Professional Documents
Culture Documents
Pengertian Histerektomi
1. Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim, uterus) seorang wanita.
Dengan demikian, setelah menjalani histerektomi seorang wanita tidak mungkin lagi
untuk hamil dan mempunyai anak. Histerektomi biasanya dilakukan karena berbagai
alasan. Penyebab yang paling sering dilakukan histerektomi adalah adanya kanker
mulut rahim atau kanker rahim.
2. Operasi pengangkatan kandungan (histerektomi) merupakan pilihan berat bagi
seorang wanita. Pasalnya, tindakan medis ini menyebabkan kemandulan dan berbagai
efek lainnya. Oleh karena itu, histerektomi hanya dilakukan pada penyakit-penyakit
berat pada kandungan (uterus).
3. Banyak hal yang dapat 'memaksa' praktisi medis dan pasien untuk memilih tindakan
pengangkatan kandungan. Fibroid atau mioma merupakan salah satu penyebab
tersering. Penyebab lainnya adalah endometriosis, prolapsus uteri (uterus keluar
melalui vagina), kanker (pada uterus, mulut rahim, atau ovarium), perdarahan per
vaginam yang menetap, dan lain-lain.
2.3. Etiologi
Fibroid, yaitu tumor jinak rahim, terutama jika tumor ini menyebabkan
perdarahan berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, atau penekanan pada
kandung kencing.
2.4. Klasifikasi
1. Histerektomi parsial (subtotal). Pada histerektomi jenis ini, kandungan diangkat tetapi mulut
rahim (serviks) tetap ditinggal. Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena kanker mulut
rahim, sehingga masih perlu pemeriksaan Pap smear secara rutin.
2. Histerektomi total, yaitu mengangkat kandungan termasuk mulut rahim.
3.
4. Histerektomi radikal, dimana histerektomi diikuti dengan pengangkatan bagian atas vagina
serta jaringan dan kelenjar limfe di sekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada
beberapa jenis kanker tertentu.
5. Selain itu, histerektomi dapat dilakukan melalui irisan di perut atau melalui vagina. Pilihan
teknik ini tergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit yang
mendasari, dan berbagai pertimbangan lain.
2. Histerektomi vaginal, dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui irisan
tersebut, uterus (dan mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan pembuluh darah di sekitarnya
kemudian dikeluarkan melalui vagina. Prosedur ini biasanya digunakan pada prolapsus uteri.
Kelebihan tindakan ini adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit nyeri, dan tidak ada jaringan
parut yang tampak.
3. Histerektomi laparoskopi. Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina yang dibantu
laparoskop (laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan histerektomi
supraservikal laparoskopi (laparoscopic supracervical hysterectomy, LSH). LAVH mirip
dengan histerektomi vagnal, hanya saja dibantu oleh laparoskop yang dimasukkan melalui
irisan kecil di perut untuk melihat uterus dan jaringan sekitarnya serta untuk membebaskan
uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak menggunakan irisan pada bagian atas vagina, tetapi
hanya irisan pada perut. Melalui irisan tersebut laparoskop dimasukkan. Uterus kemudian
dipotong-potong menjadi bagian kecil agar dapat keluar melalui lubang laparoskop. Kedua
teknik ini hanya menimbulkan sedikit nyeri, pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit
jaringan parut.
Setelah histerektomi, siklus haid atau menstruasi akan berhenti dan wanita tidak dapat
lagi hamil. Jika pada histerektomi juga dilakukan pengangkatan ovarium (indung telur), maka
dapat timbul menopause dini.
Pada umumnya tindakan pengangkatan rahim ini dilakukan menggunakan teknik open
surgery, dengan membuat sayatan sekitar 15 cm pada dinding perut.
Namun saat ini tindakan tersebut dapat dilakukan dengan cara yang lebih baik, yakni
melalui vagina atau menggunakan laparoskopi. Kedua tindakan ini lebih baik dibandingkan
dengan open surgery karena waktu penyembuhan yang lebih cepat, nyeri pasca operasi lebih
ringan, serta tidak meninggalkan jaringan parut (bekas luka) besar di peut. Pada operasi
pengangkatan rahim melalui vagina bahkan tidak ada luka sama sekali di perut. Laparoskopi
memberi keuntungan dapat melihat keadaan organ di sekitar rahim sehingga apabila
didapatkan perlengketan atau kelainan pada organ di sekitar rahim, lebih mudah untuk
melakukan tindakan untuk memperbaikinya.
