You are on page 1of 18

Pembentukan Energi untuk Aktifitas Tubuh

Ferina Evangelin
102012101
Ferina.evangelin@civitas.ukrida.ac.id

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jalan Arjuna Utara No.06 Jakarta Barat 11510
www.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Setiap sel di tubuh memerlukan energi untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang
esensial bagi kelangsungan hidup sel itu sendiri (misalnya transportasi aktif dan perbaikan
sel) serta untuk menjalankan peranan khusus terhadap keseimbangan homeostatik (misalnya
sekresi kelenjar dan kontraksi otot). Semua energi yang digunakan oleh sel pada akhirnya
berasal dari pemasukan makanan. Energi kimia yang tersimpan di dalam ikatan-ikatan yang
menyatukan atom-atom dalam molekul nutrien akan dibebaskan jika molekul-molekul
tersebut diuraikan di dalam tubuh. Energi yang dipanen dari proses biokimiawi nutrien
tersebut dapat digunakan langsung untuk menjalankan proses biologis atau disimpan
sementara di dalam tubuh untuk pemakaian kemudian sesuai kebutuhan selama periode
ketika tidak terjadi pencernaan dan penyerapan makanan.

Skenario
Setelah berlari keliling lapangan bola selama 5 kali putaran, seorang pelajar
merasakan letih dan pusing.

Metabolisme Energi
Metabolisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan interkonvensi senyawa
kimia di dalam tubuh, jalur yang diambil oelh tiap molekul, hubugan antarmolekul, dan
mekanisme yang mengatur aliran metabolit melalui jalur-jalur metabolisme. Jalur metabolik
digolongkan menjadi tiga kategori: (1) Jalur anabolik, yaitu jalur yang berperan membentuk
senyawa yang besar dari senyawa-senyawa kecil. (2) Jalur katabolik, yaitu jalur yang
berperan menguraikan menjadi senyawa-senyawa kecil, jalur ini umumnya menghasilkan
energi, menghasilkan ekuivalen pereduksi, dan ATP terutama melalui rantai respiratorik. (3)
Jalur amfibolik, yang berlangsung di persimpangan metabolisme, bekerja sebagai
penghubung antara jalur katabolik dan anabolik, misalnya siklus asam sitrat. Pengetahuan
tentang metabolisme normal sangat penting untuk memahami kelainan yang mendasari
1

penyakit. Metabolisme normal mencakup adaptasi terhadap masa kelaparan, aktivitas fisik,
kehamilan, dan menyusui. Kelainan metabolisme dapat terjadi karena defisiensi gizi, enzim,
sekresi abnormal hormon, atau efek obat dan toksin. Orang dewasa dengan berat badan 70 kg
memerlukan sekitar 10-12 MJ (2400-2900 kkal) dari bahan bakar metabolik setiap hari. Bagi
manusia kebutuhan ini terpenuhi dari karbohidrat (40-60%), lipid (terutama triasilgliserol, 3040%), dan protein (10-15%), serta alkohol. Campuran karbohidrat, lipid, dan protein yang
dioksidasi bergantung pada apakah subjek berada dalam keadaan puasa atau kenyang, dan
bergantung pada intensitas kerja fisik.1 Jika asupan bahan bakar metabolik selalu lebih besar
daripada pengeluaran energi, kelebihan bakar ini disimpan, umumnya sebagai triasilgliserol
di jaringan adiposa sehingga timbul obesitas dan berbagai masalah kesehatan yang
menyertainya. Sebaliknya, jika asupan bahan bakar metabolik terus menerus lebih sedikit
daripada pengeluaran energi, cadangan lemak dan karbohidrat nihil, asam amino yang berasal
dari pergantian protein digunakan utuk sintesis protein sehingga terjadi emaciation (kurus
kering), pengecilan otot (wasting), dan akhirnya kematian.1
Metabolisme energi juga dipengaruhi oleh fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif
merupakan proses yang menghasilkan ATP dengan melalui proses oksidasi. Dan merupakan
suatu deretan reaksi oksidasi-reduksi yang terjadi di mitokondria (rantai pernapasan), enzim
yang berperan adalah oksidoreduktase, dan menghasilkan energi berupa panas dan ATP.
Proses fosforilasi oksidatif yaitu: metabolisme lemak, glukosa, dan asam amino
menghasilkan proton-proton (H+) yang mengalami translokasi melintasi membran
mitokondria dalam. Difusi proton-proton ini mengikuti penurunan gradien konsentrasinya
mendorong ATP sintase mengubah ADP menjadi ATP.2

