Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Anemia pada penyakit kronis merupakan suatu bentuk anemia yang terjadi
akibat: infeksi atau inflamasi kronis, trauma maupun penyakit neoplastik yang telah
berlangsung selama 1-2 bulan dan tidak disertai penyakit hati, ginjal dan endokrin.
Kami melaporkan sebuah kasus anemia pada penyakit kronis.
PBM via IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau pada tanggal 3 September
2014, seorang laki-laki (57 tahun) datang dengan keluhan badan lemas sejak 1 hari
SMRS, keluhan ini didahului dengan sinkop dan disertai dengan sesak, batuk dan dahak
kronis sejak 7 tahun SMRS. Dari pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis
dengan kelainan paru (pelebaran sela iga, hipersonor dan vesikuler melemah). Hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan kesan anemia mikrositik hipokrom dan pada hasil
pemeriksaan radiologi didapatkan kesan sugestif TB paru.
Laporan kasus ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai penegakan
diagnosis anemia pada penyakit kronis dan penatalaksanaannya.
Kata kunci: anemia, penyakit kronis
PENDAHULUAN
disertai
penyakit
penyakit
tuberkulosis,
endokarditis
osteomielitis,
abses
bakteri
infeksi
Patogenesis
anemia
pada
subakut,
jamur
kronis,
Patogenesis
penyakit kronis adalah sebagai berikut
dan
paru,
Hodgkin
ginjal
endokrin.1,2
hati,
yang
telah
Dalam FKUI):1
1. Pemendekan
Masa
Hidup
Eritrosit
Diduga anemia yang terjadi
merupakan bagian dari sindrom stres
hematologik
(haematological
stress
sitokin
yang
kerusakan
berlebihan
jaringan
akibat
karena
infeksi,
menyebabkan
makrofag
sehingga
sekuestrasi
mengikat
3. Produksi Eritrosit
lebih
Gangguan
metabolisme
besi.
eritropoietin
oleh
menyebabkan
ginjal,
serta
perangsangan
yang
pada
penyakit
kronis.
Hal
ini
malnutrisi
sintesis
dapat
penurunan
menyebabkan
transformasi
T4
Hb.
menunjukkan
Penelitian
parameter
akhir
Fe
yang
sehingga
sintesis
eritropoietin
pun
akhirnya berkurang.
2. Penghancuran Eritrosit
Beberapa
membuktikan
bahwa
masa
hidup
Defek
ini
terjadi
di
ditransfusikan
ke
resipien
makrofag
menyebabkan
fagositosis
sebagai
oleh
sitokin
peningkatan
makrofag
bagian
Norma
l
penelitian
dari
tersebut
filter
daya
dan
limpa
Fe plasma
(mg/L)
TIBC
Persen
saturasi
Kandunga
n Fe di
makrofag
Feritin
serum
Reseptor
transferin
serum
Anemia
defisiens
i besi
30
Anemia
penyaki
t kronis
30
250400
30
>450
<200
15
++
+++
20-200
10
150
8-28
>28
8-28
70-90
Pengukuran
kecepatan
bervariasi,
eritropoietin.
sehingga
tidak
dapat
terjadi
dari
penyakit kronis.
dan
saat
pembebasan
Fungsi
Fe
sumsum
bila
disuntikkan
pada
tikus
tulang.
dapat
mengkompensasi
pemendekan
masa
hidup
diperlukan
eritrosit,
eritropoietin
menunjukkan
penelitian
IL-1,
kadar
eritropoietin
tidak
seperti
halnya
TNF,
akan
tanpa
kelainan
kronis,
sedangkan
menekan
progenitor
Walaupun
non-eritroid.
demikian,
bagaimana
1. Transfusi
2. Preparat besi
3. Eritropoietin
tak
terduga
yang
mungkin
ILUSTRASI KASUS
Diagnosis
adalah
BAB
Penatalaksanaan
penyakit
mengobati
muda.
terakhir
berkurang.
RSUD
Bangkinang.
Pasien
Pasien
mengaku
nafsu
memiliki
makan
Pasien
semakin
mengalami
pucat
berulang
dikeluhkan
pasien
kesadaran
tidakb berkurang.
asma
disangkal,
riwayat
terakhir.
pemeriksaan
fisik
tidak
cekung,
bibir
tidak
kering,
tergolong
bawah.
penggunaan
merokok
barrel
ekonomi
Pasien
umum
keadaan
apatis,
menengah
sejak
sebelumnya
pasien
ke
tahun
terakhir,
merokok
chest
otot
(-),
torakoabdominal,
bantu
tipe
vokal
pernafasan,
pernafasan
fremitus
paru.
vesikuler
melemah
seluruh
farmakologisnya,
(-).
Pemeriksaan
pada
abdomen
dan
pada
pasien
ini
1x1 tablet.
Setelah
transfusi
dilakukan
4.750.000/L,
6.590/L,
leukosit
7.770/L,
trombosit
150.700/L,
eosinofil
0,1%,
neutrofil
52,4%,
dalam
batas
normal;
pemeriksaan
toraks)
DISKUSI
radiologi
ditemukan
cor
CTR>50%;
pulmo
corakan
ini
bronkovaskuler
meningkat,
tampak
dengan
diafragma
fisiologi.
baik.
Kesan:
cor
tidak
didahului
dengan
menggunakan
Seperti
sinkop
anatomi
halnya
atau
dan
konvulsi,
Kriteria
Framingham
diagnosis
hipoglikemia
minor:1
dapat
menyebabkan
sinkop
pada
pasien
ini
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
nafas
dapat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dari
terhadap
Gagal
jantung
pemeriksaan
fisik
kg/m2),
konjungtiva
anemis,
rangsangan
kongestif
Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dispnea deffort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3
dari normal
7. Takikardia (>120 kali per menit)
Kriteria minor:
kongestif
jugularis
8. Refluks hepatojuguler
jantung
Kriteria major:
Obstruksi
gagal
untuk
pemeriksaan
penunjang
kriteria Framingham.
Diagnosis
tuberkulosis
dapat
obstruktif
tuberkulosis.
tinggi
menurun),
paska
protein,
takipnea
dengan
ditegakkan
paru
berdasarkan
pemeriksaan
fisik
dan
menurun.
Klasifikasi
tuberkulosis
paru
BTA (+)
ditegakkan apabila
sekurang-
sesuai
pasien
pasien
ferrosus
mg.
BTA
dengan
didapatkan
adalah
keadaan
kebutuhan
202,8
ml.
PRC
Sulfas
1. Tuberkulosis
paru
positif
radiologik
dan
kelainan
menunjukkan
perlu
penegakan
diperiksa
dalam
BTA
ditegakkan
apabila
pemeriksaan
dahak
(-)
hasil
kali
menunjukkan
BTA
negatif,
R = Rifampisin
H = INH
radiologik
Z = Pirazinamid
menunjukkan
E = Etambutol
pemeriksaan
S = Streptomisin
dahak
kali
KESIMPULAN
tuberkulosis
kronis,
trauma
neoplastik
resistensi
sensitif
(minimal
dengan
3
H
obat
berlangsung
telah
penyakit
yang
maupun
penyakit
kronis
selain
mengobati
tetap
DAFTAR PUSTAKA
defisiensi
penyakit
menggunakan
peran
STfR-F. Journal
of
besi
kronis
indeks
Clinical
Pathology
and
Medical
Indonesia.
pedoman
Dokter
Paru
Tuberkulosis:
diagnosis
dan
penatalaksanaan di Indonesia;
2002.
10 | A n e m i a p a d a P e n y a k i t K r o n i s