You are on page 1of 23

KONSEP DASAR FARMAKOLOGI

Untuk memenuhi tugas Farmakologi


Dosen Pengampu: Ns.Supadi,M.Kep.,Sp.MB

Disusun oleh :
Nama : Agun Fauji
Kelas : 1 B
NIM : P1337420214014

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang KONSEP DASAR
FARMAKOLOGI makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah
Farmakologi.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Yth. :
1. Ns.Supadi,M.Kep.,Sp.MB selaku dosen pembimbing
2. Orang tua penulis yang telah memberi uang untuk dana menyelesaikan
makalah
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya
dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis
untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Purwokerto, 15 Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
Sampul
Kata pengantar......................................................................................................

Daftar isi...............................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..........................................................................................
B. Rumusan masalah.....................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................

1
2
2

BAB II KONSEP DASAR FARMAKOLOGI


A.
B.
C.
D.
E.
F.

Istilah-istilah dalam farmakologi..............................................................


Farmakokinetik........................................................................................
Farmakodinamik......................................................................................
Farmakoterapeutik....................................................................................
Keselamatan pemberian obat....................................................................
Penyalahgunaan obat................................................................................

3
8
12
13
15
15

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran........................................................................................................

18
18

Daftar pustaka.......................................................................................................

iii

Lampiran...............................................................................................................

iv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakologi berasal dari kata (Yunani) yang artinya farmakon yang berarti
obat, dalam makna sempit dan dalam makna luas adalah semua zat selain
makanan yang dapat mengakibatkan perubahan susunan atau fungsi jaringan
tubuh.Logos berarti ilmu.Sehingga farmakologi adalah ilmu yang mempelajari
pengaruh bahan kimia pada sel hidup dan sebaliknya reaksi sel hidup terhadap
bahan kimia tersebut.
Pada mulanya farmakologi mencakup berbagai pengetahuan tentang obat
yang meliputi: sejarah, sumber, sifat-sifat fisika dan kimiawi, cara meracik, efek
fisiologi dan biokimiawi, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotranformasi
dan ekskresi, serta penggunaan obat untuk terapi dan tujuan lain. Adapun
beberapa istilah untuk farmakologi:
1. Farmakodinamik adalah ilmu yang mempelajari cara kerja obat, efek
obat terhadap faal tubuh dan perubahan biokimia tubuh.
2. Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari cara pemberian obat,
biotranformasi atau perubahan yang di alami obat di dalam tubuh dan cara
obat di keluarkan dari tubuh (ekskresi).
3. Farmakoterapi Merupakan cabang ilmu farmakologi yang mempelajari
penggunaan obat untuk pencegahan dan menyembuhkan penyakit
4. Farmakognosi adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari sifatsifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber obat
5. Farmakoteurapeutik adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari
pengobatan penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen termasuk
pengobatan neoplasma
6. Toksikologi adalah lmu yang mempelajari pencegahan penyakit keracunan
zat kimia termasuk obat, zat yang digunakan dalam rumah tangga, industri,
maupun lingkungan hidup lain.
7. Farmasi adalah membidangi ilmu yang meracik obat, penyediaan dan
penyimpan obat, pemurnian, penyempurnaan dan penyajian obat.
B. Rumusan Maasalah
1. Apa arti dari farmakokinetik?
1

2.
3.
4.
5.

Apa arti dari farmakodinamik?


Apa arti dari farmakoterapeutik?
Bagaimana keselamatan pemberian obat?
Apa saja penyalahgunaan obat?

