You are on page 1of 5

Miopia adalah anomali refraksi pada

mata dimana bayangan difokuskan di


depan retina, ketika mata tidak dalam
kondisi berakomodasi. Ini juga dapat
dijelaskan pada kondisi refraktif dimana
cahaya yang sejajar dari suatu objek
yang masuk pada mata akan jatuh di
depan retina, tanpa akomodasi. Miopia
berasal dari bahasa Yunani muopia
yang memiliki arti menutup mata. Miopia
merupakan
manifestasi
kabur
bila
melihat jauh, istilah populernya adalah
nearsightedness (American Optometric
Association, 2006).
Etiologi
Etiologi
miopia
belum
diketahui
secara pasti. Ada beberapa keadaan
yang dapat menyebabkan timbulnya
miopia seperti alergi, gangguan
endokrin,
kekurangan
makanan,
herediter, kerja dekat yang berlebihan
dan
kekurangan
zat
kimia
(kekurangan
kalsium,
kekurangan
vitamin) (Desvianita cit Slone, 1997).
Pada mata miopia fokus sistem optik
mata terletak di depan retina, sinar
sejajar yang masuk ke dalam mata
difokuskan di dalam badan kaca. Jika
penderita
miopia
tanpa
koreksi
melihat ke objek yang jauh, sinar
divergenlah yang akan mencapai
retina sehingga bayangan menjadi
kabur. Ada dua penyebab yaitu : daya
refraksi terlalu kuat atau sumbu mata
terlalu panjang (Hoolwich, 1993).
Miopia yang sering dijumpai adalah
miopia aksial. Miopia aksial adalah
bayangan jatuh di depan retina dapat
terjadi jika bola mata terlalu panjang.
Penyebab dari miopia aksial adalah
perkembangan yang menyimpang
dari normal yang di dapat secara
kongenital pada waktu awal kelahiran,
yang dinamakan tipe herediter. Bila
karena peningkatan kurvatura kornea
atau lensa, kelainan ini disebut miopia
kurvatura (desvianita cit Slone, 1997).
Penyebab panjangnya bola mata
dapat diakibatkan beberapa keadaan :

1. Tekanan dari otot ekstra okuler


selama
konvergensi
yang
berlebihan.
2. Radang, pelunakan lapisan bola
mata
bersama-sama
dengan
peningkatan
tekanan
yang
dihasilkan oleh pembuluh darah
dari kepala sebagai akibat dari
posisi tubuh yang membungkuk.
3. Bentuk dari lingkaran wajah yang
lebar
yang
menyebabkan
konvergensi
yang
berlebihan
(Desvianita cit Perera, 1997).
Peningkatan kurvatura kornea dapat
ditemukan pada keratokonus yaitu
kelainan pada bentuk kornea. Pada
penderita katarak (kekeruhan lensa)
terjadi
miopia
karena
lensa
bertambah cembung atau akibat
bertambah
padatnya
inti
lensa
( Desvianita cit Slone, 1997).
Miopia dapat ditimbulkan oleh karena
indeks bias yang tidak normal,
misalnya akibat kadar gula yang
tinggi dalam cairan mata (diabetes
mellitus) atau kadar protein yang
meninggi pada peradangan mata.
Miopia bias juga terjadi akibat spasme
berkepanjangan dari otot siliaris
(spasme akomodatif), misalnya akibat
terlalu lama melihat objek yang
dekat. Keadaan ini menimbulkan
kelainan yang disebut pseudo miopia
(Sastradiwiria, 1989).
Klasifikasi
Menurut
American
Optometric
Association (2006), miopia secara klinis
dapat terbagi lima yaitu:
1. Miopia Simpleks : Miopia yang
disebabkan oleh dimensi bola
mata yang terlalu panjang atau
indeks bias kornea maupun lensa
kristalina yang terlalu tinggi.
2. Miopia Nokturnal : Miopia yang
hanya terjadi pada saat kondisi di
sekeliling
kurang
cahaya.
Sebenarnya, fokus titik jauh mata
seseorang bervariasi terhadap
tahap pencahayaan yang ada.