2.6. Teknik Operasi
Tindakan pengangkatan rahim menggunakan laparoskopi dilakukan menggunakan
anestesi (pembiusan) umum atau total. Waktu yang diperlukan bervariasi tergantung beratnya
penyakit, berkisar antara 40 menit hingga tiga jam. Pada kasus keganasan stadium awal,
tindakan histerektomi radikal dapat pula dilakukan menggunakan laparoskopi. Untuk ini
diperlukan waktu operasi yang relatif lebih lama.
Cedera pada organ sekitar seperti usus, kandung kencing, ureter. Hal ini terutama
timbul apabila didapatkan perlengketan hebat pada organorgan tersebut.
Perubahan teknik operasi menjadi open surgery : pada beberapa keadaan misalnya
perlengketan yang sangat hebat, operasi laparoskopi lebih membawa resiko sehingga
open surgery lebih dipilih.
kateter menetap.
3. Mengosongkan isi rectum. Pada placenta previa tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan perdarahan.
4. Tentukan daerah yang akan dicukur, sebaiknya pencukuran dilakukan langsung
sebelum pembedahan.
Mencukur rambut pubis daerah genetalia eksterna dan rambut daerah dinding perut
melawan peradangan.
7. Darah harus diambil untuk test pada pagi hari sebelum pembedahan pada
Beberapa penyuluhan atau instruksi pre operasi yang dapat meningkatkan adaptasi
dipengaruhi oleh efek anastesi. Oleh karena itu pasien yang sudah dioperasi menjadi
A. HISTEREKTOMI PARSIAL
1. Pengertian
Istilah histerektomi berarti pengangkatan. Jika yang diangkat rahim, maka disebut
histerektomi. Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari
uterus diangkat. Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik untuk wanita
di negara Amerika Serikat. Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan
(rahim, uterus) seorang wanita, setelah menjalani histerektomi wanita tidak mungkin
lagi untuk hamil. Operasi pengangkatan kandungan (histerektomi) merupakan pilihan
berat bagi seorang wanita. Pasalnya, tindakan medis ini menyebabkan kemandulan
dan berbagai efek lainnya. Oleh karena itu, histerektomi hanya dilakukan pada
kencing.
b. Kanker serviks, rahim atau ovarium
c.
saja, tetapi ikut tumbuh di indung telur (ovarium), tuba Fallopi, atau organ perut dan
ini
sering
disebut
sample
endometriae.
Pada
wanita
nyeri
wanita.
Histerektomi terbagi dalam beberapa jenis yaitu :
a. Histerektomi parsial (subtotal). Pada histerektomi jenis ini, kandungan diangkat
tetapi mulut rahim (serviks) tetap ditinggal. Oleh karena itu, penderita masih dapat
terkena kanker mulut rahim, sehingga masih perlu pemeriksaan Pap smear secara
rutin.
b. Histerektomi total, yaitu mengangkat kandungan termasuk mulut rahim.
c.
mulut rahim, kedua tuba fallopi, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium
4. Prosedur Histerektomi
Histerektomi dapat dilakukan melalui sayatan di perut bagian bawah atau vagina,
dengan atau tanpa laparoskopi. Histerektomi lewat perut dilakukan melalui sayatan
melintang seperti yang dilakukan pada operasi sesar. Histerektomi lewat vagina
dilakukan dengan sayatan pada vagina bagian atas. Sebuah alat yang disebut
laparoskop mungkin dimasukkan melalui sayatan kecil di perut untuk membantu
pengangkatan rahim lewat vagina. Histerektomi vagina lebih baik dibandingkan
histerektomi perut karena lebih kecil risikonya dan lebih cepat pemulihannnya.
Namun demikian, keputusan melakukan histerektomi lewat perut atau vagina tidak
didasarkan hanya pada indikasi penyakit tetapi juga pada pengalaman dan preferensi
ovarium
b. Papsmear terbaru.
c. USG panggul, tergantung pada temuan diatas.
B. LAPAROTOMI
1. Pengertian
Laparotomy adalah operasi yang dilakukan untuk membuka abdomen (bagian perut).
Kata "laparotomy" pertama kali digunakan untuk merujuk operasi semacam ini pada
tahun 1878 oleh seorang ahli bedah Inggris, Thomas Bryant. Kata tersebut terbentuk
dari dua kata Yunani, "lapara" dan "tome". Kata "lapara" berarti bagian lunak dari
tubuh yg terletak di antara tulang rusuk dan pinggul. Sedangkan "tome" berarti
pemotongan.
