You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Kesehatan adalah suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit, cacat,

kelemahan tapi benar-benar merupakan kondisi positif dan kesejahteraan fisik, mental dan
sosial yang memungkinkan untuk hidup produtif. Manusia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, individu dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya agar segala kebutuhannya
dapat terpenuhi tingkat sosial di masyarakat lebih tinggi. Hal ini merupakan dambaan
setiap manusia
( Dep Kes RI. 2000 )
Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan di seluruh dunia
adalah skizofrenia. Para pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa semakin modern dan
industrial suatu masyarakat, semakin besar pula stressor psikososialnya,

yang

pada

gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak mampu mengatasinya. Salah
satu penyakit itu adalah gangguan jiwa skizofrenia.
Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak tokoh
psikiatri

dan

neurologi

yang

berperan.

Mula-mula

Emil Kreaplin (18-1926)

menyebutkan gangguan dengan istilah dementia prekok yaitu suatu istilah yang
menekankan proses kognitif yang berbeda dan onset pada masa awal. Istilah skizofrenia itu
sendiri diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan munculnya
perpecahan antara pikiran, emmosi dan perilaku pada pasien yang mengalami gangguan
ini. Bleuler mengindentifikasi symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A
antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi.1
Skizofrenia Paranoid adalah salah satu sub tipe skizofrenia, dimana dalam DSM-IV
disebutkan bahwa tipe ini ditandai oleh preokupasi (keasyikan) pada satu atau lebih
waham atau halusinasi dengar yang sering dan tidak ada perilaku lain yang mengarahkan
kepada terdisorganisasi ataupun katatonik. 1

1.2. Tujuan Penulisan


Paper ini ditulis sebagai salah satu prasyarat untuk mengikuti aktivitas koasisten di
Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran. Paper ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan pembaca mengenai Skizofrenia Paranoid, sehingga pembaca lebih mengenal
gangguan ini dan lebih akurat dalam mendiagnosisnya.
Pemahaman tentang Skizofrenia Paranoid yang baik diharapkan dapat memberikan
potensi untuk prognosis yang lebih baikdengan diagnosis dini, mencegah terjadinya
kesalahan diagnosis, pengobatan dan memungkinkan mencegah penyakit berlarut-larut.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

Definisi
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang kronik, pada orang yang mengalaminya
tidak dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk.1
Skizofrenia juga berarti suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan
perjalanan penyakit yang luas serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai dengan penyimpangan
yang fundamental dan karektistik darin pikiran dan persepsi serta oleh afek yang tidak
wajar atau tumpul, kemampuan intelektualitas biasanya tetap terpelihara walaupun
kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. 2
Skizofrenia Paranoid adalah salah satu sub tipe skizofrenia, dimana dalam DSM-IV
disebutkan bahwa tipe ini ditandai oleh preokupasi (keasyikan) pada satu atau lebih
waham atau halusinasi dengar yang sering dan tidak ada perilaku lain yang mengarahkan
kepada terdisorganisasi ataupun katatonik.1

2.2 Epidemiologi

Skizofrenia
disorganisasi

merupakan

personalitas

psikosis
terbesar,

fungsional
pasien

paling

tidak

berat,

mempunyai

dan

menimbulkan

realitas, sehingga

pemikiran dan perilakunya abnormal. Studi Epidemiologic Catchment Area (ECA)


melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar 0,6 sampai 1,9 persen. Menurut DSM-IVTR.Insidensi sebesar 0,5 sampai 5,0 persen 10.000 dengan beberapa variasi geografik.1
Data American Psychiatric Association (APA) menyebutkan 1% populasi penduduk
dunia menderita skizofrenia. 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25
tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini
penuh stressor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya
karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.1

2.3. Klasifikasi
Untuk menegakkan diagnosis skizofrenia, pasien harus memenuhi criteria DSM-IV atau
ICD X. Berdasarkan DSM-IV :
1. Berlangsung paling sedikit 6 bulan
2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu dibidang pekerjaan, hubungan
interpersonal, dan fungsi kehidupan pribadi.
3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama periode tertentu
4. Tidak ditemukan gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan mood mayor,
autism atau gangguan organik
Beberapa subtype Skizofrenia yang diidentifikasi berdasarkan variable klinik:
-

Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia hebefrenik/terdisorganisasi
Skizofrenia katatonik
Skizofrenia tak terinci
Skizofrenia residual
Skizofrenia simplek
Depresi pasca Skizofrenia5

