Professional Documents
Culture Documents
HEAD INJURY
(Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KEGAWATDARURATAN SYSTEM II)
OLEH
1.
2.
3.
4.
EKA ROSINTA
RATNA TALIB
KAPRIANUS NINO
NAYU MARINTI TANOEN
3. Patofisiologi
Adanya trauma kepala dapat mengakibatkan gangguan atau kerusakan struktur
misalnya kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan,
edema dan gangguan biokimia otak seperti penurunan adenosine tripospat dalam
mitokondria, perubahan permeabilitas vaskuler.
Patofisiologi trauma kepala dapat digolongkan menjadi 2 proses yaitu cedera
kepala otak primer dan cedera kepala otak sekunder. Cedera kepala otak primer
merupakan suatu proses biomekanik yang dapat terjadi secara langsung saat kepala
terbentur dan berdampak cedera jaringan otak. Cedera kepala sekunder terjadi akibat
cedera primer misalnya adanya hipoksia, iskemia, dan perdarahan.
Perdarah serebral menimbulkan hematoma, misalnya pada epidural hematoma,
yaitu berkumpulnya darah antara lapisan periosteum tengkorak dengan dura meter,
subdural hematoma diakibatkan berkumpulnya darah pada ruang antara dura meter
dengan subarahnoid dan intracerebral hematoma adalah berkumpunya darahpada
jaringan serebral.
Kematian pada trauma kepala banyak disebabkan karena hipotensi karena
gangguan pada autoregulasi. Ketika terjadi gangguan autoregulasi akan menimbulkan
hipoperfusi jaringan serebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak. Karena otak
sangat sensitive terhadap oksigen dan glukosa.
a. Mekanisme cedera kepala
Berdasarkan mekanisme cedera kepala di bagi atas cedera kepala tumpul dan
cedera kepala tembus .cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan
kecelakaan mobil ,motor jatuh atau pukulan benda tumpul .adanya penetrasi
lapisan durameter menentukan apakah suatu cedera termasuk cedera tembus atau
cedera tumpul.
b. Beratnya cedera
Glascow coma scale (GCS) digunakan untuk menilai secara kuntitatif kelainan
neurologis dan dipakai secara umum dalam deskripsi beratnya penderita cedera
kepala :
Cedera kepal ringan (CKR) GCS 13 15 ,dapat terjadi kehilangan kesadaran
(pingsan ) kurang dari 30 menit atau mengalami amnesia retrograde .tidak ada
tengkorak .
Cedera kepala berat (CKB) GCS
kesadaran dan terjadi amnesia lebih dari 24 jam .dapat mengalami kontosio
cerebral ,laserasi atau hematoma intracranial .
4. Manifestasi klinik
Komosio serebri adalah gangguan fungsi otak tanpa adanya kerusakan anatomi
jaringan otak akibat adanya cedera kepala.gejala tidak sadar selama kurang dari 15
menit,disertai sakit kepala ,pusing ,mual muntah ,adanya amnesi retrograde
beberapa
bulan.gejala-gejalahnya
nyeri
kepala,bingung
5. Pemeriksaan Diagnostik
CT scan, mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan determinan dan perubahan
jaringan otak.
MRI, digunakan sama dengan CT-scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
CSF,
Lumbal
Punksi:Dapat
dilakukan
jika
diduga
terjadi
perdarahan
subarachnoid.
6. Komplikasi
Edema pulmonal akibat peninngkatan tekanan darah sistemia terjadi sebagai
7. Penatalaksanaan
Airway: jalan napas stabil,apa bila ada sumbatan ,dilakukan dengan cara kepala
miring,buka mulut bersihkan muntahan darah adanya bendah asing. Perhatikan
penurunan kesadaran.
ADL
o Nutrisi: mual, muntah dan mengalami perubahan gangguan menelan (batuk,
air liur keluar, disfagia)
o Eliminasi: inkontinensia kandung kemih/ usus atau mengalami gangguan
fungsi.
o Aktivitas/ istirahat: merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
o Personal Hygiene: tidak dapat melakukan secara mandiri.
- Psiko-sosio-spiritual
Perubahan tingkah laku, cemas, adanya perubahan hubungan dan pesan karena
klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.Pola
persepsi dan konsep diri di dapat klien merasa tidak berdaya, tidak ada
harapan, mudah marah dan tidak kooperatif.
b. Pemeriksaan Fisik
- B1 (Breathing)
Perubahan pada sistem pernapasan bergantung pada perubahan jaringan
serebral akibat trauma kepala. Pada beberapa keadaan hasil dari pemerikasaan
fisik dari sistem ini akan didapatkan.
1) Inspeksi: didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, penggunaan otot bantu pernapasan dan peningkatan frekuensi
pernapasan.