Laparotomy dilakukan untuk memeriksa beberapa organ di abdomen sebelah bawah
dan pelvis (rongga panggul) yang melingkupi Insisi Vertikal (midline, paramedian,
supraumbilikal), insisi Transversal dan Oblik serta insisi Abdominothoracic. Operasi
ini juga dilakukan sebelum melakukan operasi pembedahan mikro pada tuba fallopi.
Insisi Subcostal kanan yang biasanya digunakan untuk pembedahan empedu dan
saluran empedu.
Insisi dilakukan mulai dari garis tengah, 2,5-5 cm di bawah Proc. Xiphoideus dan
diperluas menyusuri batas costa kira-kira 2,5 cm dibawahnya, dengan memotong
kosmetik.
7) Pfannenstiel Insision
Insisi yang popular dalam bidang gynecologi dan juga dapat memberikan akses pada
ruang retropubic pada laki-laki untuk melakukan extraperitoneal retropubic
prostatectomy.
Insisi dilakukan kira-kira 5 cm diatas symphisis Pubis skin crease sepanjang 12 cm.
Fascia diiris transversal, muskulus rektus dipisahkan ke lateral dan peritoneum dibuka
secara vertikal.
8) Insisi Thoracoabdominal
Insisi Thoracoabdominal, baik kanan maupun kiri, akan membuat cavum pleura dan
cavum abdomen menjadi satu. Dimana insisi ini akan membuat akses operasi yang
sangat baik. Insisi thorakoabdominal kanan biasanya dilakukan untuk melakukan
emergensi ataupun elektif reseksi hepar Insisi thorakoabdominal kiri efektif jika
dilakukan untuk melakukan reseksi dari bagian bawah esophagus dan bagian proximal
dari lambung.
Penderita berada dalam posisi cork-screw. Abdomen diposisikan kira-kira 45 dari
garis horizontal, sedangkan thorax berada dalam posisi yang sepenuhnya lateral. Insisi
pada bagian abdomen dapat merupakan midline insision ataupun upper paramedian
insision. Insisi ini dilanjutkan dengan insisi oke spasi interkostal VIII sampai ujung
scapula.
a) Setelah abdomen dibuka, insisi pada dada diperdalam dengan menembus
m.latissimus dorsi, serratus anterior, dan obliquus externus dan aponeurosisnya. Insisi
operasi, dan pemberian antibiotika, sebagai pilihan utamanya adalah, penicillin 1 juta
aspirasi.
e. Keloid Scars
Penyebab dari keadaan ini hingga kini tidak diketahui, hanya memang sebagian orang
mempunyai kecenderungan untuk mengalami hal ini lebih dari orang lain. Jika keloid
scar yang terjadi tidak terlalu besar maka injeksi triamcinolone kedalam keloid dapat
berguna, hal ini dapat diulangi 6 minggu kemudian jika belum menunjukkan hasil
yang diharapkan. Jika keloid scar nya tumbuh besar, maka operasi excisi yang
abdomen.
2) Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka operasi
laparatomi.
3) Potensial kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam, pemasukkan
dan minum.
3) Monitoring cairan intra vena bila diberikan.
4) Mencatat intake dan output.
5) Posisi pasien seenak mungkin.
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan.
7) Ajarkan pasien hal-hal yang perlu dilakukan setelah operasi selesai.
8) Monitoring tanda-tanda vital.
e. Diagnosis
1) Foto polos abdomen
2) CT scan abdomen
3) USG abdomen
Adapun prosedur daripada laparotomi adalah seperti layaknya operasi konvensional,
laparoskopi tetap memerlukan pembiusan dan dilakukan di kamar operasi. Setelah
pembiusan, dinding perut disayat pada daerah pusat/umbilikus sekitar 1 cm.
Kemudian dimasukkan kamera kecil untuk melihat organ-organ didalam rongga perut.
Setelah itu dibuat sayatan kedua dan ketiga pada dinding perut bagian bawah, sedikit
diatas tulang pinggul, diameter 0,5 cm, untuk memasukkan alat-alat berupa stik
5. Post Laparotomi
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada
pasien-pasien
yang
telah
menjalani
operasi
pembedahan
perut.
alih baring dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan hari ke 2 post operasi.