C. Tujuan
1. Umum

a. Untuk mengetahui konsep dasar farmakologi secara keseluruhan.


b. Memenuhi tugas mata kuliah.
2. Khusus
a. Untuk mengetahui Istilah istilah dalam farmakologi
b. Untuk mengetahui Farmatokinetik
c. Untuk mengetahui Farmatodinamik
d. Untuk mengetahui Farmatoteurapetik
e. Untuk mengetahui Keselamatan pemberian obat
f. Untuk mengetahui Penyalahgunaan obat

BAB II
KONSEP DASAR FARMAKOLOGI

A. Istilah istilah dalam farmakologi

Abses : Pengumpulan nanah dalam rongga yang terbentuk akibat kerusakan


jaringan.
Anoreksia : Hilangnya atau berkurangnya nafsu makan.
Ansietas : Cemas,resah,rasa cemas yang berlebihan tidak sesuai dengan realitas.
Agranulositosis : Jumlah leukosit kurang dari 500 mm3 dengan gejala luka
infeksi pada tekak, traktus intestinal dan kulit.
Artritis : Radang sendi terutama pada rheumatik
Arthritis rheumatoid : Radang sendi menyerupai rheumatik
Amenoroe : Tidak ada menstruasi
Anuria : Tidak terjadi eksin urin
Agranulositosis : Defisiensi parah atau tidak ada granulosit
Akromegali : Pembesaran disebabkan sekresi berlebihan somatotropin
Alkalosis : Peningkatan PH darah di atas 7,43
Atonia : Relaksasi otot
Ataksia : Gangguan koordinasi gerakan
Asites : Penimbunan cairan dalam rongga perut
Asidosis : Penurunan pH darah dibawah 7,37
Biopsi : Pengambilan jaringan dari mahluk hidup untuk pemeriksaan
mikroskopik
Bronkitis : Radang bronkus/saluran napas
Depresi : Gangguan jiwa yang ditandai rasa yang abnormal
Dermatitis : Radang kulit
Delirium
:
Berubahnya
kesadaran
secara
patologis
diikiuti
amnesia,disorientasi,bingung,delusi. Halusinasi, ide gila diikuti gejala fisik
ikutan seperti tremor,demam dan berkeringat.
Diskenesi : Hilangnya fungsi moto
Dermatosis : Penyakit kulit
Difteri : Penyakit oleh toksin corine bacterium diphteriae dengan gejala merah
seluruh faring dan timbunan fibrin.
Dismenore : Menstruasi yang disertai dengan rasa sakit
Dispepsia : Gangguan pencernaan
Dispnea : Semua gangguan pernafasan
Emfisema : Penimbunan udara dalam jaringan
Endometriosis : Adanya jaringan endometrium pada lokasi abnormal
Ensefalitis : Radang otak
Erythema : Warna merah pada kulit yang disebabkan vasodilatasi dan otot,
nefritis, perikarditis, dan berbagai perubahan kulit biasanya mematikan.

G
H

Fagositosis : Pengambilan benda asing dalam sel


Flatulensi : Terbentuknya banyak gas dalam usus
Fotofobia : Takut cahaya
Glaukoma : Penyakit yang ditandai dengan tingginya tekanan intra okuler mata
Hiperurisemia : Keadaan dimana kadar asam urat darah meningkat diatas 6mg
%
Hematuria : Ekskresi sel darah merah melalui urin
Hemodialisa : Ginjal buatan, cara untuk mengeliminasi zat-zat penting dalam
urine
Hemoragik : Mengakibatkan pendarahan/terjadi pendarahan
Herpes simplex : Pembentukan gelembung berkelompok berisi air akibat virus
herpes biasanya terjadi pada bibir atau bagian tubuh lain
Herpes Zooster : Pembentukan gelembung berkelompok berisi air akibat virus
zooster pada daerah kulit bagian perut, punggung diikuti dengan neuralgia
Hiperglikemia : Naiknya kandungan glukosa dalam serum ( lebih dari
120mg/100ml)
Hipoglikemia : Berkurangnya kandungan glukosa dalam serum (70mg/100ml)
Idioptik : Terjadi dengan sendirinya tanpa penyebab yang jelas
Ikterus : Sakit kuning, kulit berwarna kuning akibat masuknya empedu
terutama bilirubin ke dalam darah
Ileus : penyumbatan usus
Karditis : Radang jantung
Karsinoma : Tumor epitel ganas
Keloid : Pembentukan bekas luka menonjol yang berlebihan
Keratitis : Radang kornea mata
Kiste : Rongga beruang satu yang penuh berisi cairan
Klonik : Kejang
Kolik : Kejang pada daerah yang berbentuk rongga seperti usus, saluran
empedu, kerongkongan dan lain-lain.
Kolitis : Radang usus besar
Laktasi : produksi susu pada kelenjar payudara wanita setelah melahirkan
Lesi : Luka atau gangguan
Letal : mematikan
Lupus : Anjung hutan (latin), kelainan kulit atau selaput lendir yang menyerupai
bekas cakaran anjing
Lupus erimatosus : Penyakit autoimun diawali dengan demam tinggi, nyeri
pada sendi
Malignan : Ganas
Meningitis : Radang selaput otak
Menopause : Berhentinya menstruasi
Midriasis : Dilatasi pupil
Miosis : Penciutan pupil
Miopati : Penyakit otot
Myastenia gravis : Meningkatnya kelelahan otot serat lintang akibat gangguan
penghantaran rangsang neuromuskolor terjadi terutama pada otot bicara
mengunyah dan menelan

