You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
I. 1.

Latar Belakang
Demam berdarah dengue/ dengue hemorrhagic fever merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas di Asia tropik termasuk Indonesia. Beberapa dekade terakhir
ini, insiden demam dengue menunjukkan peningkatan yang sangat pesat diseluruh
penjuru dunia. Sebanyak dua setengah milyar atau dua perlima penduduk dunia beresiko
terserang demam dengue dan sebanyak 1,6 milyar (52%) dari penduduk yang beresiko
tersebut hidup di wilayah Asia Tenggara. WHO memperkirakan sekitar 50 juta kasus
infeksi dengue tiap tahunnya.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah
air. Indonesia menempati urutan tertinggi kasus DBD tahun 2010 di Asean, dengan
jumlah kasus 156.086 dan kematian 1.358 orang. Di Rektorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL kemkes RI), melaporkan kasus
DBD tahun 2011 di Indonesia menurun dengan jumlah kasus 49.486 dan jumlah

I. 2.

kematian 403 orang


Rumusan Masalah
Data yang diperoleh di Puskesmas Cabenge menunjukkan angka penemuan kasus
tersangka demam berdarah dengue mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berikut
ini tabel mengenai jumlah kasus tersangka DBD dari tahun 2011-2015.

Pada tahun 2011 terdapat 2 kasus tersangka kasus DBD, kemudian pada tahun
2012 ditemukan 2 kasus tersangka DBD. Pada tahun 2013 terdapat peningkatan lebih dari
dua kali lipat dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 7 penderita tersangka DBD
1

kemudian pada tahun 2014 mengalami penurunan yaitu 3 kasus tersangka DBD. Kembali
meningkat pada tahun 2015 ditemukan sebanyak 17 tersangka kasus DBD dan pada
pemeriksaan rapid tes IgG dan IgM terdapat 1 orang yang dinyatakan positif menderita
I. 3.

DBD.
Tujuan
I. 3. 1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit demam berdarah dengue
(DBD) dengan cara memutuskan rantai penularan.
I. 3. 2. Tujuan Khusus
Siswa-siswi dapat mengetahui dan memahami penyakit demam berdarah dengue
secara umum yang meliputi pengertian, penyebab, cara penularan, ciri-ciri
nyamuk aedes aegypti, tanda dan gejala, pertolongan pertama, serta mampu

I. 4.

mengaplikasikan cara pencegahan penyakit demam berdarah dengue.


Manfaat
I. 4. 1. Peserta Penyuluhan Kesehatan
1.
Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman siswa-siswi mengenai penyakit
2.

demam berdarah dengue.


Meningkatnya kesadaran siswa-siswi untuk melakukan tindakan pencegahan
dalam rangka memutuskan rantai penularan penyakit demam berdarah
dengue.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.

DEMAM BERDARAH DENGUE


II.1.1 Definisi
Demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever/ DHF) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
dan/ atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diatesis hemoragik.
II.1.2 Etiologi
2

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan
diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x10 6.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 yang semua nya dapat
menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotipe ini
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak.
II.1.3 Patofisiologi
Fenomena patofisiologi utama menentukan berat penyakit dan membedakan
demam berdarah dengue dengan dengue klasik ialah tingginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan
diatesis hemoragik. Meningginya nilai hematokrit pada penderita dengan renjatan
menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah
ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak dengan mengakibatkan menurunnya volume
plasma dan meningginya nilai hematokrit.
Jika seseorang digigit nyamuk Aedes aegypti, maka virus dengue masuk bersama
darah yang dihisapnya. Dalam tubuh nyamuk, virus dengue akan berkembang biak
dengan cara membelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk dan sebagian
besar virus tersebut berada dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam tempo 1 minggu,
jumlahnya dapat mencapai ratusan ribu sehingga siap dipindahkan ke orang lain. 7 Virus
merupakan mikrooganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel hidup. Maka demi
kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai pejamu (host)
terutama dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Persaingan tersebut sangat
tergantung pada daya tahan pejamu, bila daya tahan baik maka akan terjadi penyembuhan
dan timbul antibodi, namun bila daya tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi
makin berat dan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Dua teori yang banyak dianut dalam menjelaskan patogenesis infeksi dengue
adalah hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infection theory) dan hipotesis
immune enhancement. Menurut hipotesis infeksi sekunder yang diajukan oleh Suvatte,
sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berbeda, respon antibodi
anamnestik pasien akan terpicu, menyebabkan proliferasi dan transformasi limfosit dan
menghasilkan titer tinggi IgG antidengue. Karena bertempat di limfosit, proliferasi
limfosit juga menyebabkan tingginya angka replikasi virus dengue. Hal ini
3