Tindakan keperawatan post operasi:
a. Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output
b. Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.
c. Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan sampai
drain tercabut.
d. Perawatan luka operasi secara steril.
Evaluasi post operasi :
a. Evaluasi tanda-tanda peritonitis menghilang yang meliputi :
1) Suhu tubuh normal
2) Nada normal
3) Perut tidak kembung
4) Peristaltik usus normal
5) Flatus positif
6) Bowel movement positif
b. Pasien terbebas dari rasa sakit dan dapat melakukan aktifitas.
c. Pasien terbebas dari adanya komplikasi post operasi.
d. Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan
paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptic.
c. Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.
Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah keluarnya
organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah
infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada
timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan
c. Fase ketiga
Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun, timbul jaringan-
setelah operasi
Pengkajian
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomy adalah:
a. Respiratory
Bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.
b. Sirkulasi
Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.
c. Persarafan : Tingkat kesadaran
d. Balutan
1) Apakah ada tube, drainage
2) Apakah ada tanda-tanda infeksi
3) Bagaimana keadaan penyembuhan luka pasien yang menjalani laparotomi
e. Peralatan
1) Monitor yang terpasang.
2) Cairan infus atau transfusi.
f. Rasa nyaman
Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas ventilasi
g. Psikologis : Kecemasan, suasana hati setelah operasi.
C. KANKER SERVIK
Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang mengenai
organ reproduksi wanita. Beberapa jenis human papilloma virus, suatu infeksi
menular seksual, mempunyai peran penting dalam kebanyakan kasus kanker serviks.
Setelah terpapar HPV, sistem imun wanita biasanya mencegah virus untuk
membahayakan tubuh. Pada beberapa kelompok wanita, virus ini dapat bertahan
selama bertahun-tahun sampai pada akhirnya mengkonversi beberapa sel pada
permukaan serviks menjadi sel kanker. Setengah dari kejadian kanker serviks terjadi
serviks. Terdapat kanker lain pada sel lain di serviks namun persentasenya sangat
kecil.
1. Pemeriksaan diagnostic
a. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan : murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan : tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
b. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
c. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
melakukan biopsy.
Kelemahan : hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
d. Biopsi
Dengan biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
e. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan pada serviks
sebaiknya
dilakukan
operasi
histerektomi
supraservikal/parsial
atau
supravaginal, sebab ada pendapat bahwa serviks (mulut rahim) diperlukan untuk
kepuasan fungsi seksual, dan risiko menghindari efek psikis bagi seseorang wanita
bila seluruh alat reproduksi diangkat sehingga dia beranggapan menjadi tidak
sempurna lagi layaknya seorang perempuan. Hal ini hanya bisa dilakukan bila seorang
wanita yang sehat serviksnya atau dengan kata lain melakukan Papsmear secara
teratur. Bila hasil test Papsmear tidak normal, dapat berisiko kanker leher rahim suatu
waktu. Tindakan operasi histerektomi parsial tidak dianjurkan bila suatu tumor yang
berisiko ganas. Soalnya, cara ini masih menyisakan sel tumor pada bagian rahim yang
tidak diangkat.
Teknik operasi histerektomi diperluas adalah suatu jenis operasi yang dilakukan pada
operasi kanker leher rahim, yang masih layak dilakukan operasi. Di sini beberapa
kelenjar limfa yang berdekatan dengan rahim turut juga diangkat demi meminimalkan
penyebaran tumor tersebut. Sebaiknya bila Anda atau istri Anda punya rencana untuk
dilakukan operasi pengangkatan rahim, maka tidak salahnya berkonsultasi dulu
dengan dokter untuk memastikan jenis operasi yang dilakukan demi optimalisasi
aktivitas reproduksi.
Jadi ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan untuk menangani kanker servik,
antara lain :
a) Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II
b) Operasi histerektomi vagina yang radikal
c) Operasi histerektomi vagina yang parsial
c. Kombinasi (Irradiasi dan pembedahan)
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya
vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami
kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran
operasi.
2) Laboratorium : Darah Lengkap (pemeriksaan darah lengkap dan faal darah). Jika
pemeriksaan darah normal, maka anda akan dipersiapkan untuk melakukan operasi ;
menghitung jumlah darah, resiko perdarahan dan infeksi, fungsi ginjal dan hepar dan
penyebarannya.