R
S

Nefritis : Radang ginjal


Nefrotoksis : Merusak ginjal
Nekrosis : Kematian jaringan setempat
Neuritis : Radang syaraf
Oligouria : Berkurangnya ekskresi urin per hari menjadi 100-400/ml
Osteomielitis : Radang sum-sum tulang
Osteoporosis : Kurangnya jaringan tulang
Otitis media : Radang telinga tengah
Paralisis : Kelumpuhan total motorik
Pneumococcus : Diplococcus pneumoniae, bakteri berbentuk lonjong,
berambut, gram positif, penyebab bronkitis, otitis media, meningitis,keratitis,
konjungtivitis
Porfiria : Gangguan metabolisme pigmen pernafasan
Pruritus : Gatal
Pneumonia : Radang paru
Poliuria : Meningkatnya jumlah urin karena penyakit
Post partum : Setelah kelahiran
Proliferasi : Bertumbuh membelah dengan cepat
Proteinuria : Adanya protein dalam urin
Psikosis : Penyakit pikiran kejiwaan
Psoriasis : Jaringan kulit yang bersisik
Rhinitis : Radang hidung atau pilek
Ruam : Kelainan kulit yang mempunyai sifat tertentu
Sianosis : Pewarnaan kulit menjadi merah biru akibat kurangnya penjenuhan
darah dengan oksigen, mudah terlihat pada bibir dan kuku jari
Sinus : Rongga/ruang atau saluran tempat nanah keluar
Sinusitis : Radang rongga paranasal
Sindrom : Kumpulan gejala
Sindrom gray : Kumpulan gejala yang terdiri dari muntah, sianosis yang pucat,
perut bengkak,kolaps peredaran darah perifer yang berakhir dengan kematian
terutama pada bayi prematur dan baru lahir.
Sindrom steven-johnson : Kumpulan gejala berupa keluhan pada angina dan
menyerupai rematik.
Sindrom Chusing : Gejala yang timbul akibat kelebihan glukokortiroid dosis
tinggi dalam waktu lama yang ditandai dengan muka bulan,gemuk, hipertoni,
lemak otot, pertumbuhan terhambat.
Sirosis hepatic : Perubahan lanjut parenkim hati menjadi jaringan ikat
Skizofrenia : Istilah untuk sekelompok psikosis dengan berbagai gangguan
kepribadian, cara berpikir, perasaan dan hubungannya dengan lingkungan.
Sputum : Dahak
Struma : Gondok, pembesaran kelenjar tiroid
Takikardia : Kontraksi jantung di atas 100/menit
Tonsil : Kelumpuhan jaringan limpa terutama di belakang mulut, amandel
Tonsilitis : Radang tonsil
Tonus : Tegangan

Trauma : Cedera fisik atau psikis berlebihan Na, misalnya pada gagal jantung
Tremor : Gemetar
Trombositopenia : Berkurangnya jumlah trombosit
Trombositosis : Bertambahnya jumlah trombosit dalam darah
Trombosis : Pembentukan trombus/bekuan darah
Trombolitik : Melarutkan bekuan darah
Udema : Penimbunan cairan tubuh akibat gangguan metabolisme elektrolit dan
retensi
Urtika : Udema setempat berisi serum dan menonjol di atas permukaan kulit
Urtikaria : Biduran, keadaan disertai urtika yang gatal dan merah

B. Farmatokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah ilmu aynag mempelajari
dinamika obat adn jumlah metabolit pada cairan, jaringan dan organ-organ
pelepasan tubuh. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A),
distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau
biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan proses
eliminasi obat (Gunawan, 2009).
1. Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke
dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat
adalah saluran cerna (mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain.
Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat
absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi yang
sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai
dengan vili dan mikrovili ) (Gunawan, 2009). Absorpsi obat meliputi proses
obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh, melalui jalurnya hingga masuk ke
dalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler, obat diabsorpsi melalui beberapa
metode, terutama transport aktif dan transport pasif.
a.

Metode absorpsi

1.) Transport pasif


Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses
difusi obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke
daerah dengan konsentrasi rendah. Transport aktif terjadi selama molekulmolekul kecil dapat berdifusi sepanjang membrane dan berhenti bila
konsentrasi pada kedua sisi membrane seimbang.
2.) Transport Aktif
Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat
dari daerah dengan konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi
obat tinggi

2.

Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik

ke jaringan dan cairan tubuh. Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung
beberapa faktor:
a.

Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ

berdasarkan jumlah aliran darahnya. Organ dengan aliran darah terbesar


adalah Jantung, Hepar, Ginjal. Sedangkan distribusi ke organ lain seperti
kulit, lemak dan otot lebih lambat
b. Permeabilitas kapiler.
Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat
c.

Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein

dapat terikat atau bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak
dapat bekerja. Hanya obat bebas yang dapat memberikan efek. Obat
dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat protein
3. Metabolisme

Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah


komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar
tubuh. Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a.
b.

Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;


Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan
bisa dimetabolisme lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah

dimetabolisme baru menjadi aktif (prodrugs). Metabolisme obat terutama


terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di
cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik) adalah : dinding usus,
ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak)
menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu.
Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian
berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
a . Kondisi Khusus
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al.
penyakit hepar seperti sirosis.
b. Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat
memetabolisme obat dengan cepat, sementara yang lain lambat.
c. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya:
Rokok, Keadaan stress, Penyakit lama, Operasi, Cedera
c. Usia
Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs
orang tua.
4. Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian
besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat
dibuang melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan
taraktusintestinal. Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat
diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya.
8

Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi
obat melui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni
filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami
kematangan pada usia 6-12 bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per
tahun. Ekskresi obat yang kedua penting adalah melalui empedu ke dalam
usus dan keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk
eliminasi gas anastetik umum (Gunawan, 2009).

Hal-hal lain terkait Farmakokinetik:


a.

Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari

obat dibuang dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah
absorpsi, metabolism dan ekskresi. Waktu paruh penting diketahui untuk
menetapkan berapa sering obat harus diberikan.
b. Onset, puncak, and durasi
Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa
kerjanya. Sangat tergantung rute pemberian dan farmakokinetik obat. Puncak,
Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya di dalam
tubuh semakin meningkat, Namun konsentrasi puncak~ puncak respon.
Durasi, Durasi kerjaadalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi

C. Farmatodinamik
Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek
biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari
farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi
obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan
respons yang terjadi (Gunawan, 2009).
1. Mekanisme Kerja Obat
kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan
reseptornya pada sel organism. Interaksi obat dengan reseptornya dapat