2.4. Etiologi
Etiologi Skizofrenia paranoid umumnya sama dengan skizofrenia lainnya, dibawah ini
ada beberapa etiologi yang sering ditemukan :
1. Model Diatesis Stres
Model ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik
(diastesis), yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress
maka memungkinkan perkembangan gejala Skizofrenia. Komponen lingkungan tersebut
dapat berupa biologis atau psikologis.
2. Faktor Biologi
a. Hipotesis Dopamin
Dari hipotesis dopamine mneyatakan bahwa skizofrenia dihasilkan dari terlalu
banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori ini didapat dari pengamatan obat anti psikosis
yang kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor dopamine
b. Hipotesis serotonin
Adanya metabolism serotonin yang abnormal pada penderita skizofrenia, ditandai
dengan hiperserotoninemia atau hiposerotoninemia.
4

c. Hipotesis GABA (Gamma Butyric Acid)


Dari data yang tersedia bahwa beberapa pasien Skizofrenia mengalami kehilangan
GABA didalam hipokampusnya.
d. Neuropatologi
Pada akhir abad ke 20, para peneliti telah membuat kemajuan signifikan yang
memperhatikan suatu neuropatologis potensial untuk skozofrenia, terutama pada
system limbic dan ganglia basalis, termasuk neuropatologi pada korteks serebri, talmus
dan batang otak.
3. Faktor Gnetika
Adanya penelitian yang menemukan adanya hubungan pada tempat kromosom tertentu
pada penderita skizofrenia
4. Faktor psikososial
Pada faktor ini menandakan adanya tekanan psikososial yang terjadi pada orang tertentu
yang bisa memicu terjadinya skizofrenia, sperti permasalahan keluarga, hubungan
intrapersonal, konflik dan frustasi dalam lingkungan.1
2.5. Tanda dan gejala skizofrenia paranoid antara lain2:

Halusinasi pendengaran halusinasi, seperti mendengar suara-suara

Delusi, seperti percaya rekan kerja ingin meracuni Anda

kegelisahan

kemarahan

emosi datar

kekerasan

Banyak berargumentasi (berdebat)

Merasa diri penting atau memandang orang lain rendah.

Pikiran dan perilaku bunuh diri2

2.6. Diagnosis
5

Berdasarkan PPDGJ-III pedoman diagnostig Skozofrenia adalah :


Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):4
a. Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya
(tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda
- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya
(insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal)
- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umumnya mengetahuinya.
b. Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari
luar atau
- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari
luar
- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu
kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota
gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus).
- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas
bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.4
c. Halusional Auditorik ;
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien .
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar
dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau
6

kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)5
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh waham yang
mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat
inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing)
atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul
tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya
kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neureptika.
* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau
lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.5

Pedoman Diagnosis Skizofrenia Paranoid berdasrkan PPDGJ-III


Pedoman diagnostik
7

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


2. Sebagai tambahan:
- Sebagai tambahan :
* Halusinasi dan/ waham harus menonjol;
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi
auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming),
atau bunyi tawa (laughing).
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual , atau lain-lain perasaan
tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control),
dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delussion of passivity), dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif
tidak nyata / tidak menonjol.4

2.7. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
Obat Antipsikotik
Anti psikosisis terdiri dari dua kelas utama yaitu:
-

Anti Psikosis Tipikal (antagonis dopamine reseptor) yang disebut juga dengan
Anti psikosis yang klasik yang mana kerjanya memblokade dopanin reseptor pasca
sinaptik neuron di otak khususnya di sitem limbic dan ekstrapiramidal, sehingga
efektif untuk gejala positif seperti inkoherensi, waham, halusinasi, prilaku aneh
yang tidak terkendali.

Obat anti psikosis tipikal5


8

No.
1

Nama Generik
Chlorpromazine

Sediaan
Tab.

25 mg
100 mg
0,5 mg
1,5 mg
2 mg
5 mg

Haloperidol

Tab.

Perphenazine

Tab. 2 mg

Dosis Anjuran
150 - 600 mg/h
5 - 15 mg/h

12 - 24 mg/h

4 & 8 mg
4

Fluphenazine

Tab.

2,5 mg
5 mg

10 - 15 mg/h

No.

Nama Generik

Sediaan

Dosis Anjuran

Levomepromazine

Tab.

25 mg

10 - 15 mg/h

Trifluoperazine

Tab.

10 - 15 mg/h

Thioriclazine

Tab.

1 mg
5 mg
50 mg

150 - 600 mg/h

100 mg
8

Sulpiride

Tab.

200 mg

300 - 600 mg/h

Pimozide

Tab.

4 mg

2 - 4 mg/h

Anti Psikosis Atipikal (Antagonis serotonin-dopamin) yang disebut juga dengan anti
psikosis baru yang mana selain berafinitas terhadap dopamine juga terhadap
serotonin sehingga efektif juga untuk gejala negative seperti gangguan perassan atau
afek, gangguan hubungan sosial, gangguan proses fikir, kecendrungan menyendiri,
dan tidak ada inisiatif.
Obat Anti psikosis Atipikal5
No

Nama generik

Sediaan

Dosis anjuran

Risperidone

Tab.