mengakibatkan terbentuknya kompleks virus-antibodi yang selanjutnya mengaktivasi


sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah dan merembesnya cairan ke ekstravaskular. Hal ini terbukti
dengan peningkatan kadar hematokrit, penurunan natrium dan terdapatnya cairan dalam
rongga serosa. Pada penderita renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai
lebih dari pada 30% dan berlangsung selama 24-48 jam. Renjatan yang tidak
ditanggulangi secara adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan
kematian.
Hipotesis immune enhancement menjelaskan menyatakan secara tidak langsung
bahwa mereka yang terkena infeksi kedua oleh virus heterolog mempunyai risiko berat
yang lebih besar untuk menderita DBD berat. Antibodi heterolog yang telah ada akan
mengenali virus lain kemudian membentuk kompleks antigen-antibodi yang berikatan
dengan reseptor dari membran leukosit terutama makrofag. Sebagai tanggapan dari
proses ini, akan terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan
peningkatan

permeabilitas

pembuluh

darah,

sehingga

mengakibatkan

keadaan

hipovolemia dan syok.


Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme:
1) Supresi sumsum tulang
2) Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang pada
fase awal infeksi (<5 hari) menunjukkan keadaan hiposeluler dan supresi
megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan proses
hematopoeisis termasuk megakariopoesis.
Kadar trombopoeitin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru
menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai
mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi
melalui pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi VD, konsumsi trombosit selama
proses koagulopatidan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui
mekanisme gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar b-hemoglobin dan PF4 yang
merupakan degranulasi trombosit.
II.1.4 Manifestasi klinik
Manifestasi klinik infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat
berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau sindrom
syok dengue. Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti
4

oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan
tetapi mempunyai resiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan yang
adekuat.
Gambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3 fase yaitu fase febris, fase kritis
dan fase pemulihan. Pada fase febris, Biasanya demam mendadak tinggi 2 7 hari,
disertai muka kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit
kepala. Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok, injeksi farings dan konjungtiva,
anoreksia, mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti
ptekie, perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi perdarahan pervaginam
dan perdarahan gastrointestinal.
Fase kritis, terjadi pada hari 3 7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh
disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang biasanya
berlangsung selama 24 48 jam. Kebocoran plasma sering didahului oleh lekopeni
progresif disertai penurunan hitung trombosit. Pada fase ini dapat terjadi syok.
Fase pemulihan, bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari
ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 48 72 jam setelahnya. Keadaan
umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali, hemodinamik stabil dan diuresis
membaik.
II.1.5 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah
trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai
gambaran limfosit plasma biru (sejak hari ke-3). Trombositopenia umumnya dijumpai
pada hari ke 3-8 sejak timbulnya demam. Hemokonsentrasi dapat mulai dijumpai mulai
hari ke 3 demam. Pada DBD yang disertai manifestasi perdarahan atau kecurigaan
terjadinya gangguan koagulasi dapat dilakukan pemeriksaan hemostasis (PT, APTT,
Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP). Pemeriksaan lain yang dapat dikerjakan adalah
albumin, SGOT/SGPT, ureum/ kreatinin.
Untuk membuktikan etiologi DBD, dapat dilakukan uji diagnostik melalui
pemeriksaan isolasi virus, pemeriksaan serologi atau biologi molekular. Di antara tiga
jenis uji etiologi, yang dianggap sebagai baku emas adalah metode isolasi virus. Namun,
metode ini membutuhkan tenaga laboratorium yang ahli, waktu yang lama (lebih dari 12
minggu), serta biaya yang relatif mahal. Oleh karena keterbatasan ini, seringkali yang
dipilih adalah metode diagnosis molekuler dengan deteksi materi genetik virus melalui
5

