, hidung atau
tenggorokannya. Bahkan jika tersedak air ketubannya banyak atau massive, harus
disedot dari paru-paru atau paru-parunya dicuci dengan alat bronchowash. Lain
halnya kalau air ketubannya jernih dan tak banyak, tak jadi masalah. Namun kalau air
ketubannya hijau dan berbau, harus disedot dan "dicuci" paru-parunya. Sebab, karena
tersedak ini, ada sebagian paru-parunya yang tak bisa diisi udara/atelektasis atau
tersumbat, sehingga menyebabkan udara tak bisa masuk. Akibatnya, jadi sesak napas.
Biasanya kalau di-rontgen,bayangannya akan terlihat putih. Selain itu, karena
tersumbat
dan
begitu
hebat
sesak
napasnya,ada
bagian
paru-paru
yang
mengeluarkan lendir. Itu sebabnya napasnya berbunyi grok-grok dan keluar lendir,
sehingga jadi batuk. Pengobatannya biasanya dilakukan dengan obat-obatan khusus
untuk mengecilkan kelenjar thymus agar tidak menekan trakea. Pemberian obat dalam
waktu 2 minggu. Kalau tak menghilang, diberikan lagi pengobatan selama seminggu.
Sebab, jika tidak diobati, akan menganggu pertumbuhan si bayi. Berat badan tak naiknaik, pertumbuhannya kurang, dan harus banyak minum obat.
e. Kelainan pembuluh darah.
Ada lagi kelainan yang gejalanya seperti mendengkur atau napasnya bunyi (stridor),
yang dinamakan dengan vascular ring. Yaitu,adanya pembuluh darah jantung yang
berbentuk seperti cincin (double aortic arch) yang menekan jalan napas dan jalan
makan. Jadi, begitu bayi lahir napasnya berbunyi stridor. Terlebih kalau ia menangis,
bunyinya semakin keras dan jelas. Bahkan seringkali dibarengi dengan kelainan
menelan, karena jalan makanan juga terganggu. Pemberian makanan yang agak keras
pun akan menyebabkannya muntah, sehingga anak lebih sering menghindari makanan
padat dan maunya susu saja. Pengobatannya, bila setelah dirontgen tidak ditemui
kelenjar thymus yang membesar, akan diminta meminum barium untuk melihat
apakah ada bagian jalan makan yang menyempit. Setelah diketahui, dilakukan
tindakan operasi, yaitu memutuskan salah satu aortanya yang kecil.
f. Tersedak makanan.
Tersedak atau aspirasi ini pun bisa menyebabkan sesak napas. Bisa karena tersedak
susu atau makanan lain, semisal kacang. Umumnya karena gigi mereka belum
lengkap, sehingga kacang yang dikunyahnya tidak sampai halus. Kadang juga
disebabkan mereka menangis kala mulutnya sedang penuh makanan. Atau ibu yang
tidak berhati-hati kala menyusui, sehingga tiba-tiba bayinya muntah. Mungkin saja
sisa muntahnya ada yang masih tertinggal di hidung atau tenggorokan. Bukankah
setelah muntah, anak akan menangis? Saat menarik napas itulah, sisa makanan masuk
ke paru-paru. Akibatnya, setelah tersedak anak batuk-batuk. Mungkin setelah batuk ia
akan tenang, tapi setelah 1-2 hari napasnya mulai bunyi. Bahkan bisa juga kemudian
terjadi peradangan dalam paru-paru. Anak bisa panas karena terjadi infeksi. Yang
sering adalah napas berbunyi seperti asma dan banyak lendir. Biasanya setelah
dilakukan rontgen akan diketahui adanya penyumbatan/atelektasis. Pengobatan dapat
dilakukan dengan bronkoskopi, dengan mengambil cairan atau makanan yang
menyumbatnya. Selain makanan, akan lebih berbahaya bila aspirasi terjadi karena
minyak tanah atau bensin, meski hanya satu teguk. Ini bisa terjadi karena kecerobohan
orang tua yang menyimpan minyak tanah/bensin di dalam botol bekas minuman dan
6
menaruhnya sembarangan. Bahayanya bila tersedak minyak ini, gas yang dihasilkan
minyak ini akan masuk ke lambung dan menguap, kemudian masuk ke paru-paru,
sehingga bisa merusak paru-paru. Akan sangat berbahaya pula kalau dimuntahkan,
karena akan langsung masuk ke paru-paru. Jadi, kalau ada anak yang minum minyak
tanah/bensin jangan berusaha dimuntahkan, tapi segera ke dokter. Oleh dokter, paruparunya akan "dicuci" dengan alat bronkoskop.
g. Infeksi.
