Professional Documents
Culture Documents
Nilai potensi kredit karbon di Indonesia sangat besar. Tapi perhitungan bervariasi karena
ketidakpastian tingkat hilangnya hutan dan nilai-nilai yang dapat tercakup dalam emisi karbon.
Dengan cara membagi rata-rata tahunan hilangnya hutan di Indonesia antara tahun 2000 dan
2005, nilai estimasi kredit karbon berkisar, sampai, 5 miliar per tahun. Jumlah ini sangat besar
jika dibandingkan dengan APBN tahunan Departemen Kehutanan. Ini merupakan insentif
ekonomi di Indonesia untuk menciptakan pendekatan yang digunakan lebih baik dan lebih
berkelanjutan sumber daya hutan.
Untuk lebih memperkuat implemetasi REDD pada tingkat nasional dan sub-nasional (daerah),
pemerintah Indonesia mungkin bisa dikatakan lebih maju bila dibandingkan dengan Negaranegara penggagas REDD lainnya di dunia. Hal ini bisa dilihat bahwa hingga saat ini pemerintah
Indonesia dalam hal ini Kementerian Kehutanan telah mengeluarkan tiga peraturan yang
berkaitan langsung dengan REDD. Peraturan pertama yang dikeluarkan adalah Permenhut
No.P.68/Menhut-II/2008 tentang Penyelenggaraan Demonstration Activities Pengurangan Emisi
Karbon Dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD). Permenhut ini pada dasarnya mengatur
prosedur permohonan dan pengesahan demonstration activities REDD, sehingga metodologi,
teknologi dan kelembagaan REDD dapat dicoba dan dievaluasi.
Peraturan kedua adalah Permenhut No. P. 30/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Pengurangan
Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD). Permenhut ini mengatur tata cara
pelaksanaan REDD, termasuk persyaratan yang harus dipenuhi, verifikasi dan sertifikasi,serta
hak dan kewajiban pelaku REDD. Peraturan ketiga adalah Permenhut No. P.36/Menhut-II/2009
tentang Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon Pada
Hutan Produksi dan Hutan Lindung, permenhut ini mengatur izin usaha REDD melalui
penyerapan dan penyimpana karbon, didalamnya juga diatur perimbangan keungan, tata cara
pengenaan, pemungutan, penyetoran dan penggunaan penerimaan Negara dari REDD.
Ada beberapa manfaat dari REDD: yang pertama adalah REDD memberikan kontribusi terhadap
pengurangan emisi karbon di udara dan dianggap kunci dalam mengembangkan negara.yang
kedua adalah REDD menstabilkan konsentrasi CO2 di atmosfer pada tingkat serendah mungkin
melalui skema pembayaran bagi negara yang mampu mengurangi atau menghentikan deforestasi
dan yang ketiga adalah REDD menunjukkan insentif ekonomi di Indonesia untuk menciptakan
pendekatan yang digunakan lebih baik dan lebih berkelanjutan sumber daya hutan.
Hasil untuk REDD masih belum lengkap. Meskipun beberapa kemajuan telah dibuat, tetapi
kelemahan penting masih terjadi, terutama mengenai kesesuaian target Disamping itu ada
beberapa kelemahan dari REDD: yang pertama adalah REDD akan menyulitkan jumlah uang
yang mengalir administrasi jika tidak diikuti dengan regulasi yang tepat dan program tidak
dibahas dalam resolusi, yang kedua adalah REDD akan membuat orang yang tinggal di negaranegara berkembang yang tidak peduli terhadap lingkungan sehingga kurang mendukung untuk
REDD.The ketiga adalah kurangnya menempatkan prinsip-prinsip penghormatan terhadap hak
asasi manusia, pengakuan REDD akan hak dan akses masyarakat terhadap hutan, pemerintah han
tata pemerintahan yang baik, keamanan tanah, transparansi, adil an REDD juga provit negara
maju karena mereka tidak secara signifikan menurunkan emisi karbon di negara ini tetapi hanya
membeli pengurangan emisi bersertifikat dari pengembangan berbagi manfaat- negara, dan
korupsi akan terjadi dari pihak-pihak tertentu karena dari dana yang digunakan untuk REDD.
Mudah-mudahan, REDD dapat menstabilkan konsentrasi CO2 di atmosfer pada tingkat serendah
mungkin melalui skema pembayaran bagi negara yang mampu mengurangi atau menghentikan
deforestasi dan rangka pelaksanaan kompensasi ini berlangsung di pasar sukarela scale.So bahwa
program REDD bisa menjadi kesempatan dan pintu masuk ke penyelesaian konflik dengan
persyaratan untuk pengakuan hak-hak penguasaan hutan kepada masyarakat hutan dan juga bisa
menjadi konflik baru ketika hak-hak tenurial masyarakat ruang tidak diakui.