You are on page 1of 4

Arti Pelayanan Diakonia di Masa Kini

March 28, 2015 / diakoniainternasional / 0 Comments


Diakonia berasal dari bahasa Yunani: Diakonein, yang berarti melayani. Umumnya diakonia
diartikan sebagai melayani meja makan. Dalam Perjanjian Baru Kata ini dipakai sebanyak
seratus kali dalam berbagai bentuk. Umumnya diartikan sebagai Pelayanan Kristus atau
Pelayanan Jemaat (Kolose 1:7). Namun makna yang paling penting ialah pelayanan Kristus bagi
umat-Nya (Markus 10:45) dengan memberikan nyawa-Nya. Karena itu semua pelayan Jemaat
pada mulanya disebut sebagai Diakonos.
Tetapi kemudian hari, dari istilah inilah timbul kata Diaken. Yang dipakai oleh Gereja sebagai
sebutan kepada sekelompok pelayan yang bertugas melayani jemaat di luar hal-hal yang
berkaitan dengan Liturgi (Kebaktian). Mereka memperhatikan kehidupan orang-orang yang
berada dalam kesusahan terutama pada janda dan yatim piatu. Justru oleh karena pelayanan para
Diaken kepada orang-orang susah inilah nampak keindahan persekutuan jemaat mula-mula. Dari
sana nampak jelas bahwa pemberitaan Firman itu tidak terpisahkan dari pelayanan (Diakonia)
dan juga persekutuan jemaat (Koinonia). Dalam perkembangan masa kini, pemahaman tentang
makna Diakonia telah semakin berkembang.
Masih Perlukah Diakonia pada masa kini? Mengapa ?
Diakonia bukanlah aturan yang sifatnya sementara, tetapi aturan ini sekaligus merupakan
perintah dari Tuhan yang sifatnya tetap untuk seterusnya sepanjang zaman sebelum kesudahan
segala masa. Karena Yesus Kristus sendiri pernah mengatakan dalam Matius 26:11, Karena
orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. Dan
pada kenyataannya, sampai saat ini kemiskinan tetap ada di dunia. Di seluruh dunia, angka
kemiskinan dari tahun ke tahun menunjukkan adanya peningkatan. Sebagai orang percaya kita
perlu memperhatikan dengan seksama perintah-perintah Tuhan menyangkut orang-orang miskin
dan yang membutuhkan pertolongan. Kisah pengemis Lazarus dan Orang Kaya yang kikir dalam
Lukas 16:19-31 memberikan pengertian kepada kita bahwa Tuhan menghendaki kita berbelas
kasihan kepada orang-orang miskin dan berlaku baik kepada mereka dengan cara menolong
mereka. Hukum yang pertama dan yang terutama adalah Kasihilah Tuhan Allahmu dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Dan hukum yang
kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius
22:38-39).
Orang yang menyebut dirinya mengasihi Tuhan haruslah menunjukkan juga bahwa dirinya
mengasihi sesamanya manusia.
Siapa Saja Yang Memerlukan Diakonia?
Dalam jemaat mula-mula pelayanan diakonia yang dilakukan oleh para diaken banyak ditujukan
kepada kelompok jemaat yang berkekurangan seperti janda-janda. Namun pemahaman diakonia
saat ini telah berkembang dan segmentasinya menjadi lebih luas. Diakonia saat ini dapat
diberikan kepada janda-janda, orang-orang miskin, orang yang sedang sakit dan membutuhkan
pertolongan dalam hal biaya pengobatan, dan yang terkena musibah bahkan orang-orang yang
berada dalam penjara. Diakonia bukan hanya ditujukan kepada sesama anggota jemaat tetapi
juga kepada umat kepercayaan lain, bahkan sampai kepada seluruh ciptaan.

Siapa Yang Harus Melayani Diakonia?