pemeriksaan reverse transcriptionpolymerase chain reaction (RT-PCR). Pemeriksaan RTPCR memberikan hasil yang lebih sensitif dan lebih cepat bila dibandingkan dengan
isolasi virus, tapi pemeriksaan ini juga relatif mahal serta mudah mengalami kontaminasi
yang dapat menyebabkan timbulnya hasil positif semu.
Pemeriksaan yang saat ini banyak digunakan adalah pemeriksaan serologi, yaitu
dengan mendeteksi IgM dan IgG-anti dengue. Imunoserologi berupa IgM terdeteksi
mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3 dan menghilang setelah 60-90 hari.
Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, sedangkan pada infeksi
sekunder dapat terdeteksi mulai hari ke 2.
Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA tegak dan lateral dekubitus kanan) dapat
dilakukan untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan dan
pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat ditemukan pada kedua hemitoraks.
Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan USG.
II.1.6 Diagnosis
Diagnosis demam berdarah dengue ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis
menurut WHO tahun 1997 yang terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis). Kriteria
klinis demam dengue adalah demam akut selama 2-7 hari ditandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis seperti nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia/artralgia, ruam kulit,
manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif), leukopenia dan pemeriksaan
serologi dengue positif atau ditemukan pasien demam dengue atau demam berdarah
dengue yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
Kriteria Klinis:
1) Demam akut mendadak 2-7 hari, bersifat bifasik
2) Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan :
Uji tourniket positif
Petekie, ekimosis, purpura
Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
Hematemesis dan melena
3) Kriteria Laboratoris:
Trombositopenia (100.000/ mm3 atau kurang)
Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut:
Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar sesuai dengan umur

dan jenis kelamin.


Penurunan hemtokrit >20% setelah mendapatkan terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
6

Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.

Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia atau peningkatan


hematokrit, cukup untuk menegakkan diagnosis klinis demam berdarah dengue. Efusi
pleura dan atau hipoalbumin, dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien anemia
dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan hematokrit dan adanya
trombositopenia, mendukung diagnosa demam berdarah dengue.
WHO (2004) membagi demam berdarah dengue menjadi 4 derajat berdasarkan
tingkat keparahan, yaitu :

Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
adalah uji torniquet.

Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain.

Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut kulit dingin
dan lembab, tampak gelisah.

Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
III.1.7 Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan
cairan plasma sebagai peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan.
Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa.
Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif. Untuk dapat
merawat pasien DBD dengan baik, diperlukan dokter dan perawat yang terampil, sarana
laboratorium yang memadai, cairan kristaloid dan koloid serta bank darah yang
senantiasa siap bila diperlukan. Diagnosis dini dan memberikan nasehat untuk segera
dirawat bila terdapat tanda syok merupakan hal yang penting untuk mengurangi angka
kematian. Di pihak lain perjalanan penyakit DBD sulit diramalkan. Pasien yang waktu
masuk keadaan umumnya tampak baik dalam waktu singkat dapat memburuk dan tidak
tertolong. Kunci keberhasilan tatalaksana DBD/SSD terletak pada ketrampilan para
dokter untuk mengatasi masa peralihan dari fase demam ke fase penurunan suhu (fase
kritis, fase syok) dengan baik.
Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga
kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling
7

penting dalam penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga, terutama
cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan
suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara
bermakna. Volume cairan kristaloid per hari yang diperlukan sesuai rumus berikut 1500 +
{20x(BB dalam kg 20)}, transfusi trombosit hanya diberikan pada pasien DBD dengan
perdarahan spontan dan masif dengan jumlah trombosit <100.000/mm 3 disertai atau tanpa
KID.
Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit dalam Indonesia (PAPDI) bersama dengan
Divisi Penyakit Tropik dan infeksi dan Divisi Hematologi dan onkologi Medik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, telah menyusun lima protokol penatalaksanaan
demam berdarah dengue pada pasien dewasa berdasarkan kriteria :
1. Tatalaksana dengan rencanan tindakan sesuai indikasi
2. Praktis dalam penatalaksanaan
3. Mempertimbangkan cost efectiveness
Protokol pemberian cairan sebagai komponen utama penatalaksanaan DBD
dewasa mengikuti 5 protokol, mengacu pada protokol WHO. Protokol ini terbagi dalam 5
kategori, sebagai berikut:
1. Penanganan tersangka DBD dewasa tanpa syok
2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat
3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >20%
4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa
5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa
II.2.

