Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam
penulisan makalah ini ialah PEMERIKSAAN LABORATORIUM & RADIOLOGI
GINJAL
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
a. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan diatas, maka Penulisan ini bertujuan untuk
mengetahui PEMERIKSAAN LABORATORIUM & RADIOLOGI GINJAL
b. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Praktis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam mata kuliah
sistem perkemihan mengenai pemeriksaan laboratorium & radiologi ginjal.
2. Manfaat Akademis
Diharapkan dapat berguna bagi UKIM dan sebagai salah satu persyaratan
akademis untuk mendapatkan nilai.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Urinalisis Rutin
Tes skrining yang sederhana dan murah disebut urine rutin, merupakan tes yang
seringkali pertama diberikan jika masalah ginjal dicurigai.
1. Pra Analitik :
Pada tahapan ini yang perlu diperhatikan adalah persiapan pasien seperti
makanan, minuman atau obat yang dikonsumsi sebelum pengambilan sampel. Lalu,
pada proses pengambilan sampel, pertama pemilihan bahan specimen. Yang terbaik
adalah urin pagi atau setelah bangun tidur. Specimen ini pekat sehingga lebih mudah
mendapatkan kelainan yang ada. Kedua cara pengambilan specimen dianjurkan urin
porsi tengah secara bersih. Porsi tengah urin adalah bagian urin yang dikeluarkan di
tengah proses miksi. Secara bersih yaitu didahului dengan membersihkan alat kelamin
lalu urin ditampung tanpa mengenai bagian badan atau penampung lain. Pada
perempuan disarankan penampungan urin dengan membuka labia alat kelamin. Ketiga
adalah menggunakan penampungan yang bersih, kering, bermulut lebar, ditutup
dengan rapat, , disposable dan memakai label.
Urin tersebut harus diperiksa/dianalisis dalam jangka waktu 1 jam dari saat
pengeluaran agar unsur-unsur yang ada tidak berubah terutama pH dan unsur-unsur
selular. Apabila perlu jangka waktu lebih lama sebelum dapat diperiksa maka
diusahakan
dengan
menempatkan
penampung
urin
dalam
pendingin
atau
2. Analitik :
Pada
tahapan
ini
dilakukan
pemeriksaan
makroskopis
(warna,
bau,
Reference Range
Color
Appearance
Specific Gravity
pH
Protein
Glucose
Ketones
Bilirubin
Occult blood
Leukocyte Esterase
Nitrite
Urobilinogen
WBCs
RBCs
0-4/hpf
male: 0-3/hpf
female: 0-5/hpf
0-4/lpf
Negative
Casts
Bacteria
3. Interference Factor :
4
lpf = Low
Kreatinin Klirens :
= U x V x f bila diuresis > 2 mL/menit, U x V x f bila diuresis < 2 mL/menit
B
Dengan:
U = kadar ureum urin (mg/dL)
V = diuresis per menit (cc/menit)
B = kadar ureum serum (mg/dL)
f = faktor hubungan antara berat badan dan tinggi badan
Hasil juga dikalikan faktor pengenceran jika kadar melebihi batas linearitas.
Satuan urea clearance yaitu ml/menit atau ada juga yang lebih lazim dipakai yaitu
dengan %. Apabila didapatkan diuresis 2 ml/menit atau lebih, maka nilai urea clearance
dibandingkan dengan 75 ml/menit yang dianggap 100%, bilamana diuresis kurang dari
2 ml/menit nilai clearance dibandingkan dengan 54 ml/menit yang dianggap 100% pula.
3. Pasca Analitik :
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan,
PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.
4. Nilai Normal :
Kadar ureum normal umunya adalah 10- 40 mg/dL, dan dalam urin kadar
normalnya adalah 26-43 g/24 jam. Nilai normal urea clearance berkisar antara 70-110
%, nilai normal itu sebenarnya diperhitungkan untuk seorang yang mempunyai luasn
badan 1,73 m2. Jika luas badan seseorang tidak mendekati nilai itu, maka harus
diadakan koreksi atas berat badan dan tinggi badan.
5. Interference Factor :
Uji urea clearance dipengaruhi oleh usia, berat badan, tinggi badan, katabolisme
protein, kebakaran, infark miokard, asupan makanan, kehamilan, gangguan hati, masa
pertumbuhan Selain itu juga dipengaruhi oleh persiapan atau riwayat pasien, dan
pengolahan sampel. Jika kadar ureum melebihi batas linearitas, maka harus
diencerkan.