menimbulkan perubahan dan biokimiawi yang merupakan respon khas dari


obat tersebut. Obat yang efeknya menyerupai senyawa endogen di sebut
agonis, obat yang tidak mempunyai aktifitas intrinsic sehingga menimbulkan
efek dengan menghambat kerja suatu agonis disebut antagonis.
2. Reseptor Obat
protein merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat
juga dapat merupakan reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik.
Ikatan obat-reseptor dapat berupa ikatan ion, hydrogen, hidrofobik,
vanderwalls, atau kovalen. Perubahan kecil dalam molekul obat, misalnya
perubahan stereoisomer dapat menimbulkan perubahan besar dalam sifat
farmakologinya.
3. Transmisi Sinyal Biologis
penghantaran sinyal biologis adalah proses yang menyebabkan suatu
substansi ekstraseluler yang menimbulkan respon seluler fisiologis yang
spesifik. Reseptor yang terdapat di permukaan sel terdiri atas reseptor dalam
bentuk enzim. Reseptor tidak hanya berfungsi dalam pengaturan fisiologis dan
biokimia, tetapi juga diatur atau dipengaruhi oleh mekanisme homeostatic
lain. Bila suatu sel di rangsang oleh agonisnya secara terus-menerus maka
akan terjadi desentisasi yang menyebabkan efek perangsangan.
4. Interaksi Obat-Reseptor
ikatan antara obat dengan resptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan
lemah (ikatan ion, hydrogen, hidrofilik, van der Waals), mirip ikatan antara
subtract dengan enzim, jarang terjadi ikatan kovalen.
5. Antagonisme Farmakodinamik
a) Antagonis fisiologik, Terjadi pada organ yang sama tetapi pada
sistem reseptor yang berlainan.
b) Antagonisme pada reseptor, Obat yang menduduki reseptor yang
sama tetapi tidak mampu menimbulkan efek farmakologi secara
6.

instrinsik
Kerja Obat Yang Tidak Diperantarai Reseptor
a) Efek Nonspesifik Dan Gangguan Pada Membran
b)
Perubahan sifat osmotic

10

c) Diuretic

osmotic

osmolaritas

(urea,

manitol),

misalnya,

meningkatkan

filtrate glomerulus sehingga mengurangi reabsorpsi

air di tubuli ginjal dengan akibat terjadi efek diuretic


d) Perubahan sifat asam/basa, Kerja ini diperlihatkan oleh oleh
antacid dalam menetralkan asam lambung.
e) Kerusakan nonspesifik, Zat perusak nonspesifik digunakan sebagai
antiseptik dan disinfektan, dan kontrasepsi.contohnya, detergen
merusak intregitas membrane lipoprotein.
f) Gangguan fungsi membrane, Anestetik umum yang mudah
menguap misalnya eter,, halotan, enfluran, dan metoksifluran
bekerja dengan melarut dalam lemak membrane sel di SSP
sehingga eksitabilitasnya menurun.
g) Interaksi Dengan Molekul Kecil Atau Ion, Kerja ini diperlihatkan
oleh kelator (chelating agents) misalnya CaNa2 EDTA yang
mengikat Pb2+ bebas menjadi kelat yang inaktif pada keracunan
Pb.
h) Masuk ke dalam komponen sel, Obat yang merupakan analog puri
atau pirimidin dapat berinkoporasi ke dalam asam nukleat sehingga
mengganggu fungsinya. Obat yang bekerja seperti ini disebut
antimetabolit misalnya, 6-merkaptopurin atau anti mikroba lain.

D. Farmatoteurapetik
Farmakoterapi adalah ilmu yang membahas mengenai penggunaan serta
kedudukan obat dalam tatalaksana terapi suatu penyakit. Dalam mata kuliah ini,
mahasiswa diajarkan bagaimana cara memilih obat berdasarkan jenis dan tandatanda penyakit. Jadi selain mempelajari mengenai obat-obatan (mulai dari bentuk
sediaannya hingga farmakokinetika dan farmakodinamikanya), kami juga
mempelajari mengenai berbagai penyakit (mulai definisi penyakit, prevalensi,
patofisiologi, etiologi, diagnosis, tanda dan gejala, faktor resiko, penanganan
non-farmakologi, penanganan farmakologi, hingga interaksi obat). Tujuan utama
yang diharapkan dapat dicapai oleh apoteker setelah menguasai farmakoterapi
adalah kemampuan untuk berkontribusi secara optimal dalam pengobatan pasien,
terutama terkait dengan pemilihan obat yang paling tepat dan