Gambar 1. Metabolisme energi utama3

Karbohidrat
Karbohidrat tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan; senyawa ini memiliki peran
struktural dan metabolik yang penting. Pada tumbuhan, glukosa disintesis dari karbon
dioksida dan air melalui fotosintesis. Glukosa adalah karbohidrat terpenting; kebanyakan
2

karbohidrat dalam makanan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa, dan gula lain
diubah menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah bahan bakar metabolik utama pada mamalia
dan bahan bakar universal bagi janin. Glukosa adalah prekursor untuk sintesis semua
karbohidrat lain di tubuh, termausk glikogen untuk penyimpanan ribosa dan deoksiribosa
dalam asam nukleat; galaktosa dalam laktosa susu, dan dalam glikolipid, dan sebagai
kombinasi dengan protein dalam glikoprotein dan proteoglikan. Penyakit terkait metabolisme
karbohidrat antara lain diabetes melitus, galaktosemia, penyakit penimbunan glikogen dan
intoleransi laktosa.1 Produk akhir pencernaan karbohidrat dalam saluran pencernaan hmpir
seluruhnya dalam bentuk glukosa, fruktosa, dan galaktosa, yang mewakili rata-rata sekitar
80% dari produk-produk akhir tersebut. Setelah absorbsi dari saluran pencernaan, banyak
fruktosa dan hampir semua galaktosa diubah secara cepat menjadi glukosa di dalam hati.
Oleh karena itu, hanya sejumlah kecil fruktosa dan galaktosa yang terdapat dalam sirkulasi
darah. Glukosa kemudian menjadi jalur umum akhir untuk mentranspor hampir semua
karbohidrat ke sel jaringan. Kemudian di dalam sel hati tersedia enzim yang sesuai untuk
meningkatkan interkonversi antar monosakarida, karena di dalam sel hati mengandung
sejumlah besar glukosa fosfatase. Lalu dipecah menjadi glukosa dan fosfat, dan glukosa
selanjuntnya dapat ditranspor kembali melalui membran sel hati ke dalam darah. 3 Segera
setelah masuk ke dalam sel, glukosa bergabung dengan satu radikal fosfat (fosforilasi).
Reaksi ini ditingkatkan oleh enzim glukokinase di dalam hati dan heksokinase didalam
sebagian besar sel yang lain. Fosforilasi glukosa hampir seluruhnya ireversibel kecuali di sel
hati; sel epitel tubulus ginjal, dan sel epitel usus; di dalam sel-sel tersebut, suatu enzim
yanglain; glukosa fosfatase, juga tersedia, dan bila ezim ini diaktifkan maka akan terjadi
reaksi yang berbalik. Ketika glukosa berikatan dengan fosfat, glukosa tidak akan berdifusi
keluar, kecuali dari sel-sel khusus, terutama sel-sel hati, yang memiliki enzim fosfatase.
Kemudian setelah diabsorbsi ke dalam sel, glukosa dapat segera dipakai untuk melepaskan
energi ke sel atau dapat disimpan dalam bentuk glikogen, yang merupakan polimer besar
glukosa. Konversi menjadi senyawa presipitat dengan berat molekul tinggi (glikogen)
memungkinkan tersimpannya karbohidrat dalam jumlah besar tanpa mengubah tekanan
osmotik cairan intrasel secara bermakna. Konsentrasi yang tinggi dari monosakarida yang
mudah larut dengan berat molekul rendah akan sangat mengganggu hubungan osmotik antara
cairan intrasel dan ekstrasel.1
Pembentukan glikogen disebut sebagai glikogenesis, secara singkat glukosa-6-fosfat
dapat diubah menjadi glukosa-1-fosfat kemudian diubah menjadi uridin difosfat glukosa,
3

yang akhirnya menjadi glikogen. Beberapa enzim khusus dibutuhkan untuk menyebabkan
perubahan-perubahan ini, dan setiap monosakarida yang dapat diubah menjadi glukosa dapat
masuk ke dalam reaksi tersebut.3 Glikolisis berarti memecahkan molekul glukosa untuk
membentuk dua molekul asam piruvat. Glikolisis terjadi melalui 10 reaksi kimia yang
berurutan. Masing-masing langkah dikatalisis paling sedikit oelh satu enzim protein yang
spesifik.4
Metabolisme Utama
a. Glikolisis Embden Meyerhoff
Proses glikolisis ialah proses awal dari metabolisme gugus gula hasil
pemecahan karbohidrat di dalam sel. Proses glikolisis ialah suatu proses yang
bertujuan untuk menghasilkan piruvat dalam keadaan aerob ataupun laktat dalam
keadaan anaerob sehingga dapat terbentuk energi. Glikolisis terjadi di dalam
sitoplasma sel/sitosol. Pada keadaan aerob, 1 molekul glukosa yang melalui proses
glikolisis dapat menghasilkan 8 ATP sedangkan dalam keadaan anaerob jumlah ATP
yang dihasilkan lebih sedikit yaitu 2 ATP.