Perintah Tuhan Yesus sebenarnya ditujukan kepada semua orang. Gereja maupun jemaat harus
melakukan pelayanan diakonia ini. Dalam Kisah Para Rasul 6 diceritakan bahwa Rasul-rasul
ingin fokus dalam pelayanan Firman Allah, namun rasul-rasul tetap melakukan pelayanan
diakonia ini dengan cara mendelegasikannya kepada para diaken yang ditunjuk. Setiap anggota
jemaat juga harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap pelayanan diakonia. Karena banyak
sekali orang-orang yang membutuhkan pertolongan di sekitar kita. Banyak orang yang perlu kita
bantu bersama-sama agar taraf hidup mereka dapat meningkat. Diakonia bukan lagi hanya tugas
para Diaken, melainkan tugas seluruh warga jemaat karena diakonia adalah tugas Gereja secara
menyeluruh selaku tubuh Kristus.
Jenis-Jenis Diakonia
Ada tiga jenis diakonia yang bisa dilakukan yaitu :
1. Diakonia Karitatif
Karitatif berasal dari kata Charity (Inggris) yang berarti belas kasihan. Diakonia jenis ini
memberikan pelayanan yang cuma-cuma kepada orang yang tidak mampu, yang terkena
penyakit, kemalangan atau terkena bencana. Pelayanan jenis ini tidak bertujuan untuk membawa
yang dilayaninya kepada suatu perubahan drastis, melainkan hanya sekedar meringankan
penderitaan mereka yang dilayani. Misalnya: memberi bantuan sembako pada orang miskin,
menjenguk dan meringankan biaya orang sakit, melayat dan membantu finansial orang
kemalangan atau yang kena bencana.
2. Diakonia Reformatif
Reformasi berarti merubah ke arah yang lebih baik. Pelayanan jenis ini berusaha meningkatkan
kehidupan atau kondisi yang dilayani, misalnya melalui penyuluhan atau pemberian bantuan
modal kerja. Hal ini biasa dianalogikan dengan memberikan pancing serta keterampilan
memancing kepada orang kelaparan. Bukan memberikan ikan, karena setelah ikan itu habis maka
ikan yang baru harus diberi lagi.
3. Diakonia Transformatif
Transform artinya merubah bentuk atau susunan menjadi yang berbeda atau lain. Diakonia jenis
ini berusaha melakukan perubahan yang mutlak, bukan sekedar mengusahakan peningkatan pada
yang dilayani. Diakonia reformatif misalnya berusaha memampukan petani meningkatkan
produksi pertaniannya dari satu ton setiap tahun menjadi dua atau tiga ton dengan
memperkenalkan teknologi yang lebih baik dan juga memberi modal yang diperlukan.
Timbulnya usaha mengembangkan usaha Diakonia Transformatif ini adalah berdasarkan
kenyataan bahwa baik Diakonia Karitatif maupun Reformatif kedua-duanya seringkali tidak
dapat membantu masyarakat yang dilayani dalam memecahkan permasalahan mereka. Diakonia
jenis Transformatif berusaha memampukan manusia untuk dapat menentukan hidupnya sendiri
lepas dari ketergantungan kepada orang lain.
Setiap orang percaya yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, harus menyatakan kasihnya
kepada manusia. Setiap orang dapat melakukan pelayanan ini. Tidak menjadi masalah seberapa
besar atau apa yang dapat kita berikan untuk pelayanan diakonia ini. Namun yang terpenting
adalah kasih dan kepedulian kita kepada sesama manusia ciptaan Tuhan.

Apa dan Bagaimana Gereja Yang Diakonal


January 10, 2015 / diakoniainternasional / 0 Comments
G. Riemer mengatakan dalam bukunya Jemaat Yang Diakonal, Ibadah yang murni
mencakup diakonia yang diawali dari jemaat sendiri selanjutnya ke luar jemaat sampai ke ujung
bumi. Selanjutnya dikatakan : Gereja yang tidak diaconal adalah gereja yang mati;
mengabaikan karunia-karunia Allah dan belum sungguh-sungguh menghayati Kasih Kristus.
Apa yang dikatakan oleh Riemer merupakan teguran kepada gereja-gereja masa kini, yang fokus
pelayanannya tidak lagi seimbang antara khotbah dan pelayanan orang miskin. Kalau gereja
hanya mengadakan kegiatan ibadah berisi liturgi yang menarik dan khotbah yang berapi-api,
tanpa pelayanan kepada orang miskin, sama saja tidak punya arti atau tidak murni.
Tetapi, ketika pelayanan diakonia dilakukan dengan sebenar-benarnya, maka disitu nampak
ibadah yang murni.
Banyak gereja yang menolak kehadiran orang miskin, karena dianggap akan menjadi beban,
sehingga yang berkumpul hanya orang-orang kaya saja. Jemaat yang miskin pun merasa risih
dan menangkap nuansa penolakan itu hingga akhirnya mundur dari gereja. Padahal Tuhan Yesus
sendiri sangat memperhatikan orang-orang miskin.
Gereja yang megah dan mewah dengan para majelis dan pendeta yang hebat sekalipun, akan
tetap hampa dan kosong tak berguna bila tanpa pelayanan diakonia. Gereja harus memiliki
dampak kepada masyarakat dimulai dengan jemaatnya.
Jemaat kristen mula-mula menunjukkan bagaimana seharusnya pelayanan diakonia itu. Mereka
saling bantu, yang kaya membantu yang miskin. Bahkan jemaat miskin yang dilayani Paulus pun
mau membantu dengan apa yang ada pada mereka. Intinya adalah saling tolong menolong, dan
mengupayakan kemandirian setiap orang.
Diakonia bukan hanya bersifat karitatif, berupa pemberian bantuan, tapi bisa bersifat reformatif
yang dapat memberdayakan mereka yang miskin agar dapat berusaha dan mandiri serta nantinya
akan menjadi berkat bagi gereja dan sesamanya.
Mengabaikan orang miskin berarti mengabaikan jiwa-jiwa yang dikasihi Allah. Bukan hanya itu,
tetapi mengabaikan orang miskin berarti pula mengabaikan potensi yang ada pada mereka serta
potensi gereja. Jangan pandang orang miskin sebagai beban, tetapi mereka adalah potensipotensi gereja baik masa kini maupun masa datang.
Orang kaya yang menutup mata pada orang miskin berarti lupa bahwa dulunya ia adalah juga
miskin, atau lupa bahwa dulunya orangtuanya juga miskin atau lupa bahwa kakek neneknya dulu
miskin. Tidak ada orang kaya yang tidak melalui kemiskinan dan keterbatasan hidup.
Kasih Kristus itu bagi semua orang. Sebagaimana Kasih Kristus diberikan untuk semua orang
percaya melalui kesengsaraan, kematian dan kebangkitannya yang menang atas maut, biarlah

kasih kita juga sebagai orang-orang yang telah ditebus oleh-Nya, terpancar melalui pelayanan
diakonia.
-SuaraInjil.com- Yayasan Diakonia Internasional

You might also like