11

ekonomis.Farmakoterapi merupakan salah satu bagian dari ilmu dalam rumpun


ilmufarmakologi yang bisa dikatakan sebagai terapan atau ujung tombak dari
semua ilmu dalam rumpun ilmu farmakologi itu sendiri. Pada hakikatnya semua
ilmu dalam rumpun ilmu farmakologi akan bermuara pada bagaimana obat dapat
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup manusia, baik
terkait dengan upaya mencegah, menyembuhkan penyakit, atau merubah fungsi
fisiologis sistem tubuh manusia.
Manfaat belajar farmakoterapi:
1. Membantu apoteker dalam memahami penggunaan obat pada penyakit
tertentu
2. Apoteker mampu memilih obat yang tepat
3. Apoteker mampu memberikan informasi obat (Misalnya mengenai
efek samping obat, kontraindikasi obat, interaksi obat dengan obat lain
atau interaksi obat dengan makanan, dan sebagainya)
4. Apoteker mampu berinteraksi dengan dokter dan tenaga medis lainnya.
5. Apoteker membantu pasien melakukan self medication
Bagaimana implementasi ilmu farmakoterapi?
Pertama, apoteker harus mengetahui secara jelas bagaimana
penyakitnya dan harus menemukan diagnosis yang tepat. Sebelum memilih
obat, sebaiknya apoteker menawarkan kepada pasien terapi non-farmakologi
dengan melakukan modifikasi gaya hidup (misalnya dengan melakukan diet
tertentu, olah raga tertentu, berhenti merokok dan berhenti mengkonsumsi
alkohol, dan lain-lain). Modifikasi gaya hidup dilakukan tergantung dengan
tipe dan jenis penyakit pasien. Jika terapi non-farmakologi tidak berhasil,
lakukan tahap selanjutnya yaitu terapi farmakologi (terapi dengan
menggunakan obat).Terapi farmakologi dimulai dengan pemilihan obat yang
tepat dan dengan dosis rendah dan dalam waktu sesingkat mungkin (tetapi
harus tetap memberikan efek terapi).Pemilihan obat berdasarkan gejala-gejala
yang dirasakan oleh penyakit dan harus menggunakan obat yang sudah
terbukti melalui uji klinis. Penggunaan obat baru dilakukan jika obat baru
memiliki kelebihan secara signifikan dibandingkan obat lama (new is not
always better, remember?).
Hal yang harus diperhatikan adalah lama terapi obat (menentukan
efikasi dan efek samping), interaksi obat dengan obat lain, interaksi obat

12

dengan penyakit, interaksi obat dengan makanan, dan lain-lain.Selain itu,


regimen obat sebaiknya dibuat sederhana untuk mempermudah
pasien.Kegagalan terapi dapat disebabkan oleh seleksi obat tidak memadai,
kesalahan penggunaan dosis, munculnya penyakit lain, terjadi interaksi obat,
adanya factor genetik dan faktor lingkungan, dan lain-lain.

E. Keselamatan pemberian obat


Akreditasi RS 2012 / JCI dalam standar MPO / MMU 6.1 mensyaratkan
prosedur verifikasi sebelum obat diberikan kepada pasien.Prosedur verifikasi itu
dikenal dengan 6 benar. Enam benar itu adalah:

1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan kepada pasien, identitas pasien dicocokkan
untuk memastikan bahwa memang pasien itulah yang akan kita berikan
obat. Caranya adalah dengan menerapkan prosedur Identifikasi Positif.
2. Benar Obat
Nama obat-obatan yang akan diberikan, dicocokkan dengan resep
atau daftar obat pasien, untuk memastikan bahwa memang obat itulah
yang akan diberikan kepada pasien tersebut.
3. Benar Waktu dan Frekuensi
Waktu dan frekuensi pemberian obat dicocokkan dengan resep atau
daftar obat pasien, untuk memastikan kebenaran waktu dan frekuensi
pemberiannya.
4. Benar Rute
Rute pemberian obat (oral, parenteral, intra vena, intra muscular,
dll) dicocokkan dengan resep atau daftar obat pasien, untuk memastikan
kebenaran rute pemberiannya.
5. Benar Dosis
Dosis obat dicocokkan dengan resep atau daftar obat pasien, untuk
memastikan kebenaran dosisnya.
6. Benar Pencatatan
Setelah obat diberikan, lakukan pencatatan dengan benar di di
rekam medis, untuk memastikan tidak terjadi duplikasi pemberian atau
sebaliknya, obat tidak diberikan.