3. UJI FAAL GINJAL
Uji faal ginjal terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum adalah
produk akhir dari metabolisme protein di dalam tubuh yang dikeluarkan lewat urin
sehingga pada kelainan ginjal, pengeluaran ureum ke dalam urin terhambat sehingga
kadarnya akan meningkat di dalam darah. Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan
oleh otot dan dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Oleh karena itu, kadar kreatinin darah
tergantung pada jenis kelamin, besar otot, dan faal ginjal.
Beratnya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji bersihan kreatinin
(creatinine clearance test/CCT). Pemeriksaan CCT ini memerlukan urin kumpulan 12/24
jam, sehingga bila pengumpulan urin tidak berlangsung dengan baik akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan CCT. Akhir-akhir ini, penilaian faal ginjal dilakukan
dengan pemeriksaan cystatin-C dalam darah yang tidak dipengaruhi oleh kesalahan
pengumpulan urin 24 jam. Cystatin adalah zat dengan berat molekul rendah yang
dihasilkan oleh semua sel berinti di dalam tubuh yang tidak dipengaruhi oleh proses
radang atau kerusakan jaringan. Zat tersebut akan dikeluarkan ginjal. Oleh karena itu,
kadar cystatin dipakai sebagai indikator yang sensitif untuk mengetahui kemunduran
fungsi ginjal.
0,01 mg/mL. Cara lain yang sering digunakan adalah menggunakan Cockcroft-Gault
formula:
dalam darah sehingga dapat diketahui perubahan fraksi protein lebih teliti dari hanya
pemeriksaan protein total dan albumin serum.
5. URINE KULTUR
Menyiapkan urine steril untuk pemeriksaan kultur dengan cara pengambilan
urine tengah (midstream urine).
Tujuan:
o Untuk mengetahui adanya infeksi pada traktus urogenitalis.
Persiapan alat:
o Alat penampung urine steril (botol penampung urine steril).
o Sabun.
o 3 potong penutul (kapas/kasa) dibasahkan dengan air steril.
Petunjuk umum:
o Hanya bagian luar alat penampung yang dipegang. Urine di tampung
dengan baik setelah mengalir.
Petunjuk khusus:
o Pada Wanita:
o Pada Laki-laki:
Prosedur:
o Pasien diberitahu mengenai tindakan yang akan dilakukan.
10
faal
trombosit
dan
pada
pasien
dengan
vaskulopati.
d) Faal trombosit : dikerjakan bila ada dugaan gangguan faal trombosit,misalnya
pada pasien dengan gangguan hemostasis primer tetapi jmlah trombositnya
normal.Tes faal trombosit ini untuk melihat kemampuan adhesi sel trombosit
dan kemampuan agregasi sel trombosit.
11
faktor
intrinsik
atau
adanya
antikoagulan
terhadap
faktor
Penampung : Bahan plastik atau gelas yang dilapisi silikon, untuk mencegah
terjadinya aktivasi faktor pembekuan
Banyak penderita Tumor atau kanker di Indonesia, akan tetapi tidak tahu apa yang
digunakan untuk mendiagnosanya. Berikut adalah pemeriksaan Laboratorium yang
digunakan untuk mendiagnosanya.
CEA di bentuk di saluran gastro-intertinal dan pancreas sebagai antigen pada
permukaan sel yang selanjutnya di sekresikan ke dalam cairan tubuh
CEA sebagai petanda tumor untuk kanker kolorektal, oesofagus, pankreas,
lambung, hati, payudara, ovarium dan paru-paru.
Pemeriksaan CEA untuk pemantauan terapi dan meramalkan prognosis.