Selain itu sesak napas pada bayi bisa terjadi karena penyakit infeksi. Bila anak
mengalami ISPA (Infeksi saluran Pernapasan Akut) bagian atas, semisal flu harus
ditangani dengan baik. Kalau tidak sembuh juga, misalnya dalam seminggu dan daya
tahan anak sedang jelek, maka ISPA atas ini akan merembet ke ISPA bagian bawah,
sehingga anak mengalami bronkitis, radang paru-paru, ataupun asmatik bronkitis.
Gejalanya, anak gelisah, rewel, tak mau makan-minum, napas akan cepat, dan makin
lama melemah. Biasanya juga disertai tubuh panas, sampai sekeliling bibir
biru/sianosis, berarti pernapasannya terganggu. Penyebabnya ini akan diketahui
dengan pemeriksaan dokter dan lebih jelasnya lagi dengan foto rontgen. Pengobatan
dilakukan dengan pemberian antibiotika. Biasanya kalau bayi sudah terkena ISPA
bawah harus dilakukan perawatan di rumah sakit. Setelah diobati,umumnya sesak
napas akan hilang dan anak sembuh total tanpa meninggalkan sisa, kecuali bagi yang
alergi
2.4 Patofisiologi
Faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli
masih kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurangsempurna karena dinding
thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan
mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut
menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance)
7
menurun 25 % dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan
terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah
diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein ini
berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang.
Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti
hati.
Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk
mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bagian distal
menyebabkan edem interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan
desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi
tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif
dengan barotrauma atau volutrauma dan toksisitas oksigen, menyebabkan kerusakan pada
endothelial dan epithelial sel jalan napas bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi
matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk
dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai
dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi
yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan
chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD).
WOC
Bayi Lahir
prematur
Inadekuat
Surfaktan
8
Resiko
gangguan
Resiko
Nutrisi
Kurang
Alveolus
kolaps
Peningkatan
usaha Pola nafas
termogulasi:
Ventilasi
Reflek
hisap Gangguan
Kekurangan
Intake
Penguapan
dari kebutuhan
Cedera
parugas
Hipoksia
nafas Cairan tidak efektif
hipotermia
berkurang
Takipnea
Edema
menurun
volume
inadekuat pertukaran
meningkat
tubuh
Pada bayi prematur walaupun gangguan pernapasan belum terlihat pada waktu lahir,
harus tetap waspada bahwa bayi mungkin menderita RDS. Gejala pertama biasanya timbul
dalam 4 jam setelah lahir, kemudian makin jelas dan makin berat dalam 48 jam untuk
kemudian menetap sampai 72 jam. Setelah itu berangsur-angsur keadaan klinik pasien
membaik, karena itu bayi memerlukan observasi yang terus-menerus sejak lahir agar apabila
terjadi gangguan pernapasan dapat segera dilakukan upaya pertolongan
Kesukaran dalam pemberian makanan
Bayi yang menderita RDS adalah bayi prematur kecil oleh karena itu, bayi tersebut
belum mampu menerima susu seperti bayi yang lebih besar karena organ pencernaan belum
sempurna. Untuk memenuhi kebutuhan kalori maka atas persetujuan dokter dipasang infus
dengan cairan glukosa 5-10% banyaknya sesuai umur dan berat badan. Bila keadaan klinis
bayi telah membaik dan sudah diperbolehkan minum, maka minum dapat diberikan melalui
sonde
Resiko mendapatkan infeksi
Bayi prematur yang menderita RDS sangat mudah mendapatkan infeksi karena zat-zat
kekebalannya belum terbentuk sempurna. Alat yang diperlukan untuk bayi harus steril seperti
kateter untuk menghisap lendir sonde
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Gangguan rasa nyaman dapat terjadi akibat tindakan medis, misalnya tindakan
penghisapan lendir atau pemasangan selang infus. Pemasangan infus harus dilakukan oleh
perawat yang berpengalaman.