MATERI PENYULUHAN DEMAM BERDARAH DENGUE


II.2.1 Pendahuluan
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang sering
menimbulkan wabah dan dapat menyebabkan kematian. Sampai saat ini belum
ditemukan obat maupun vaksin untuk pencegahan. Disebabkan oleh Virus Dengue
dan ditularkan oleh Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.
Terdapat 4 Serotipe :
(Dengue -1, Dengue -2, Dengue -3 dan Dengue -4 ) termasuk dalam golongan
Group B Arthropo Borne Virus ( Arbovirus ).
Ditemukan di berbagai daerah di Indonesia
(dengue -3) sangat berkaitan dengan kasus DBD berat di Indonesia, disusul
(dengue -2), (dengue -1) dan (dengue -4).
II.2.2 Gejala Demam Berdarah Dengue :
8

II.2.3 Cara penularan Demam Berdarah Dengue

II.2.4 Ciri dan Sifat Nyamuk Aedes Aegypti


Berwarna hitam dan belang-belang putih pada seluruh tubuhnya

Menggigit pada pagi hari antara jam 06.00 -10.00 Kemudian sore hari antara
jam 16.00 -18.00
Mampu terbang sampai sejauh 100 Meter
Berkembang biak ditempat penampungan air dan barang bekas

10

Tidak dapat berkembang biak diselokan, got, kolam yg airnya langsung


berhubungan dengan tanah
II.2.5 Daur Hidup Nyamuk Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes Aegypti ( Betina ) Meletakkan telur pada tempat penampungan


Air dan barang-barang bekas
Tiap 2 Hari Nyamuk, menghisap darah manusia untuk mematangkan telur
Perkembangan telur Nyamuk memerlukan waktu 7 10 Hari
Umur Nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan.
II.2.6 Pertolongan Pertama

11

II.2.7 Pencegahan Demam Berdarah Dengue

12

BAB III
METODE
III. 1.
Waktu dan Lokasi Kegiatan
III. 1. 1. Waktu Kegiatan
Penyuluhan demam berdarah dengue dilaksanakan selama 3 (tiga) hari dimulai pada
tanggal 9 - 12 Mei 2015.
III. 1. 2. Lokasi Kegiatan
Penyuluhan hari pertama berlangsung pada tanggal 9 Mei 2015 bertempat di SMK
Wiramandiri. Penyuluhan hari kedua berlangsung pada tanggal 11 Mei 2015
bertempat di SMP Negeri 1 Lilirilau. Penyuluhan hari ketiga berlangsung pada
III. 2.

tanggal 12 Mei 2015 bertempat di Madrasah Tsanawiah Asadiyah.


Peserta Kegiatan
13

Peserta penyuluhan demam berdarah dengue adalah------------ peserta didik yang


III. 3.
a.

berasal dari tiga sekolah se-wilayah puskesmas Cabenge.


Manajemen Kegiatan
Pembukaan oleh Kepala Puskesmas dan Kepala Sekolah SMP/MTs dan SMK
yang bersangkutan
Rangkaian pertama kegiatan penyuluhan kesehatan adalah pembukaan dan
sambutan oleh Kepala Puskesmas Cabenge dan masing-masing Kepala Sekolah

b.

SMK Wiramandiri, SMP Negeri 1 Lilirilau dan Madrasah Tsanawiah Asadiyah.


Pelaksanaan pre-test
Setiap peserta diminta untuk menjawab soal-soal yang berhubungan dengan materi
penyuluhan kesehatan yaitu sebanyak 20 soal pilihan ganda yang terdiri dari 4 soal
mengenai materi demam berdarah dengue dengan waktu 45 detik untuk masing-

c.

masing soal.
Pemberian materi
Materi dalam penyuluhan kesehatan dibagi menjadi lima bagian yaitu Demam
Berdarah Dengue, NAPZA, Bahaya Merokok, Sex Bebas dan HIV/AIDS.

d.

Pelaksanaan diskusi dan tanya jawab


Diskusi dan tanya jawab dilaksanakan setelah pemberian ke lima materi
penyuluhan, para peserta penyuluhan di berikan kesempatan untuk menanyakan

e.

materi penyuluhan kesehatan .