Jika anda menggunakan anestesi total (bius total), maka anda akan dipertemukan
dengan dokter anestesi yang akan menangani anda. Dan bukan tidak mungkin jika
dokter akan meminta pemeriksaan lain yang berhubungan dengan kondisi yang
mempengaruhi operasi.
Diagnose suatu penyakit diupayakan sejelas mungkin sebelum therapi pembedahan
dijalankan. Dan bagi operator atau dokter Bedah sendiri, tentu tidak akan memiliki
arah yang pasti di saat berlangsungnya operasi, apa bagaimana dan seberapa yang
mesti dibedah jika informasi atau assessmentpendekatan ke arah diagnose pastibelum optimal. Sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan di luar pemeriksaan fisik
untuk menuju kepastian itu. Mungkin akan diperlukan pemeriksaan laboratorium saja
atau dibutuhkan lagi pemeriksaan penunjang yang masih taraf sederhana sampai yang
semakin nyaman.
c. Persiapan Operasi
1) Mengosongkan isi perut (lambung dan usus) dari malam sebelum operasi, dengan
cara puasa makan dan minum serta penggunaan laksatif untuk mengosong isi perut.
Hal ini ditujukan untuk mencegah terjadinya aspirasi (terhirup) muntahan ke paru saat
dianestesi, di mana aspirasi tersebut dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada paru.
2) Mencukur area yang akan dioperasi, untuk mencegah rambut masuk ke dalam
normal lagi.
Karena tubuh pasti akan mengalami stress pembedahan, baik dari kemampuan fungsi
masing - masing organ vital maupun cedera langsung yang diterimanya, maka untuk
kepentingan pembiusan agar obat - obat yang diberikan sebelum dan selama proses
berlangsungnya operasi bisa direspon dengan baik, harus ada jaminan akan fungsi dan
kondisi tubuh yang baik pula. Maka jika penderita akan dipersiapkan menjalani
operasi dengan pembiusan umum ataupun regional pada yang berusia di atas 40 tahun
diwajibkan memeriksa lab untuk mengetahui fungsi pembekuan darah, fungsi liver,
ginjal, endokrin, elektrolit, status gizi dan pemeriksaan elekrokardiografi (EKG)
untuk menilai keadaan jantung. Pemeriksaan - pemeriksaan tersebut termasuk
seperti perhiasan, gigi palsu, tidak bergincu dan cat kuku mesti dihapus. Ini dilakukan
d. Anestesi
Anestesi (bius) adalah cara untuk menghilangkan nyeri pada periode tertentu. Hal
tersebut tergantung dari jenis dan lama operasi, dan ini juga mempengaruhi apakah
perlu anda sadar atau tidak saat operasi berlangsung. Pilihan anestesi yang dapat anda
pilih berupa :
1) Anestesi regional
Hampir sama dengan anestesi lokal, namun area yang dibius lebih luas dan pasien
juga tetap sadar. Di mana obat anestesi disuntikan pada tulang belakang, tangan atau
kaki sehingga melumpuhkan sementara saraf?- saraf yang keluar dari area tersebut.
Obat anestesi regional ini dapat berupa suntikan tunggal atau drip infus.
2) Anestesi total
Anestesi total membuat seseorang jatuh dalam keadaan tak sadar, di mana obat dapat
dihirup atau disuntikan. Saat anestesi total dilakukan, pipa endotrakeal akan
konstipasi (sembelit) dan gas; mengurangi resiko penggumpalan darah dan infeksi
paru.
Secara umum, waktu rawat inap untuk abdominal histerektomi tanpa komplikasi
adalah 3-5 hari dan 2-3 hari untuk vaginal / laparoskopik histerektomi. Waktu
pemulihan pasca histerektomi tergantung dari tipe histerektomi dan individu itu
sendiri. Wanita yang menjalani abdominal histerektomi secara umum akan
membutuhkan 6-8 minggu sebelum mereka dapat beraktivitas seperti biasa.
Sedangkan bagi wanita dengan vaginal / laparoskopik histerektomi dapat pulih dalam
waktu yang lebih singkat. Waktu rawat inap untuk radikal trakelektomi adalah 2-3
hari. Kebanyaka wanita pulih sangat cepat dan jarang terjadi komplikasi.
Pasien seharusnya menghindari mengangkat barang berat, jongkok, tekanan pada luka
rawat jalan.
4) Tenggorok anda akan terasa sedikit nyeri oleh karena pemasangan pipa
endotrakeal.