13

F. Penyalahgunaan obat
Penyalahgunaan zat / obat adalah penggunaan zat secara terus menerus
bahkan sampai setelah terjadi masalah (Stuart & Sundeen, 1998). Penggunaan zat
secara patologis dikelompokkan dalam dua kategori: penyalahgunaan zat dan
ketergantungan zat. Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai masalah
yang berkaitan dengan konsumsi suatu zat. Ini mencakup penggunaan zat yang
lebih banyak dari yang dimaksudkan, mencoba untuk berhenti, namun tidak
berhasil, memiliki berbagai masalah fisik atau psikologis yang semakin parah
karena penggunaan obat, dan mengalami masalah dalam pekerjaan atau dengan
teman-teman.
Penyalahgunaan obat merupakan suatu keadaan dimana suatu obat
digunakan tidak untuk tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan untuk
mencari atau mencapai tujuan tertentu seperti ingin mendapatkan kenikmatan dari
pemakaian obat tersebut.
Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Obat
Motivasi dan penyebabnya seseorang menyalahgunakan obat bisa
bermacam-macam, antara lain:
1. Ada orang-orang yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan rasa
tertekan (stres dan ketegangan hidup).
2. Ada orang-orang yang bertujuan untuk sekadar mendapatkan perasaan
nyaman, menyenangkan.
3. Ada orang-orang yang memakainya untuk lari dari realita dan tanggung
jawab kehidupan.
4. Faktor kontribusi : Hubungan interpersonal yang terganggu, atau keadaan
orang tua yang patologis/kacau.
5. Faktor pencetus : Pengaruh teman kelompok, dan tersedianya obat/zat.
6. Faktor-faktor Lingkungan. Para remaja dapat menyalahgunakan obatobatan dikemudian harinya jikalau kita memanjakan mereka, melindungi
mereka secara berlebih-lebihan, tidak mengizinkan mereka untuk mandiri,
tidak pernah melatih mereka menghadapi dan menyelesaikan persoalanpersoalan mereka sendiri. Sehingga masa kecil yang seperti itu, maka akan
menghasilkan :

14

a) Pribadi yang tidak matang / labil dan selalu ingin lari dari tanggung
jawab. Seorang anak yang tidak biasa menghadapi dan menyelesaikan
persoalan-persoalan hidupnya sendiri akan cenderung memilih obatobatan jikalau ia mau melepaskan diri dan lari dari realita kehidupan
yang menekan.
b) Pribadi yang ikut-ikutan. Apalagi

sedang

mengalami

tekanan

lingkungan dimana sebagai pemuda / remaja yang sedang mencari


identitas pribadi, mereka akan tergoda untuk menjadi bagian dari grup
di mana penggunaan obat-obatan oleh satu orang bisa diikuti oleh setiap
orang dalam grup itu.
c) Ketergantungan total pada orangtuanya. Keterpisahan dengan orangtua
(kematian atau putusnya hubungan) akan menyebabkan si anak
kehilangan pegangan, apalagi jikalau ia menghadapi tekanan-tekanan
hidup yang lain.
d) Pendidikan keluarga yang buruk seringkali diberikan oleh tipe-tipe
keluarga dengan latar belakang orangtua yang bercerai, ibu yang
mengepalai rumah tangga dan menekan si ayah, kedua orangtua yang
memanjakan anak tunggal, orangtua peminum, pergaulan bebas dan
sebagainya

15

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh bahan kimia pada sel
hidup dan sebaliknya reaksi sel hidup terhadap bahan kimia tersebut. Farmakologi
juga

terdapat

beberapa

sudivisi,

diantaranya

terdapat

Farmakodinamik,

Farmakokinetik, Farmakoteurapeutik, Istilah dalam farmakologi, Penyalagunaan


obat, dan keselamatan pemberian obat. Dimana dalam subdivisi tersebut saling
berkaitan satu sama lainnya.