Miopia ini dipercaya penyebabnya


adalah pupil yang membuka
terlalu lebar untuk memasukkan
lebih banyak cahaya, sehingga
menimbulkan
aberasi
dan
menambah kondisi miopia.
3. Pseudomiopia : Diakibatkan oleh
rangsangan
yang
berlebihan
terhadap mekanisme akomodasi
sehingga terjadi kekejangan pada
otot otot siliar yang memegang
lensa kristalina. Di Indonesia,
disebut dengan miopia palsu,
karena memang sifat miopia ini
hanya
sementara
sampai
kekejangan akomodasinya dapat
direlaksasikan. Untuk kasus ini,
tidak
boleh
buru

buru
memberikan lensa koreksi.
4. Miopia Degeneretif : Disebut juga
sebagai
miopia
degeneratif,
miopia maligna atau miopia
progresif. Biasanya merupakan
miopia derajat tinggi dan tajam
penglihatannya juga di bawah
normal meskipun telah mendapat
koreksi.
Miopia
jenis
ini
bertambah buruk dari waktu ke
waktu.
5. Miopia Induksi : Miopia yang
diakibatkan oleh pemakaian obat
obatan, naik turunnya kadar
gula darah, terjadinya sklerosis
pada
nukleus
lensa
dan
sebagainya.
Klasifikasi miopia berdasarkan ukuran
dioptri lensa yang dibutuhkan untuk
mengkoreksikannya (Sidarta, 2007):
1. Ringan : lensa koreksinya 0,25 s/d
3,00 Dioptri
2. Sedang : lensa koreksinya 3,25 s/d
6,00 Dioptri.
3. Berat :lensa koreksinya > 6,00
Dioptri.
Klasifikasi miopia berdasarkan umur
adalah (Sidarta, 2007):
1. Kongenital : sejak lahir dan
menetap pada masa anak-anak.
2. Miopia onset anak-anak : di bawah
umur 20 tahun.
3. Miopia onset awal dewasa : di
antara umur 20 sampai 40 tahun.

4. Miopia onset dewasa : di atas umur


40 tahun (> 40 tahun).
Gambaran Klinik
Sebahagian kasus-kasus miopia dapat
diketahui dengan adanya kelainan
pada jarak pandang. Pada tingkat
ringan, kelainan baru dapat diketahui
bila
penderita
telah
diperiksa
(Desvianita cit Adler, 1997).

Gejala subjektif :

Akibat sinar dari suatu objek jauh


difokuskan di depan retina, maka
penderita miopia hanya dapat
melihat jelas pada waktu melihat
dekat,
sedangkan
penglihatan
kabur bila melihat objek jauh.
Keluhan astenopia, seperti sakit
kepala yang dengan sedikit koreksi
dari
miopianya
dapat
disembuhkan.
Kecendrungan
penderita
untuk
menyipitkan mata waktu melihat
jauh untuk mendapatkan efek
pinhole agar dapat melihat
dengan lebih jelas.
Penderita miopia biasanya suka
membaca,
sebab
mudah
melakukannya
tanpa
usaha
akomodasi (Slone, 1979).

Gejala objektif :

Miopia simple :
Pada segmen anterior ditemukan
bilik mata yang dalam dan pupil
yang relatif lebar. Kadang-kadang
bola
mata
ditemukan
agak
menonjol.
Pada segmen posterior biasanya
terdapat gambaran yang normal
atau dapat disertai kresen miopia
yang ringan disekitar papil saraf
optik.

Miopia Patologi :
Gambaran pada segmen anterior
serupa dengan miopia simple.

Gambaran yang ditemukan pada


segmen posterior berupa kalainankelainan pada :
Korpus vitreum
Papil saraf optik
Makula
Retina
terutama
pada
bagian temporal
Seluruh lapisan fundus yang
tersebar
luas
berupa
penipisan koroid dan retina.