2.8 Komplikasi
a. Komplikasi jangka pendek(akut)
Ruptur alveoli : bila dicurigai terjadi kebocoran udara pneumothorak ,
pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema interstisial), pada bayi
dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea,
bradikardia atau adanya asidosis yang menetap
Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan
adanya perubahan jumlah leukosit dan trombositopeni. Infeksi dapat timbul karena
tindakan invasif seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat respirasi.
11
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1) Identitas : lengkap, termasuk orang tua bayi
2) Riwayat kesehatan :
a. Keluahan utama, terutama sistem pernafasan : cyanosis, grunting , RR, cuping hidung
b. Riwayat kesehatan : terutama umur kehamilan dan proses persalinan
c. Apgar score
Dilakukan pada :
1 menit kelahiran , yaitu untuk memberi kesempatan pada bayi untuk memulai
perubahan
Menit ke-5
Menit ke-10
12
penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan
resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa
mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi neurologis
SKOR APGAR
TANDA
Appearance
Biru,pucat
Badan pucat,tungkai
Semuanya merah
biru
muda
Pulse
Tidak teraba
< 100
> 100
Grimace
Tidak ada
Lambat
Menangis kuat
Activity
Lemas/lumpuh
tungkai baik/reaksi
melawan
Respiratory
Tidak ada
Lambat,tidak teratur
Baik, menangis
kuat
Pada By. C reflek moro (+) ditandai dengan ketika dikejutkan oleh bunyi yang
keras dan tiba tiba bayi beraksi dengan mengulurkan tangan dan tungkainya
serta memanjangkan lehernya.
2. Refleks menggenggam
Reflek menggenggam pada By. C (+) tapi lemah, ditandai dengan membelai
telapak tangan, bayi menggenggam tangan gerakan tangan lemah.
3. Refleks menghisap
Reflek menghisap (+) ditandai dengan meletakan tangan pada mulut bayi, bayi
menghisap jari, hisapan lemah.
4. Refleks rooting
Reflek rooting (-) ditandai dengan bayi tidak menoleh saat tangan ditempelkan di
pipi bayi.
5. Refleks babynsky
Reflek babynsky (+) ditandai dengan menggerakan ujung hammer pada bilateral
telapak kaki.
b. Tonus otot.
c. Keadaan Umum dan TTV
3. Riwayat Persalinan :
a. Persalinan ditolong oleh : bidan
b. Jenis persalinan
: spontan pervaginam
c. Tempat persalinan
: RSUD dr.Iskak Tulungagung
d. Lama persalinan
:
1) Kala I
: 13 jam 35 menit
2) Kala II
: 30 menit
3) Kala III
: 10 menit
e. A/S
: 5
f. Riwayat Nifas
: tidak ada
4. Pemeriksaan persistem : terutama pada sistem yang terlibat langsung
Sistem pernafasan : kesulitan dalam respirasi normal. Refraksi strenum dan
interkosta, nafas cuping hidung, cyanosis pada udara kamar, grunting, respirasi
cepat atau lambat
Sistem kardiovaskulaer : takikardia, nadi lemah/cepat, akral dingin/hangat,
cyanosis perifer
Sistem gastrointestinal : muntah, kembung, peristaltik menurun/meningkat
Sistem perkemihan : keluaran urine, warna
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hipotermia berhubungan dengan paparan lingkungan yang dingin
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang
14
3.3 Intervensi
Diagnosa Keperawatan
NOC
1. Hipotermia
Thermoregulation
NIC
Temperature
lingkungan
yang dingin
Indikator
1. Suhu tubuh dalam
rentang normal
2. Nadi dan RR dalam
rentang normal
regulation
Skala
Monitor
suhu
minimal
tiap
jam
Rencanakan
monitoring
suhu
secara kontinyu
Monitor TD, nadi,
dan RR
Monitor
warna
hipertermi
dan hipotermi
Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
Selimuti
pasien
untuk
mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan
pada
pasien
cara
mencegah
keletihan
panas
Diskusikan
tentang
pentingnya
15
akibat
pengaturan
suhu
dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
Beritahukan
tentang
indikasi
terjadinya
keletihan
dan
penanganan
emergency
yang
diperlukan
Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
Berikan
anti
adanya
fluktuasi tekanan
darah
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk,