B. Saran
Sebagai perawat dalam pemberian pelayanan kepada pasien tentu mempunyai
landasan dan dasar yang kuat. Pelajari dan berikan hak pasien dengan sebaikbaiknya, serta jalani kewajiban kita dengan bersungguh sungguh. Tingkatkan terus
guna mencapai indonesia sehat.

16

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Handari, Bevina D., Joshita Djajadisastra, and Denny Riama Silaban.
"Pengembangan Perangkat Lunak Simulasi Komputer Sebagai Alat
Bantu dalam Analisis Farmakokinetik." Jurnal MAKARA SAINS,
(Online) 10.1 (2006).
http://farmasiputri.blogspot.com. Diposkan oleh Bayu Dwika di 09.53
dikutip pukul 20.24 WIB. Tanggal 15 Maret 2015.

LAMPIRAN
Perhitungan dosis pediatri, sbb :
I. Berdasarkan usia
I.A. Rumus Young
usia anak antara 1 12 tahun
n

xD

n + 12
dosis anak =
n = usia (tahun)
D = dosis dewasa
I.B. Rumus Augsberger
Usia 2 12 bulan

= (m + 13)% x D

Usia 1 11 tahun

= (4n + 20)% x D

Usia 12 16 tahun

= (5n + 10)% x D

m = usia (bulan) ; n = usia (tahun) ; D = dosis dewasa


II. Berdasarkan berat badan / rumus Clark
W

xD

68
W = berat badan (kg) ; D = dosis dewasa
III.Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh
(body surface area = BSA)
Metode ini adalah yang paling tepat karena ada korelasi langsung antara
luas permukaan tubuh dengan kecepatan metabolisme obat.
BSA (m) = akar (tinggi badan x BB)
3600
tinggi badan (cm) ; BB = berat badan (kg); BSA (m)
Dosis anak =

BSA (m)

x dosis dewasa

1,73 (kg)
Satuan berat

1 kg

= 1000 g (gram)

1g

= 1000 mg (miligram)

1 mg = 1000 mcg (mikrogram)


Satuan volume :

1 L (liter) = 1000 ml (mililiter)

Konversi gram ke mg (sebaliknya) :


1g

= 1000 mg

2g

= (2 x 1000) mg

1,23 g = (1,23 x 1000) mg


1050 mg

= 2000 mg

= 1230 mg

= 1050 : 1000 g

= 1,05 g

Menyatakan persentase dg istilah kuantitatif


- sediaan padat : gram (mg)

- sediaan cair : ml

- ex : krim 1%
1% = 1 g : 100 g = 0,01 g/g = 0,01 g/g x 1000 mg = 10 mg/g
= 10 g/g = 10 g/g x 10 mg = 10 mg/g
larutan 1% = 10 mg/ml
I.

Tablet / kapsul
Rumus 1.
Jumlah yg diminta = dosis yg diminta

x 1 tablet

dosis yg tersedia

ex : berapa tablet digoxin diperlukan untuk mendapatkan dosis


0,125 mg ? 1 tablet = 62,5 mcg digoksin
jwb : 0,125 mg = (0,125 x 1000) mcg = 125 mcg
= {125 mcg : 62,5 mcg} x 1 = 2 tablet
II.

Obat cair/injeksi
Rumus 2.
X = dosis yg diminta x volume yg tersedia
dosis yg tersedia

Rumus 3.
X = konsentrasi yg diminta x jumlah yg diminta

konsentasi yg tersedia
ex : diperlukan larutan betadin 1 : 2000, tersedia larutan 20%.
berapa banyak larutan betadin 20% untuk membuat 2 liter
betadin 1 : 2000 ?
jwb : 20% = 20/100 = 1/5

2 L = 2000 ml

X = {1/2000} : {1/5} x 2000 ml


= {1/2000} x {5/1} x 2000 ml
= {5 x 2000} : 2000 ml
= 5 ml
ex : seorang perawat diinstruksikan untuk menyuntik 150 mg penisilin V.
tersedia flakon dg label 125 mg/5 ml. berapa ml harus diberikan?
jwb :

X = {150 mg : 125 mg} x 5 ml = 6 ml

You might also like