Diagnosis Miopia
Pasien
dengan
miopia
akan
menyatakan melihat jelas bila dekat
malahan
melihat
terlalu
dekat,
sedangkan melihat jauh kabur atau
disebut pasien adalah rabun jauh.
Pasien
dengan
miopia
akan
memberikan keluhan sakit kepala,
sering disertai dengan juling dan
celah kelopak yang sempit. Seseorang
miopia
mempunyai
kebiasaan
memicingkan
matanya
untuk
mencegah aberasi sferis atau untuk
mendapatkan efek lubang kecil.
Pasien miopia mempunyai pungtum
remotum yang dekat sehingga mata
selalu dalam atau berkedudukan
konvergensi yang akan menimbulkan
keluhan astenopia konvergensi. Bila
kedudukan mata ini menetap, maka
penderita akan terlihat juling ke
dalam
atau
esoptropia.
Pada
pemeriksaan
funduskopi
terdapat
miopik kresen yaitu gambaran bulan
sabit yang terlihat pada polus
posterior fundus mata miopia, yang
terdapat pada daerah papil saraf optik
akibat tidak tertutupnya sklera oleh
koroid. Pada mata dengan miopia
tinggi akan terdapat pula kelainan
pada fundus okuli seperti degenerasi
makula dan degenerasi retina bagian
perifer ( Sidarta, 2007).
Pengujian atau test yang dapat
dilakukan dengan pemeriksaan mata
secara
umum
atau
standar
pemeriksaan mata, (Sidarta, 2003)
terdiri dari :
Uji ketajaman penglihatan pada
kedua mata dari jarak jauh
(Snellen) dan jarak dekat (Jaeger).

Uji pembiasan, untuk menentukan


benarnya resep dokter dalam
pemakaian kaca mata.
Uji penglihatan terhadap warna, uji
ini
untuk
membuktikan
kemungkinan ada atau tidaknya
kebutaan.
Uji gerakan otot-otot mata.
Pemeriksaan celah dan bentuk
tepat di retina.
Mengukur tekanan cairan di dalam
mata.
Pemeriksaan retina.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
miopia
adalah
dengan mengusahakan sinar yang
masuk mata difokuskan tepat di
retina. Penatalaksanaan miopia dapat
dilakukan dengan cara :

1. Cara optik

Kacamata (Lensa Konkaf)


Koreksi
miopia
dengan
kacamata,
dapat
dilakukan
dengan menggunakan lensa
konkaf (cekung/negatif) karena
berkas cahaya yang melewati
suatu
lensa
cekung
akan
menyebar.
Bila
permukaan
refraksi mata mempunyai daya
bias terlalu tinggi atau bila bola
mata terlalu panjang seperti
pada miopia, keadaan ini dapat
dinetralisir dengan meletakkan
lensa sferis konkaf di depan
mata. Lensa cekung yang akan
mendivergensikan
berkas
cahaya sebelum masuk ke
mata, dengan demikian fokus
bayangan dapat dimundurkan
ke arah retina (Guyton, 1997).

Lensa kontak
Lensa kontak dari kaca atau
plastik diletakkan dipermukaan
depan kornea. Lensa ini tetap
ditempatnya
karena
adanya
lapisan tipis air mata yang

mengisi ruang antara lensa


kontak dan permukaan depan
mata. Sifat khusus dari lensa
kontak adalah menghilangkan
hampir semua pembiasan yang
terjadi dipermukaan anterior
kornea, penyebabnya adalah air
mata mempunyai indeks bias
yang hampir sama dengan
kornea sehingga permukaan
anterior
kornea
tidak
lagi
berperan penting sebagai dari
susunan optik mata. Sehingga
permukaan
anterior
lensa
kontaklah
yang
berperan
penting.
2. Cara operasi pada kornea
Ada beberapa cara, yaitu :
Radikal keratotomy (dengan
pisau) yaitu operasi dengan
menginsisi
kornea
perifer
sehingga
kornea
sentral
menjadi
datar.
Hal
ini
menyebabkan
sinar
yang
masuk ke mata menjadi lebih
dekat ke retina.
Excimer laser (dengan sinar
laser) yaitu operasi dengan
menggunakan tenaga laser
untuk
mengurangi
kecembungannya
dan
dilengketkan kembali.
Keratomileusis
yaitu
bila
kornea yang terlalu cembung
di insisi kemudian dikurangi
kecembungannya
dan
dilengketkan kembali.
Epiratopati
yaitu
operasi
dengan
melakukan
penjahitan keratolens yang
sesuai
dengan
koreksi
refraksi ke kornea penderita
yang
telah
di
buang
epitelnya.
Cara operasi di atas masih
mempunyai
kekurangan