atau
berdiri
Auskultasi
TD
sebelum,
dan
setelah aktivitas
16
Monitor
kualitas
dari nadi
Monitor frekuensi
dan
irama
pernapasan
Monitor
suara
paru
Monitor
pola
pernapasan
abnormal
Monitor
suhu,
warna,
dan
kelembaban kulit
Monitor
sianosis
perifer
Monitor
adanya
cushing
triad
(tekanan
nadi
yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
Identifikasi
dengan hipoksia
peningkatan
ventilasi
oksigenasi
dari
perubahan
vital
sign
Airway Management
Buka jalan nafas,
guanakan
Indikator
1. Mendemonstrasika
n
penyebab
dan
yang
17
Skala
teknik
ventilasi
Identifikasi pasien
adekuat
2. Memelihara
kebersihan
paru
tanda
distress pernafasan
3. Mendemonstrasika
n batuk efektif dan
perlunya
pemasangan
alat
fisioterapi
dada
jika perlu
Keluarkan
sekret
sianosis
dan
dyspneu
(mampu
mengeluarkan
suara
sputum,
mampu
bernafas
dengan
suara tambahan
Lakukan suction
rentang
pada mayo
Berika
bronkodilator bial
perlu
Barikan pelembab
normal
udara
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2
Respiratory
Monitoring
Monitor
rata,
rata
kedalaman,
kesimetrisan,
penggunaan
otot
tambahan, retraksi
otot
supraclavicular
dan intercostal
Monitor
suara
nafas,
seperti
dengkur
Monitor pola nafas
:
bradipena,
takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan
otot
diagfragma
(gerakan
paradoksis)
Auskultasi
suara
ventilasi
suara
tambahan
Tentukan
kebutuhan suction
dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
Auskultasi
paru
19
suara
setelah
tindakan
untuk
mengetahui
3. Pola
nafas
hasilnya
Airway Management
Buka jalan nafas,
guanakan
Indikator
1. Mendemonstrasik
an batuk efektif
Skala
teknik
untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien
dyspneu (mampu
mengeluarkan
perlunya
sputum,
pemasangan
mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
2. Menunjukkan
jalan nafas yang
paten (klien tidak
merasa tercekik,
irama
nafas,
pernafasan dalam
normal,
dada
jika perlu
Keluarkan
sekret
suara
frekuensi
rentang
alat
rentang
normal (tekanan
darah,
nadi,
pernafasan)
suara tambahan
Lakukan suction
pada mayo
Berikan
bronkodilator bila
perlu
Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
Atur intake untuk
cairan
20
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2
Terapi Oksigen
Bersihkan
mulut,
aliran
oksigen
Pertahankan posisi
pasien
Observasi
adanya
tanda
tanda
hipoventilasi
Monitor
adanya
kecemasan pasien
terhadap
oksigenasi
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
Catat
adanya
fluktuasi
tekanan
darah
Monitor
pasien
VS
saat
berbaring,
sebelum,
kualitas
dari nadi
Monitor
frekuensi
dan
irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor
pola
pernapasan
abnormal
Monitor
suhu,
warna,
dan
kelembaban kulit
Monitor
sianosis
perifer
Monitor
adanya
cushing
triad
dari
Timbang
popok/pembalut
jika diperlukan
Intake
Indikator
1. Mempertahankan
urine output sesuai
22
Skala
Pertahankan catatan
intake dan output
BJ
urine
normal, HT normal
2. Tekanan
darah,
nadi, suhu tubuh
dalam
batas
normal
3. Tidak ada tanda
tanda
dehidrasi,
Elastisitas
turgor
kulit
baik,
membran mukosa
yang akurat
Monitor
status
hidrasi
(
kelembaban
membran mukosa,
nadi
adekuat,
tekanan
darah
ortostatik
),
jika
diperlukan
Monitor vital sign
Monitor
masukan
makanan / cairan
rasa
haus
yang
kalori harian
berlebihan
Lakukan terapi IV
Monitor
status
nutrisi
Berikan cairan
Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
Dorong
masukan
oral
Berikan
penggantian
nesogatrik
sesuai
output
Dorong
untuk
keluarga
membantu
pasien makan
Tawarkan
snack
dokter
jika
tanda
berlebih
cairan
muncul
meburuk
Atur kemungkinan
tranfusi
Persiapan
5. Ketidakseimbangan
tranfusi
Nutritional Status : food and Fluid Nutrition
tubuh
berhubungan dengan
intake yang inadekuat
untuk
Management
Indikator
1. Adanya
Skala
peningkatan berat
badan
sesuai
dengan tujuan
2. Berat badan ideal
sesuai
dengan
tinggi badan
3. Mampu
gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi
yang
dibutuhkan pasien.