Gambar 2. Glikolisis secara kimia.3

Di eritrosit, proses glikolisis selalu terjadi dalam keadaan anaerob karena


ketiadaan mitokondria. Hal ini menyebabkan hasil akhirnya selalu berupa laktat. 2,4
Proses glikolisis terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu. Tahapan-tahapan tersebut
adalah:
o Glukosa " glukosa 6-P. Enzim yang berperan ialah glukokinase di hepar dan
heksokinase di jaringan ekstrahepatik. Proses perubahan ini memerlukan
donor phospat yang didapat melalui pelepasan gugus phospat dari sebuah
molekul ATP menjadi ADP. Selain itu diperlukan ion magnesium. Reaksi ini
tidak dapat terjadi dalam arah yang berlawanan. Glukosa 6-P merupakan
4

molekul yang penting bukan hanya dalam glikolisis EM, melainkan juga
proses lain seperti HMP shunt dan glikogenolisis.
o Glukosa 6-P " Fruktosa 6-P. Enzim yang berperan adalah isomerase.
o Fruktosa 6-P " Fruktosa 1,6 bifosfat. Enzim yang berperan ialah
fosfofruktokinase. Enzim ini bekerja bantuan ion magnesium dan ambilan satu
gugus phospat dari ATP. Enzim ini merupakan enzim kunci yang mengatur
kecepatan proses glikolisis.
o Fruktosa 1,6 bifosfat 1 gliseraldehid 3-P + DHAP (bantuan enzim aldolase)
o DHAP 1 gliseraldehid 3-P (isomerase). Sehingga pada proses ini dihasilkan 2
molekul gliseraldehid 3-P.
o Gliseraldehid 3-P 1 1,3 bifosfogliserat (gliseraldehid 3-P Dehidrogenase).
Proses ini memerlukan koenzim NAD+ yang akan bereaksi dengan phospat
inorganik menjadi NADH dan melepas ion hidrogen. Proses ini akan
menghasilkan 3 ATP melalui rantai pernapasan. Proses ini dapat dihambat oleh
iodoasetat.
o 1,3 bifosfogliserat " 3 fosfogliserat (fosfogliserat kinase). Dengan bantuan ion
magnesium, proses ini akan menghasilkan 1 ATP pada tingkat substrat.
o 3 fosfogliserat 1 2 fosfogliserat (mutase)
o 2 fosfogliserat 1 Phospo enol piruvat (enolase). Memerlukan ion magnesium
dan akan dihambat oleh flourida.
o Phospo enol piruvat " (enol) piruvat (piruvat kinase). Proses ini memerlukan
ion magnesium dan ADP. Gugus phospat dari phospo enol piruvat akan
diambil untuk bergabung dengan ADP membentuk 1 molekul ATP.
o (enol) piruvat " (keto) piruvat. Proses ini berlangsung secara spontan.
Proses diatas dalam keadaan normal akan menghasilkan 10 ATP. Langkah kelima
menghasilkan 3 ATP, namun karena ada 2 molekul gliseraldehid 3-P maka energi
yang dihasilkan menjadi 6 ATP. Proses yang berlangsung dibawahnya juga terjadi
dalam 2 molekul, sehingga ATP yang terbentuk pada langkah 6 sebanyak 2 ATP
dan langkah 9 sebanyak 2 ATP. Totalnya ialah 10 ATP. Sedangkan energi yang
digunakan dalam proses ini ialah 2 ATP. ATP ini digunakan pada langkah 1 dan 3.
Sehingga total energi dalam glikolisis pada proses aerob ialah sebesar 8 ATP.

Pada keadaan anaerob rantai pernafasan tidak terjadi. Yang terjadi adalah
pembentukan laktat. Sehingga 6 ATP pada langkah kelima tidak terbentuk. Oleh
karena itu jumlah ATP yang dihasilkan hanya 2 ATP.
b. Oksidasi Piruvat " Asetil KoA
Piruvat yang telah terbentuk sebagai hasil proses glikolisis dapat masuk ke
dalam mitokondria untuk mengalami oksidasi menjadi molekul asetil koA. 1 molekul
glukosa akan menghasilkan 2 molekul piruvat yang memiliki 3 atom karbon. Piruvat
akan diubah menjadi asetil koA yang memiliki 2 atom karbon. Dalam eritrosit, setelah
mengalami glikolisis maka piruvat akan diubah menjadi laktat.2
Piruvat dehidrogenase ialah enzim yang berperan dalam proses ini.
Konsentrasi dari piruvat dehidrogenase meningkat pada saat makan dan saat piruvat
banyak terbentuk. Sebaliknya kondisi kelaparan serta konsentrasi asetil koA yang
meningkat akan menghambat kerja dari piruvat dehidrogenase.

Gambar 3. Oksidasi Piruvat.3

Selain itu kinase spesifik juga berperan dalam proses oksidasi piruvat.
Fosforilasi kinase dapat menghambat aktivitas enzim ini, sedangkan defosforilasi
kinase dapat mempercepat kerja enzim ini. Enzim ini memerlukan koenzim NAD +
6

yang melalui rantai pernapasan akan berubah menjadi NADH dan menghasilkan 3
ATP.
Proses reaksi memerlukan 5 vitamin dalam bentuk koenzim, yaitu vitamin
asam lipoat, vitamin B1, B2, B5 dan vitamin asam pantotenat. Sedangkan hambatan
pada enzim piruvat dehidrogenase dapat menyebabkan laktat asidosis. Kondisi ini
dapat terjadi pada keracunan ion merkuri dan pada penderita diabetes melitus. 3
Jumlah ATP yang dihasilkan pada proses ini ialah sebesar 6 ATP.
c. Siklus Asam Sitrat
Siklus asam sitrat merupakan jalur akhir bersama metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak. Asetil koA sebagai substrat awal kerja enzim pada siklus asam
sitrat dapat dihasilkan dari katabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Siklus ini
dapat terjadi di mitokondria.