kekurangan, oleh karena itu


para
ahli
mencoba
untuk
mencari jalan lain yang dapat
mengatasi kekurangan tersebut

dengan jalan mengambil lensa


mata yang masih jernih (clear
lens extraction/CLE).
Komplikasi
1. Ablasio retina
Resiko untuk terjadinya ablasio
retina pada 0 sampai (- 4,75) D
sekitar 1/6662.Sedangkan pada (5)
sampai
(-9,75)
D
risiko
meningkat menjadi 1/1335.Lebih
dari (-10) D risiko ini menjadi
1/148.
Dengan
kata
lain
penambahan faktor risiko pada
miopia lebih rendah tiga kali
sedangkan
miopia
tinggi
meningkat
menjadi
300
kali
(Sidarta, 2003).
2. Vitreal
Liquefaction
dan
Detachment
Badan vitreus yang berada di
antara
lensa
dan
retina
mengandung 98% air dan 2% serat
kolagen yang seiring pertumbuhan
usia akan mencair secara perlahanlahan, namun proses ini akan
meningkat pada penderita miopia
tinggi. Hal ini berhubungan dengan
hilangnya struktur normal kolagen.
Pada tahap awal, penderita akan
melihat bayangan-bayangan kecil
(floaters). Pada keadaan lanjut,
dapat terjadi kolaps badan viterus
sehingga
kehilangan
kontak
dengan
retina.
Keadaan
ini
nantinya akan menimbulkan risiko
untuk terlepasnya retina dan
menyebabkan kerusakan retina.
Vitreus detachment pada miopia
tinggi
terjadi
karena
luasnya
volume yang harus diisi akibat
memanjangnya bola mata.
3. Miopik makulopati
Dapat terjadi penipisan koroid dan
retina serta hilangnya pembuluh
darah kapiler pada mata yang
berakibat atrofi sel-sel retina
sehingga
lapangan
pandang
berkurang. Dapat juga terjadi
perdarahan retina dan koroid yang
bisa menyebabkan berkurangnya

lapangan pandang. Miopi vaskular


koroid atau
degenerasi makular miopia juga
merupakan
konsekuensi
dari
degenerasi makular normal dan ini
disebabkan oleh pembuluh darah
yang abnormal yang tumbuh di
bawah sentral retina (Sidarta,
2003).
4. Glaukoma
Risiko terjadinya glaukoma pada
mata normal adalah 1,2%, pada
miopia sedang 4,2%, dan pada
miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada
miopia terjadi dikarenakan stres
akomodasi dan konvergensi serta
kelainan struktur jaringan ikat
penyambung
pada
trabekula
(Sidarta, 2003).
5. Katarak

Lensa pada miopia kehilangan


transparansi. Dilaporkan bahwa
pada orang dengan miopia, onset
katarak
muncul
lebih
cepat
(Sidarta, 2003).
Prognosis
Pada tingkat ringan dan sedang dari
miopia simple prognosisnya baik bila
penderita miopia memakai kacamata
yang sesuai dan mengikuti petunjuk
kesehatan. Bila progresif miopia
prognosisnya buruk terutama bila di
sertai oleh perubahan koroid dan
vitreus, sedangkan pada miopia
maligna prognosisnya sangat jelek.
NOTE :
Daya
Akomodasi
mata
adalah
kemampuan mata untuk menebal dan
menipiskan lensa.

You might also like