1,2,3 mg

Tab. 2 - 6 mg/h

Clozapine

Tab.

25 mg

25 - 100 mg/h

100 mg
3

Quetiapine

Tab.

25 mg

50 - 400 mg/h

100 mg
200 mg
4

Olanzapine

Tab.

5 mg

10 - 20 mg/h

10 mg
Pengaturan Dosis
Pada terapi anti psikosis dimulai dari dosis awal sesuai dengan dosis anjuran,
kemudian dinaikkan 30-50% setiap2-3 hari dari dasis awal hingga mencapai dosis
efektif, yang mana pada dosis efektif ini akan tanpak hilngnya beberapa symtoms
yang dievaluasi setiap 2 minggu, kemudian dinaikkan hingga mencapai dosis
optimal dan dosis ini dipertahankan10sampai 6 bulan sehingga semua target
simtoms hilang, kemudian ditunkan lagi setiap 2 minggu hingga mencapai dosis

maintenance, sehingga pengobatan berkisar antara 1 sampai 2 tahun untuk


serangan episode pertama, 2 sampai 5 tahun untuk serangan episode kedua dan
seumur hidup untuk serangan episode ke tiga.5

2. Terapi Psikososial
a. Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial
untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri,
latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong
dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan,
seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi
perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara
sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.
b. Terapi berorintasi-keluarga
Terapi

ini

sangat

berguna

karena

pasien

skizofrenia

seringkali

dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia kembali


seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun
intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang
dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama
dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas
mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan
aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal
dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang
keparahan penyakitnya
c. Terapi kelompok
11 biasanya memusatkan pada rencana,
Terapi kelompok bagi skizofrenia
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi

secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif.


Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa
persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok
yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif,
tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.

d. Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam
pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan
menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi
bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang
dialami pasien. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli
terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi
seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di
dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali
sulit dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap
keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan,
atau teregresi jika seseorang mendekati.
e. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau
membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah
ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan
penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan.
Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien
tentang skizofrenia.
2.8. Prognosis

12

Prognosis untuk skizofrenia paranoid sama dengan skizofrenia tipe


lainnya, prognosisnya

pada umumnya kurang begitu menggembirakan.

Sekitar 25% pasien dapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya
dapat kembali pada tingkat prodromal (sebelum munculnya gangguan tersebut).
Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung
memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan
periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu
yang singkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia

Prognosis Baik

Prognosis Buruk

13

Onset lambat

Onset muda

Faktor pencetus yang jelas

Tidak ada factor pencetus

Onset akut

Onset tidak jelas

Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan

Riwayat

social

dan

pekerjaan

premorbid yang buruk

premorbid yang baik


Gejala gangguan mood (terutama

Prilaku menarik diri atau autistic

gangguan depresif)
Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda

Menikah
Riwayat keluarga gangguan mood
Sistem

pendukung yang baik

Gejala positif

Riwayat keluarga skizofrenia


Sistem pendukung yang buruk
Gejala negative
Tanda dan gejala neurologist
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan

BAB III
14
KESIMPULAN

Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia paranoid, dimana dalam


DSM-IV disebutkan bahwa tipe ini ditandai oleh preokupasi (keasyikan) pada satu
atau lebih waham atau halusinasi dengar yang sering dan tidak ada perilaku lain yang
mengarahkan kepada terdisorganisasi ataupun katatonik.
Penyebab terjadinya skizofrenia secara pasti belum diketahui, akan tetapi ada
beberapa dugaan bahwa keterlibatan genetic, faktor biologis, faktor psikososial
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya skizofrenia.
Terapi untuk skizofrenia dapat dilakukan dengan terapi farmakologi yaitu
dengan anti psikotik, juga ditambah dengan terapi psikososial seperti terapi perilaku,
terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi individual dan perawatan
rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA
15

1. Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, 1997. Skizofrenia, dalam : Sinopsi
Psikiatri, ed 7, vol 1, Binarupa aksara,
2. Jiwo , Tirto, 2013. Jurnal Skizofrenia Paranoid. Pengertian dan gejala.
3. Kaplan, HI sadock BJ, 1998, Ilmu kedokteran jiwa darurat, Jakarta : widia
medika. 407-413
4. Maslim, Rusdi dr. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan
Ringkasan dari PPDGJ III Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya, Jakarta. 46-48
5. Maslim,
Rusdi.
2002.

Panduan

praktis

penggunaan

klinis

obatpsikotropik.cetakan pertama. Bagian ilmu kedokteran jiwa FK UNIKA


Atmajaya. Jakarta. 14-22
6. Dear, frances all. Rujukan Cepat Psikiatri. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

16

You might also like