Gambar 4. Siklus krebs.3

Siklus ini merupakan siklus dimana terjadi penggabungan antara molekul


asetil koA dengan oksaloasetat hingga terbentuk asam trikarboksilat yaitu asam sitrat.
Asam sitrat akan mengalami beberapa reaksi untuk akhirnya kembali membentuk
oksaloasetat.5 Proses yang terjadi adalah sebagai berikut:
7

o Asetil koA + oksaloasetat + H2O " sitrat + koASH (enzim sitrat sintase)
o Sitrat " isositrat (enzim akonitase). Kerja enzim dapat dihambat oleh fluoroasetat.
Hal ini dikarenakan fluoroasetat dapat berkondensasi dengan oksaloasetat
membentuk fluorositrat yang menghambat kerja enzim akonitase.
o Isositrat + NAD+ " ketoglutarat + CO2 + NADH + H+ (enzim isositrat
dehidrogenase). Proses ini melalui rantai pernapasan akan menghasilkan 3 ATP.
o ketoglutarat + NAD+ + koASH " Suksinil ko-A + CO2 + NADH + H+ (enzim
ketoglutarat dehidrogenase). Proses ini juga menghasilkan 3 ATP. Kerja enzim
dapat dihambat oleh arsenat.
o Suksinil KoA + GDP +Pi " Suksinat + GTP + koASH (enzim suksinat tiokinase).
Melalui tingkat substrat maka GTP dapat menyumbang 1 gugus phospat ke ADP
untuk menghasilkan ATP.3
o Suksinat + FAD " Fumarat + FADH2 (enzim suksinat dehidrogenase). Kerja
enzim dapat dihambat malonat yang sifat inhibisinya ialah kompetitif. Jumlah
ATP yang dihasilkan melalui proses ini ialah 2 ATP.
o Fumarat + H2O " Malat (enzim fumarase)
o Malat + NAD+ " Oksaloasetat + NADH + H+ (enzim malat dehidrogenase).
Jumlah ATP yang dihasilkan melalui proses ini ialah sebesar 3 ATP.
Regulasi terutama dari siklus asam sitrat adalah konsentrasi produk. Semakin tinggi
konsentrasi produk, maka enzim untuk mensintesisnya semakin dihambat. 2 Hasil dari
siklus asam sitrat adalah 24 ATP, yang terdiri dari:

3 NADH : 9 ATP

1 FADH2 : 2 ATP

1 GTP : 1 ATP
Karena ada 2 molekul asetil koA, maka jumlah energi menjadi 12 x 2 ATP = 24 ATP.
Dari ketiga proses diatas total energi yang dihasilkan dalam oksidasi satu
molekul glukosa ialah sebesar 38 ATP (glikolisis 8 ATP, oksidasi piruvat 6 ATP dan
siklus asam sitrat 24 ATP)

d. HMP Shunt
HMP merupakan singkatan dari hexose mono phospat = pentose phospat
pathway. Proses ini merupakan jalan lain untuk oksidasi glukosa melalui
dehidrogenasi dengan NADP sebagai akseptor H+. Proses ini terjadi di sitoplasma sel
8

dan tidak menghasilkan ATP. HMP shunt aktif di hati, jaringan adiposa, sel darah
merah, korteks adrenal, kelenjar tiroid, kelenjar mammae yang sedang laktasi dan
kelenjar testis. Bagi sel darah merah, proses ini menyediakan glutation untuk
melindungi membran sel dari proses oksidasi oleh molekul H 2O2.3,4 Proses ini
bertujuan untuk menyediakan NADPH + H+. NADPH penting bagi sintesis asam
lemak, kolesterol, hormon steroid, asam amino dan hormon tiroid. Selain itu proses
ini akan menyediakan ribosa 5 phospat untuk sintesis nukleotida (RNA DNA).
HMP Shunt merupakan proses multisiklik, karena molekul glukosa 6-P yang
digunakan dapat kembali menjadi glukosa 6-P. Proses ini memerlukan 3 molekul
glukosa 6 phospat. Adapun enzim yang dibutuhkan dalam proses ini ialah :

Glukosa 6-P dehidrogenase yang mengubah glukosa 6-P menjadi 6fosfoglukonat.

6-fosfo glukonat dehidrogenase mengubah 6 fosfoglukonat menjadi ribulosa 5Phospat.

Epimerase mengubah ribulosa 5 phospat " xilulosa 5 phospat dan ribosa 5


phospat " arabinosa 5 phospat.

Keto isomerase mengubah ribulosa 5 phospat menjadi ribosa 5 phospat.