Anjurkan
pasien
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda
tanda malnutrisi
5. Tidak
terjadi
untuk
meningkatkan
intake Fe
Anjurkan
pasien
penurunan
berat
untuk
badan
yang
meningkatkan
protein dan vitamin
berarti
C
Berikan
substansi
gula
Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat
untuk
mencegah
konstipasi
Berikan makanan
24
yang
terpilih
sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Ajarkan
pasien
bagaimana
membuat
catatan
makanan harian.
Monitor
jumlah
nutrisi
dan
kandungan kalori
Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
Kaji kemampuan
pasien
untuk
mendapatkan
nutrisi
yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam
batas normal
Monitor
adanya
penurunan
berat
badan
Monitor tipe dan
jumlah
aktivitas
yang
biasa
dilakukan
Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
Monitor
lingkungan selama
makan
Jadwalkan
25
pengobatan
tindakan
dan
tidak
dan
perubahan
pigmentasi
Monitor
turgor
kulit
Monitor
kekeringan, rambut
kusam, dan mudah
patah
Monitor mual dan
muntah
Monitor
kadar
albumin,
total
dan
perkembangan
Monitor
pucat,
kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nuntrisi
Catat
adanya
edema, hiperemik,
hipertonik
papila
jika
lidah
berwarna magenta,
scarlet
3.4 Implementasi
1. Melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien untuk mempermudah
2.
3.
4.
5.
proses keperawatan
Memberikan penjelasan dan motivasi pada pasien tentang penyakitnya
Melakukan pengkajian pada pasien untuk mengetahui tindakan selanjutnya
Mengobservasi TTV
Mengkaji pasien
3.5 Evaluasi
S: Pasien mengatakan keluhan-keluhan yang dirasakan saat pengkajian
O: Pemeriksaan TTV
A: Masalah teratasi, belum teratasi, atau teratasi sebagian
P: Planing selanjutnya
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Respiratory Distress Syndrome atau RDS adalah suatu keadaan dimana bayi mengalami
kegawatan pernafasan yang diakibatkan kurang atau tidak adanya surfaktan dalam paruparu (Nelson, 2000). Penyebab kelainan ini secara garis besar adalah kekurangan
surfaktan, suatu zat aktif pada alveoli yang mencegah kolaps paru. RDS seringkali terjadi
pada bayi prematur, karena produksi surfaktan, yang dimulai sejak kehamilan minggu
ke-22, baru mencapai jumlah cukup menjelang cukup bulan. Makin muda usia
kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadinya RDS. Kelainan ini merupakan
penyebab utama kematian bayi prematur.
4.2 Saran
Adapun saran yang penulis ditujukan kepada:
a. Mahasiswa Praktek
Seorang mahasiswa praktikan haruslah mampu mengetahui pengertian dan penyebab dari
penyakit RDS mengenai pengertian, penyebab, patofisiologi dan penatalaksanaan yang
akan di lakukan dan resiko yang akan mungkin terjadi.
27
b. Lahan Praktek
Sebagai bahan masukan bagi lahan praktek untuk dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama pada penyakit RDS pada Neonatus, guna menurunkan angka
kegawatan dan kematian bayi akibat RDS.
c. Institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan khususnya disiplin ilmu keperawatan
anak, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan
Daftar Pustaka
1. Herdman,T.Heather.Diagnosis
Keperawatan:Definisi
dan
klasifikasi2012-
2014.EGC.Jakarta.2012
2. Hudak, Gall0. 1997.Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik.Ed.VI. Vol.I.EGC.
Jakarta.
3. Honrubia.D; Stark.AR. Respiratory Distress Syndrome. Dalam : Cloherthy J,
Eichenwald EC, Stark AR,Eds. Manual of Neonatal Care,edisi 5. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins,2004:341-61
4. Anynomous, 2007.Asuhan Keperawatan pada Pasien ARDS .http://keperawatangun.blogspot.com/2007/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-dg-25.html.
28