CEA > 20 ng/mL preoperasi keganasan tinggi (pronosis Kurang baik
12
CEA > 2.5 ng/ml Postoperasi adanya kekambuhan 80 % (18 bln mendatang
CEA < 20 ng/ml Metastase
AFP (ALFA FETO PROTEIN)
Glikoprotein BM 70.000 dalton
Digunakan untuk deteksi dan pemantauan cancer hati, testis dan ovarium
> 95 % hepatome menunjukkan kenaikan kadar AFP
AFP > 1000 ng/mL dipastikan hepatoma
CA 15-3 (Cancer Antigen)
Glikoprotein BM 300.000 450.000 dalton
CA 15-3 meningkat pada kanker payudara
Digunakan untuk diagnosis dan pemantauan therapy
Peningkatan Ca 15-3 ditemukan pada pasien sirosis, hepatitis, kelainan
Autoimun dan kelainan kelenjar ovarium
CA 125 (Cancer Antigen 125)
Glikoprotein BM 200.000 dalton
Digunakan untuk diagnosis dan pemantauan cancer ovarium
Peningkatan CA 125 terjadi pada penyakit hati kronis, pankreatitis, peritonitis,
tetapi kadarnya < 100 U/mL
Sensitifitas tinggi pada karsinoma epitel ovarium
CA 19-9
Digunakan untuk diagnosis kanker pankreas
Membantu membedakan kanker pankreas dan saluran empedu, serta kondisi
non kanker seperti pankreatitis
Memonitor respon terhadap therapy
Memonitor prognosis kanker pankreas
Pemeriksaan pendukung : CEA, Bilirubin, Fungsi Liver
Gejala : Sakit abdomen, berat badan turun, dan ikterik
PSA (Prostate Spesifik Antigen)
PSA ada 3 bentuk :
PSA komplek (berikatan dengan serine protease inhibitor alpha 1
13
Penampungan Sampel
1. Persiapan
o Penampungan air mani sebaiknya dilakukan di ruangan privat dekat
laboratorium, agar mengurangi paparan semen terhadap perubahan suhu
dan untuk mengontrol waktu antara penampungan dan analisis. Jika pasien
menampung di rumah, maka harus dikirim ke laboratorium segera dalam
waktu kurang dari 1 jam, dan dalam suhu 20-37 C.
o Sampel ditampung setelah abstinensia seksual (tidak mengeluarkan sperma)
minimal 2 hari dan maksimal 7 hari.
14
o Informasi biodata pasien harus lengkap: nama, tempat tanggal lahir, waktu
pengumpulan, dan sebagainya.
2. Penampungan semen
o Air mani ditampung dengan jalan masturbasi dan diejakulasikan langsung ke
dalam botol gelas bersih dan steril yang bermulut lebar, terbuat dari kaca
ataupun plastik yang telah dikonfirmasi tidak toksik terhadap spermatozoa.
o Botol spesimen sebelumnya dijaga dalam suhu lingkungan antara 20 C dan
37
untuk
mencegah
perubahan
suhu
yang
besar
yang
dapat
memperoleh
bahan
yang
reprentatif,
bila
keadaan
16
f) Untuk membuat apusan, pilihlah bagian yang mengandung garis darah atau
bagian yang padat. Kemudian masukkan dalam alcohol 95% selama 2 jam,
keringkan diudara dan dikirim ke laoboratorium Sitologi.
3. Cairan dari tubuh lain :
a. Pleural effusion = cairan pleura
b. Cairan pericardium
c. Cairan ascites
d. Cairan cerebrospinal
e. Cairan sendi
Cairan diatas difiksasi dalam ethyl alcohol 50% dan dikrim ke laboratorium
Sitologi. Untuk memperoleh bahan yang representative, sebaiknya posisi
penderita diubah-ubah sebelum dilakukan fungsi.
B. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
1. Foto polos abdomen merupakan pemeriksaan yang pertama dilakukan bila ada
keluhan nyeri abdomen atau nyeri di sekitar area urogenital. Manfaat dari
pemeriksaan ini adalah untuk melihat gambaran secara keseluruhan di rongga
abdomen dan pelvis
o Teknik Pemeriksaan Foto Polos Abdomen
Pengertian
Tujuan
vertebra.
Agar dapat digunakan sebagai pedoman dari
Spesialis Radiologi Radiodiagnotik dan perawat di
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur Persiapan
Prosedur Tindakan
kV 68 75
mAS 9 14
o Posisi abdomen AP erect (duduk)
o Pasien duduk tegak / tegak
o Kaset di bawah grid / dibawah pasien
o Bagian atas (diafragma) harus terbawa untuk
melihat sekiranya ada udara bebas / fluid level
dalam rongga abdomen
o Exposi diambil : tahan nafas / exposi
o Kedua dinding abdomen harus masuk
Penilaian
Lama Tindakan
pencernaan.
Dari mulai persiapan pasien sampai foto selesai
19
Komplikasi
Wewenang
dibuat adalah:
Tidak ada
Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer.
Penilaian/Pembacaan dilakukan oleh ahli
Radiologi.
3. Urografi Retrograde
Indikasi urografi retrograde adalah untuk melihat anatomi traktus urinarius bagian
atas dan lesi-lesinya. Hal ini dikerjakan apabila pielografi intravena tidak berhasil
menyajikan anatomi dan lesi-lesi traktus urinarius bagian atas. Keistimewaan
urografi retrigrad berguna melihat fistel.
