Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kesehatan adalah suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit, cacat,
kelemahan tapi benar-benar merupakan kondisi positif dan kesejahteraan fisik, mental dan
sosial yang memungkinkan untuk hidup produtif. Manusia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, individu dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya agar segala kebutuhannya
dapat terpenuhi tingkat sosial di masyarakat lebih tinggi. Hal ini merupakan dambaan
setiap manusia
( Dep Kes RI. 2000 )
Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan di seluruh dunia
adalah skizofrenia. Para pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa semakin modern dan
industrial suatu masyarakat, semakin besar pula stressor psikososialnya,
yang
pada
gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak mampu mengatasinya. Salah
satu penyakit itu adalah gangguan jiwa skizofrenia.
Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak tokoh
psikiatri
dan
neurologi
yang
berperan.
Mula-mula
menyebutkan gangguan dengan istilah dementia prekok yaitu suatu istilah yang
menekankan proses kognitif yang berbeda dan onset pada masa awal. Istilah skizofrenia itu
sendiri diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan munculnya
perpecahan antara pikiran, emmosi dan perilaku pada pasien yang mengalami gangguan
ini. Bleuler mengindentifikasi symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A
antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi.1
Skizofrenia Paranoid adalah salah satu sub tipe skizofrenia, dimana dalam DSM-IV
disebutkan bahwa tipe ini ditandai oleh preokupasi (keasyikan) pada satu atau lebih
waham atau halusinasi dengar yang sering dan tidak ada perilaku lain yang mengarahkan
kepada terdisorganisasi ataupun katatonik. 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Definisi
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang kronik, pada orang yang mengalaminya
tidak dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk.1
Skizofrenia juga berarti suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan
perjalanan penyakit yang luas serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai dengan penyimpangan
yang fundamental dan karektistik darin pikiran dan persepsi serta oleh afek yang tidak
wajar atau tumpul, kemampuan intelektualitas biasanya tetap terpelihara walaupun
kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. 2
Skizofrenia Paranoid adalah salah satu sub tipe skizofrenia, dimana dalam DSM-IV
disebutkan bahwa tipe ini ditandai oleh preokupasi (keasyikan) pada satu atau lebih
waham atau halusinasi dengar yang sering dan tidak ada perilaku lain yang mengarahkan
kepada terdisorganisasi ataupun katatonik.1
2.2 Epidemiologi
Skizofrenia
disorganisasi
merupakan
personalitas
psikosis
terbesar,
fungsional
pasien
paling
tidak
berat,
mempunyai
dan
menimbulkan
realitas, sehingga
2.3. Klasifikasi
Untuk menegakkan diagnosis skizofrenia, pasien harus memenuhi criteria DSM-IV atau
ICD X. Berdasarkan DSM-IV :
1. Berlangsung paling sedikit 6 bulan
2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu dibidang pekerjaan, hubungan
interpersonal, dan fungsi kehidupan pribadi.
3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama periode tertentu
4. Tidak ditemukan gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan mood mayor,
autism atau gangguan organik
Beberapa subtype Skizofrenia yang diidentifikasi berdasarkan variable klinik:
-
Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia hebefrenik/terdisorganisasi
Skizofrenia katatonik
Skizofrenia tak terinci
Skizofrenia residual
Skizofrenia simplek
Depresi pasca Skizofrenia5
2.4. Etiologi
Etiologi Skizofrenia paranoid umumnya sama dengan skizofrenia lainnya, dibawah ini
ada beberapa etiologi yang sering ditemukan :
1. Model Diatesis Stres
Model ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik
(diastesis), yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress
maka memungkinkan perkembangan gejala Skizofrenia. Komponen lingkungan tersebut
dapat berupa biologis atau psikologis.
2. Faktor Biologi
a. Hipotesis Dopamin
Dari hipotesis dopamine mneyatakan bahwa skizofrenia dihasilkan dari terlalu
banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori ini didapat dari pengamatan obat anti psikosis
yang kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor dopamine
b. Hipotesis serotonin
Adanya metabolism serotonin yang abnormal pada penderita skizofrenia, ditandai
dengan hiperserotoninemia atau hiposerotoninemia.
4
kegelisahan
kemarahan
emosi datar
kekerasan
2.6. Diagnosis
5
kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)5
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh waham yang
mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat
inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing)
atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul
tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya
kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neureptika.
* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau
lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.5
2.7. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
Obat Antipsikotik
Anti psikosisis terdiri dari dua kelas utama yaitu:
-
Anti Psikosis Tipikal (antagonis dopamine reseptor) yang disebut juga dengan
Anti psikosis yang klasik yang mana kerjanya memblokade dopanin reseptor pasca
sinaptik neuron di otak khususnya di sitem limbic dan ekstrapiramidal, sehingga
efektif untuk gejala positif seperti inkoherensi, waham, halusinasi, prilaku aneh
yang tidak terkendali.
No.
1
Nama Generik
Chlorpromazine
Sediaan
Tab.
25 mg
100 mg
0,5 mg
1,5 mg
2 mg
5 mg
Haloperidol
Tab.
Perphenazine
Tab. 2 mg
Dosis Anjuran
150 - 600 mg/h
5 - 15 mg/h
12 - 24 mg/h
4 & 8 mg
4
Fluphenazine
Tab.
2,5 mg
5 mg
10 - 15 mg/h
No.
Nama Generik
Sediaan
Dosis Anjuran
Levomepromazine
Tab.
25 mg
10 - 15 mg/h
Trifluoperazine
Tab.
10 - 15 mg/h
Thioriclazine
Tab.
1 mg
5 mg
50 mg
100 mg
8
Sulpiride
Tab.
200 mg
Pimozide
Tab.
4 mg
2 - 4 mg/h
Anti Psikosis Atipikal (Antagonis serotonin-dopamin) yang disebut juga dengan anti
psikosis baru yang mana selain berafinitas terhadap dopamine juga terhadap
serotonin sehingga efektif juga untuk gejala negative seperti gangguan perassan atau
afek, gangguan hubungan sosial, gangguan proses fikir, kecendrungan menyendiri,
dan tidak ada inisiatif.
Obat Anti psikosis Atipikal5
No
Nama generik
Sediaan
Dosis anjuran
Risperidone
Tab.
1,2,3 mg
Tab. 2 - 6 mg/h
Clozapine
Tab.
25 mg
25 - 100 mg/h
100 mg
3
Quetiapine
Tab.
25 mg
50 - 400 mg/h
100 mg
200 mg
4
Olanzapine
Tab.
5 mg
10 - 20 mg/h
10 mg
Pengaturan Dosis
Pada terapi anti psikosis dimulai dari dosis awal sesuai dengan dosis anjuran,
kemudian dinaikkan 30-50% setiap2-3 hari dari dasis awal hingga mencapai dosis
efektif, yang mana pada dosis efektif ini akan tanpak hilngnya beberapa symtoms
yang dievaluasi setiap 2 minggu, kemudian dinaikkan hingga mencapai dosis
optimal dan dosis ini dipertahankan10sampai 6 bulan sehingga semua target
simtoms hilang, kemudian ditunkan lagi setiap 2 minggu hingga mencapai dosis
2. Terapi Psikososial
a. Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial
untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri,
latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong
dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan,
seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi
perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara
sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.
b. Terapi berorintasi-keluarga
Terapi
ini
sangat
berguna
karena
pasien
skizofrenia
seringkali
d. Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam
pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan
menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi
bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang
dialami pasien. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli
terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi
seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di
dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali
sulit dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap
keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan,
atau teregresi jika seseorang mendekati.
e. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau
membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah
ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan
penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan.
Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien
tentang skizofrenia.
2.8. Prognosis
12
Sekitar 25% pasien dapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya
dapat kembali pada tingkat prodromal (sebelum munculnya gangguan tersebut).
Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung
memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan
periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu
yang singkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia
Prognosis Baik
Prognosis Buruk
13
Onset lambat
Onset muda
Onset akut
Riwayat
social
dan
pekerjaan
gangguan depresif)
Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda
Menikah
Riwayat keluarga gangguan mood
Sistem
Gejala positif
BAB III
14
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
15
1. Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, 1997. Skizofrenia, dalam : Sinopsi
Psikiatri, ed 7, vol 1, Binarupa aksara,
2. Jiwo , Tirto, 2013. Jurnal Skizofrenia Paranoid. Pengertian dan gejala.
3. Kaplan, HI sadock BJ, 1998, Ilmu kedokteran jiwa darurat, Jakarta : widia
medika. 407-413
4. Maslim, Rusdi dr. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan
Ringkasan dari PPDGJ III Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya, Jakarta. 46-48
5. Maslim,
Rusdi.
2002.
Panduan
praktis
penggunaan
klinis
16