Transketolase dan transadolase.

e. Glikogenesis
Merupakan proses pembentukan glikogen dari molekul glukosa. Fungsi dari
pembentukan glikogen ialah sebagai cadangan energi terutama di hati dan otot. Proses
glikogenesis umumnya meningkat sesaat setelah makan dan menurun pada saat
puasa/lapar.2
Glikogen merupakan polisakarida yang terdiri dari rantai lurus dan rantai
bercabang. Pada rantai lurus terjadi ikatan glikosidik antara gugus gula yang satu
dengan yang lainnya pada ikatan 1,4 dan ikatan glikosidik rantai bercabang pada
ikatan 1,6. Glikogen ini adalah simpanan utama karbohidrat yang paling mudah
diubah kembali menjadi monosakarida, tidak seperti halnya pada lemak yang relatif
lebih sulit dimobilisasi.
Proses glikogenesis terjadi di hati dan otot. Di hati fungsi utama glikogen ialah
sebagai simpanan glukosa dan akan dipakai bila sewaktu-waktu kadar glukosa di
dalam darah mengalami penurunan. Sedangkan glikogen di otot berfungsi sebagai
sumber energi untuk proses glikolisis di dalam sel otot sendiri, bukan sebagai sumber
9

glukosa untuk meningkatkan kadar glukosa darah. Mengapa? Karena tidak ada enzim
glukosa 6-P fosfatase yang dapat mengubah glukosa 6-P menjadi glukosa bebas di
otot. Enzim ini terdapat di hati.5
Proses glikogenesis awalnya memerlukan molekul glikogen asal yang
terbentuk dari protein. Pada asam amino tiroksin dari protein inilah akan terjadi
glikosilasi. Namun glukosa bebas tidak dapat langsung ditautkan pada glikogen
primer ini. Bentuk glukosa yang dapat ditautkan ialah UDP glukosa.
Proses glikogenesis yang terjadi adalah sebagai berikut:

Pembentukan UDP glukosa dari glukosa 1-P. Reaksi ini terjadi dengan bantuan
enzim UDP glukosa pirofosforilase. Reaksinya ialah:

Glukosa 1-P + UTP " UDP Glukosa + 2Pi

Pembentukan unit glukosil 1"4 dari molekul glikogen primer yang ditambahkan
molekul UDP glukosa dengan bantuan enzim glikogen sintase.

Bila jumlah molekul dalam rantai lurus telah mencapai 11 molekul glukosa,
maka enzim percabangan akan memindahkan 6 molekul glukosa ke cabang
lain.

f. Glikogenolisis
Merupakan proses kebalikan dari glikogenesis, yaitu proses pemecahan
glikogen menjadi glukosa. Dapat terjadi di hati dan otot. Di hati proses ini akan
meningkatkan kadar glukosa darah meskipun dalam jumlah yang kecil. Sedangkan di
otot glikogenolisis terjadi pada keadaan kerja fisik seperti berolahraga.
Proses yang terjadi adalah sebagai berikut:

Pada rantai cabang dari glikogen, enzim fosforilase yang merupakan enzim
regulator akan mengkatalisis reaksi pemecahan ikatan glikosidik atau yang
disebut juga dengan fosforilisis (pemecahan dengan phospat). Oleh fosforilase,
molekul glukosa akan dilepas dan diikat dengan phospat pada atom karbon nomor
1. Proses pelepasan ini akan terus berlanjut sampai tinggal 4 molekul glukosa di
cabang.3

Glukan transferase akan memindahkan 3 dari 4 molekul glukosa yang tersisa


ke rantai lurus dan meninggalkan 1 molekul glukosa pada cabang tersebut.

10

Debranching enzyme akan menghidrolisis tempat percabangan dimana tersisa 1


molekul glukosa untuk menghasilkan 1 glukosa bebas. Dengan kata lain enzim ini
meniadakan percabangan.
Karena hanya 1 molekul glukosa bebas yang dihasilkan (meskipun ada

glukosa 1-P), maka hanya sedikit terjadi kenaikan kadar glukosa darah akibat proses
ini.
g. Glukoneogenesis
Merupakan reaksi pembentukan karbohidrat dari senyawa non karbohidrat.
Senyawa yang dimaksud adalah asam amino glukogenik, laktat, gliserol dan
propionat. Tujuannya ialah menyediakan glukosa bagi tubuh bila dalam keaadan
lemah dan berpuasa. Proses ini terjadi di hati dan ginjal. Proses ini melibatkan
sebagian besar glikolisis EM, siklus asam sitrat dan beberapa reaksi lainnya.3,5

Gambar 5. Glikolisis dan glukoneogenesis.3

Metabolisme Minor Pathway


a. Jalan Metabolisme Asam Uronat
Merupakan suatu proses pengubahan glukosa menjadi asam uronat. Asam
uronat kemudian dapat diubah menjadi xylulosa yang akan masuk ke dalam HMP
shunt karena xylulosa merupakan salah satu komponen dari HMP shunt. Pada
organisme yang tingkatannya lebih rendah dari primata (seperti aves) jalur ini
digunakan untuk mensintesis vitamin C. Asam uronat selain dapat diubah menjadi
xylulosa dapat juga digunakan untuk sintesis glikosaminoglikan dan proteoglikan.
Selain itu asam uronat dapat berkonjugasi dengan xenobiotik agar lebih mudah
dimetabolisir oleh tubuh.2
b. Metabolisme Fruktosa
11