5) Anda juga akan dipasangi kateter urin untuk mengalirkan air kencing anda ke
suatu tas khusus, umumnya selesai operasi kateter ini dilepas. Namun, bila ginjal
bermasalah tetap dipasang. Dan para dokter atau paramedia juga akan memeriksa
dokter menyatakan bahwa anda dapat minum dan makan (baiknya untuk minum
terlebih dahulu).
8) Para tim perawatan anda mungkin berupaya agar anda beraktivitas setelah
operasi. Hal ini ditujukan untuk mempercepat masa penyembuhan, memperlancar
pendidikan terakhir
3) Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan
menyerupai air.
4) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru
pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan,
menderita kanker.
6) Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya
Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan
erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi
imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran
urogenital.
7) Data khusus
Riwayat kebidanan paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah,
adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus,
4)
RR : 18 - 24 X/mnt.
c) Intervensi
(1) Observasi tanda-tanda vital
(2) Observasi perdarahan ( jumlah, warna, lama )
(3) Cek Hb
(4) Cek golongan darah
(5) Beri O2 jika diperlukan
(6) Pemasangan vaginal tampon.
(7) Therapi IV
2) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu
makan.
a) Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan kebutuhan nutrisi klien akan terpenuhi
b) Kriteria hasil :
(1) Tidak terjadi penurunan berat badan
(2) Porsi makan yang disediakan habis
(3) Keluhan mual dan muntah kurang
c) Intervensi :
(1) Jelaskan tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan
(2) Berika makan TKTP
(3) Anjurkan makan sedikit tapi sering
(4) Jaga lingkungan pada saat makan
(5) Pasang NGT jika perlu
(6) Beri Nutrisi parenteral jika perlu.
3) Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal
a)
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapka klien tahu cara-cara mengatasi nyeri
c) Intervensi :
(1) Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif.
(2) Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikanbperasaan dan pikian tentang
penyakitnya.
(4) Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati
hidup dengan kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan,
masa depan.
(6) Bantu dalam penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan.
(7) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling
secara profesional
1. PRINSIP-PRINSIP PEMBEDAHAN GINEKOLOGI Oleh : Darini Sahara
110.2006.066 Pembimbing : dr. H. Ammar Siradjuddin, Sp.OG
2. Prinsip-Prinsip Pembedahan Keputusan operasi: setelah ditegakkan diagnosis
tentang penyakit, kondisi penderita dan jenis operasi yang paling tepat. Diagnosis
berdasarkan pemeriksaan fisik, laboratorium, dan yang dianggap perlu seperti potret
roentgen. Perlu diperhatikan keadaan mental penderita.
3. Pembedahan elektif : operator menentukan waktu pembedahan, setelah segala
persiapan selesai Pembedahan darurat (emergency) : tindakan operasi sesegera
mungkin, bila ditunda akan lebih membahayakan penderita Pembedahan paliatif :
bertujuan untuk mengurangi penderitaan pasien, tidak untuk menyembuhkan
Pembedahan percobaan : dilakukan untuk mendapat kepastian tentang jenis penyakit
4. Indikasi Pembedahan Ginekologi:1. Keperluan diagnostik : biopsi, kerokan,
laparoskopi.2. Tindakan untuk mengangkat tumor jinak atau ganas.3. Tindakan untuk
mengoreksi kelainan bawaan, atau kelainan akibat persalinan, trauma, dan/atau
radang.
5. Pemeriksaan yang teliti untuk menegakkanPersiapan Pra Pembedahan Jika
terdapat penyakit lain, Nilai keadaan pasiendiagnosis penyakit sebaiknya
disembuhkan terlebih dahulu, untuk mengurangi risiko Jika operasi darurat :
pemeriksaan yangoperasi esensial perlu dilakukan
Persiapan pasien:6. Malam sebelum operasi pasien diberi makanan yang
mudah dicerna 6 jam sebelum operasi, pasien dianjurkan puasa Dapat diberikan
obat tidur agar bisa tidur dengan baik Sebelum operasi perlu diberi klisma untuk
mengosongkan usus besar
7. ... Persiapan Pasien Obat pramedikasi yang diatur oleh dokter anestesi
Kandung kencing dikosongkan/pasang kateter Operasi vagina : vagina dibersihakan
dan didesinfeksi Operasi histerektomi : dilakukan toilet vagina yaitu pencucian
vagina, pengolesan antiseptik, tampon