Urografi retrograd memerlukan prosedur sistoskopi. Kateter dimasukkan oleh ahli
urologi. Kerjasama antara ahli urologi dan radiologi diperlukan karena waktu
memasukkan kotras, posisi pasien dapat dipantau(dimonitor) dengan fluoroskopi atau
televisi. Udara dalam kateter dikeluarkan, kemudian 25 % bahas kontras yang
mengandung iodium disuntikkan dengan dosis 5-10 ml dibawah pengawasan
fluoroskopi. Harus dicegah pengisian yang berlebihan karena risiko ekstravasasi ke
dalam sinusrenalis atau intravasasi ke dalam kumpulan saluran-saluran (collecting
duct). Ekstravasasi kontras dapat menutupi bagian-bagian yang halus dekat papilla.
Rutin dibuat proyeksi frontal dan oblik. Kemudian kateter diangkat pada akhir
pemeriksaan, lalu dibuat foto polos abdomen. Jika ada obstruksi dibuat lagi foto 15
menit kemudian.
4. Pemeriksaan IVP
Pemeriksaan IVP adalah pemeriksaan radiografi dari Traktus Urinarius (Renal,
Ureter, Vesica Urinaria dan Urethra) dengan penyuntikan media kontras positif (+)
secara intra vena. Tujuan pemeriksaan ini ialah untuk menggambarkan anatomi dari
Pelvis Renalis dan sistem Calyces serta seluruh Traktus Urinarius dengan penyuntikan
media kontras positif (+) secara intra vena dan Dapat mengetahui kemampuan ginjal
mengkonsentrasikan dan mengekskresikan media kontras tersebut.
1. Hasil ureum dan creatinin normal
2. Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang lunak/rendah
serat, misalnya bubur kecap.
3. 12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar.
21
22
ini
berhubungan
dengan
lamanya
pemeriksaan
yang
dibutuhkan.
adanya
alergi
maka
pemberian
harus
distop
pemberiannya. Karena eliminasi zat kontras sudah harus terjadi dalam 24 jam. Maka
ginjal klien harus dalam keadaan normal.
23
8. Pemeriksaan Skintigrafi
Skintigrafi atau disebut juga dengan renal scanning, merupakan suatu pemeriksaan
yang menggunakan radiasi nuklir (sinar gamma) untuk mengevaluasi fungsi dan
anatomi ginjal, beserta aliran darah (perfusi) ke ginjal.
1. Umumnya tidak ada persiapan khusus, seperti puasa atau pemberian obat
penenang, sebelum pemeriksaan dilakukan.
2. Minta pasien untuk meminum beberapa gelas air sebelum pemeriksaan.
3. Cek kondisi pasien bila pasien menderita alergi atau sensitif terhadap lateks,
obat-obatan tertentu, zat kontras, atau yodium.
4. Hentikan obat-obat untuk tekanan darah tinggi pada pasien selama beberapa
waktu menjelang pemeriksaan.
5. Minta pasien menandatangani surat persetujuan sebelum pemeriksaan.
BAB III
PENUTUP
24
a. Kesimpulan
1. Dari pembahasan pada bab II, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan
laboratorium dan radiologi penting untuk mengcrossheckan antara gejala yang
dikeluhkan pasien dengan tanda yang ditemukan. Karena pemeriksaan
laboratorium dan radiologi merupakan salah satu sarana untuk menunjang
penegakan diagnosis penyakit yang diderita pasien. Pemeriksaan radiologi juga
berperan untuk memberikan gambaran pada organ dalam pasien tanpa dinilai
apakah sedang mengalami kelainan (keadaan patologis) atau tidak.
2. Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis pada ginjal yakni;
Urinalis, Pemeriksaan darah rutin, Faal ginjal, Faal hepar, Faal pembekuan,
Tumor marker, Analisis semen, Analisis batu, Urin kultur, Sitologi urin, dan
Patologi anatomi.
3. Sedangkan pemeriksaan radiologi yakni; Foto polos abdomen, PIV, Uretrografi,
RPG, APG, USG, CT Scan, Sintigrafi.
b. Saran
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan mengikuti prosedur yang ada sehingga
diagnosa dapat ditegakkan semaksimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.abclab.co.id/?p=944
http://iqbali.blogspot.com/2008/03/nefrolitiasis-batu-ginjal.html
http://generalemergency.blogspot.com/2013/02/nefrolitiasis-batu-ginjal.html
http://bandungsehat.blogspot.com/2009/04/konsep-dasar-gagal-ginjal-kronik.html
25
http://medicina-islamica-lg.blogspot.com/2013/08/radiologi-sistem-urogenitalia.html
https://firzandinata.wordpress.com/2012/02/24/all-about-bno-ivp-frequently-askedquestions/
http://www.anakku.net/jenis-penyakit-ginjal-dan-saluran-kemih.html
26