Tujuannya ialah agar dapat menggunakan fruktosa sebagai sumber energi


untuk mendapatkan ATP melalui proses metabolisme karbohidrat. Caranya ialah
dengan mengubah fruktosa menjadi fruktosa 1-P. Analog dengan glukosa, pada
fruktosa ada dua enzim yang bekerja yaitu fruktokinase dan heksosakinase.
Fruktokinase didapati di hati dan spesifik bekerja untuk fruktosa, sedangkan
heksokinase terdapat di jaringan ekstrahepatik.
Namun, tidak seperti glukokinase yang berafinitas rendah terhadap glukosa di
hati, fruktokinase berafinitas relatif lebih tinggi dibandingkan heksokinase terhadap
fruktosa. Bahkan proses glikolisis fruktosa di dalam hati berlangsung lebih cepat
dibanding jaringan ekstrahepatik karena proses ini melewati jalan pintas. Yang
dimaksud dengan jalan pintas ialah pada proses ini tidak melalu reaksi yang
dikatalisis oleh fruktofosfo-kinase. Pada keadaan diabetes, penumpukan fruktosa
bersama sorbitol (bentuk alkohol dari glukosa) dapat menyebabkan katarak.2
c. Metabolisme Galaktosa
Proses metabolisme galaktosa terjadi di hati dengan jalan mengubah galaktosa
menjadi glukosa.

Mengubah galaktosa menjadi galaktosa 1-P dengan enzim galaktokinase.

Galaktosa 1-P + UDP glukosa " glukosa 1-P + UDP galaktosa dengan enzim
galaktosa 1-P Uridil Transferase

UDP galaktosa " UDP glukosa dengan bantuan UDP galaktosa 4-epimerase.

UDP glukosa + PPi " UTP + glukosa 1-P dengan UDPG pirofosforilase

Akhirnya glukosa 1-P diubah menjadi glukosa 6-P yang akan masuk ke dalam
proses glikolisis.

d. Metabolisme Gula Amin (Heksosamin). Proses metabolisme gula amin diperlukan


untuk sintesis glikosaminoglikan, proteoglikan, gangliosida dan asam sialat.2

Protein
Protein berasal dari bahasa Yunani, proteios, yang berarti bahan penyokong yang
pertama. Protein dibuat dari banyak asam amino yang dirangkai menjadi rantai-rantai oleh
ikatan peptide yang menghubungkan gugus aino pada satu asam amino. Jalur metabolik
utama dari asam-asam amino terdiri atas pertama, produksi asam amino dari pembongkaran
protein tubuh, digesti protein diet serta sintesis asam amino di hati. Kedua, pengambilan
12

nitrogen dari asam amino. Sedangkan ketiga adalah katabolisme asam amino menjadi energi
melalui siklus asam serta siklus urea sebagai proses pengolahan hasil sampingan pemecahan
asam amino. Keempat adalah sintesis protein dari asam-asam amino. Proses metabolisme
protein terjadi di hati.4 Asam-asam amino tidak dapat disimpan oleh tubuh. Jika jumlah asam
amino berlebihan atau terjadi kekurangan sumber energi lain (karbohidrat dan protein), tubuh
akan menggunakan asam amino sebagai sumber energi. Tidak seperti karbohidrat dan lipid,
asam amino memerlukan pelepasan gugus amin. Gugus amin ini kemudian dibuang karena
bersifat toksik bagi tubuh. Setelah mengalami pelepasan gugus amin, asam-asam amino dapat
memasuki siklus asam sitrat melalui jalur yang beraneka ragam.4
Setelah asam amino disintesis, maka di ribosom asam amino akan dirangkai
membentuk protein. Protein tubuh mempunyai masa turn over dan dapat dikatabolisme.
Lisosom merupakan tempat utama katabolisme protein, sedangkan sitosol merupakan tempat
katabolisme protein yang memiliki masa kerja pendek dan protein yang abnormal. Setelah
dikatabolisme, bentuk ekskresi terutama dari protein ialah urea melalui urin. Urea disintesis
melalui empat tahap, yaitu:
1.

Transaminasi
Pada transaminasi dengan bantuan piruvat dan ketoglutarat, berbagai

macam asam amino akan diubah kedalam bentuk keto sedangkan piruvat akan
membentuk alanin dan ketoglutarat akan membentuk glutamat. Caranya ialah
dengan melepas gugus amina dari asam amino. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:

Piruvat + Asam Amino

Alanin + Asam Amino -keto (ALA

transaminase)

ketoglutarat + Asam Amino D Glutamat + Asam Amino -keto


(glutamat transaminase)

Namun pemusatan asam amino lebih bekerja untuk pembentukan asam


glutamat dibanding alanin. Reaksi transaminasi tidak terjadi pada asam amino lisin,
threonin, prolin dan hidroksi prolin. Glutamat hasil proses transaminasi dapat
mengalami proses deaminasi oksidatif untuk menghasilkan amoniak.4
2.

Deaminasi Oksidatif

13

Pada proses ini glutamat akan melepas gugus amina yang akan bereaksi
dengan ion hidrogen membentuk amoniak.
L-Glutamat + NAD+/NADP+ D ketoglutarat + NH3 + NADH/NADPH + H+
(L-glutamat dehidrogenase)
3.

Transpor Amonia
Amoniak ditranspor dalam darah menuju ke hati untuk mengalami intoksikasi.