2) Palpasi: fremitur menurun dibandingkan dengan sisi lain akan didapatkan
apabila melibatkan trauma pada rongga thorax.
3) Perkusi: adanya suara redup sampai pekak pada keadaan melibatkan
trauma pada thorax atau hemothoraks.
4) Auskultasi: bunyi napas tambahan seperti bunyi stridor, ronki pada klien
dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk menurun
sehingga di dapat pada klien cedera kepala dengan penurunan tingkat
-
kesadaran (koma).
B2 (Blood)
Peningkatan pada sistem kardiovaskuler didapatkan tekanan darah normal atau
berubah, nadi bradikardi, takikardi, aritmia dan sianosis.
B3 (Brain)
mental
B4 (Bledder)
Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi
B5 (Bowel)
Didapatkan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual, muntah pada fase
akut.
B6 (Bone)
Adanya kelemahan pada seluruh ekstremitas. Adanya kesukaran untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralisis/ himiplegia,
mudah lelah.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan perfusi jaringan (serebral) berhubungan dengan penurunan
pertukaran sel (cedera kepala) ditandai dengan perubahan perilaku ,perubahan
inkontinesia
Konstipasi berhubungan dengan diet ,asupan cairan ,tingkat aktivitas ditandai
dengan mual muntah .
3. RENCANA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan perfusi jaringan (serebral) berhubungan dengan penurunan
pertukaran sel (cedera kepala) ditandai dengan perubahan perilaku,perubahan
tingkat kesadaran, pusing, kehilangan memori,kejang dan gelisah, mual muntah,
fotofobia.
Goal
: klien akan mempertahankan perfusi jaringan serebral yang efektif.
Objectif : cedera kepala teratasi
Outcames : setelah dilakukan intervensi keperawatan 1 x 7 jam pasien
menunjukan
GCS 4-5-6
Tidak ada keluhan sakit kepala
Tidak ada keluhan mual muntah
Tidak ada keluhan fotofobia
Orientasi baik
Tidak gelisah
Tidak kejang
Intervensi
a) Perhatikan posisi head up 30 derajat ,hindari penggunaan bantal yang tinggi
pada kepala
R/ perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena
jugularis dan menghambat aliran darah otak,sehingga dapat meningkatkan
tekanan intracranial.
b) Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan beri jeda dalam
melakukan tindakan keperawatan.
R/ tindakan tersebut dapat mengurangi peningkatan TIK
c) Bila skor GCS pasien kurang dari 10 ,hiperventilasikan pasien dengan
ventilator sesuai dengan kebijakan layanan.
R/ meningkatkan oksigenasi dan mencegah penbengkakan serebral dan
hiperkapnia.
d) Bila pasien kemungkinan mengalami gangguan jalan napas ,gunakan
antimetik atau pengisapan nasogastric
R/ mencegah mual muntah yang memungkinkan terjadinya peningkatan TIK
dan aspirasi.
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penekanan pusat pernapasan di
medulla oblongata ditandai dengan perubahan dalam frekuensi atau pola
pernapasan .perubahan nadi,ortopnea,
Goal
: pasien menunjukan pola napas efektif
Objectif : pasien tidak mengalami penekanan pusat pernapasan.
Outcomes : setelah dilakukan intervesi keperawatan 1X 7 jam pasien menunjukan
- Kedalamam pernapasan normal
- Tidak ortopnea dan RR dalam rentang normal.
Berikan posisi semifowler atau fowler
R/ meningkatkan ekspansi paru dan mengurangi sesak
Kolaborasi dalam pemberian oksigen
R/ oksigen akan meningkatkan konsentrasi oksigen alveoli dan oksigen arteri
ketakutannya .
Berikan orientasi realitas bila pasien mengalami kebingungan atau
disorientasi
R/interaksi pasien staf menjadi lebih efisien
Berikan dan pantau keefektifan obat yang diprogramkan.laporkan
semua efek yang merugikan.
R/ Pengobatan dapat membantu menurunkan nyeri dan mengontrol
proses penyakit.
4. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan.
5. EVALUASI KEPERAWATAN
SUMATIF DAN FORMATIF
DAFTAR PUSTAKA
Aprice Sylvia dkk. Konsep klinis proses-proses penyakit, Eds. 6. Jakarta:EGC
Padila, 2012. Buku ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Jogyakarta: Nuha Medika
Taylor Chythia M.2010.Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan.Ed.10.
Jakarta: EGC
Wong Donna L. Buku Ajar: Keperawatan Pediatrik, Vol. 2, Eds. 6. Jakarta: EGC
, 2010. Nursing Diagnoses: Definitions and classification 2009-2011. Jakarta: EGC