Pelaksanaan post test
Setiap peserta diminta untuk menjawab soal-soal yang berhubungan dengan materi
penyuluhan kesehatan yaitu sebanyak 20 soal pilihan ganda yang terdiri dari 4 soal
mengenai materi demam berdarah dengue dengan waktu 45 detik untuk masing-

f.

masing soal.
Pemberian Hadiah/Door prize
Acara ditutup dengan pemberian hadiah/door prize bagi peserta penyuluhan yang
dapat menjawab pertanyaan dengan benar yang diberikan oleh pemateri.

14

BAB IV
HASIL
IV.1.

Data Pengetahuan Penyuluhan Demam Berdarah Dengue


Kegiatan penyuluhan hari pertama berlangsung pada tanggal 9 Mei 2015 bertempat di
SMK Wiramandiri yang diikuti oleh 30 peserta didik. Pelatihan hari kedua berlangsung
pada tanggal 11 Mei 2015 bertempat di SMP Negeri 1 Lilirilau diikuti oleh -----peserta
didik. Pelatihan hari ketiga berlangsung pada tanggal 12 Mei 2015 bertempat di
Madrasah Tsanawiah Asadiyah yang diikuti oleh 25 peserta didik.
Data Peserta Penyuluhan Demam Berdarah Dengue:
No
1.
2.
3.

Waktu pelaksanaan
Hari pertama
Hari kedua
Hari ketiga

(siswa)
18

(siswa)
12

Jumlah
30

17

25

Dari hasil pre test dan post test didapatkan data pengetahuan para peserta penyuluhan
demam berdarah dengue berikut:
No
1.
2.
3.

Waktu pelaksanaan
Hari pertama
Hari kedua
Hari ketiga

Pretest (%)
62, 87
57,96
64,71

Postest (%)
96,73
88,51
95,86

15

BAB V
DISKUSI

Karakteristik Peserta
Jumlah peserta penyuluhan sebanyak --- siswa dari 3 sekolah sewilayah kerja
Puskesmas Cabenge. Pada tanggal 9 Mei 2015, jumlah peserta sebanyak 30 siswa dengan
18 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki. Pada tanggal 11Mei 2015, jumlah peserta
sebanyak 22 siswa dengan 14 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki. Pada tanggal 12
Mei 2015, jumlah peserta sebanyak 25 siswa dengan 8 siswa perempuan dan 17 siswa
laki-laki.
Pengetahuan Peserta Penyuluhan Demam Berdarah Dengue
Dari hasil pretest yang dilakukan didapatkan tingkat pengetahuan rata-rata para
peserta didik sebelum dilaksanakan penyuluhan Demam Berdarah Dengue di SMK
Wiramandiri adalah 62,87%. Setelah diberikan materi penyuluhan Demam Berdarah
Dengue dan diberikan post tes kembali, terdapat peningkatan pengetahuan rata-rata
peserta didik sebesar 96,73%.
Dari hasil pretest yang dilakukan didapatkan tingkat pengetahuan rata-rata para
peserta didik sebelum dilaksanakan penyuluhan Demam Berdarah Dengue di SMP
Negeri 1 Liliriaja adalah 57,96%. Setelah diberikan materi penyuluhan Demam Berdarah
16

Dengue dan diberikan post tes kembali, terdapat peningkatan pengetahuan rata-rata
peserta didik sebesar 88,51%.
Dari hasil pretest yang dilakukan didapatkan tingkat pengetahuan rata-rata para
peserta didik sebelum dilaksanakan penyuluhan Demam Berdarah Dengue di Madrasah
Tsanawiah Asadiyah adalah 64,71%. Setelah diberikan materi penyuluhan Demam
Berdarah Dengue dan diberikan post tes kembali, terdapat peningkatan pengetahuan ratarata peserta didik sebesar 95,86%.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. Kesimpulan
Berdasarkan presentase jawaban benar pada peserta yang mengikuti penyuluhan
dapat disimpulkan bahwa: Terjadi peningkatan pengetahuan bagi peserta.
VI.2. Saran
Setelah kegiatan penyuluhan ini diharapkan para peserta penyuluhan siswa-siswi
SMK dan SMP/MTs dapat mengamalkan semua materi yang telah diberikan dan kegiatan
ini diharapkan dapat dilakukan secara berkala sebagai salah satu bentuk tindakan
pecegahan penyakit menular maupun penyakit tidak menular di masyarakat, khususnya
demam berdarah dengue.

17

You might also like