Kadar amoniak yang normal dalam darah ialah berkisar 10-20 g/dL. Kadar amoniak
yang tinggi dapat menyebabkan gangguan bicara, penglihatan kabur hingga koma. Hal
ini dapat dijumpai pada sirosis hati. Selain hasil katabolisme, amoniak darah juga
berasal dari senyawa N di kolon akibat aktivitas bakteri usus. Setelah sampai di hati,
amoniak dapat digunakan untuk sintesis urea ataupun pembentukan asam amino.4
4.

Sintesis Urea
Terjadi di hati. Dalam hepatosit, proses ini terjadi di mitokondria dan sitosil.

Enzim pengatur pada siklus urea ialah karbamoil fosfat sintase I. Senyawa awal yang
dibutuhkan ialah NH4+ dan CO2. Nitrogen disini dapat dibawa oleh asam amino
citrulin, ornitin, arginin, arginin suksinat dan aspartat. Kondisi patologis seperti
diabetes melitus tidak terkontrol dapat mendorong peningkatan sintesis urea. Kelainan
pada siklus urea dapat menyebabkan intoksikasi amonia yang dapat menyebabkan
retardasi mental.3
Senyawa nitrogen dalam keadaan tertentu intakenya dibutuhkan lebih tinggi.
Pada kondisi patologis ekskresi nitrogen dapat meningkat. Perbandingan antara
jumlah nitrogen yang masuk ke dalam tubuh dengan jumlah nitrogen yang
diekskresikan disebut sebagai balans nitrogen. Balans nitrogen cenderung positif pada
masa pertumbuhan, kehamilan, masa penyembuhan dan pemberian hormon anabolik.
Sedangkan balans nitrogen yang negatif ditemukan pada malnutrisi dan penyakit berat
seperti kanker dan diabetes melitus. Orang dewasa yang sehat memiliki balans
nitrogen yang seimbang.4,5

Lemak
Lemak atau lipid terdapat pada semua bagian tubuh manusia terutama pada bagian
otak, mempunyai peran yang sangat penting dalam proses metabolisme secara umum.

14

Sebagian lipid jaringan tersebar sebagai komponen utama membran sel dan berperan
mengatur jalannya metabolisme di dalam sel.
Sebagian besar asam lemak bebas yang mengalami katabolisme berasal dari proses
hidrolisis trigliserida oleh enzim lipase yang terdapat di dalam sel jaringan lemak. Asam
lemak ini dikeluarkan dari sel, berikatan dengan serum albumin yang kemudian bersama
aliran darah dibawa ke jaringan lainnya di dalam tubuh untuk selanjutnya mengalami
oksidasi. Dalam hal ini asam lemak yang masuk ke jaringan lebih dulu dipergiat dengan
perantaraan enzim di dalam sitoplasma, baru kemudian dapat dimasukkan ke dalam
mitokondrion untuk selanjutnya mengalami proses oksidasi menghasilkan energi yang
dipakai untuk segala kegiatan dalam tubuh yang memerlukan energi. 3 Oksidasi sempurna
asam lemak berantai panjang di dalam semua sel jaringan hewan mamalia, kecuali di dalam
sel otak, menghasilkan CO2 dan H2O sebagai hasil akhir. Dalam keadaan tertentu oksidasi
asam lemak dalam sel otak menghasilkan asam -hidroksibutirat. Kelincahan gerak,
penyebaran, dan oksidasi asam lemak yang terjadi di dalam tubuh berlangsung secara terpadu
dengan proses metabolisme karbohidrat dan diatur oleh sistem hormon endokrin yang
rumit.1,3
Oksidasi Asam Lemak: Ketogenesis
Meskipun asam lemak mengalami oksidasi menjadi asetil-KoA dan disintesis dari
asetil KoA, namun oksidai asam lemak bukan merupakan pembalikan sederhana dari
biosintesis asam lemak, tetapi merupakan proses yang sama sekali berbeda dan berlangsung
di kompartemen sel yang berbeda. Pemisahan oksidasi asam lemak di mitokondria dari
biosintesis di sitosol memungkinkan tiap proses dikendalikan secara individual dan
diintegerasikan sesuai kebutuhan jaringan. Setiap tahap pada oksidasi asam lemak melibatkan
turunan asil KoA yang dikatalisis oleh enzim-enzim berbeda, menggunakaan NAD+ dan FAD
sebagai koenzim, dan menghasilkan ATP. Proses tersebut merupakan suatu proses aerob yang
memerlukan keberadaan oksigen.3 Meningkatnya oksidasi asam lemak merupakan
karakteristik kelaparan dan diabetes melitus, yang menyebabkan pembentukan badan keton
oleh hati (ketosis). Badan keton bersifat asam, dan jika diproduksi secara berlebihan dalam
jangka panjang, seperti pada diabetes, menyebabkan ketoasidosis yang pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian. Karena glukoneogenesis bergantung pada oksidasi asam lemak,
setiap gangguan pada oksidasi asam lemak mengakibatkan hipoglikemia. Hal ini terjadi pada
berbagai keadaa defisiensi karnitin atau defisiensi enzim-enzim esensial pada oksidasi asam
15

lemak, misalnya karnitin palmitoltransferase, atau inhibisi oksidasi asam lemak oleh racun,
misalnya hipoglisin.3 Ketogenesis diatur di tiga tahap penting, yaitu:
Ketosis tidak terjadi in vivo, kecuali jika terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas
dalam darah yang berasal dari lipolisis triasilgliserol di jaringan adiposa. Asam lemak bebas
adalah prekursor badan keton di hati. Hati, baik dalam keadaan kenyang maupun puasa,
mengekstraksi sekitar 30% asam lemak bebas yang melewatinya sehingga pada konsentrasi
tinggi, aliran asam lemak yang melewati hati cukup banyak. Karena itu, faktor-faktor yang
mengatur mobilisasi asam lemak dari jaringan adiposa penting untuk mengontrol ketogenesis.
Setelah diserap oleh hati, asam lemak bebas mengalami oksidasi beta menjadi CO2
atau badan keton atau teresterifikasi menjadi triasilgliserol dan fosfolipid. Masuknya asam
lemak ke dalam jalur oksidatif diatur oleh karnitin palmitoiltransferase-I (CPT-I), dan asam
lemak lainnya yang terserap diesterifikasi.1,4 Pada gilirannya, asetil KoA yang dibentuk dalam
oksidasi beta dioksidasi dalam siklus asam sitrat, atau memasuki jalur ketogenesis untuk
membentuk badan keton. Seiring dengan meningkatnya asam lemak bebas serum, semakin
banyak asam lemak yang diubah menjadi badan keton dan semakin sedikit yang dioksidasi
melalui siklus asam sitrat menjadi CO2. Pemisahan asetil KoA diatur sedemikian rupa agar
energi bebas total yang terserap dalam ATP yang terbentuk dari oksidasi asam lemak bebas
akan konstan sewaktu konsentrasinya dalam serum berubah.

Hormon-hormon yang Berperan


1. Hormon insulin yang diproduksi sel beta pada pankreas meningkatkan pengambilan
glukosa oleh sel jaringan (otot, jantung, adiposa, diafragma).
2. Glukokortikoid dibentuk dalam zona fasikulata. Kortisol merupakan glukokortikoid
utama pada manusia. Kortisol mempunyai efek pada tubuh antara lain dalam:
metabolisme glukosa (glukosaneogenesis) yang meningkatkan kadar glukosa darah,
metabolisme protein, keseimbangan cairan dan elektrolit, inflamasi dan imunitas, dan
terhadap stresor.1,5
3. Hormon tiroid, memiliki efek pada metabolisme lemak : meningkatkan metabolisme
lemak dan mempercepat proses oksidasi asam lemak bebas oleh sel.5

16

4. STH (Somatotrof Hormone)/GH (Growth Hormon)/Somatotropin, hormon ini berasal


dari hipofisis pars anterior. Hormon ini berfungsi untuk memacu pertumbuhan
terutama pada peristiwa osifikasi dan mengatur metabolisme lipid dan karbohidrat.
5. Hormon Adrenalin/Epinefrin, hormon ini berada di kelenjar adrenal/suprarenalis
bagian medula. Hormon ini secara umum berfungsi untuk memicu reaksi terhadap
tekanan dan kecepatan gerak tubuh dan memicu reaksi terhadap efek lingkungan,
seperti suara yang tinggi, dan intensitas cahaya. Bila terjadi kekurangan penghasilan
hormon adrenalin/epinefrin akan menyebabkan penyakit Adison.5
6. Hormon Kortisol, memiliki fungsi untuk memacu metabolisme karbohidrat dan
meningkatkan respon imunitas tubuh dan bila terjadi kenaikan dalam penghasilan
hormon ini akan dapat menyebabkan sindrome cushing.
7. Hormon Glukagon, hormon ini berada di pulau langerhans pankreas. Hormon ini
mempunyai sifat kerja yang sinergis dengan hormon adrenalin dan memiliki fungsi
untuk meningkatkan kadar gula dalam darah serta mengubah glikogen menjadi
glukosa dalam peristiwa glikolisis.5

Penutup
Dari skenario diketahui bahwa pelajar tersebut mengalami letih dan pusing hal itu
disebabkan berkurangnya energi yang digunakan untuk berlari keliling lapangan. Energi yang
dibutuhkan untuk melakukan aktivitas sehari-hari didapatkan dari makanan yang dikonsumsi
yaitu yang utama adalah karbohidrat, lemak dan protein. Apabila energi yang dihasilkan dari
metabolisme karbohidrat sudah tidak mencukupi untuk aktivitas, maka energi akan diperoleh
dari metabolisme lemak dan protei yang disimpan dalam tubuh untuk energi cadangan. Pada
proses metabolisme energi juga memerlukan beberapa proses agar dapat membentuk energi
yang diserap oleh tubuh. Karena itu, metabolisme pembentukan energi sangat penting untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
17

Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2011.870.h.609-86.
2. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi-27. Jakarta: EGC;
2009.709.h.176-7.
3. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta : EGC;
2000.770.h.546-8.
4. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-20. Jakarta: EGC; 2003.h.276-88.
5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.389.h.299-305.

18

You might also like